ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR

Oleh : Dinita Rahmalia NRP Dosen Pembimbing : Drs. M. Setijo Winarko, M.Si.

Oleh Nara Riatul Kasanah Dosen Pembimbing Drs. Sri Suprapti H., M.Si

Pengendalian Populasi Hama pada Model Mangsa-Pemangsa dengan Musuh Alaminya

SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR Jurusan Matematika FMIPA ITS

ANALISIS KESTABILAN MODEL PENIPISAN SUMBER DAYA HUTAN OLEH PERKEMBANGAN INDUSTRIALISASI

ANALISIS STABILITAS MODEL MATEMATIKA DARI PENYEBARAN PENYAKIT MENULAR MELALUI TRANSPORTASI ANTAR DUA KOTA

ANALISIS STABILITAS SISTEM DINAMIK UNTUK MODEL MATEMATIKA EPIDEMIOLOGI TIPE-SIR (SUSCEPTIBLES, INFECTION, RECOVER)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. ekuilibrium bebas penyakit beserta analisis kestabilannya. Selanjutnya dilakukan

Analisa Kualitatif pada Model Penyakit Parasitosis

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS STABILITAS DARI PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG

OLEH : IKHTISHOLIYAH DOSEN PEMBIMBING : Dr. subiono,m.sc

Arisma Yuni Hardiningsih. Dra. Laksmi Prita Wardhani, M.Si. Jurusan Matematika. Surabaya

MODEL SEIR PENYAKIT CAMPAK DENGAN VAKSINASI DAN MIGRASI

ANALISIS STABILITAS PENYEBARAN VIRUS EBOLA PADA MANUSIA

TUGAS AKHIR KAJIAN SKEMA BEDA HINGGA TAK-STANDAR DARI TIPE PREDICTOR-CORRECTOR UNTUK MODEL EPIDEMIK SIR

Interaksi Antara Predator-Prey dengan Faktor Pemanen Prey

PENYELESAIAN NUMERIK DAN ANALISA KESTABILAN PADA MODEL EPIDEMIK SEIR DENGAN PENULARAN PADA PERIODE LATEN

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

BAB II LANDASAN TEORI

KESTABILAN TITIK EQUILIBRIUM MODEL SIR (SUSPECTIBLE, INFECTED, RECOVERED) PENYAKIT FATAL DENGAN MIGRASI

Abstrak: Makalah ini bertujuan untuk mengkaji model SIR dari penyebaran

ANALISIS KESTABILAN MODEL DINAMIKA PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG

Analisis Kestabilan Pada Model Transmisi Virus Hepatitis B yang Dipengaruhi Oleh Migrasi

ANALISIS KESTABILAN DAN PROSES MARKOV MODEL PENYEBARAN PENYAKIT EBOLA

ANALISIS KESTABILAN PADA MODEL TRANSMISI VIRUS HEPATITIS B YANG DIPENGARUHI OLEH MIGRASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KESTABILAN MODEL POPULASI SATU MANGSA-DUA PEMANGSA DENGAN PEMANENAN OPTIMAL PADA PEMANGSA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN MODEL PADA PENYEBARAN HIV-AIDS

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS STABILITAS DARI PENULARAN PENYAKIT GONORE

TUGAS AKHIR. Oleh Erdina Sri Febriyanti NRP Dosen Pembimbing Dr. Erna Apriliani, M.Si Drs. Setijo Winarko, M.Si

MODEL MATEMATIKA MANGSA-PEMANGSA DENGAN SEBAGIAN MANGSA SAKIT

MODEL SEIR PENYAKIT CAMPAK DENGAN VAKSINASI DAN MIGRASI TUGAS AKHIR. Oleh : SITI RAHMA

ANALISIS KESTABILAN MODEL DINAMIK PENYEBARAN VIRUS INFLUENZA

BAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik

Model Mangsa-Pemangsa dengan Dua Pemangsa dan Satu Mangsa di Lingkungan Beracun

KESTABILAN TITIK EQUILIBRIUM MODEL SIR (SUSCEPTIBLE, INFECTED, RECOVERED) PENYAKIT FATAL DENGAN MIGRASI TUGAS AKHIR

BAB II LANDASAN TEORI

Model Matematika Penyebaran Penyakit HIV/AIDS dengan Terapi pada Populasi Terbuka

Kestabilan Titik Ekuilibrium Model SIS dengan Pertumbuhan Logistik dan Migrasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Penerapan Teknik Serangga Steril Dengan Model Logistik. Dalam Pemberantasan Nyamuk Aedes Aegypti. Nida Sri Utami

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai definisi-definisi dan teorema-teorema

BAB II KAJIAN TEORI. digunakan pada bab pembahasan. Teori-teori ini digunakan sebagai bahan acuan

MODEL PERSAMAAN DIFERENSIAL PADA INTERAKSI DUA POPULASI

KESTABILAN DAN BIFURKASI MODEL EPIDEMIK SEIR DENGAN LAJU KESEMBUHAN TIPE JENUH. Oleh: Khoiril Hidayati ( )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MODEL SIR UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG

Analisis Kestabilan Model Veisv Penyebaran Virus Komputer Dengan Pertumbuhan Logistik

ANALISIS KESTABILAN LOKAL MODEL DINAMIKA PENULARAN TUBERKULOSIS SATU STRAIN DENGAN TERAPI DAN EFEKTIVITAS CHEMOPROPHYLAXIS

Simulasi Kestabilan Model Predator Prey Tipe Holling II dengan Faktor Pemanenan

Model Matematika SIV Untuk Penyebaran Virus Tungro Pada Tanaman Padi

III PEMBAHASAN. μ v. r 3. μ h μ h r 4 r 5

BAB I PENDAHULUAN. hidup lainnya. Interaksi yang terjadi antara individu dalam satu spesies atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS BIFURKASI PADA MODEL MATEMATIS PREDATOR PREY DENGAN DUA PREDATOR Lia Listyana 1, Dr. Hartono 2, dan Kus Prihantoso Krisnawan,M.

Analisis Model Penyebaran Penyakit Menular Dengan Bakteri dan Hospes

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Asumsi yang digunakan dalam sistem mangsa-pemangsa. Dimisalkan suatu habitat dimana spesies mangsa dan pemangsa hidup

BAB III PEMBAHASAN. Ebola. Setelah model terbentuk, akan dilanjutkan dengan analisa bifurkasi pada

BAB II KAJIAN TEORI. dinamik, sistem linear, sistem nonlinear, titik ekuilibrium, analisis kestabilan

ANALISIS MODEL SEIR (SUSCEPTIBLE, EXPOSED, INFECTIOUS, RECOVERED) UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI KABUPATEN BOGOR

KAJIAN MODEL EPIDEMIK SIR DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA WAKTU DISKRIT. Oleh: Arisma Yuni Hardiningsih

MODEL EPIDEMIK SIR UNTUK PENYAKIT YANG MENULAR SECARA HORIZONTAL DAN VERTIKAL

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN LOKAL PADA PERUBAHAN POPULASI PENDERITA DIABETES MELITUS

ANALISA KESTABILAN PERSAMAAN GERAK ROKET TIGA DIMENSI TIPE RKX- 200 LAPAN DAN SIMULASINYA

LANDASAN TEORI. Model ini memiliki nilai kesetimbangan positif pada saat koordinat berada di titik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan.

Analisis Kestabilan Model Penurunan Sumber Daya Hutan Akibat Industri

ANALISIS KESTABILAN DARI SISTEM DINAMIK MODEL SEIR PADA PENYEBARAN PENYAKIT CACAR AIR (VARICELLA) DENGAN PENGARUH VAKSINASI SKRIPSI

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kestabilan Model Matematika AIDS dengan Transmisi. atau Ibu menyusui yang positif terinfeksi HIV ke anaknya.

Jurnal Euclid, vol.3, No.2, p.501 MODEL MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI MANUSIA

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KESTABILAN MODEL SUSCEPTIBLE VACCINATED INFECTED RECOVERED (SVIR) PADA PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK (MEASLES) (Studi Kasus di Kota Semarang)

ANALISIS STABILITAS MODEL PENYEBARAN WHITE

PENGARUH PARAMETER PENGONTROL DALAM MENEKAN PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG. Rina Reorita, Niken Larasati, dan Renny

ANALISIS DINAMIKA MODEL KOMPETISI DUA POPULASI YANG HIDUP BERSAMA DI TITIK KESETIMBANGAN TIDAK TERDEFINISI

ANALISIS STABILITAS DAN OPTIMAL KONTROL PADA MODEL EPIDEMI TIPE SIR DENGAN VAKSINASI

Bab 16. Model Pemangsa-Mangsa

KAJIAN PEMODELAN MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI UNGGAS. Dian Permana Putri, 2 Herri Sulaiman 1,2

BAB I PENDAHULUAN. Ekologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang interaksi antara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alam, Universitas Lampung pada semester genap tahun akademik 2011/2012.

Simulasi Model Mangsa Pemangsa Di Wilayah yang Dilindungi untuk Kasus Pemangsa Tergantung Sebagian pada Mangsa

DINAMIKA PERKEMBANGAN HIV/AIDS DI SULAWESI UTARA MENGGUNAKAN MODEL PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINEAR SIR (SUSCEPTIBLE, INFECTIOUS AND RECOVERED)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DAN SIMULASI MODEL MATEMATIKA PENYAKIT DEMAM DENGUE DENGAN SATU SEROTIF VIRUS DENGUE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kestabilan Model SIRS dengan Pertumbuhan Logistik dan Non-monotone Incidence Rate

MODIFIKASI SISTEM PREDATOR-PREY: DINAMIKA MODEL LESLIE-GOWER DENGAN DAYA DUKUNG YANG TUMBUH LOGISTIK

Analisis Kestabilan Global Model Epidemik SIRS menggunakan Fungsi Lyapunov

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

Dinamik Model Epidemi SIRS dengan Laju Kematian Beragam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penyelesaian Numerik dan Analisa Kestabilan pada Model Epidemik SEIR dengan Memperhatikan Adanya Penularan pada Periode Laten

ANALISIS STABILITAS DAN KENDALI OPTIMAL PADA MODEL PENANGKAPAN IKAN YANG BERINTERAKSI SECARA KANIBAL

KESTABILAN TITIK EQUILIBRIUM MODEL SIS DENGAN PERTUMBUHAN LOGISTIK DAN MIGRASI TUGAS AKHIR

Pengembangan Model Matematika SIRD (Susceptibles- Infected-Recovery-Deaths) Pada Penyebaran Virus Ebola

Transkripsi:

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR Oleh: Drs. M. Setijo Winarko, M.Si Drs. I Gusti Ngurah Rai Usadha, M.Si Subchan, Ph.D Drs. Kamiran, M.Si Noveria Charina Putri Abstrak Pencemaran lingkungan memberi efek negatif bagi kelangsungan hidup makhluk hidup. Pencemaran lingkungan terutama yang mengandung racun, memiliki pengaruh besar terhadap pemangsaan (predasi). Mangsa (prey) yang terinfeksi racun mengancam kelangsungan hidup populasi pemangsa (predator). Penyakit menular pada populasi hewan menjadi permasalahan yang mempengaruhi predasi. Penyebaran penyakit SIS terjadi bila infeksi tidak menyebabkan kekebalan, sehingga infectives menjadi rentan lagi setelah pemulihan penyakit. Dalam Tugas Akhir ini dibahas bilangan reproduksi dasar, analisis stabilitas dari titik kesetimbangan bebas penyakit dan titik kesetimbangan endemik, serta kaitannya dengan bilangan reproduksi dasar dan simulasi perilaku sistem yang dipengaruhi infeksi dan racun. Diasumsikan bahwa interaksi epidemiologi adalah tipe SIS dan populasi prey maupun predator keduanya dipengaruhi oleh racun yang ada di lingkungan. Kata kunci : predator, prey, SIS, penyakit, racun, analisis kestabilan 1. Pendahuluan Semua makhluk hidup memiliki hubungan saling bergantung satu sama lain. Masing-masing individu berinteraksi dengan individu lain yang sejenis maupun lain jenis, baik satu spesies atau spesies lain. Dalam ekosistem terdapat pula proses mangsa-memangsa antar makhluk hidup. Hubungan antara mangsa (prey) dan pemangsa (predator) disebut pemangsaan (predasi) [2]. Hubungan ini sangat erat sebab tanpa prey populasi predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi prey. Masalah yang paling mengancam masyarakat adalah perubahan dalam lingkungan yang disebabkan oleh polusi, mempengaruhi kelangsungan hidup jangka panjang spesies, gaya hidup manusia dan keanekaragaman hayati dari habitat. Sejumlah besar racun dan pencemar masuk ke dalam ekosistem yang mengancam kelangsungan hidup penduduk yang terkena termasuk manusia [5]. Pencemaran lingkungan terutama racun, memiliki pengaruh besar terhadap predasi. Prey yang terinfeksi racun mengancam kelangsungan hidup populasi predator. Penyakit menular pada populasi hewan menjadi permasalahan yang mempengaruhi predasi. Penyebaran penyakit tipe SIS (susceptibles, infectives, kembali ke susceptibles) terjadi bila infeksi tidak menyebabkan 1 kekebalan, sehingga infectives menjadi rentan lagi setelah pemulihan penyakit. Ketika infectives memiliki kekebalan permanen setelah pemulihan, penyakit ini disebut penyakit SIR [5]. Dalam Tugas Akhir ini dibahas bilangan reproduksi dasar, analisis stabilitas dari titik kesetimbangan bebas penyakit dan titik kesetimbangan endemik, serta kaitannya dengan bilangan reproduksi dasar dan simulasi model predator-prey dengan prey yang terinfeksi di lingkungan tercemar. 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Tinjauan Hasil Peneliti Terdahulu Model predator-prey [5] dengan dan masing-masing merupakan ukuran populasi prey dan predator adalah: (2.1) Model ini adalah modifikasi model predatorprey Lotka-Volterra dengan pertumbuhan kepadatan logistik tergantung pada prey. Laju pertumbuhan awal populasi prey per kapita adalah dan daya dukung lingkungan terhadap prey adalah. Laju kematian predator per kapita adalah. Laju pemangsaan adalah dan efisiensi pemangsaan dalam mengubah predasi

menjadi pemangsa baru adalah, sehingga laju kelahiran dari predator baru adalah. Perkembangan selanjutnya ada model interaksi predator-prey yang dipengaruhi penyebaran penyakit menular tipe SIS pada prey sebagai berikut: dengan: : populasi prey : jumlah prey yang rentan terhadap penyakit : jumlah prey yang terinfeksi racun : fraksi dari prey yang rentan : fraksi yang menular : populasi predator : daya dukung lingkungan terhadap prey : laju pertumbuhan populasi prey per kapita tanpa adanya predator : laju memangsa k : efisiensi pakan dalam mengubah predasi menjadi predator baru : laju kematian predator per kapita : koefisien laju kelahiran 2 populasi prey (2.2) : koefisien laju kematian populasi prey : gerakan prey yang terinfeksi keluar dari kelas menular karena proses pemulihan : jumlah rata-rata kontak binatang per unit waktu 2.2 Tugas Akhir Sebelumnya Penyebaran penyakit menular pada predatorprey sudah dibahas dalam Tugas Akhir Angkasa [1]. Tugas Akhir Angkasa menganalisis penyebaran penyakit pada interaksi predatorprey dengan dua laju kontak insiden aksi massa insiden standart. yang berbeda, (konstan) dan 2.3 Bilangan Reproduksi Dasar Untuk mengetahui tingkat penyebaran suatu penyakit diperlukan suatu parameter tertentu. Parameter yang biasa digunakan adalah Bilangan Reproduksi Dasar (Basic Reproduction Number). Dengan menerapkan matematika bilangan reproduksi dasar dapat diperoleh dengan menentukan nilai eigen (nilai karakteristik) dari matriks Jacobian yang dihitung pada titik kesetimbangan bebas penyakit. Pada model yang kompleks, suatu model mungkin mempunyai lebih dari satu bilangan reproduksi dasar. Untuk kasus seperti ini, bilangan reproduksi dasar didefinisikan sebagai nilai terbesar dari beberapa bilangan reproduksi dasar [4]. 2.4 Titik Setimbang dan Kestabilannya Suatu system persamaan diferensial berbentuk (2.3) Kestabilan suatu titik setimbang juga dapat diperiksa dari akar akar karakteristik (nilai eigen ) dengan menyelesaikan dengan adalah matrik dari sistem linearisasi persamaan differential (2.2) yang berukuran 5x5, menghasilkan polynomial dengan derajat tertinggi sama dengan ukuran matrik yaitu polynomial derajat 5 yang mempunyai bentuk umum Sifat stabilitas titik setimbang berdasarkan tanda bagian real dibagi menjadi 3 yaitu : a. Stabil Titik Setimbang dikatakan stabil jika dan hanya jika akar karakteristik (nilai eigen ) adalah real dan negatif atau mempunyai bagian real tak positif. b. Stabil Asimtotis Titik Setimbang dikatakan stabil asimtotis jika dan hanya jika akar karakteristik (nilai eigen ) adalah real dan negatif atau mempunyai bagian real negatif. c. Tidak stabil

Titik Setimbang dikatakan tidak stabil jika dan hanya jika akar karakteristik (nilai eigen ) adalah real dan positif atau mempunyai paling sedikit satu niai eigen dengan bagian real positif. 2.5 Kriteria Kestabilan Routh Hurwitz Kriteria kestabilan Routh Hurwitz adalah suatu metode untuk menunjukkan kestabilan sistem dengan memperhatikan koefisien dari persamaan karakteristik tanpa menghitung akarakar karakteristik secara langsung. Jika diketahui suatu persamaan karakteristik dengan orde ke-n sebagai berikut :. Kemudian susun koefisien persamaan karakteristik menjadi : Tabel 2.1 Tabel Routh Hurwitz dengan Untuk sistem tak linear harus dilinearkan sehingga didapatkan bentuk sistem linear. Persamaan hasil linearisasi disekitar dapat ditulis dalam bentuk: disebut matriks Jacobian disekitar titik kesetimbangan. 2.6 Kestabilan Global Kestabilan global dari titik kesetimbangan dapat ditentukan dengan kriteria negatif Bendixon-Dulac. Mempertimbangkan: Dengan dan setidaknya dalam. Teorema 2.1 (Kriteria Bendixon) [6] Jika pada suatu daerah, tidak identik dengan nol dan tidak berubah tanda, maka persamaan (2.26) tidak memiliki orbit tertutup di. Generalisasi dari kriteria Bendixon karena Dulac adalah sebagai berikut: Teorema 2.2 [6] Misal adalah pada daerah. Jika tidak identik dengan nol dan tidak berubah tanda di, kemudian persamaan (2.26) tidak memiliki orbit tertutup di. 3. Metodologi Metode yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 3.1 Langkah Pengerjaan a. Menyusun asumsi dan deskripsi model. b. Mencari titik kesetimbangan. c. Mencari nilai eigen dan bilangan reproduksi. d. Interpretasi e. Penarikan kesimpulan. 3.2 Diagram Penelitian Alur penelitian yang dilakukan dalam tugas akhir ini diperlihatkan pada gambar 3.1 berikut: Studi Literatur Menyusun asumsi dan deskripsi Dalam hal ini matriks Mencari Titik Kesetimbangan Titik Kesetimbangan Bebas Penyakit Titik Kesetimbangan Endemik Nilai Eigen Mencari Bilangan Reproduksi Interpretasi 3

Kesimpulan Gambar 3.1. Diagram Penelitian 4. Analisis dan Pembahasan 4.1 Asumsi dan Deskripsi Model Pada bagian ini akan dianalisa pengembangan model (2.2) tersebut di dalam lingkungan yang terkena racun. Sebelum dianalisa kestabilannya, terlebih dahulu akan disusun asumsi dari model dan deskripsi model. Asumsi dalam model ini adalah: a. Populasi prey dibagi menjadi dua kelompok yaitu populasi susceptible (populasi yang sehat tetapi rentan terhadap penyakit) dan populasi infectious (populasi yang mengidap dan dapat menularkan penyakit), yaitu: Kelompok susceptible adalah populasi prey dengan jumlah populasi pada waktu dinotasikan sebagai dan populasi predator dengan jumlah populasi pada waktu dinotasikan sebagai. Kelompok infectious adalah populasi prey dengan jumlah populasi pada waktu dinotasikan sebagai. Interaksi epidemiologi adalah tipe SIS dengan populasi prey tidak mempunyai kekebalan (imunitas) permanen sehingga dapat terinfeksi agi. b. Dengan tidak adanya penyebaran penyakit, populasi prey tumbuh secara logistik dengan koefisien laju kelahiran dan koefisien laju kematian dengan dan. c. adalah koefisien predasi dari prey terinfeksi dan adalah koefisien interaksi antara prey yang terinfeksi racun dengan konsentrasi racun dengan dan. d. Laju pertumbuhan populasi prey per kapita tanpa adanya predator adalah dengan r>0. e. Jumlah total populasi prey yang susceptible dan prey yang infectious dengan jumlah populasi pada waktu dinotasikan sebagai. Model interaksi predator-prey yang dipengaruhi penyebaran penyakit menular tipe SIS dan racun adalah: (4.1) (4.2) (4.3) (4.4) (4.5) dengan: : populasi prey : jumlah prey yang rentan terhadap penyakit : jumlah prey yang terinfeksi racun : fraksi yang menular : populasi predator : konsentrasi racun di lingkungan pada waktu : konsentrasi racun dalam organisme pada waktu : daya dukung lingkungan terhadap prey : laju masukan eksogen racun ke dalam lingkungan : laju pertumbuhan populasi prey per kapita tanpa adanya predator : parameter positif, masing-masing laju di mana prey dan populasi predator kehilangan biomassa mereka karena racun : laju memangsa : koefisien prey yang lebih rentan terinfeksi terhadap predasi : koefisien prey yang terinfeksi racun k : efisiensi pakan dalam mengubah predasi menjadi predator baru h : laju kumulatif kehilangan racun dari lingkungan yang diakibatkan oleh proses seperti transformasi biologis, hidrolisis kimia, volatilisasi degradasi mikroba dan degradasi fotosintesis dan juga proses penyerapan : laju kematian predator per kapita : koefisien laju kelahiran populasi prey : jumlah rata-rata kontak binatang per unit waktu : konstanta positif yang menunjukkan laju penyerapan racun lingkungan per satuan massa organisme 4

: konstanta positif yang menunjukkan laju penyerapan racun dalam makanan per satuan massa organisme : konstanta positif yang menunjukkan konsentrasi racun dalam sumber daya : konstanta positif yang menunjukkan laju rata-rata asupan makanan per satuan massa organisme : masing-masing konstanta positif yang menunjukkan organisme bersih konsumsi dan laju pembersihan dari racun berdasar nilai, maka persamaan (4.5) (4.9) harus dilinearkan sehingga didapatkan matriks jacobian dari hasil linearisasi adalah sebagai berikut : 4.2 Daerah Feasible Model mempunyai daerah penyelesaian (daerah feasible) sebagai berikut : dengan dengan: 4.3 Titik Setimbang Model Titik Setimbang adalah titik yang invariant terhadap waktu, dimana laju perubahan adalah nol. Dengan demikian titik-titik setimbang dari persamaan (4.1) sampai (4.5) diperoleh dari sehingga diperoleh titik-titik kesetimbangan: a. Titik setimbang bebas penyakit b. Titik setimbang endemik 4.4.1 Kestabilan Lokal Titik Setimbang Bebas Penyakit a. Untuk titik setimbang matriks jacobiannya adalah 4.4 Kestabilan Lokal Setelah didapatkan titik setimbang bebas penyakit dan endemik selanjutnya akan dianalisa kestabilan lokal dari masing masing titik setimbang. Karena pada persamaan model (4.5) (4.9) dapat terlihat bahwa persamaan tersebut adalah tak linear, maka untuk dapat menentukan kestabilan titik setimbang Nilai eigen diperoleh dari : Didapatkan nilai eigen: 5

Titik setimbang bebas penyakit stabil jika yaitu: i. jika. ii. c. Untuk titik setimbang jika. matriks jacobiannya adalah Nilai eigen diperoleh dari : jika. Karena berarti tidak ada populasi prey dan predator, sehingga titik setimbang tidak diperlukan karena pada realitanya hal ini tidak mungkin terjadi. b. Untuk titik setimbang matriks jacobiannya adalah Dengan: Nilai eigen diperoleh dari : Didapatkan nilai eigen: Titik setimbang bebas penyakit stabil jika yaitu: i. Didapatkan nilai eigen: = dengan ii. jika. Dua akar yang lainnya diberikan oleh persamaan: 6

yang dapat ditulis menjadi: maka koefisien dari polynomial orde 2 adalah: Didapatkan nilai eigen: Titik setimbang bebas penyakit stabil jika yaitu: i. jika ii. jika yang berarti jika dan Titik setimbang endemik stabil jika yaitu: i.. 4.4.2 Kestabilan Lokal Titik Setimbang Endemik a. Untuk titik setimbang ii. adalah matriks jacobiannya b. Untuk titik setimbang matriks jacobiannya adalah Dengan: Dengan: Nilai eigen diperoleh dari : 7

yang dapat ditulis menjadi maka koefisien dari polynomial orde 2 adalah: Titik setimbang endemik stabil jika yaitu: i. jika ii. jika yang berarti jika dan Nilai eigen diperoleh dari : 4.5 Bilangan Reproduksi Dasar Bilangan reproduksi dasar diperoleh dengan menentukan nilai eigen dari matriks Jacobian pada titik kesetimbangan bebas penyakit. Berdasar perhitungan sebelumnya, didapat tiga bilangan reproduksi dasar yaitu dan. Bilangan reproduksi dasar didefinisikan sebagai nilai terbesar dari dan. Berdasarkan perhitungan sebelumnya,diperoleh: Didapatkan nilai eigen: Karena maka didefinisikan: sehingga dari hasil di atas dapat disimpulkan: a. Jika maka akan terjadi penularan penyakit pada seluruh populasi prey yang rentan (susceptible). b. Jika maka tidak terjadi endemik. 4.6 Kestabilan Global Titik Setimbang Bebas Penyakit Pada sub bab 4.4.1 sudah dianalisa bahwa titik kesetimbangan adalah 8 Dua akar yang lainnya diberikan oleh persamaan: stabil lokal untuk, dan

. Selanjutnya akan ditunjukkan kestabilan global dengan menunjukkan bahwa titik kesetimbangan ini tidak mempunyai orbit periodik sehingga semua trayektori mendekati Kestabilan global ditentukan dengan kriteria Bendixon-Dulac. Akan dibuktikan. stabil asimtotik global pada bidang. Dipilih : Jelas jika dan Karena pada titik setimbang bebas penyakit, maka persamaan (4.5) dan (4.6) menjadi: Dengan kriteria Bendixon-Dulac diperoleh: Sehingga untuk semua, oleh karena itu, dengan kriteria Bendixon-Dulax, maka sistem tidak mempunyai orbit periodik pada kuadran pertama sehingga semua trayektori menuju ke titik setimbang bebas penyakit. Ini membuktikan stabil asimtotik global pada bidang. 4.7 Simulasi Untuk kasus Parameter yang digunakan:, dengan nilai awal [5]. Diperoleh. Maka didapat grafik perilaku sistem: Gambar 4.1. Perilaku sistem yang dipengaruhi infeksi dan racun a. Laju Pertumbuhan Susceptible Prey Pada awal laju pertumbuhannya, susceptible prey mengalami penurunan karena peningkatan laju kehilangan biomassa, yang mengakibatkan prey menjadi terinfeksi dan rentan terhadap predasi. Kemudian susceptible prey mengalami kenaikan laju pertumbuhan akibat peningkatan laju kematian predator yang disebabkan oleh kehilangan biomassa karena racun. b. Laju Pertumbuhan Infected Prey Pada awal laju pertumbuhannya, terjadi kontak antara infected prey dengan susceptible prey. Laju pertumbuhan infected prey menurun akibat dari peningkatan laju memangsa predator pada susceptible prey yang tidak diimbangi dengan peningkatan laju kelahiran populasi prey. c. Laju Pertumbuhan Predator Pada awal laju pertumbuhan predator, terjadi peningkatan laju memangsa infected prey. Kemudian predator kehilangan biomassa karena terinfeksi racun dari prey yang dimangsanya dan mengalami peningkatan laju kematian. Untuk kasus Parameter yang digunakan:, dengan nilai awal. Diperoleh. Maka didapat grafik perilaku sistem: 9

waktu sampai dan laju pertumbuhan mulai stabil ketika. Simulasi ini (Gambar 4.2) sesuai dengan perilaku model di sekitar titik kesetimbangan Untuk kasus Parameter yang digunakan:. Gambar 4.2. Perilaku sistem yang dipengaruhi infeksi dan racun, dengan a. Laju Pertumbuhan Susceptible Prey Pada awal laju pertumbuhannya, susceptible prey mengalami penurunan karena peningkatan laju kehilangan biomassa, yang mengakibatkan prey menjadi terinfeksi dan rentan terhadap predasi. Kemudian susceptible prey mengalami kenaikan laju pertumbuhan akibat peningkatan laju kematian predator yang disebabkan oleh kehilangan biomassa karena racun. Namun laju pertumbuhan mengalami penurunan dan kenaikan pada rentang waktu sampai dan laju pertumbuhan mulai stabil ketika. b. Laju Pertumbuhan Infected Prey Pada awal laju pertumbuhannya, terjadi kontak antara infected prey dengan susceptible prey. Laju pertumbuhan infected prey menurun akibat dari peningkatan laju memangsa predator pada susceptible prey yang tidak diimbangi dengan peningkatan laju kelahiran populasi prey. Namun laju pertumbuhan mengalami kenaikan dan penurunan pada rentang waktu sampai dan laju pertumbuhan mulai stabil ketika. c. Laju Pertumbuhan Predator Pada awal laju pertumbuhan predator, terjadi peningkatan laju memangsa infected prey. Kemudian predator kehilangan biomassa karena terinfeksi racun dari prey yang dimangsanya dan mengalami peningkatan laju kematian. Namun laju pertumbuhan mengalami penurunan dan kenaikan pada, dengan nilai awal. Diperoleh. Maka didapat grafik perilaku sistem: Gambar 4.3. Perilaku sistem yang dipengaruhi infeksi dan racun, dengan a. Laju Pertumbuhan Susceptible Prey Pada awal laju pertumbuhannya, susceptible prey mengalami penurunan sampai karena peningkatan laju kehilangan biomassa, yang mengakibatkan prey menjadi terinfeksi dan rentan terhadap predasi. Laju pertumbuhan mulai stabil ketika. b. Laju Pertumbuhan Infected Prey Pada awal laju pertumbuhannya, terjadi kontak antara infected prey dengan susceptible prey. Laju pertumbuhan infected prey mengalami penurunan sampai akibat dari peningkatan laju memangsa predator pada susceptible prey yang tidak diimbangi dengan peningkatan laju kelahiran populasi prey. Laju pertumbuhan mulai stabil ketika. c. Laju Pertumbuhan Predator Pada awal laju pertumbuhan predator, terjadi peningkatan laju memangsa infected prey. Kemudian predator kehilangan biomassa karena terinfeksi racun dari prey yang 10

dimangsanya dan mengalami peningkatan laju kematian. Namun laju pertumbuhan mengalami penurunan sampai dan Laju pertumbuhan mulai stabil ketika. 5. PENUTUP Pada bab ini, diberikan kesimpulan dari hasil analisis stabilitas lokal. Selain itu, memberikan saran pada pembahasan yang telah dilakukan untuk dikaji lebih dalam. 5.1 Kesimpulan 1. Diperoleh titik setimbang bebas penyakit yaitu a. b. c. 2. Diperoleh titik setimbang endemik yaitu a. b. 3. Pengaruh titik kesetimbangan pada kestabilan lokal bebas penyakit: a. Jika dan maka titik kesetimbangan bebas penyakit stabil, namun titik setimbang tidak diperlukan karena pada realitanya hal ini tidak mungkin terjadi. b. Jika dan maka titik kesetimbangan bebas penyakit c. Jika, dan stabil. maka titik kesetimbangan stabil. 4. Pengaruh titik kesetimbangan pada kestabilan lokal endemik: a. Jika dan setimbang endemik stabil. maka titik b. Jika,, dan maka titik kesetimbangan endemik stabil. 5. Diperoleh bilangan reproduksi dasar, a. Jika maka akan terjadi penularan penyakit pada seluruh populasi prey yang rentan (susceptible). b. Jika maka tidak terjadi endemik. 6. Titik setimbang bebas penyakit stabil asimtotik global pada bidang. 5.2 Saran Pada penelitian ini tidak dibahas mengenai persistensi oleh karena itu penulis menyarankan agar pada penelitian selanjutnya menyertakan permasalahan persistensi. Daftar Pustaka [1] Angkasa, dan Winarko. 2005. Masalah Penyebaran Penyakit Menular pada Model Predator-Prey. Skripsi ITS. [2] Anonim. Pebruari 2000. Interaksi Antar Komponen. URL:http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/s ponsor/sponsorpendamping/praweda/biologi/0028%20 Bio%201-6c.htm (diakses tanggal 15 Pebruari 2011). [3] Finizio, N. dan Landas, G. 1988. Ordinary Differential Equations with Modern Applications. California: Wadsworth Publishing Company. [4] Kristianto, D.A. 2009. Analisis Model Perkembangan Virus HCV Type 4A pada Penyebaran Penyakit Hepatitis C. Tugas Akhir Jurusan Matematika ITS. Surabaya. [5] Sudipa Sinha, O.P. Misra, dan J. Dhar. 2010. Modelling a Predator-Prey System with Infected Prey in Polluted Environment. Applied Mathematical Modelling 34(2010) 1861-1872. [6] Wiggins, S, (1990), Introduction to Applied Nonlinear Dynamical Systems and Chaos, Splinger-Verlag, New York. 11