BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas

Kemmis & Mc. Taggart (Basrowi, 2008: 26) memandang PTK sebagai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Seting Dan Karakteristik Subjek Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Alasan Pemilihan Metode Penelitian Tindakan Kelas

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS TINGKAT TINGGI SISWA KELAS X KEP 3 SMK NEGERI 1 AMLAPURA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan classroom action research atau sering disebut

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat yang dipilih untuk penelitian adalah SMA Muhammadiyah 1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kegiatan bersiklus yang terdiri dari perencanaan, tindakan &

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan (action research), karena

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-3 SMAN 2 Kalianda semester

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini yaitu research and development atau penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Pesawahan kecamatan Teluk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII F SMP Negeri 19 Bandar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. masalah - masalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan. Yaitu masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom

METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan penelitian, desain penelitian, faktor-faktor yang diamati, rencana

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITTIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan peneliti adalah penelitian

B. Disain Penelitian Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian Kemmis dan Taggart (dalam Wiriaatmadja: 2008)

BAB III RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN. Paseh 2 Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang. Lokasi penelitian tersebut

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini yaitu siswa kelas X-2 dengan jumlah siswa 25 orang terdiri dari 10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkapura ini menggunakan model cooperative learning Tipe TSTS dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian. sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 10 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki. Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Rancangan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Tempat Penelitian Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sebanyak 21 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpukan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah. (Kunandar,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digambarkan sebagai berikut : Perencanaan I

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas XI IPA1 SMA PGRI 1

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran (Sanjaya: 2009: 59). Pada penelitian tindakan kelas ini

BAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian. Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 1 Biluhu

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Proses PTK merupakan proses siklus yang dimulai dari menyusun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaboratif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. tindakan kelas (PTK) atau CAR (Classroom Action Research) yang bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang bersifat reflektif

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bagian ini berturut-turut dikemukakan bahasan mengenai metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. tindakan kelas (classroom action research), yang dilakukan dengan tujuan

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian 3.1.1 Desain Penelitian Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang pelaksanaannya direncanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas empat tahapan penelitian, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan evaluasi, dan (4) refleksi. Sebelum melaksanakan siklus terlebih dahulu diadakan refleksi awal. Desain penelitian ini mengikuti pola yang dikembangkan oleh Kemmis & Mc. Taggart seperti disajikan pada gambar 3.1 berikut ini. REFLEKSI AWAL PERENCANAAN PELAKSANAAN SIKLUS I REFLEKSI OBSERVASI/ EVALUASI PERENCANAAN PELAKSANAAN SIKLUS II REFLEKSI OBSERVASI/ EVALUASI Laporan Gambar 3.1 Desain Penelitian (diadaptasi dari Kemmis dan Taggart, 1988) 3.1.2 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas X Keperawatan 3 SMK Negeri 1 Amlapura semester II tahun pelajaran 2013/2014. SMK Negeri 1 Amlapura terletak di Jalan Veteran, Padangkerta, Karangasem, Bali Kode Pos 80812. 19

3.1.3 Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan yaitu dari bulan Februari sampai dengan Mei 2014. Adapun waktu pelaksanaan penelitian disajikan pada tabel di bawah ini. No. Kegiatan 1. Penyusunan proposal, perencanaan tindakan I 2. Pelaksanaan tindakan I 3. Pengamatan/pengumpulan data I 4. Refleksi I 5. Perencanaan tindakan II 6. Pelaksanaan tindakan II 7. Pengamatan/pengumpulan data II 8. Refleksi II 9. Penulisan laporan/penjilidan Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian Februari Maret April Mei 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 3.2 Subjek dan Obyek Penelitian 3.2.1 Subjek Penelitian Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X Keperawatan 3 SMK Negeri 1 Amlapura semester II tahun pelajaran 2013/2014 dengan banyak siswa 29 orang yang terdiri dari 4 orang laki-laki dan 25 orang perempuan (daftar nama siswa disajikan pada lampiran 2). Alasan pengambilan kelas ini sebagai subjek penelitian dikarenakan pada kelas ini ditemukan permasalahan-permasalahan seperti yang telah dipaparkan pada latar belakang. 3.2.2 Obyek Penelitian Yang menjadi obyek penelitian ini adalah 1) kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa, 2) respons siswa terhadap implementasi model pembelajaran metakognitif. 20

3.3 Data dan Sumber Data Uraian data dan sumber data dalam penelitian ini disajikan pada tabel 3.2 berikut ini. Tabel 3.2 Uraian Data dan Sumber Data No. Uraian Data Sumber Data 1. Untuk mendapatkan data tentang kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi dan respon siswa terhadap implementasi model pembelajaran metakognitif 2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan implementasi model pembelajaran metakognitif, kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi dan respon siswa 3. Untuk mengetahui implementasi model pembelajaran metakognitif secara komprehensif, dari sisi siswa dan guru Siswa Guru Teman sejawat 3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 3.5.1 Teknik dan Alat Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperti disajikan pada tabel 3.3. Tabel 3.3 Teknik dan Alat Pengumpulan Data No. Teknik yang digunakan Alat yang digunakan Data yang dikumpulkan Waktu Pengumpulan 1. Tes Butir soal berbentuk uraian 2. Kuesioner/ Angket Kuesioner/ Angket 3. Wawancara Panduan wawancara 4. Studi dokumentasi Jurnal, buku harian, foto Kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi Respon siswa terhadap implementasi model pembelajaran metakognitif Pendapat atau sikap siswa tentang implementasi model pembelajaran metakognitif Pelaksanaan pembelajaran Setiap akhir siklus Akhir siklus II Setiap akhir siklus Setiap siklus 21

3.5.2 Instrumen Penelitian 3.4.2.1 Tes Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Data tentang kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa dikumpulkan menggunakan tes berbentuk uraian. Penggunaan tes uraian memungkinkan terlihatnya tingkat pengetahuan siswa akan materi yang diberikan, karena di dalamnya terkandung proses dan hasil dari kegiatan pembelajaran. Tes uraian memiliki beberapa keunggulan diantaranya: Dalam menjawab soal bentuk uraian siswa dituntut menjawab secara rinci, maka proses berpikir, ketelitian, dan sistematika penyusunan dapat dievaluasi. Terjadinya bias hasil evaluasi dapat dihindari. Proses pengerjaan tes akan menimbulkan kreativitas dan aktivitas positif siswa sehingga tes berbentuk essay menuntut siswa agar berpikir secara sistematis dalam menyampaikan pendapat dan argumentasi serta mengaitkan fakta-fakta yang relevan (Suherman, 2003). Di samping keunggulan di atas, tes uraian juga memiliki kelemahan. Kelemahan utamanya, yaitu terletak pada pemeriksaan jawaban yang cenderung bersifat subjektif, namun hal ini perlu dihindari dengan memberikan patokanpatokan skor. Untuk mempermudah dalam melakukan penskoran terhadap jawaban siswa dalam pemecahan masalah yang diberikan, terlebih dahulu dibuat rubrik cara pemberian skor. Rubrik ini dapat mempermudah dalam memeriksa jawaban siswa. Rubrik pemberian skor pemecahan masalah pada tes kompetensi matematis tingkat tinggi dapat dilihat pada tabel 3.4. Tes yang digunakan disusun berdasarkan tingkat kognitif yang dikemukakan oleh Bloom. Tingkat kognitif yang digunakan adalah yang sesuai dengan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi, yaitu analisis, sintesis dan evaluasi. 22

Tabel 3.4 Rubrik Pemberian Skor Tes Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Skor Kriteria khusus 4 Jawaban yang dibuat oleh siswa memenuhi semua karakteristik berikut ini. Siswa memilih dan menerapkan konsep dan prosedur/strategi yang relevan, yang diperlukan untuk memecahkan masalah. Siswa mempertimbangkan semua batasan dari masalah yang diberikan. Penyelesaian dan seluruh proses pengerjaannya benar. 3 Siswa menggunakan prosedur/strategi yang sesuai untuk memecahkan masalah, akan tetapi jawaban yang diperoleh tidak sepenuhnya benar karena munculnya salah satu dari hal-hal berikut ini. Terdapat bukti bahwa siswa memiliki sebuah kesalahan konsep atau gagal mempertimbangkan sebuah konsep yang relevan, yang diperlukan untuk memecahkan masalah dengan benar. Siswa gagal mempertimbangkan sebuah batasan dari masalah yang ada. Siswa gagal mempertimbangkan sebuah variabel yang relevan. Jawaban yang diberikan secara umum benar, akan tetapi penjelasan yang diberikan tidak lengkap sampai pada penyelesaian. 2 Siswa memilih prosedur atau strategi yang sesuai untuk memecahkan masalah, akan tetapi jawaban yang diperoleh tidak benar karena munculnya satu atau lebih hal-hal berikut ini. Terdapat bukti bahwa siswa memiliki beberapa kesalahan konsep atau gagal mengetahui beberapa konsep yang relevan yang diperlukan untuk memecahkan masalah dengan benar. Siswa gagal mempertimbangkan beberapa batasan dari masalah yang ada. Siswa gagal mempertimbangkan beberapa variabel yang relevan. Siswa tidak melaksanakan prosedur/strategi sejauh yang diperlukan untuk mencapai penyelesaian. Jawaban yang diberikan secara umum benar, tetapi tidak ada penjelasan yang menunjukkan bagaimana siswa sampai pada penyelesaian. 1 Siswa memberikan jawaban yang tidak lengkap dan atau tidak benar sebagai usaha untuk memecahkan masalah. Selain itu, satu atau lebih halhal berikut ini muncul. Siswa telah mempertimbangkan sebuah batasan atau variabel dari masalah yang ada. Siswa memahami beberapa konsep yang relevan terhadap masalah yang diberikan. Siswa memilih prosedur/strategi yang sangat tidak sesuai. 0 Jawaban yang dibuat oleh siswa memenuhi karakteristik sebagai berikut. Siswa sama sekali tidak membuat jawaban. Jawaban siswa hanya mengulang informasi yang ada pada masalah. Memberikan sebuah penyelesaian yang salah dan tidak memberikan penjelasan yang lain. Jawaban dan penjelasan pendukung sangat tidak relevan dengan masalah yang diberikan. (dimodifikasi dari CRESST, 2007) 23

3.4.2.2 Data Respons Siswa terhadap Implementasi Model Pembelajaran Metakognitif Data respons siswa terhadap implementasi model pembelajaran metakognitif dikumpulkan menggunakan angket yang diberikan kepada siswa X Keperawatan 3 SMK Negeri 1 Amlapura pada akhir siklus II. Angket yang digunakan terdiri atas 15 butir pernyataan yang masing-masing terdiri atas 5 pilihan, yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-Ragu (R), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Adapun kisi-kisi angket respons siswa terhadap model pembelajaran metakognitif adalah sebagai berikut. Tabel 3.5 Kisi-Kisi Angket Respons Siswa Positif Pernyataan nomor 1, 3, 4, 6, 8, 10, 13 dan 14 Pernyataan Negatif Pernyataan nomor 2, 5, 7, 9, 11, 12 dan 15 Jumlah 15 Jawaban atas angket yang diberikan oleh siswa selanjutnya akan diberikan skor dengan kriteria penskoran sebagai berikut. Tabel 3.6 Kriteria Penskoran Respons Siswa No Pernyataan Positif Skor Pernyataan Negatif Skor 1. Sangat Setuju (SS) 5 Sangat Setuju (SS) 1 2. Setuju (S) 4 Setuju (S) 2 3. Ragu-Ragu (R) 3 Ragu-Ragu (R) 3 4. Tidak Setuju (TS) 2 Tidak Setuju (TS) 4 5. Sangat Tidak Setuju (SS) 1 Sangat Tidak Setuju (SS) 5 Skor respons masing-masing siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor yang dipilih masing-masing siswa pada setiap pernyataan yang ada pada angket respons siswa. 3.5 Validasi Data Penelitian yang baik dan terpercaya adalah penelitian yang dilakukan dengan kaidah-kaidah ilmiah dan metode yang sesuai dengan standar ilmiah. Salah satu cara untuk mengetahui derajat kepercayaan suatu penelitian adalah dengan melihat validitas dan reliabilitas penelitian. Penelitian tindakan kelas yang tergolong penelitian kualitatif memiliki cara tersendiri dalam menentukan 24

validitas dan reliabilitas. Validitas menunjuk pada derajat kepercayaan terhadap proses dan hasil PTK, sedangkan reliabilitas menunjuk sejauh mana kajian dapat direplikasi. Artinya apakah seorang peneliti dengan menggunakan metode yang sama akan mendapatkan hasil yang sama seperti penelitian sebelumnya. Menurut Lincoln dan Guba (1985) dalam Iskandar (2009: 82), untuk menjamin data penelitian sudah akurat dan dapat dipercaya (keabsahan data) diperlukan teknik validasi seperti ditunjukkan oleh gambar 3.2. Validasi data kualitatif Objektivitas Validitas (Kesahihan) 1) Validitas Internal 2) Validitas Eksternal Reliabilitas (Keterandalan) 3.5.1 Objektivitas Gambar 3.2 Teknik Validasi Data Penelitian Kualitatif (diadaptasi dan dimodifikasi dari Iskandar, 2009: 82) Untuk memenuhi kriteria obyektif, penelitian tindakan kelas ini telah memenuhi syarat minimum yaitu (1) desain penelitian dibuat secara baik dan benar, (2) fokus masalah tepat, (3) kajian teori/pustaka yang relevan, (4) instrumen dan cara pendataan yang akurat, (4) teknik pengumpulan data sesuai dengan fokus permasalahan penelitian, (5) analisis data dilakukan secara benar, (6) hasil penelitian bermanfaat bagi peningkatan mutu pembelajaran matematika di sekolah. 3.5.2 Validitas Internal Penjaminan keabsahan data melalui validitas internal dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kriteria teknik validasi seperti ditunjukkan oleh gambar 3.3. 25

Member check Guru sekaligus menjadi peneliti Ketekunan pengamatan Menyediakan referensi Validitas Internal Triangulasi Analisis kasus negatif Diskusi teman sejawat Gambar 3.3 Validitas Internal (diadaptasi dan dimodifikasi dari Iskandar, 2009: 83) 3.5.3 Validitas Eksternal Validitas eksternal dalam penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif. Validitas eksternal dalam penelitian kuantitatif menyatakan bahwa generalisasi hasil penelitian dapat diterapkan ke semua konteks dalam populasi yang sama atas dasar pengambilan sampel. Sedangkan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif bersifat kontekstual dan situasional yang mana hasil penelitian dapat diterapkan jika memiliki kesamaan konteks. Agar orang lain dapat membuat keputusan tentang validitas eksternal maka peneliti perlu menyiapkan laporan deskriptif yang rinci, sistematis dan empiris. Apabila pembaca mendapat informasi yang jelas tentang temuan penelitian maka dapat dikatakan bahwa penelitian tersebut memenuhi kriteria validitas eksternal. 3.5.4 Reliabilitas Suatu penelitian dikatakan memiliki reliabilitas (keterandalan) yang tinggi jika dua atau beberapa kali penelitian dengan fokus masalah yang sama diulang dalam konteks dan situasi yang sama maka hasil esensialnya juga sama. Menurut Danim (2002) dalam Iskandar (2009: 88) titik sentral penelitian adalah memeriksa apakah semua yang terdokumentasi dalam laporan penelitian benar-benar terjadi dalam proses penelitian secara keseluruhan. Mulai dari bagaimana peneliti mengidentifikasi masalah dan menentukan fokus masalah, pemahaman teori-teori yang relevan, interaksi peneliti dengan setting penelitian, kedalaman dan ketajaman penentuan sumber data, pengumpulan data, analisis data dan 26

interpretasi data yang digunakan dasar penyusunan laporan penelitian. Jika proses ini dapat peneliti deskripsikan secara utuh dan menyeluruh maka dapat dikatakan bahwa hasil penelitian memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi. 3.6 Teknik Analisis Data 3.6.1 Analisis Data Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Data kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa dianalisis secara deskriptif dengan cara menghitung rata-rata skor yang diperoleh siswa, dengan rumus sebagai berikut. n Ti T i n Keterangan: T = rata-rata skor kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa T i = skor kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa n = banyaknya siswa Selanjutnya skor rata-rata (T ) yang diperoleh akan digolongkan berdasarkan mean ideal (MI) dan standar deviasi ideal (SDI) dengan kriteria sebagai berikut. Tabel 3.7 Kriteria Penggolongan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi No. Kriteria Kategori 1. T MI 1, 5 SDI Sangat baik 2. MI 0,5 SDI T MI 1, 5 SDI Baik 3. MI 0,5 SDI T MI 0, 5 SDI Cukup baik 4. MI 1,5 SDI T MI 0, 5 SDI Kurang baik 5. T MI 1, 5 SDI Sangat kurang baik dengan: MI SDI = 2 1 (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal) = 6 1 (skor tertinggi ideal - skor terendah ideal) Rubrik analitik yang digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa terdiri atas 5 indikator dengan skor maksimum 4 dan skor minimum 0. Tes kemampuan berpikir matematis tingkat 27

tinggi yang akan dianalisis berjumlah 3 butir soal, sehingga dapat ditentukan skor tertinggi ideal adalah 12 dan skor terendah ideal adalah 0. Jadi dapat dihitung MI dan SDI sebagai berikut. MI = 2 1 (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal) 1 2 = 12 0 = 6 SDI = 6 1 (skor tertinggi ideal - skor terendah ideal) 1 6 = 12 0 = 2 Dengan demikian data mengenai kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa dengan menerapkan model pembelajaran metakognitif ditentukan dengan kriteria sebagai berikut. Tabel 3.8 Konversi Penggolongan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi No. Kriteria Kategori 1 T 9 Sangat baik 2 7 T 9 Baik 3 5 T 7 Cukup baik 4 3 T 5 Kurang baik 5 T 3 Sangat Kurang baik Penelitian ini dikatakan berhasil jika rata-rata kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa minimal mampu mencapai kriteria baik. Kriteria keberhasilan ini digunakan karena model pembelajaran yang diterapkan merupakan suatu pembelajaran inovatif serta didukung dengan keadaan akademis siswa kelas X Keperawatan 3 SMK Negeri 1 Amlapura. 3.6.2 Analisis Data Respon Siswa terhadap Implementasi Model Pembelajaran Metakognitif Data respons siswa terhadap implementasi model pembelajaran metakognitif dianalisis secara deskriptif berdasarkan rata-rata skor ( R ), mean 28

ideal (MI), dan standar deviasi ideal (SDI). Data respons siswa yang dikumpulkan dihitung rata-ratanya dengan rumus sebagai berikut. n Ri R i n Keterangan : R = rata-rata skor respons siswa R i = skor respons siswa n = banyaknya siswa Selanjutnya, rata-rata skor respons siswa dikonversi ke dalam kriteria yang ditentukan sebagai berikut. Tabel 3.9 Kriteria Penggolongan Respons Siswa No. Kriteria Kategori 1 R MI 1, 5 SDI Sangat Positif 2 MI 0,5 SDI R MI 1, 5 SDI Positif 3 MI 0,5 SDI R MI 0, 5 SDI Cukup Positif 4 MI 1,5 SDI R MI 0, 5 SDI Kurang Positif 5 R MI 1, 5 SDI Sangat Kurang Positif dengan : 1 MI = (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal) 2 1 SDI = (skor tertinggi ideal - skor terendah ideal) 6 Angket yang digunakan untuk mengumpulkan respons siswa terhadap implementasi model pembelajaran metakognitif terdiri atas 15 item. Tiap item terdiri atas 5 pilihan dengan skor maksimal tiap item 5 dan skor minimal tiap item 1. Oleh sebab itu dapat ditentukan skor tertinggi ideal adalah 75 dan skor terendah ideal adalah 15, sehingga dapat dihitung MI dan SDI sebagai berikut. 1 MI = (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal) 2 1 2 = 75 15 = 45 29

SDI = 6 1 (skor tertinggi ideal - skor terendah ideal) 1 6 = 75 15 = 10 Dengan demikian data mengenai respons siswa terhadap implementasi model pembelajaran metakognitif ditentukan dengan kriteria sebagai berikut. Tabel 3.10 Konversi Penggolongan Respons Siswa No. Kriteria Kategori 1 R 60 Sangat Positif 2 50 R 60 Positif 3 40 R 50 Cukup Positif 4 30 R 40 Kurang Positif 5 R 30 Sangat Kurang Positif Dalam penelitian ini diharapkan respons siswa terhadap implementasi model pembelajaran metakognitif minimal mampu mencapai kriteria positif. 3.7 Indikator Keberhasilan Penelitian Penelitian ini dikatakan berhasil jika memenuhi kriteria tindakan sebagai berikut. 1) kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa tergolong baik atau lebih 2) respon siswa terhadap proses pembelajaran tergolong positif atau lebih 3.8 Prosedur Penelitian Sebelum melaksanakan siklus terlebih dahulu diadakan refleksi awal. 3.4.1 Refleksi Awal Kegiatan refleksi awal merupakan kegiatan refleksi kritis terhadap pembelajaran yang dilaksanakan selama ini di kelas X Keperawatan 3 SMK Negeri 1 Amlapura yang meliputi evaluasi diri dan berdasarkan penilaian teman sejawat. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai masalah yang dihadapi di sekolah bersangkutan yang terkait dengan pembelajaran matematika. 30

Berdasarkan hasil refleksi awal diperoleh suatu gambaran mengenai kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa perlu ditingkatkan sebagaimana yang telah dipaparkan pada latar belakang. Selanjutnya dari hasil refleksi awal ini, diperoleh suatu keputusan untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa melalui implementasi model pembelajaran metakognitif. 3.4.2 Pelaksanaan Penelitian Tindakan yang dilaksanakan dalam penelitian ini direncanakan berlangsung dalam 2 siklus. Adapun tindakan yang dilaksanakan pada setiap siklus adalah sebagai berikut. 3.4.2.1 Siklus I Siklus I direncanakan 3 kali pertemuan untuk pembelajaran dan 1 kali untuk pelaksanaan tes. Tahapan dalam siklus ini sebagai berikut. (1) Perencanaan Tindakan Berdasarkan hasil refleksi awal tindakan yang dilakukan dalam tahap perencanaan yaitu sebagai berikut. 1. Menentukan materi yang akan dikaji 2. Menyusun skenario pembelajaran dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang didasarkan atas model pembelajaran metakognitif. RPP yang disusun juga dikonsultasikan dengan guru matematika lainnya. 3. Mempersiapkan instrumen penelitian berupa: a) tes uraian untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi b) lembar analisis untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik, c) angket respon peserta didik terhadap pembelajaran. (2) Pelaksanaan Tindakan Pada tahap tindakan ini guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan model pembelajaran metakognitif, yang sudah disesuaikan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Adapun langkah-langkah pembelajaran yang dilaksanakan seperti disajikan pada tabel 3.11. 31

Tabel 3.11 Langkah-langkah Pembelajaran Model Pembelajaran Metakognitif Langkah Pembelajaran Kegiatan Guru Pendahuluan Menginformasikan kompetensi dasar, indikator, dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah dilakukan dengan menyampaikan manfaat/kegunaan materi program linier. Memfasilitasi siswa mengingat kembali materi yang telah dipelajari dengan melakukan tanya jawab. Pengembangan kemampuan kognitif Memfasilitasi siswa untuk membentuk kelompok diskusi Mengorganisasikan siswa untuk mendiskusikan materi sesuai kelompoknya masing-masing Membimbing siswa secara kelompok jika mengalami kesulitan. Mengarahkan siswa untuk mengerjakan LKS tipe kognitif pada masing-masing kelompok. Menginisiasi siswa untuk menyelesaikan masalahmasalah matematika tipe kognitif dalam hal ini program linier yang terdapat pada LKS secara berkelompok. Membimbing siswa secara berkelompok menyelesaikan masalah matematika tipe kognitif. Membuka kesempatan bagi siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Kegiatan Siswa Mencermati kompetensi dasar, indikator dan kegiatan pembelajaran Mencermati manfaat/kegunaan materi yang akan dipelajari. Mencermati, mengingat kembali dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru Mempersiapkan diri membentuk kelompok diskusi Mendiskusikan materi yang dibahas. Bertanya jika ada yang belum dimengerti mengenai materi yang dibahas. Mencermati LKS yang diberikan. Mencermati dan menyelesaikan masalah matematika tipe kognitif yang terdapat pada LKS. Meminta bimbingan jika mengalami kesulitan. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Mengajak siswa untuk mencermati dan merenungkan kembali kegiatan yang telah dilakukan dalam menyelesaikan masalah. Merenungkan kesalahankesalahan yang telah dilakukan dalam menyelesaikan masalah dan kesulitan-kesulitan yang dialami. 32

Pengembangan kemampuan metakognitif Menginisiasi siswa untuk menyelesaikan masalahmasalah tipe metakognitif yang terdapat pada LKS. Mencermati dan menyelesaikan masalahmasalah matematika tipe metakognitif yang terdapat pada LKS. 1. Perencanaan Membimbing siswa dalam merencanakan dan melaksanakan prosedur penyelesaian, strategi kognitif yang digunakan, dan pengetahuan awal yang relevan dalam menyelesaikan masalah yang diberikan. 2. Pemantauan Membimbing siswa memantau prosedur penyelesaian, pengetahuan awal yang relevan, dan strategi kognitif yang digunakan. Membimbing siswa merefleksi 3. Refleksi kembali proses, pemahaman konsep yang telah dilakukan dalam kegiatan menyelesaikan masalah matematika tipe metakognitif dalam hal ini masalah program linier. Hal ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang telah diperoleh siswa dengan pernyataan yang diberikan sehingga dalam hal ini akan terjadi proses control dan refleksi terhadap kegiatan kognitif yang telah dilakukan Membuka kesempatan bagi siswa untuk mengkomunikasikan hasil diskusi kelompoknya dan ditanggapi oleh siswa lain. Penutup Memfasilitasi siswa membuat simpulan terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Memberikan tugas rumah Merencanakan dan melaksanakan prosedur penyelesaian, strategi kognitif yang digunakan, dan pengetahuan awal yang Relevan dalam menyelesaikan masalah yang diberikan. Memantau prosedur penyelesaian yang telah dilakukan, pengetahuan awal yang relevan, strategi kognitif yang digunakan. Merefleksi proses pemahaman konsep yang telah dilakukan dalam menyelesaikan masalah. Ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang telah diperoleh dengan pernyataan yang telah diberikan, sehingga dalam hal ini terjadi proses control dan refleksi terhadap kegiatan kognitif yang telah dilakukan. Mengkomunikasikan hasil diskusi kelompoknya dan memberikan tanggapan terhadap unjuk kerja kelompok lainnya. Membuat simpulan terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. Menerima tugas rumah yang diberikan oleh guru (3) Observasi dan Evaluasi Kegiatan observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai kendala yang terjadi selama pelaksanaan tindakan serta hal-hal positif yang dapat yang terjadi selama pelaksanaan tindakan. 33

Evaluasi pembelajaran dilaksanakan setiap akhir pembelajaran untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi selama pembelajaran dan pada akhir siklus dengan memberikan tes kepada siswa untuk mengetahui kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi. (4) Refleksi Kegiatan pada tahap ini yaitu merefleksi tindakan yang telah dilakukan selama siklus I, sebagai dasar refleksi adalah hasil tes pada siklus I serta wawancara dengan siswa terhadap kesulitan-kesulitan belajar yang dialami dalam proses pembelajaran serta kendala-kendala yang ditemukan selama pelaksanaan tindakan. Hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar memperbaiki dan menyempurnakan perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada siklus II. 3.4.2.2 Siklus II Siklus II direncanakan berlangsung selama 3 kali pertemuan untuk pembelajaran dan 1 kali untuk pelaksanaan tes. Hasil refleksi pada siklus I akan digunakan sebagai dasar dalam merancang dan menyempurnakan perencanaan dan tindakan pada siklus II. (1) Perencanaan Tindakan Pada dasarnya perencanaan tindakan pada siklus II tidak jauh berbeda dengan perencanaan tindakan pada siklus I, hanya saja perencanaan pada siklus II merupakan penyempurnaan terhadap tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus I yang didasarkan pada hasil refleksi yang dilakukan pada siklus I. Adapun perencanaan pada siklus II sebagai berikut. 1. Menentukan materi yang akan dikaji. 2. Menyusun rencanan pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk siklus II. 3. Menyiapkan instrumen penelitian berupa: tes uraian dan lembar analisis untuk mengukur kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi. (2) Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus II merupakan realisasi dari perencanaan pada siklus II yang pada dasarnya merupakan penyempurnaan tindakan pada siklus I. 34

(3) Observasi dan Evaluasi Sebagaimana halnya pada siklus I, observasi kelas dilakukan untuk mengenai kendala yang terjadi selama pelaksanaan tindakan serta hal-hal positif yang dapat yang terjadi selama pelaksanaan tindakan. Evaluasi pembelajaran dilaksanakan setiap akhir pembelajaran untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi selama pembelajaran dan pada akhir siklus dengan memberikan tes kepada siswa untuk mengetahui kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa. Evaluasi yang dilakukan pada siklus II untuk mengetahui perubahan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa dari siklus I ke siklus II. (4) Refleksi Atas dasar hasil observasi dan evaluasi pada siklus II, peneliti/guru melakukan refleksi terhadap hasil yang diperoleh pada siklus II untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan yang dilakukan pada siklus II dan kendalakendala dari pelaksanaan tindakan selama siklus II serta memperoleh gambaran mengenai hasil penelitian secara keseluruhan. Hasil refleksi pada siklus II ini digunakan sebagai dasar untuk rekomendasi bagi guru matematika yang ingin menerapkan model pembelajaran metakognitif. 35