Aplikasi Pengolahan Citra Elektrokardiograf dan Jaringan Syaraf Tiruan untuk Identifikasi Penyakit Jantung Koroner

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. darah tinggi, stroke, sakit di dada (angina) dan penyakit jantung rematik.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series

BAB III METODE PENELITIAN

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON

KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Implementasi antar muka dalam tugas akhir ini terdiri dari form halaman

BAB III METODE PENELITIAN. menjawab segala permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION

ABSTRAK. Pemodelan Kecerdasan Buatan Untuk Pengenalan Citra Elektrokardiografi (EKG) Oleh: Imam Tazi, M.Si

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Anatomi Jantung

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dalam kurung waktu setahun.

KLASIFIKASI KELAINAN JANTUNG ANAK MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN ALGORITMA BACKPROPAGATION A B S T R A K

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu

KOMPRESI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN HEBBIAN BASED PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

Mahasiswa: Muhimmatul Khoiro Dosen Pembimbing: M. Arief Bustomi, S.Si, M.Si.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rancangan antarmuka (interface) program terdiri dari form cover, form

RANCANG BANGUN TOOL UNTUK JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) MODEL PERCEPTRON

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

Pengendalian Posisi Mobile Robot Menggunakan Metode Neural Network Dengan Umpan Balik Kamera Pemosisian Global

JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

BAB III METODE PENELITIAN. Pemotong an Suara. Convert. .mp3 to.wav Audacity. Audacity. Gambar 3.1 Blok Diagram Penelitian

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 merupakan desain penelitian yang akan digunakan pada

3. METODE PENELITIAN

PENGENDALIAN POSISI MOBILE ROBOT MENGGUNAKAN METODE NEURAL NETWORK DENGAN UMPAN BALIK KAMERA PEMOSISIAN GLOBAL

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan Februari 2014 sampai dengan Juli 2014 di

IDENTIFIKASI SPEKTRUM FREKUENSI ISYARAT ELEKTROKARDIOGRAF MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN KOMPETISI PENUH

PENGENALAN POLA HURUF ROMAWI DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN PERSEPTRON LAPIS JAMAK

DOKUMENTASI ULANG NASKAH BRAILLE MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

EVALUASI PENGARUH FUNGSI AKTIFASI DAN PARAMETER KEMIRINGANNYA TERHADAP UNJUKKERJA PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

DIAGNOSA GANGGUAN SALURAN PERNAFASAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus

SISTEM PENGENALAN BARCODE MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IMPLEMENTASI METODE JST BACKPROPAGATION UNTUK DIAGNOSA PENYAKIT JANTUNG KORONER MELALUI PENGENALAN POLA ECG PASIEN TUGAS AKHIR

PENGENALAN POLA SIDIK JARI BERBASIS TRANSFORMASI WAVELET DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IMPLEMENTASI SEGMENTASI CITRA DAN ALGORITMA LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ) DALAM PENGENALAN BENTUK BOTOL

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MENGENALI TULISAN TANGAN HURUF A, B, C, DAN D PADA JAWABAN SOAL PILIHAN GANDA

Gambar 3.1 Desain Penelitian

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENGENALAN POLA TULISAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal

Klasifikasi Pola Huruf Vokal dengan Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Aplikasi Jaringan Saraf Tiruan Sebagai Penterjemah Karakter Braille Ke Bentuk Abjad

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR

PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK

LAPORAN SKRIPSI DETEKSI KANKER OTAK PADA DATA MRI MELALUI JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN EKSTRAKSI FITUR DISCRETE WAVELET TRANSFORM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

PERAMALAN HARGA SAHAM PERUSAHAAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DAN AKAIKE INFORMATION CRITERION

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensial permukaan tubuh (Sumber: Clark Jr, 2010).

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN :

Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)*

PENGENAL HURUF TULISAN TANGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE LVQ (LEARNING VECTOR QUANTIZATION) By. Togu Sihombing. Tugas Ujian Sarjana

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA

UJM 3 (1) (2014) UNNES Journal of Mathematics.

IMPLEMENTASI JARINGAN SARAF TIRUAN HAMMING DALAM KASUS PENGENALAN POLA ANGKA DAN HURUF. Oleh : M. Husaini., S.T., M.T Dosen IAIN Bandar Lampung

Deteksi Kanker Paru-Paru Dari Citra Foto Rontgen Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation

ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang)

Sistem Pengemudian Otomatis pada Kendaraan Berroda dengan Model Pembelajaran On-line Menggunakan NN

IDENTIFIKASI VARIETAS UNGGUL BENIH KEDELAI BERDASARKAN WARNA DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN

Presentasi Tugas Akhir

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Contoh data Shorea hasil kodefikasi

JURNAL SAINS DAN INFORMATIKA

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat. Alat dan bahan yang digunakan sebelum pengujian:

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. untuk pengguna interface, membutuhkan perangkat keras dan perangkat lunak.

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN RPROP UNTUK MENGENALI POLA ELEKTROKARDIOGRAFI DALAM MENDETEKSI PENYAKIT JANTUNG KORONER

ANALISA DAN PENGENALAN SUARA JANTUNG MENGGUNAKAN WAVELET DAN JST DALAM MENGKLASIFIKASIKAN JENIS KELAINAN KATUP JANTUNG PADA MANUSIA

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian untuk pengenalan nama objek dua dimensi pada citra


JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM

PERANGKAT LUNAK PENGKONVERSI TEKS TULISAN TANGAN MENJADI TEKS DIGITAL

MEMPREDIKSI KECERDASAN SISWA MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS ALGORITMA BACKPROPAGATION (STUDI KASUS DI LP3I COURSE CENTER PADANG)

Transkripsi:

JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 2, NOMOR 2 JULI 2006 Aplikasi Pengolahan Citra Elektrokardiograf dan Jaringan Syaraf Tiruan untuk Identifikasi Penyakit Jantung Koroner Endarko dan Farid Afandy Lab. Elektronika dan Instrumentasi, Jurusan Fisika, FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Mohammad Soetomo IRNA Medik, Poli Jantung RSUD dr. Soetomo - Surabaya Intisari Telah dirancang perangkat lunak untuk identifikasi penyakit jantung koroner melalui pengenalan citra EKG. Perangkat lunak ini menggunakan aplikasi pengolahan citra dan jaringan syaraf tiruan. Pengolahan citra digunakan untuk mengolah citra EKG hingga diperoleh seratus data numerik sebagai inputan jaringan syaraf tiruan. Operasi pengolahan citra yang digunakan adalah operasi titik (operasi pointwise) berdasarkan intensitas piksel, di mana citra discan secara vertikal dan horisontal, dideteksi intensitasnya dan dipetakan ke nilai 1 untuk grafik dan 0 untuk latar belakang grafik. Sedangkan jaringan syaraf tiruannya dibangun berdasarkan metode backpropagation sederhana. Dengan menggunakan fungsi aktivasi sigmoid bipolar dan parameter training: learning rate = 0.1, maksimum epoch = 5000, dan target error = 0.01 diperoleh bahwa konfigurasi optimal jaringan adalah 100-10-1. Setelah dilakukan uji program, diperoleh hasil bahwa jaringan syaraf tiruan mampu mengidentifikasi kondisi jantung normal, iskemia depresi ST, iskemia inversi T, injuri elevasi T, dan nekrosis Q patologis. KATA KUNCI: penyakit jantung koroner, citra EKG, pengolahan citra, jaringan syaraf tiruan, backpropagation I. PENDAHULUAN Jaringan syaraf tiruan (JST) dapat digunakan untuk menyelesaikan banyak permasalahan. Misalnya untuk mengenali tulisan tangan seseorang, untuk mengenali suara, wajah, atau untuk memprediksi bursa saham dan laba perusahaan di masa mendatang. Bahkan di bidang kedokteran dapat digunakan untuk mengenali penyakit jantung seseorang melalui pembacaan citra elektrokardiografi (EKG) [1, 2]. Kemampuan JST dalam mengenali pola EKG akan sangat membantu dalam perkembangan kedokteran khususnya bidang kardiologi. Kita mengetahui bahwa jantung merupakan salah satu organ tubuh yang paling vital yang berfungsi mengatur peredaran darah ke seluruh bagian tubuh. Dan penyakit jantung khususnya penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyakit yang sangat berbahaya penyebab kematian nomor satu di Indonesia dan di negara-negara lain di dunia. Hal ini sesuai dengan hasil survei Rumah Tangga Departemen Kesehatan tahun 1996 yang menyatakan bahwa PJK menduduki peringkat pertama sebagai penyebab kematian di Indonesia sedangkan menurut SEAMIC Healt Statistic 2000 menyatakan bahwa penyakit serbiovaskuler seperti jantung koroner dan stroke menduduki peringkat kedua penyebab kematian tertinggi di dunia [3, 4]. Penelitian ini bertujuan untuk membuat perangkat lunak dengan menggunakan pengolahan citra [5, 6] dan E-MAIL: endarko@physics.its.ac.id jaringan syaraf tiruan untuk mengidentifikasi penyakit jantung koroner. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Elektrokardiografi (EKG) Elektrokardiografi yang disingkat dengan EKG merupakan alat diagnosis penyakit jantung manusia. EKG memiliki alektroda-elektroda yang ditempatkan pada bagian tubuh tertentu untuk merekam potensial listrik yang dibangkitkan oleh jantung. Peletakan elektroda disebut sandapan (lead) EKG yang dapat dilihat pada Gambar 1. Ada dua macam sandapan EKG yaitu [7, 8]: 1. Sandapan Prekordial Sandapan ini terdiri dari enam titik (V1, V2, V3, V4, V5, V6) yang diletakkan di sekitar dinding anterior dada. 2. Sandapan Ekstrimitas yang terdiri dari tiga sandapan, yaitu : Sandapan I. Dalam perekaman sadapan ekstrimitas I, ujung negatif EKG dihubungkan dengan lengan kanan (LKa) dan ujung positif dihubungkan dengan lengan kiri (LKi). Sandapan II. Dalam perekaman sandapan ekstrimitas II, ujung negatif EKG dihubungkan dengan c Jurusan Fisika FMIPA ITS 060201-1

Gambar 1: Letak elektroda-elektroda ekstrimitas dan prekordial[1] Gambar 3: Sel syaraf manusia [1] Gambar 2: Elektrokardiogram untuk satu kali denyut jantung [9] lengan kanan (LKa) dan ujung positif dihubungkan dengan tungkai kiri (TKi). Sandapan III. Dalam perekaman sandapan ekstrimitas III, ujung negatif EKG dihubungkan dengan lengan kiri (LKi) dan ujung positif dihubungkan dengan tungkai kiri (TKi). Hasil perekaman EKG disebut elektrokardiogram yang berupa grafik hubungan antara waktu dengan beda potensial yang ditimbulkan oleh aktivitas jantung seperti Gambar 2. Elektrokardiogram ada yang ditampilkan pada layar monitor dan ada pula yang langsung ditulis dengan pena pada selember kertas yang bergerak (disebut perekam pena). Pena biasanya berupa pipa halus yang salah satu ujungnya dihubungkan dengan suatu bak tinta dan ujung perekamnya dihubungkan dengan sistem elektromagnetik yang mampu menggerakkan pena bolak-balik dengan kecepatan tinggi [7]. B. Jaringan Syaraf Tiruan (JST) Elektrokardiogram hanya bisa dibaca oleh orang-orang tertentu misalnya dokter jantung atau operator EKG. Bagi masyarakat awam, elektrokardiogram hanyalah sebuah kertas milimeter yang berisi garis-garis yang tersusun secara kontinyu dan tidak teratur. Oleh karena itu diperlukan EKG yang dilengkapi dengan sistem yang dapat menterjemahkan maksud dari elektrokardiogram. Sehingga tidak diperlukan pengetahuan khusus untuk membaca elektrokardiogram. Sistem yang demikian dapat dilakukan oleh jaringan syaraf tiruan dengan meniru kemampuan dokter jantung dalam menganalisis elektrokardiogram. Jaringan Syaraf Tiruan dibangun dengan mengadopsi kemampuan dan struktur otak manusia sehingga komponenkomponen penyusun Jaringan Syaraf Tiruan mirip dengan komponen-komponen penyusun otak manusia [10 12]. Otak manusia terdiri dari sel-sel syaraf (neuron) yang sangat banyak jumlahnya dan saling berinteraksi satu sama lain untuk memproses informasi yang berupa impuls. Gambar 3 merepresentasikan satu neuron yang terdiri dari : 1. Badan sel yang merupakan tempat inti sel. 2. Inti sel yang mengatur seluruh kegiatan neuron termasuk mengatur proses penyampaian informasi. 3. Dendrit yang merupakan serabut pendek yang bercabang-cabang dan berfungsi sebagai unit masukan yang menerima impuls dari neuron lain untuk dikirim ke badan sel. 4. Akson (Neurit) yang merupakan serabut panjang dan umumnya tidak bercabang berfungsi sebagai unit keluaran yang menerima impuls dari badan sel dan mengirimmnya ke neuron lain. C. Citra Digital Jaringan Sayaf Tiruan yang akan dirancang memerlukan inputan citra. Oleh karena itu pengetahuan tentang citra digital sangat diperlukan, terutama pada proses pengolahannya sehingga citra mudah diinterpretasikan. Citra digital direpresentasikan dalam bentuk matriks berukuran H x W (H = tinggi, W = lebar). Bila citra memiliki 256 derajat keabuan, maka nilai setiap elemen matriks adalah 060201-2

Gambar 4: Sistem kordinat: a) Kartesius, b) Citra digital Gambar 6: Contoh citra EKG B. Perancangan dan Pembuatan Program Pengolah Citra EKG Secara garis besar, di dalam program pengolah citra EKG terjadi proses berikut [5, 6]: Gambar 5: Diagram blok perangkat keras bilangan bulat dalam selang 0 sampai 255. Sistem koordinat citra digital berbeda dengan sistem koordinat kartesius. Pusat koordinat citra digital terletak pada sudut kiri atas, sedangkan pada koordinat kartesius terletak pada sudut kiri bawah [13]. Setiap citra memiliki karakteristik tertentu, antara lain: ukuran citra, resolusi, dan format nilainya. Citra digital berbentuk persegi panjang yang tersusun dari elemen-elemen gambar yang disebut piksel [5, 6]. Semakin banyak piksel citra, semakin baik kwalitas citra tersebut. Selain piksel, ukuran citra juga dapat dinyatakan dengan satuan panjang, misalnya milimeter atau inchi. Satuan panjang citra berhubungan dengan resolusi yang merupakan ukuran banyaknya titik untuk setiap satuan panjang. Semakin besar resolusi, semakin banyak titik yang terkandung dalam citra dengan ukuran fisik yang sama. Berikutnya adalah format citra digital yang terdiri dari banyak ragamnya. Tiga format citra yang paling umum adalah bitmap (BMP), Joint Photographic Experts Group (JPEG), dan Graphic Interchange Format (GIF) [5, 13]. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Perangkat Keras Pengolah Citra Untuk memproses citra EKG diperlukan empat komponen, yaitu scanner, komputer, piranti tampilan, dan piranti penyimpanan. Mula-mula citra EKG diubah ke bentuk digital dengan menggunakan scanner. Hasil scanner merupakan input untuk komputer yang dapat ditampilkan pada monitor dan disimpan pada hardisk yang merupakan media penyimpan data. Di dalam komputer terjadi proses pengolahan citra yang menghasilkan data numerik sebagai inputan JST. 1. Menghilangkan noise yang terdapat pada citra (Preprocessing). 2. Segmentasi Proses ini merupakan tahapan pemisahan grafik dengan latar belakangnya. Dengan meggunakan operasi titik, masing-masing piksel di dalam citra discan, dideteksi intensitasnya dan dipetakan ke nilai 1 dan 0 berdasarkan nilai threshold yang ditentukan secara otomatis oleh program, yaitu dilakukan scanning secara vertikal dan horisontal. Bila pada proses scanning ditemukan piksel dengan perubahan intensitas warna yang mendadak dan memiliki nilai intensitas yang lebih kecil dibandingkan lingkungannya, maka piksel tersebut dianggap sebagai objek dan diberi nilai 1, piksel yang lainnya diberi nilai 0. 3. Seleksi ciri Tahap ini adalah tahap memilih data untuk dijadikan input program JST. Aturan pengambilan data input JST adalah : Menentukan garis isoelektrik yang merupakan garis rekaman mendatar. Garis isoelektrik sebagai acuan dan memiliki nilai nol, defleksi yang arahnya ke atas bernilai positif dan defleksi ke bawah bernilai negatif. Menentukan nilai maksimum grafik, yaitu: titik yang memiliki defleksi terbesar, bisa defleksi positif atau defleksi negatif. Mengambil seratus data dimulai nilai maksimum grafik C. Diagram alir proses training JST Diagram alir proses training JST dan diagram alir program utama ditunjukkan pada Gambar 7 dan Gambar 8. 060201-3

Gambar 7: Diagram alir proses training JST IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 8: Diagram alir program utama A. Pengolahan Citra EKG B. Jaringan Syaraf Tiruan Program pengolah citra EKG dibuat dengan menggunakan bahasa C++ toolkit Qt, karena C++ mempunyai penanganan tipe pointer yang lebih dinamis dari pada bahasa pascal. Program pengolah citra digunakan untuk memproses citra EKG hingga diperoleh output berupa data numerik yang berjumlah seratus. Data ini digunakan sebagai inputan untuk program JST. Tampilan program pengolah citra dapat dilihat pada Gambar 9. Dengan mengklik tombol Apply, secara otomatis program akan mengambil seratus data yang diinginkan. Data ini disimpan dalam file text untuk diakses oleh program JST. Data ini juga dapat diakses oleh program WordPad, Microsoft Word atau program pengakses text lainnya. Seratus data yang diperoleh dari citra ditunjukkan pada Gambar 10. Perancangan JST didasarkan pada algoritma pelatihan sederhana dengan tiga lapisan, yaitu satu lapisan input, satu lapisan hidden, dan satu laipisan output. Penulis sengaja mendesain arsitekturnya sesederhana mungkin dengan maksud untuk mengurangi kekomplekan dalam perhitungan matematis yang dilakukan komputer. JST merupakan metode untuk mencari hubungan antara nilai input dan output melalui serangkaian perhitungan matematis dalam pencapaiannya. Selama ini kita menggunakan regeresi linear (persamaannya y = mx + c) untuk mencari hubungan antara input dan output. Tetapi untuk kasus-kasus tertentu seperti yang dihadapi penulis di mana input yang digunakan sangat banyak (100) dan hubungan perubahan input terhadap perubahan output tidak linier, maka regresi linear tidak bisa digunakan. Salah satu solusinya adalah dengan menggunakan metode JST [10, 11, 14]. Pada program JST Tabsheet Training, jumlah input dan output JST tidak bisa diubah oleh pengguna, masing-masing ber- 060201-4

Gambar 11: Tampilan program JST tabsheet Training Gambar 9: Form pengolahan citra EKG. a). Koordinat piksel, b). Form Unit, c). Form Axis, d). Form Identify menampilkan hasil pembacaan grafik, e). Koordinat pojok kiri atas sampel, f). Koordinat pojok kiri bawah sampel Jumlah hidden lebih besar dari sepuluh akan mengakibatkan jaringan sulit mencapai kekonvergenan, terlihat pada nilai MSE yang jauh dari target error. Gambar 10: Seratus data hasil program pengolah citra EKG jumlah seratus (100) dan satu (1). Sedangkan jumlah hidden dapat diubah-ubah mulai dari satu (1) sampai lima ratus (500) yang memungkinkan pengguna dapat melihat pengaruh jumlah hidden terhadap kinerja jaringan. Program JST tabsheet Training dapat dilihat pada Gambar 11. Pengaruh perubahan jumlah hidden terhadap jumlah epoch dan MSE ditampilkan pada Tabel 1. Tabel di atas diperoleh dengan menggunakan parameter-parameter jaringan sebagai berikut: Input Training = iskemia depresi ST Learning rate = 0,1 Maksimum epoch = 5000 Target error = 0,01 Tabel 1. menunjukkan bahwa : Semakin besar jumlah hidden, semakin besar jumlah epoch yang berarti proses trainingnya semakin lama. Proses training berlangsung cepat bila jumlah hidden lebih kecil dari sepuluh, tetapi JST tidak stabil. Dari beberapa alasan di atas, maka penulis menggunakan sepuluh (10) hidden untuk arsitektur JST. Pada proses training diperlukan tujuh output, enam untuk kelainan jantung koroner dan satu untuk kondisi jantung yang lain. Karena lapisan output JST hanya memiliki satu neuron, maka penulis menggunakan fungsi aktivasi sigmoid bipolar yang memiliki rentang output (-1 sampai 1) yang lebih lebar dari pada fungsi aktivasi sigmoid biner (0 sampai 1). Selanjutnya rentang output dibagi menjadi tujuh bagian yang masing-masing mewakili kondisi jantung tertentu. Berikut ini adalah target output untuk beberapa kondisi jantung : Kondisi jantung normal memiliki target output 0,875 Kondisi jantung iskemia depresi ST memiliki target output 0,6 Kondisi jantung iskemia inversi T memiliki target output 0,3 Kondisi jantung iskemia inversi U memiliki target output 0 Kondisi jantung injuri memiliki target output -0,3 060201-5

Kondisi jantung nekrosis Q patologis memiliki target output -0,6 Tidak dikenal memiliki target output -0,875 Proses training dimulai dengan membaca data input, bobot awal, parameter training (learning rate, maksimum epoch, target error), dan target output. Kemudian dilanjutkan dengan proses feedforward dan backpropagation. Proses feedforward dimulai dari pembacaan bobot awal dan pembacaan nilai input yang diteruskan ke lapisan hidden hingga sampai pada lapisan output kemudian diaktivasi oleh fungsi sigmoid bipolar sehingga dihasilkan nilai output. Misalnya didapat nilai output kondisi jantung injuri adalah -0,2 sedangkan target outputnya -0,3 dan target errornya 0,01 maka nilai errornya adalah -0,1 (error = -0,3 - (-0,2) = -0,1). Karena nilai error masih lebih besar dari terget error, maka proses feedforward dilanjutkan ke proses backpropagation. Proses ini bertujuan untuk memperkecil nilai error dengan memperbaiki nilai bobot pada setiap lapisan. Proses feedforward dan backpropagation berlangsung berulang-ulang hingga tercapai tujuan training, yaitu jumlah epoch (jumlah perulangan proses feedforward dan backpropagation) lebih besar atau sama dengan maksimum epoch, atau nilai MSE lebih kecil atau sama dengan target error [1, 2]. Berikut ini adalah hasil training untuk beberapa kondisi jantung untuk satu lead. Gambar 12: Hasil training kondisi jantung normal 1. Kondisi jantung normal (Gambar 12) Jumlah epoch = 2236 MSE = 0,00999 Waktu = 33,87 detik 2. Kondisi jantung iskemia depresi ST (Gambar 13) Jumlah epoch = 1092 MSE = 0,00999 Waktu = 16,54 detik 3. Kondisi jantung iskemia inversi T (Gambar 14) Jumlah epoch = 796 MSE = 0,00999 Waktu = 12,06 detik 4. Kondisi jantung iskemia inversi U Pada kondisi ini, penulis tidak bisa melakukan training karena tidak ada data tentang kondisi ini. Kenyataanya pada diagnosis EKG sulit untuk mendapatkan gelombang U. 5. Kondisi jantung injuri elevasi ST (Gambar 15) Jumlah epoch = 578 MSE = 0,00999 Gambar 13: Hasil training kondisi jantung iskemia depresi ST Waktu = 8,75 detik 6. Kondisi jantung nekrosis Q patologis (Gambar 16) Jumlah epoch = 298 MSE = 0,00998 Waktu = 4,51 detik 060201-6

Gambar 14: Hasil training kondisi jantung iskemia inversi T Gambar 16: Hasil training kondisi jantung nekrosis Q patologis Gambar 15: Hasil training kondisi jantung injuri elevasi ST Gambar 17: Hasil training kondisi selain jantung koroner 7. Tidak dikenal (Gambar 17) Jumlah epoch = 4954 MSE = 0,01023 Waktu = 75,06 detik Proses training dilakukan dengan menggunakan komputer dengan spesifikasi:prossesor AMD Sempron (tm) 2500+, Me- mori 256 MB, Menggunakan OS Microsoft Windows XP Profesional Version 2002 Service Pack 2. Jika pada training berlangsung proses feedforward dan backpropagation, maka pada identifikasi hanya berlangsung proses feedforward. Feedforward training dengan feedforward identifikasi berbeda hanya pada penggunaan bobot. Bobot yang digunakan untuk training adalah bobot acak, sedangkan bobot yang digunakan pada identifikasi adalah bobot 060201-7

akhir hasil training. V. SIMPULAN Dari hasil penelitian ini, dapat simpulkan bahwa : 1. Operasi titik (operasi pointwise) berdasarkan intensitas piksel dapat diterapkan untuk mengolah citra EKG. 2. Jaringan syaraf tiruan yang telah dibangun memiliki konfigurasi optimal 100-10-1 (100 neuron pada lapisan input, 10 neuron pada lapisan hidden dan 1 neuron pada lapisan output) di mana parameter trainingnya adalah learning rate = 0.1, maksimum epoch = 5000 dan target error = 0.01. 3. Jaringan syaraf tiruan mampu mengidentifikasi kondisi jantung normal, iskemia depresi ST, iskemia inversi T, injuri elevasi T, dan nekrosis Q patologis. [1] B.Maliawan, Perancangan Dan Pembuatan Elektrokardiograf Yang Dilengkapi Dengan Program Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Identifikasi Q Patologis Akibat Gangguan Saluran Koroner,Tugas Akhir,ITS Surabaya (2004) [2] A.A.Wardhana,Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Pengenalan Pola Tulisan Tangan Menggunakan Metode Backpropagation Dengan Fungsi Aktifasi Sigmoid,Tugas Akhir,ITS Surabaya (2004) [3] http://www.pjnhk.go.id/ [diakses tanggal 25 april 2006] [4] http://www.depkes.go.id/index.php [diakses tanggal 25 april 2006] [5] B.Achmad dan K.Firdausy, Teknik Pengolahan Citra Digital Menggunakan Delphi,Ardi Publishing,Yogyakarta (2005) [6] U. Ahmad, Usman, Pengolahan Citra Digital dan Teknik Pemrogramannya, Graha Ilmu, Bogor (2005) [7] AC.Guyton, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit,Alih bahasa: Petrus Andrianto,Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta (1995) [8] S.Pratanu, Kursus Elektrokardiografi,PT. Karya Pembina Swajaya, Surabaya (2004) [9] W.Zimmerman, Classification Of ECG ST Events As Ischemic or Non-Ischemic Using Reconstructed Phase Spaces,Faculty of the Graduate School, Marquette University, wisconsin. Thesis (2004) [10] S.Kusumadewi,Artificial Intelligence (Teknik dan Aplikasinya),Graha Ilmu, Yogyakarta (2003) [11] S.Kusumadewi,Membangun Jaringan Syaraf Tiruan Menggunakan Matlab dan Excel Link,Graha Ilmu, Yogyakarta (2004) [12] L. Fausett,Fundamental of Neural Networks: Architectures, Algorithms, and Applications,Prentice Hal Inc., USA (1994) [13] R.Munir, Pengolahan Citra Digital Dengan Pendekatan Algoritmik,Informatika Bandung (2004) [14] D.E.Rumelhart,Lerning Internal Representations by Error Propagation, Parallel Distributed Processing. Cambridge: MIT Press (1986) [15] http://id.wikipedia.org/wiki/jantung [diakses tanggal 25 april 2006] [16] http://id.inaheart.or.id [diakses tanggal 25 april 2006] [17] http://www.reindo.co.id/reinfokus/edisi23/jantung koroner.htm [diakses tanggal 25 april 2006] [18] http://kidshealth.org/kid/body/heart nosw.html [diakses tanggal 25 april 2006] [19] http://www.e-dukasi.net/download.php [diakses tanggal 20 april 2006] 060201-8