HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Contoh data Shorea hasil kodefikasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Contoh data Shorea hasil kodefikasi"

Transkripsi

1 8 disajikan contoh data Shorea hasil kodefikasi dari beberapa karakter yang bernilai nominal. Tabel 2 Karakter daun yang bernilai nominal Karakter Nilai Kode Bentuk tulang Tidak menempel 1 daun Permukaan daun Atas halus bawah kasar Atas bawah halus 1 2 Ujung daun Meruncing 1 Runcing 2 Pangkal daun Membulat Tumpul Tabel 3 Contoh data Shorea hasil kodefikasi Fitur Nilai Panjang daun 23.2 cm Lebar daun 9.5 cm Bentuk tulang daun 1 Permukaan daun 1 Ujung daun 1 Pangkal daun 1 Keliling daun 53.2 cm Luas daun cm 2 Sudut 7 Jumlah tulang daun 33 Jenis Shorea Shorea ovalis Perancangan Model JST Pada penelitian ini, digunakan JST dengan struktur seperti yang ditunjukan pada Tabel 4. Tabel 4 Karakteristik JST Karakteristik Spesifikasi Arsitektur 1 hidden layer Neuron Input 1 Neuron Output 1 Fungsi aktivasi Sigmoid biner; Linier Inisialisasi bobot nguyen widrow Hidden Neuron 5, 1, 15, dan 2 Toleransi Galat 1-7, 1-6, 1-5, 1-4, 1-3, 1-2, dan 1-1 Learning Rate.1,.2,.3,.4,.5,.6,.7,.8,.9, dan.1 Faktor Naik 1.1, 1.2, 1.3, 1.4, 1.5, 1.6, 1.7, 1.8, dan 1.9 Faktor Turun.1,.2,.3,.4,.5,.6,.7,.8, dan.9 delta.1,.2,.3,.4,.5,.6,.7,.8, dan.9 deltamax 1, 2, 3, 4,5, 6, 7, 8, 9, dan Target didefinisikan pada Tabel 5. Misalnya untuk target dengan nilai.94, maka target tersebut menunjukan target kelas pertama. Tabel 5 Target jenis Shorea Jenis Shorea Kode Rentang target Shorea ovalis 1.5 x < 1.5 Shorea leprosula x < 2.5 Shorea platyclados x < 3.5 Shorea seminis x < 4.5 Shorea beccariana x < 5.5 Pembagian Data Uji dan Data Latih Pembagian data uji dan data latih menggunakan k-fold cross-validation sebagai teknik pembagian datanya. Pada teknik ini, dilakukan ulangan sebanyak k kali untuk pelatihan dan pengujian. Pada setiap ulangan disisakan setiap subset untuk pengujian dan subset lainnya untuk pelatihan. Pada penelitian ini, teknik yang digunakan ialah 5-fold crossvalidation. Empat subset digunakan sebagai data latih, sedangkan satu subset sisanya akan digunakan sebagai data uji. Pelatihan Sistem Pelatihan sistem menggunakan model JST propagasi balik resilient dengan parameter yang dibuat bervariasi, yaitu hidden neuron, toleransi galat, learning rate, faktor naik, faktor turun, delta, dan deltamax. Pengujian Pengujian model dilakukan menggunakan data pengujian dengan teknik generalisasi untuk menghitung akurasinya. Teknik generalisasi yaitu jumlah (dalam %) pola yang berhasil dikenali dengan benar oleh JST. Generalisasi diberikan dengan persamaan berikut: Jumlah pola yang dikenali Generalisasi = x 1% Jumlah seluruh pola HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini mengidentifikasi lima jenis Shorea dengan menggunakan karakteristik morfologi daun, yaitu Shorea ovalis, Shorea leprosula, Shorea platyclados, Shorea seminis, dan Shorea beccariana. Kelima jenis Shorea ini masing-masing menjadi satu kelas dan terdiri atas 1 data. Karakteristik morfologi daun yang diamati ialah panjang daun, lebar daun, bentuk tulang daun, permukaan daun, ujung daun, pangkal daun, keliling daun, luas daun, sudut antar tulang daun, dan jumlah tulang daun. Setelah dilakukan pengumpulan data, dilakukan kodefikasi dari data tersebut sehingga data hasil

2 9 kodefikasi tersebut yang digunakan pada percobaan variasi parameter JST propagasi balik resilient pada percobaan 5-fold crossvalidation tanpa regresi dan 5-fold crossvalidation dengan regresi. Data percobaan selengkapnya pada penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4. Menentukan Parameter JST yang optimal Parameter optimal pada setiap tahap percobaan selanjutnya digunakan untuk percobaan berikutnya sehingga akan dihasilkan model JST yang baik dan maksimal. Karakteristik jaringan syaraf tiruan (JST) yang digunakan dalam penelitian ini merupakan parameter dari resilient backpropagation, yaitu hidden neuron, toleransi galat, learning rate, faktor naik, faktor turun, delta, dan deltamax. Alur penentuan parameter optimal dapat dilihat pada Lampiran 5. Penentuan parameter optimal dimulai dengan percobaan terhadap jumlah hidden neuron. Jumlah hidden neuron yang bisa memberikan optimalisasi pada JST, baik dari segi tingginya akurasi maupun kecilnya epoch, akan digunakan pada percobaan selanjutnya, yaitu percobaan toleransi galat. Nilai toleransi galat yang paling optimal akan digunakan pada percobaan selanjutnya, yaitu percobaan learning rate. Percobaan-percobaan selanjutnya, yaitu percobaan dengan nilai faktor naik, nilai faktor turun, delta, deltamax juga menerapkan konsep pencarian parameter optimal yang sama. Selain itu, untuk percobaan dengan nilai parameter yang menghasilkan akurasi dan epoch yang sama, penentuan nilai optimal menggunakan nilai MSE yang terkecil yang dihasilkan dari beberapa nilai parameter tersebut. Percobaan 1: 5-Fold Cross-Validation Tanpa Regresi Percobaan ini melibatkan lima kelompok percobaan dengan proporsi jumlah instances masing-masing kelas pada percobaan ini disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Proporsi jumlah instances masingmasing kelas setiap subset Subset S. ovalis S. leprosula S. platyclados S. seminis S. beccariana Jumlah Berdasarkan Tabel 6, ada lima grup percobaan, yaitu: Grup percobaan satu: data uji subset satu, data latih subset dua, tiga, empat, dan lima. Grup percobaan dua: data uji subset dua, data latih subset satu, tiga, empat, dan lima. Grup percobaan tiga: data uji subset tiga, data latih subset satu, dua, empat, dan lima. Grup percobaan empat: data uji subset empat, data latih subset satu, dua, tiga, dan lima. Grup percobaan lima: data uji subset lima, data latih subset satu, dua, tiga, dan empat. Pada percobaan ini, nilai fitur keliling daun dan luas daun menggunakan nilai sebenarnya, yaitu nilai dengan pengukuran secara manual. Perhitungan keliling daun diukur secara manual dengan menggunakan benang yang dibentangkan mengikuti bentuk daun dari titik awal sampai bertemu ke titik awal tersebut kembali, sedangkan perhitungan luas daun dilakukan dengan meletakkan daun diatas kertas berpetak, kemudian dilakukan perhitungan jumlah kotak penuh ditambah dengan jumlah kotak setengah penuh dikali seperempat. Pencarian parameter optimal dimulai dengan percobaan kombinasi jumlah hidden neuron. Jumlah hidden neuron yang digunakan ialah 5, 1, 15, dan 2, sedangkan parameter lain dibuat tetap sesuai nilai default-nya, yaitu nilai toleransi galat ialah.1, nilai learning rate.1, nilai faktor naik 1.2, nilai faktor turun.5, nilai delta.7, dan nilai deltamax 5. Nilai hidden neuron yang optimal pada grup percobaan satu ialah 2, grup percobaan dua 2, grup percobaan tiga 2, grup percobaan empat 2, dan grup percobaan lima ialah 5. Nilai hidden neuron ini kemudian digunakan pada percobaan selanjutnya, yaitu percobaan kombinasi nilai toleransi galat. Pada percobaan nilai toleransi galat, nilainilai toleransi galat yang digunakan ialah 1-1, 1-2, 1-3, 1-4, 1-5, 1-6, dan 1-7. Nilai hidden neuron yang digunakan ialah nilai dari hasil percobaan sebelumnya, yaitu 2 untuk grup percobaan satu, dua, tiga, empat, dan 5 untuk grup percobaan lima, sedangkan parameter lain dibuat tetap sesuai nilai default-nya, yaitu nilai learning rate sebesar.1, nilai faktor naik 1.2, nilai faktor turun.5, nilai delta.7, dan nilai deltamax 5. Nilai toleransi galat optimal pada grup percobaan satu ialah 1-2, grup percobaan dua 1-4, grup percobaan tiga 1-1, grup percobaan empat 1-1, dan grup percobaan lima 1-7. Nilai toleransi galat yang optimal ini

3 1 selanjutnya akan digunakan pada percobaan kombinasi nilai learning rate. Selanjutnya, dilakukan percobaan learning rate dengan nilai, yaitu.1,.2,.3,.4,.5,.6,.7,.8,.9, dan.1. Nilai hidden neuron dan toleransi galat yang digunakan pada masing-masing grup percobaan sesuai dengan nilai yang telah didapatkan pada percobaan sebelumnya, sedangkan parameter lain dibuat tetap sesuai nilai default-nya, yaitu nilai faktor naik sebesar 1.2, nilai faktor turun.5, nilai delta.7, dan nilai deltamax 5. Nilai learning rate optimal dari grup percobaan satu ialah.6, grup percobaan dua.4, grup percobaan tiga.3, grup percobaan empat.4, grup percobaan lima.8. Nilai learning rate yang optimal ini akan digunakan pada percobaan kombinasi nilai faktor naik. Percobaan selanjutnya dilakukan dengan menggunakan kombinasi nilai faktor naik sebesar 1.1, 1.2, 1.3, 1.4, 1.5, 1.6, 1.7, 1.8, dan 1.9. Nilai hidden neuron, toleransi galat, dan learning rate yang digunakan pada masingmasing grup percobaan menggunakan nilai yang telah didapatkan pada percobaan sebelumnya, sedangkan parameter lain dibuat tetap, yaitu nilai faktor turun sebesar.5, nilai delta.7, dan nilai deltamax 5. Nilai faktor naik yang optimal pada percobaan ini ialah 1.5 untuk grup percobaan satu, 1.6 untuk grup percobaan dua, 1.2 untuk grup percobaan tiga, 1.3 untuk grup percobaan empat, dam 1.2 untuk grup percobaan lima. Nilai faktor naik yang optimal ini akan digunakan pada percobaan kombinasi nilai faktor turun. Percobaan dengan kombinasi nilai faktor turun menggunakan nilai faktor turun, yaitu.1,.2,.3,.4,.5,.6,.7,.8, dan.9. Nilai hidden neuron, toleransi galat, learning rate, dan faktor naik sesuai dengan nilai optimal yang didapatkan dari percobaan sebelumnya, sedangkan nilai delta ialah.7, dan nilai deltamax 5. Nilai faktor turun yang optimal untuk grup percobaan satu ialah.4, grup percobaan dua.5, grup percobaan tiga.6, grup percobaan empat.3, dan grup percobaan lima.8. Nilai faktor turun yang optimal ini akan digunakan pada percobaan selanjutnya, yaitu kombinasi nilai delta. Percobaan dengan kombinasi nilai delta menggunakan nilai delta sebesar.1,.2,.3,.4,.5,.6,.7,.8, dan.9. Nilai hidden neuron, toleransi galat, learning rate, faktor naik, dan faktor turun sesuai dengan nilai optimal yang didapatkan dari percobaan sebelumnya, sedangkan nilai deltamax ialah 5. Nilai delta yang optimal untuk grup percobaan satu ialah.2, grup percobaan dua.6, grup percobaan tiga.1, grup percobaan empat.6, dan grup percobaan lima.2. Nilai delta optimal yang didapatkan akan digunakan pada percobaan dengan kombinasi nilai deltamax. Percobaan terakhir ialah percobaan dengan kombinasi nilai deltamax. Nilai deltamax yang digunakan pada percobaan ini ialah 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 1. Nilai hidden neuron, toleransi galat, learning rate, faktor naik, faktor turun, delta sesuai dengan nilai optimal yang didapatkan dari percobaan sebelumnya. Nilai deltamax optimal yang didapatkan untuk grup percobaan satu ialah 9, grup percobaan dua 2, grup percobaan tiga 1, grup percobaan empat 9, dan grup percobaan lima 7. Parameter optimal yang telah didapatkan dari percobaan pertama disajikan pada Tabel 7. Berdasarkan Tabel 7, dapat disimpulkan bahwa grup percobaan empat menghasilkan akurasi 1% dengan epoch terkecil dari seluruh grup percobaan, sehingga nilai masing-masing parameternya menghasilkan pola yang baik dalam mengidentifikasi kelima jenis Shorea yang dibahas pada penelitian ini. Tabel 7 Nilai optimal setiap grup percobaan tanpa regresi Parameter Grup percobaan ke- JST HN TL LR FN FT D DM Akurasi (%) Epoch Keterangan: HN : Hidden Neuron TL : Toleransi Galat LR : Learning Rate FT : Faktor Turun D : Delta DM : Deltamax FN : Faktor Naik Tingkat akurasi yang dihasilkan untuk masing-masing jenis Shorea dari setiap grup percobaan disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 dan Gambar 17 menggambarkan bahwa grup percobaan satu, dua, tiga dan empat mampu mengidentifikasi kelima jenis Shorea dengan nilai akurasi 1%. Artinya, instances masing-masing kelas pada data uji teridentifikasi dengan benar. Pada grup percobaan lima, untuk jenis Shorea ovalis, Shorea platyclados, Shorea seminis, dan Shorea

4 11 beccariana menghasilkan akurasi 1%, sedangkan Shorea leprosula menghasilkan akurasi 5%. Hasil percobaan pertama selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6. Tabel 8 Akurasi kelas Shorea dari setiap grup percobaan (percobaan ke-1) Shorea Akurasi Grup Percobaan ke- (dalam %) Aku rasi Rata -rata (%) ovalis leprosula platyclados seminis beccariana Akurasi (%) Grup Percobaan 5 Ovalis (O) Leprosula (L) Platyclados (P) Seminis (S) Beccariana (B) Gambar 17 Grafik akurasi grup percobaan terhadap masing-masing kelas Shorea (percobaan ke-1). Kesalahan identifikasi pada grup percobaan lima disebabkan salah satu instance Shorea leprosula bernilai.966 sehingga diidentifikasi sebagai Shorea ovalis. Selain itu, berdasarkan fitur yang diamati, keduanya cenderung memiliki kesamaan pada fitur-fitur tertentu dapat dilihat pada Lampiran 7. Berdasarkan hasil dari seluruh grup percobaan, didapatkan tingkat akurasi rata-rata untuk Shorea ovalis, Shorea platyclados, Shorea seminis, Shorea beccariana ialah 1%, dan Shorea leprosula sebesar 9% yang dapat dilihat pada Gambar 18. Percobaan 2: 5-Fold Cross-Validation Dengan Regresi Hal yang dilakukan pada percobaan ini sama seperti sebelumnya, yaitu melibatkan lima kelompok percobaan dan dengan proporsi jumlah instance masing-masing kelas yang sama. Akurasi Rata-rata (%) ovalis 9 leprosula platyclados seminis Gambar 18 Grafik akurasi rata-rata kelas Shorea dari semua grup percobaan (percobaan ke-1). beccariana Pada percobaan ini, nilai fitur keliling daun dan luas daun didekati dengan regresi linier. Untuk perhitungan keliling daun, keliling yang telah diukur secara manual merupakan variabel terikat (Y), sedangkan variabel bebas ( ) ialah nilai keliling daun yang diukur dengan pendekatan rumus elips, yaitu r 1 r 2. Persamaan garis regresi linier yang dihasilkan dari keliling daun tersebut ialah: ŷ = (1.643 * X) Diagram pencar yang dihasilkan dari kedua keliling tersebut dapat dilihat pada Gambar 19. Untuk perhitungan luas daun, luas yang telah dihitung sebelumnya secara manual merupakan variabel terikat ( ), sedangkan variabel bebas ) ialah nilai luas daun yang dihitung menggunakan pendekatan luas elips, yaitu π r 1 r 2. Persamaan garis regresi linier yang dihasilkan dari kedua luas tersebut ialah: ŷ = (1.611 * X) Diagram pencar yang dihasilkan dari kedua luas daun tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. Dari kedua diagram pencar keliling dan luas daun, terlihat ada hubungan linier antara variabel luas dan keliling daun yang telah dihitung sebelumnya dengan variabel luas dan keliling daun yang dihitung menggunakan pendekatan rumus elips sehingga, luas dan keliling daun yang sebenarnya diharapkan bisa didekati dengan hasil persamaan garis regresi linier tersebut. Pada Tabel 9 dan 1 disajikan contoh nilai fitur keliling dan luas daun dengan pendekatan persamaan garis regresi linier.

5 12 Y Gambar 19 Diagram pencar keliling daun. Y Percobaan selanjutnya dilakukan dengan menggunakan kombinasi nilai faktor naik sebesar 1.1, 1.2, 1.3, 1.4, 1.5, 1.6, 1.7, 1.8, dan 1.9. Nilai hidden neuron, toleransi galat, dan learning rate yang digunakan pada masingy = 1,643x -1, Gambar 2 Diagram pencar luas daun. Tabel 9 Nilai fitur keliling daun dihitung secara manual dan dengan regresi linier Keliling Keliling Data dihitung dengan Shorea kemanual regresi linier ovalis leprosula platyclados seminis beccariana Tabel 1 Nilai fitur luas daun dihitung secara manual dan dengan regresi linier Luas Data Luas dengan dihitung Shorea ke- regresi linier manual ovalis leprosula platyclados seminis beccariana X y = 1,611x -9, X Seperti pada percobaan pertama, terlebih dahulu dilakukan pencarian parameter JST propagasi balik resilient optimal untuk menghasilkan akurasi yang baik. Pencarian parameter optimal dimulai dengan percobaan kombinasi jumlah hidden neuron. Jumlah hidden neuron yang digunakan ialah 5, 1, 15, dan 2, sedangkan parameter lain dibuat tetap sesuai nilai default-nya, yaitu nilai toleransi galat ialah.1, nilai learning rate.1, nilai faktor naik 1.2, nilai faktor turun.5, nilai delta.7, dan nilai deltamax 5. Nilai hidden neuron yang optimal pada grup percobaan satu ialah 2, grup percobaan dua 15, grup percobaan tiga 2, grup percobaan empat 2, dan grup percobaan lima ialah 15. Nilai hidden neuron ini kemudian digunakan pada percobaan selanjutnya, yaitu percobaan kombinasi nilai toleransi galat. Pada percobaan nilai toleransi galat, nilainilai toleransi galat yang digunakan ialah 1-1, 1-2, 1-3, 1-4, 1-5, 1-6, dan 1-7. Nilai hidden neuron yang digunakan ialah nilai dari hasil percobaan sebelumnya, yaitu 2 untuk grup percobaan satu, tiga, empat, dan 15 untuk grup percobaan dua, dan lima, sedangkan parameter lain dibuat tetap sesuai nilai default-nya, yaitu nilai learning rate sebesar.1, nilai faktor naik 1.2, nilai faktor turun.5, nilai delta.7, dan nilai deltamax 5. Nilai toleransi galat optimal pada grup percobaan satu, dua, tiga dan empat ialah 1-2, dan grup percobaan lima 1-7. Nilai toleransi galat yang optimal ini selanjutnya akan digunakan pada percobaan kombinasi nilai learning rate. Selanjutnya, dilakukan percobaan learning rate dengan nilai, yaitu.1,.2,.3,.4,.5,.6,.7,.8,.9, dan.1. Nilai hidden neuron dan toleransi galat yang digunakan pada masing-masing grup percobaan sesuai dengan nilai yang telah didapatkan pada percobaan sebelumnya, sedangkan parameter lain dibuat tetap sesuai nilai default-nya, yaitu nilai faktor naik sebesar 1.2, nilai faktor turun.5, nilai delta.7, dan nilai deltamax 5. Nilai learning rate optimal dari grup percobaan satu ialah.4, grup percobaan dua.9, grup percobaan tiga.6, grup percobaan empat.9, grup percobaan lima.8. Nilai learning rate yang optimal ini akan digunakan pada percobaan kombinasi nilai faktor naik.

6 13 masing grup percobaan sesuai dengan nilai yang telah didapatkan pada percobaan sebelumnya, sedangkan parameter lain dibuat tetap, yaitu nilai faktor turun sebesar.5, nilai delta.7, dan nilai deltamax 5. Nilai faktor naik yang optimal pada percobaan ini ialah 1.1 untuk grup percobaan satu, 1.4 untuk grup percobaan dua, 1.2 untuk grup percobaan tiga, 1.5 untuk grup percobaan empat, dan 1.3 untuk grup percobaan lima. Nilai faktor naik yang optimal ini akan digunakan pada percobaan kombinasi nilai faktor turun. Percobaan dengan kombinasi nilai faktor turun menggunakan nilai faktor turun.1,.2,.3,.4,.5,.6,.7,.8, dan.9. Nilai hidden neuron, toleransi galat, learning rate, dan faktor naik ialah sesuai dengan nilai optimal yang didapatkan dari percobaan sebelumnya, sedangkan nilai delta ialah.7, dan nilai deltamax 5. Nilai faktor turun yang optimal untuk grup percobaan satu ialah.7, grup percobaan dua.5, dan grup percobaan tiga, empat, dan lima.6. Nilai faktor turun yang optimal ini akan digunakan pada percobaan selanjutnya, yaitu kombinasi nilai delta. Percobaan dengan kombinasi nilai delta menggunakan nilai delta sebesar.1,.2,.3,.4,.5,.6,.7,.8,.9. Nilai hidden neuron, toleransi galat, learning rate, faktor naik, dan faktor turun sesuai dengan nilai optimal yang didapatkan dari percobaan sebelumnya, sedangkan nilai deltamax ialah 5. Nilai delta yang optimal untuk grup percobaan satu ialah.6, grup percobaan dua.8, grup percobaan tiga.6, grup percobaan empat.4, dan grup percobaan lima.4. Nilai delta optimal yang didapatkan akan digunakan pada percobaan dengan kombinasi nilai deltamax. Percobaan terakhir dilakukan dengan kombinasi nilai deltamax. Nilai deltamax yang digunakan pada percobaan ini ialah 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 1. Nilai hidden neuron, toleransi galat, learning rate, faktor naik, faktor turun, delta sesuai dengan nilai optimal yang didapatkan dari percobaan sebelumnya. Nilai deltamax optimal yang didapatkan untuk grup percobaan satu ialah 1, grup percobaan dua 2, grup percobaan tiga 8, grup percobaan empat 8, dan grup percobaan lima 9. Parameter optimal yang telah didapatkan dari percobaan kedua disajikan pada Tabel 11. Sama seperti percobaan pertama, grup percobaan empat menghasilkan pola identifikasi kelima jenis Shorea dengan baik, karena menghasilkan akurasi 1% dengan epoch terkecil dari seluruh grup percobaan. Tabel 11 Nilai optimal setiap grup percobaan dengan regresi Parameter Grup percobaan ke- JST HN TL LR FN FT D DM Akurasi (%) Epoch Hasil akurasi kelas Shorea dari setiap grup percobaan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Akurasi kelas Shorea dari setiap grup percobaan (percobaan ke-2) Akurasi Grup Percobaan ke- (dalam %) Shorea Aku rasi Rata -rata (%) ovalis leprosula platyclados seminis beccariana Pada Tabel 12, identifikasi jenis Shorea ovalis, Shorea platyclados, Shorea seminis, Shorea beccariana pada grup percobaan satu, dua, tiga, empat, dan lima menghasilkan akurasi sebesar 1%. Artinya, masing-masing grup percobaan jenis Shorea teridentifikasi dengan benar, identifikasi Shorea leprosula pada grup percobaan satu, dua, tiga, dan empat menghasilkan akurasi 1%, sedangkan pada grup percobaan lima 5%. Hal ini disebabkan satu instance Shorea leprosula menghasilkan nilai.41 sehingga teridentifikasi sebagai Shorea ovalis. Selain itu, berdasarkan fitur yang diamati, keduanya cenderung memiliki kesamaan pada fitur-fitur tertentu yang dapat dilihat pada Lampiran 9. Hasil percobaan kedua selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8. Pada Gambar 21 menyajikan hasil tingkat akurasi rata-rata untuk Shorea ovalis, Shorea platyclados, Shorea seminis, dan Shorea beccariana ialah 1%, serta Shorea leprosula ialah 9%.

7 14 Akurasi (%) 1 5 Ovalis Leprosula Platyclados Seminis Beccariana Grup Percobaan satu dua tiga empat lima Gambar 21 Grafik akurasi kelas Shorea pada masing-masing grup percobaan (percobaan ke-2). Perbandingan Optimalisasi Seluruh Kelompok Percobaan Dari seluruh percobaan yang telah dilakukan, yaitu percobaan 5-fold crossvalidation tanpa regresi dan percobaan 5-fold cross-validation dengan regresi, didapat hasil akurasi yang sama. Perbandingan akurasi ratarata disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Perbandingan akurasi rata-rata seluruh percobaan Akurasi rata-rata (%) Percobaan 1 Percobaan 2 ovalis 1 1 leprosula 9 9 platyclados 1 1 seminis 1 1 beccariana 1 1 Dari data pada Tabel 13, dapat diketahui bahwa akurasi rata-rata keseluruhan yang dihasilkan kedua percobaan ialah 98%. Keduanya menghasilkan akurasi yang sama dengan hasil parameter optimal JST propagasi balik resilient yang berbeda, serta kesalahan identifikasi yang sama dari kedua percobaan, yaitu instance Shorea leprosula teridentifikasi sebagai Shorea ovalis. Grafik perbandingan akurasi kedua percobaan juga disajikan dalam Gambar 22. Perbandingan dengan Penelitian Sebelumnya Penelitian kali ini akan dibandingkan dengan penelitian Puspitasari (211), karena data yang digunakan sama. Penelitian Puspitasari (211) menggunakan JST propagasi balik standar mampu mengidentifikasi jenis Shorea dengan akurasi rata-rata 9%. Selain itu, pendekatan dengan regresi linier dilakukan untuk mendekati nilai luas dan keliling daun yang sebenarnya menggunakan rumus elips menghasilkan akurasi sebesar 94%. Perbandingan akurasi dengan Puspitasari (211) dapat dilihat pada Tabel 14. Puspitasari (211) menggunakan maksimum epoch mencapai 5 epoch, artinya siklus setiap perubahan bobot (epoch) yang dilakukan pada setiap set pelatihan akan berhenti dicapai, yaitu bila mencapai maksimum epoch, yaitu 5, sedangkan pada penelitian ini hanya 1 epoch. Kesalahan identifikasi pada kedua percobaan yang dilakukan Puspitasari (211) berbeda. Pada percobaan pertama, yaitu tanpa regresi, Shorea ovalis yang diidentifikasi sebagai Shorea beccariana, maupun sebaliknya, dan percobaan kedua, yaitu dengan regresi, Shorea beccariana dan Shorea leprosula diidentifikasi sebagai Shorea ovalis, sedangkan pada penelitian ini, kedua percobaan yang dilakukan menghasilkan akurasi yang sama serta kesalahan identifikasi yang sama, yaitu kesalahan identifikasi pada instance Shorea leprosula yang diidentifikasi sebagai Shorea ovalis. Kesalahan tersebut dapat terjadi karena nilai dari fitur nominal yang sama antara kedua jenis Shorea tersebut. Akurasi rata-rata (%) Gambar 22 Grafik rata-rata akurasi masingmasing percobaan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Percobaan 1 Percobaan 2 Penelitian ini mengidentifikasi lima jenis Shorea dengan menggunakan karakteristik morfologi daun, yaitu Shorea ovalis, Shorea leprosula, Shorea platyclados, Shorea seminis, dan Shorea beccariana menggunakan karakteristik morfologi daun dengan fitur yang diamati ialah panjang daun, lebar daun, bentuk tulang daun, permukaan daun, bentuk ujung dan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan hutan hujan tropis dengan keanekaragaman spesies tumbuhan yang sangat tinggi dan formasi hutan yang beragam. Dipterocarpaceae

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI JENIS SHOREA MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK BERDASARKAN KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAUN DEWI PUSPITASARI

IDENTIFIKASI JENIS SHOREA MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK BERDASARKAN KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAUN DEWI PUSPITASARI IDENTIFIKASI JENIS SHOREA MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK BERDASARKAN KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAUN DEWI PUSPITASARI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

lalu menghitung sinyal keluarannya menggunakan fungsi aktivasi,

lalu menghitung sinyal keluarannya menggunakan fungsi aktivasi, LAMPIRAN 15 Lampiran 1 Algoritme Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik Standar Langkah 0: Inisialisasi bobot (bobot awal dengan nilai random yang paling kecil). Langkah 1: Menentukan maksimum epoch, target

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN & IMPLEMENTASI SISTEM

BAB IV PERANCANGAN & IMPLEMENTASI SISTEM 17 BAB IV PERANCANGAN & IMPLEMENTASI SISTEM 4.1 Desain. yang digunakan adalah jaringan recurrent tipe Elman dengan 2 lapisan tersembunyi. Masukan terdiri dari data : wind, SOI, SST dan OLR dan target adalah

Lebih terperinci

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Dhita Azzahra Pancorowati 1110100053 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Yang Digunakan Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan data input dalam proses jaringan saraf tiruan backpropagation. Data tersebut akan digunakan sebagai

Lebih terperinci

KLASIFIKASI JENIS SHOREA BERDASARKAN MORFOLOGI DAUN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK LEVENBERG-MARQUARDT CORY DIANA LESTARI

KLASIFIKASI JENIS SHOREA BERDASARKAN MORFOLOGI DAUN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK LEVENBERG-MARQUARDT CORY DIANA LESTARI KLASIFIKASI JENIS SHOREA BERDASARKAN MORFOLOGI DAUN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK LEVENBERG-MARQUARDT CORY DIANA LESTARI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. Analisa dan Kebutuhan Sistem Analisa sistem merupakan penjabaran deskripsi dari sistem yang akan dibangun kali ini. Sistem berfungsi untuk membantu menganalisis

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Gambar 3.1 Desain Penelitian METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Studi Literatur: Permalan Time Series, Harga Minyak Bumi, Jaringan Syaraf Tiruan, Backpropagation Pengumpulan Data Harga Minyak Bumi di Indonesia Perancangan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Perusahaan dalam era globalisasi pada saat ini, banyak tumbuh dan berkembang, baik dalam bidang perdagangan, jasa maupun industri manufaktur. Perusahaan

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN tersembunyi berkisar dari sampai dengan 4 neuron. 5. Pemilihan laju pembelajaran dan momentum Pemilihan laju pembelajaran dan momentum mempunyai peranan yang penting untuk struktur jaringan yang akan dibangun.

Lebih terperinci

Presentasi Tugas Akhir

Presentasi Tugas Akhir Presentasi Tugas Akhir Bagian terpenting dari CRM adalah memahami kebutuhan dari pelanggan terhadap suatu produk yang ditawarkan para pelaku bisnis. CRM membutuhkan sistem yang dapat memberikan suatu

Lebih terperinci

Architecture Net, Simple Neural Net

Architecture Net, Simple Neural Net Architecture Net, Simple Neural Net 1 Materi 1. Perceptron 2. ADALINE 3. MADALINE 2 Perceptron Perceptron lebih powerful dari Hebb Pembelajaran perceptron mampu menemukan konvergensi terhadap bobot yang

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 68 BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Bab ini membahas tentang program yang telah dianalisis dan dirancang atau realisasi program yang telah dibuat. Pada bab ini juga akan dilakukan pengujian program. 4.1

Lebih terperinci

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Erlangga, Sukmawati Nur Endah dan Eko Adi Sarwoko Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Erlangga, Sukmawati Nur Endah dan Eko Adi Sarwoko

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran untuk penelitian ini seperti pada Gambar 9. Penelitian dibagi dalam empat tahapan yaitu persiapan penelitian, proses pengolahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 14, terdiri dari tahap identifikasi masalah, pengumpulan dan praproses data, pemodelan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 19 3. METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat digambarkan dalam suatu bagan alir seperti pada Gambar 8. Gambar 8 Diagram Alir Penelitian Pengumpulan Data

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 32 BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada bab ini akan dibahas tentang analisis sistem melalui pendekatan secara terstruktur dan perancangan yang akan dibangun dengan tujuan menghasilkan model atau representasi

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA GARIS DASAR KALIMAT PADA TULISAN TANGAN UNTUK MENGETAHUI KARAKTER SESEORANG DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILIENT BACKPROPAGATION

PENGENALAN POLA GARIS DASAR KALIMAT PADA TULISAN TANGAN UNTUK MENGETAHUI KARAKTER SESEORANG DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILIENT BACKPROPAGATION PENGENALAN POLA GARIS DASAR KALIMAT PADA TULISAN TANGAN UNTUK MENGETAHUI KARAKTER SESEORANG DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILIENT BACKPROPAGATION ABSTRAK Juventus Suharta (0722026) Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Data Untuk Analisis Jaringan Syaraf Tahapan pertama sebelum merancang model jaringan syaraf tiruan adalah menyiapkan data. Secara garis besar tahapan-tahapan dalam

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM Ayu Trimulya 1, Syaifurrahman 2, Fatma Agus Setyaningsih 3 1,3 Jurusan Sistem Komputer, Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

PERANCANGAN SOFTSENSOR KADAR GAS BUANG PADA STACK HASIL KELUARAN HRSG (HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR) DENGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN

PERANCANGAN SOFTSENSOR KADAR GAS BUANG PADA STACK HASIL KELUARAN HRSG (HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR) DENGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN PERANCANGAN SOFTSENSOR KADAR GAS BUANG PADA STACK HASIL KELUARAN HRSG (HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR) DENGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN Oleh : Hera Firdhausa Katili 2409100073 Dosen Pembimbing : Dr.

Lebih terperinci

Generalisasi rata-rata (%)

Generalisasi rata-rata (%) Lingkungan Pengembangan Sistem Sistem dikembangkan menggunakan kompiler Matlab R2008b dan sistem operasi Windows 7. Spesifikasi hardware komputer yang digunakan adalah Processor Intel (R) Atom (TM) CPU

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan dan algoritma yang akan digunakan pada sistem pengenalan wajah. Bagian yang menjadi titik berat dari tugas akhir

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang diimplementasikan sebagai model estimasi harga saham. Analisis yang dilakukan adalah menguraikan penjelasan

Lebih terperinci

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) Kompetensi : 1. Mahasiswa memahami konsep Jaringan Syaraf Tiruan Sub Kompetensi : 1. Dapat mengetahui sejarah JST 2. Dapat mengetahui macam-macam

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION [1] Novi Indah Pradasari, [2] F.Trias Pontia W, [3] Dedi Triyanto [1][3] Jurusan Sistem Komputer,

Lebih terperinci

BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH

BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH 7B. Standar Backpropagation (BP) Backpropagation (BP) merupakan JST multi-layer. Penemuannya mengatasi kelemahan JST dengan layer tunggal yang mengakibatkan perkembangan

Lebih terperinci

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT Havid Syafwan Program Studi Manajemen Informatika, Amik Royal, Kisaran E-mail: havid_syafwan@yahoo.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Gambar 3.1 menggambarkan desain penelitian peramalan volume penumpang kereta api di pulau Jawa-Sumatera dengan metode Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan dalam penelitian ini.

Lebih terperinci

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN : PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PRODUKSI AIR MINUM MENGGUNAKAN ALGORITMA BACKPROPAGATION (STUDI KASUS : PDAM TIRTA BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU) Robi Yanto STMIK Bina Nusantara

Lebih terperinci

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation 65 Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation Risty Jayanti Yuniar, Didik Rahadi S. dan Onny Setyawati Abstrak - Kecepatan angin dan curah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. fold Cross Validation, metode Convolutional neural network dari deep learning

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. fold Cross Validation, metode Convolutional neural network dari deep learning BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Prinsip Kerja Program P rinsip kerja program yaitu dengan melakukan pra pengolahan citra terhadap foto fisik dari permukaan buah manggis agar ukuran seluruh data

Lebih terperinci

JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA Dahriani Hakim Tanjung STMIK POTENSI UTAMA Jl.K.L.Yos Sudarso Km 6.5 Tanjung Mulia Medan notashapire@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 205 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 205 IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rancangan antarmuka (interface) program terdiri dari form cover, form

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rancangan antarmuka (interface) program terdiri dari form cover, form BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Rancangan Antarmuka (interface) Program Rancangan antarmuka (interface) program terdiri dari form cover, form testing dan form training (untuk programer). 4.1.1

Lebih terperinci

BAB 4 DISAIN MODEL. Pengguna. Citra. Ekstraksi Ciri x. Antar muka (Interface) Data Hasil Ekstraksi Ciri. Testing dan Identifikasi.

BAB 4 DISAIN MODEL. Pengguna. Citra. Ekstraksi Ciri x. Antar muka (Interface) Data Hasil Ekstraksi Ciri. Testing dan Identifikasi. 33 BAB 4 DISAIN MODEL Disain model sistem identifikasi citra karang dirancang sedemikian rupa dengan tuuan untuk memudahkan dalam pengolahan data dan pembuatan aplikasi serta memudahkan pengguna dalam

Lebih terperinci

PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Dwi Marisa Midyanti Sistem Komputer Universitas Tanjungpura Pontianak Jl Prof.Dr.Hadari Nawawi, Pontianak

Lebih terperinci

Pemodelan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Memprediksi Awal Musim Hujan Berdasarkan Suhu Permukaan Laut

Pemodelan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Memprediksi Awal Musim Hujan Berdasarkan Suhu Permukaan Laut Tersedia secara online di: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jika Volume 1 Nomor 2 Halaman 52-61 ISSN: 2089-6026 Pemodelan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Memprediksi Awal Musim Hujan Berdasarkan Suhu Permukaan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 18 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Penelitian Sistem pengenalan roda kendaraan pada penelitian ini tampak pada Gambar 10, secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tahapan utama yaitu, tahapan pelatihan

Lebih terperinci

BAB II. Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik. dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh

BAB II. Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik. dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh Sudharmadi Bayu Jati Wibowo

Lebih terperinci

Komparasi Metode Klasifikasi Penyakit Diabetes Mellitus Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Learning Vector Quantization dan Backpropagation

Komparasi Metode Klasifikasi Penyakit Diabetes Mellitus Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Learning Vector Quantization dan Backpropagation Komparasi Metode Klasifikasi Penyakit Diabetes Mellitus Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Learning Vector Quantization dan Backpropagation DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Moh. Isa Irawan, M.T. Dr. Imam Mukhlash,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan satu definisi variabel operasional yaitu ratarata temperatur bumi periode tahun 1880 sampai dengan tahun 2012. 3.2 Jenis dan

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK [1] Meishytah Eka Aprilianti, [2] Dedi Triyanto, [3] Ilhamsyah [1] [2] [3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Studi Literatur: Peramalan, Curah Hujan, Knowledge Discovery in Database, Jaringan Saraf Tiruan, Backpropagation, Optimalisasasi Backpropagation Pengumpulan

Lebih terperinci

BAB 3. METODE PENELITIAN

BAB 3. METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 31 Pemilihan Parameter Masukan JST Data pengujian kualitas surfaktan-mesa yang dimiliki SBRC IPB (009) terdiri atas tegangan permukaan, IFT, densitas, viskositas, ph, dan kandungan

Lebih terperinci

Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)*

Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)* Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)* 1)Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak Badan Meteorologi

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Prosesor : Intel Core i5-6198du (4 CPUs), ~2.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Prosesor : Intel Core i5-6198du (4 CPUs), ~2. BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Hardware a. Prosesor : Intel Core i5-6198du CPU @2.30GHz (4 CPUs), ~2.40GHz b.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan prediksi semakin meningkat pada era globalisasi saat ini sejalan dengan keinginan masyarakat khususnya pelaku bisnis untuk memberikan tanggapan

Lebih terperinci

4.1. Pengumpulan data Gambar 4.1. Contoh Peng b untuk Mean imputation

4.1. Pengumpulan data Gambar 4.1. Contoh Peng b untuk Mean imputation 4.1. Pengumpulan data Data trafik jaringan yang diunduh dari http://www.cacti.mipa.uns.ac.id:90 dapat diklasifikasikan berdasar download rata-rata, download maksimum, download minimum, upload rata-rata,

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan Syaraf Tiruan (Artificial Neural Network) Intelligent Systems Pembahasan Jaringan McCulloch-Pitts Jaringan Hebb Perceptron Jaringan McCulloch-Pitts Model JST Pertama Diperkenalkan oleh McCulloch

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Implementasi antar muka dalam tugas akhir ini terdiri dari form halaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Implementasi antar muka dalam tugas akhir ini terdiri dari form halaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Antar Muka Implementasi antar muka dalam tugas akhir ini terdiri dari form halaman judul perangkat lunak, form pelatihan jaringan saraf tiruan, form pengujian

Lebih terperinci

Pengenalan Hand Gesture Dinamis Menggunakan JST Metode Pembelajaran Backpropagation

Pengenalan Hand Gesture Dinamis Menggunakan JST Metode Pembelajaran Backpropagation Pengenalan Hand Gesture Dinamis Menggunakan JST Metode Pembelajaran Backpropagation SEMINASIK FMIPA UGM 2013 Yuan Lukito, Agus Harjoko yuanlukito@gmail.com, aharjoko@ugm.ac.id Hand Gesture Gerakan anggota

Lebih terperinci

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Program Studi Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang Abstrak. Saat ini, banyak sekali alternatif dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Kebutuhan Perangkat Keras. Perangkat Keras Spesifikasi Processor Intel Core i3. Sistem Operasi Windows 7

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Kebutuhan Perangkat Keras. Perangkat Keras Spesifikasi Processor Intel Core i3. Sistem Operasi Windows 7 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kebutuhan Sistem Sebelum melakukan penelitian dibutuhkan perangkat lunak yang dapat menunjang penelitian. Perangkat keras dan lunak yang digunakan dapat dilihat pada Tabel

Lebih terperinci

Mahasiswa: Muhimmatul Khoiro Dosen Pembimbing: M. Arief Bustomi, S.Si, M.Si.

Mahasiswa: Muhimmatul Khoiro Dosen Pembimbing: M. Arief Bustomi, S.Si, M.Si. Mahasiswa: Muhimmatul Khoiro 1110100049 Dosen Pembimbing: M. Arief Bustomi, S.Si, M.Si. Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2014 Diagnosa

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SARAF TIRUAN UNTUK INVENTARISASI LUAS SUMBER DAYA ALAM STUDI KASUS PULAU PARI

APLIKASI JARINGAN SARAF TIRUAN UNTUK INVENTARISASI LUAS SUMBER DAYA ALAM STUDI KASUS PULAU PARI APLIKASI JARINGAN SARAF TIRUAN UNTUK INVENTARISASI LUAS SUMBER DAYA ALAM STUDI KASUS PULAU PARI Putri Khatami Rizki 1), Muchlisin Arief 2), Priadhana Edi Kresnha 3) 1), 2), 3) Teknik Informatika Fakultas

Lebih terperinci

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian 1, Erlinda Ningsih 2 1 Dosen Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama 2 Mahasiswa Sistem Informasi, STMIK

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA HURUF ROMAWI DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN PERSEPTRON LAPIS JAMAK

PENGENALAN POLA HURUF ROMAWI DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN PERSEPTRON LAPIS JAMAK PENGENALAN POLA HURUF ROMAWI DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN PERSEPTRON LAPIS JAMAK Eko Budi Wahyono*), Suzuki Syofian**) *) Teknik Elektro, **) Teknik Informatika - Fakultas Teknik Abstrak Pada era modern

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL JARINGAN SYARAF TIRUAN RESILIENT BACKPROPAGATION UNTUK IDENTIFIKASI CHORD GITAR YOSI NURHAYATI

PENGEMBANGAN MODEL JARINGAN SYARAF TIRUAN RESILIENT BACKPROPAGATION UNTUK IDENTIFIKASI CHORD GITAR YOSI NURHAYATI PENGEMBANGAN MODEL JARINGAN SYARAF TIRUAN RESILIENT BACKPROPAGATION UNTUK IDENTIFIKASI CHORD GITAR YOSI NURHAYATI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. Koefisien Maksimum Energi Maksimum Jarak Gelombang R - R

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. Koefisien Maksimum Energi Maksimum Jarak Gelombang R - R BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Metode Penelitian Database Sinyal EKG Ekstraksi Ciri Sinyal Jantung (Wibowo, 2016) Keluaran : Koefisien Maksimum Energi Maksimum Jarak Gelombang R -

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peramalan ialah memperkirakan apa yang akan terjadi masa datang (Armstrong, 2001). Peramalan merupakan alat bantu yang penting dalam suatu perencanaan. Peramalan

Lebih terperinci

ANALISA NILAI UJIAN MASUK STT WASTUKANCANA BERDASARKAN NILAI UJIAN NASIONAL MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION

ANALISA NILAI UJIAN MASUK STT WASTUKANCANA BERDASARKAN NILAI UJIAN NASIONAL MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION ANALISA NILAI UJIAN MASUK STT WASTUKANCANA BERDASARKAN NILAI UJIAN NASIONAL MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION Program Studi Teknik Informatika STT Wastukancana Jl. Raya Cikopak No.53, Sadang, Purwakarta

Lebih terperinci

PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK

PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol.18, No.4, Oktober 2015, hal 151-156 PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK Zaenal

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MENGENALI TULISAN TANGAN HURUF A, B, C, DAN D PADA JAWABAN SOAL PILIHAN GANDA

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MENGENALI TULISAN TANGAN HURUF A, B, C, DAN D PADA JAWABAN SOAL PILIHAN GANDA APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MENGENALI TULISAN TANGAN HURUF A, B, C, DAN D PADA JAWABAN SOAL PILIHAN GANDA (Studi Eksplorasi Pengembangan Pengolahan Lembar Jawaban Ujian Soal Pilihan Ganda di

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE

KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE Warih Maharani Fakultas

Lebih terperinci

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Sari Indah Anatta Setiawan SofTech, Tangerang, Indonesia cu.softech@gmail.com Diterima 30 November 2011 Disetujui 14 Desember 2011

Lebih terperinci

z_in ( ) dan mengaplikasikan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal output ( ) Propagasi balik:

z_in ( ) dan mengaplikasikan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal output ( ) Propagasi balik: LAMPIRAN 4 Lampiran Algoritma aringan syaraf tiruan propagasi balik Langkah 0 Inisialisasi bobot Langkah Selama kondisi berhenti bernilai salah, lakukan langkah -9. Langkah Untuk setiap pasangan, lakukan

Lebih terperinci

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

SATIN Sains dan Teknologi Informasi SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 2, No. 1, Juni 2015 SATIN Sains dan Teknologi Informasi journal homepage : http://jurnal.stmik-amik-riau.ac.id Jaringan Syaraf Tiruan untuk Memprediksi Prestasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah tinggi, stroke, sakit di dada (angina) dan penyakit jantung rematik.

BAB I PENDAHULUAN. darah tinggi, stroke, sakit di dada (angina) dan penyakit jantung rematik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Penyakit jantung adalah penyakit yang mengganggu sistem pembuluh darah atau lebih tepatnya menyerang jantung dan urat-urat darah, beberapa contoh penyakit

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. forecasting produksi gula berdasarkan hasil laporan tahunan PTPN IX

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. forecasting produksi gula berdasarkan hasil laporan tahunan PTPN IX BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pada Tugas Akhir ini akan dirancang sebuah Perangkat Lunak untuk forecasting produksi gula berdasarkan hasil laporan tahunan PTPN IX (PERSERO) / PG.Pangka dengan

Lebih terperinci

Klasifikasi Pola Huruf Vokal dengan Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan

Klasifikasi Pola Huruf Vokal dengan Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan JURNAL TEKNIK POMITS 1-7 1 Klasifikasi Pola Huruf Vokal dengan Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan Dhita Azzahra Pancorowati, M. Arief Bustomi Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dalam kurun waktu enam bulan terhitung mulai februari 2012 sampai juli 2012. Tempat yang digunakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI MENGIDENTIFIKASI PENYAKIT MATA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION

PERANCANGAN APLIKASI MENGIDENTIFIKASI PENYAKIT MATA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION Jurnal Riset Komputer (JURIKOM), Volume : 3, Nomor:, Februari 206 ISSN : 2407-389X PERANCANGAN APLIKASI MENGIDENTIFIKASI PENYAKIT MATA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION Fahmi Hasobaran Dalimunthe

Lebih terperinci

ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang)

ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang) ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang) 1 Musli Yanto, 2 Sarjon Defit, 3 Gunadi Widi Nurcahyo

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dielaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini, sehingga dapat diadikan sebagai landasan berpikir dan akan mempermudah dalam hal pembahasan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN Pada tugas akhir ini akan dirancang sebuah perangkat lunak untuk prediksi kebangkrutan perusahaan berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang pernah terdaftar (listed) di

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI. kegiatan manusia membuat penelitian dengan domain teknik informatika

BAB III. METODOLOGI. kegiatan manusia membuat penelitian dengan domain teknik informatika BAB III. METODOLOGI 3.1. Kerangka Pikir Teknik informatika yang memiliki andil yang cukup besar dalam berbagai kegiatan manusia membuat penelitian dengan domain teknik informatika merupakan hal yang menarik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Syaraf Biologi Otak manusia memiliki struktur yang sangat kompleks dan memiliki kemampuan yang luar biasa. Otak terdiri dari neuron-neuron dan penghubung yang disebut

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum Jaringan Syaraf Tiruan Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum Susilo Nugroho Drajad Maknawi M0105047 M0105068 M01040 Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

Architecture Net, Simple Neural Net

Architecture Net, Simple Neural Net Architecture Net, Simple Neural Net 1 Materi 1. Model Neuron JST 2. Arsitektur JST 3. Jenis Arsitektur JST 4. MsCulloh Pitts 5. Jaringan Hebb 2 Model Neuron JST X1 W1 z n wi xi; i1 y H ( z) Y1 X2 Y2 W2

Lebih terperinci

KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF

KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF Asti Rahma Julian 1, Nanik Suciati 2, Darlis Herumurti 3 Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, ITS

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PERANGKAT LUNAK

BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PERANGKAT LUNAK BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PERANGKAT LUNAK Bab ini menjelaskan perancangan dan implementasi yang dilakukan. Tahap pertama dimulai dengan merancang beberapa classifier yaitu jaringan saraf tiruan

Lebih terperinci

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN)

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) Arsitektur Jaringan Digunakan untuk meminimalkan error pada output yang dihasilkan oleh jaringan. Menggunakan jaringan multilayer. Arsitektur Jaringan Proses belajar & Pengujian

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. untuk pengguna interface, membutuhkan perangkat keras dan perangkat lunak.

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. untuk pengguna interface, membutuhkan perangkat keras dan perangkat lunak. 29 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran Umum Sistem Pada dasarnya untuk pembuatan aplikasi ini, yakni aplikasi pengenalan suara untuk pengguna interface, membutuhkan perangkat keras dan perangkat lunak.

Lebih terperinci

KLASIFIKASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JAGUNG DENGAN MENGGUNAKAN NEURAL NETWORK BERBASIS ALGORITMA GENETIKA

KLASIFIKASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JAGUNG DENGAN MENGGUNAKAN NEURAL NETWORK BERBASIS ALGORITMA GENETIKA KLASIFIKASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JAGUNG DENGAN MENGGUNAKAN NEURAL NETWORK BERBASIS ALGORITMA GENETIKA Rais 1 email: rais.hojawa@gmail.com 1 Politeknik Harapan Bersama Jalan Mataram No 9 Kota Tegal

Lebih terperinci

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal Jaringan syaraf adalah merupakan salah satu representasi buatan dari otak manusia yang mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia. Syaraf manusia Jaringan syaraf dengan lapisan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Studi Literatur Studi ini dilakukan dengan cara mencari dan membaca berbagai literatur serta karya-karya penelitian mengenai topik penelitian yang sudah

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA Ramli e-mail:ramli.brt@gmail.com Dosen Tetap Amik Harapan Medan ABSTRAK Jaringan Syaraf Tiruan adalah pemrosesan

Lebih terperinci

134 Sutikno, Indriyati, Sukmawati N.E, Priyo S.S., Helmie A.W., Indra W., Nurdin B., Tri Wardati K., Raditya L.R. dan Diah Putu D.

134 Sutikno, Indriyati, Sukmawati N.E, Priyo S.S., Helmie A.W., Indra W., Nurdin B., Tri Wardati K., Raditya L.R. dan Diah Putu D. 134 Sutikno, Indriyati, Sukmawati N.E, Priyo S.S., Helmie A.W., Indra W., Nurdin B., Tri Wardati K., Raditya L.R. dan Diah Putu D. Chapter 7 Backpropagation dan Aplikasinya Sutikno, Indriyati, Sukmawati

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Analisis merupakan proses penguraian konsep ke dalam bagian-bagian yang lebih sederhana, sehingga struktur logisnya menjadi jelas. Metode untuk menguji, menilai, dan

Lebih terperinci

Model Arsitektur Backpropogation Dalam Memprediksi Faktor Tunggakan Uang Kuliah (Studi Kasus AMIK Tunas Bangsa)

Model Arsitektur Backpropogation Dalam Memprediksi Faktor Tunggakan Uang Kuliah (Studi Kasus AMIK Tunas Bangsa) IJCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp. 1~5 ISSN: 1978-1520 1 Model Arsitektur Backpropogation Dalam Memprediksi Faktor Tunggakan Uang Kuliah (Studi Kasus AMIK Tunas Bangsa) Agus Perdana Windarto* 1, Dedy Hartama

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan Menggunakan Algoritma Backpropagation Untuk Memprediksi Jumlah Pengangguran (Studi Kasus DiKota Padang)

Jaringan Syaraf Tiruan Menggunakan Algoritma Backpropagation Untuk Memprediksi Jumlah Pengangguran (Studi Kasus DiKota Padang) Jaringan Syaraf Tiruan Menggunakan Algoritma Backpropagation Untuk Memprediksi Jumlah Pengangguran (Studi Kasus DiKota Padang) Hadi Syahputra Universitas Putra Indonesia YPTK Padang E-mail: hadisyahputra@upiyptk.ac.id

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menjawab segala permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. menjawab segala permasalahan yang ada dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan bahan yang digunakan dalam membantu menyelesaikan permasalahan, dan juga langkah-langkah yang dilakukan dalam menjawab segala permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan Syaraf Tiruan (artificial neural network), atau disingkat JST menurut Hermawan (2006, hlm.37) adalah sistem komputasi dimana arsitektur dan operasi

Lebih terperinci

Jurnal Coding, Sistem Komputer Untan Volume 04, No.2 (2016), hal ISSN : x

Jurnal Coding, Sistem Komputer Untan Volume 04, No.2 (2016), hal ISSN : x DETEKSI PENYAKIT PADA TANAMAN JERUK PONTIANAK DENGAN METODE JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION [1] Fitrajaya Nugraha, [2] Beni Irawan, [3] Dwi Marisa Midyanti [1] [3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas

Lebih terperinci

Program Pilihan Ganda Sederhana dengan Java

Program Pilihan Ganda Sederhana dengan Java Program Pilihan Ganda Sederhana dengan Java Posted by Lita Nurlaelati 1:25 PM Programming Kali ini admin berbagi tentang membuat program Java GUI menggunakan Netbeans. Berikut langkah - langkahnya : Buat

Lebih terperinci

PENGENAL HURUF TULISAN TANGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE LVQ (LEARNING VECTOR QUANTIZATION) By. Togu Sihombing. Tugas Ujian Sarjana

PENGENAL HURUF TULISAN TANGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE LVQ (LEARNING VECTOR QUANTIZATION) By. Togu Sihombing. Tugas Ujian Sarjana PENGENAL HURUF TULISAN TANGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE LVQ (LEARNING VECTOR QUANTIZATION) By. Togu Sihombing Tugas Ujian Sarjana. Penjelasan Learning Vector Quantization (LVQ) Learning

Lebih terperinci