BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain. Pelat lantai didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom

PONDASI TIANG BOR (BOR PILE)

Lampiran-1: Tabel Westinghouse System's Rating A1 Superskill 0.13 A A B1 Excellent 0.08 B B C1 Good 0.03 C2 0.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses konstruksi yang sedang berlangsung. tanpa terkendala waktu, karena kapan pun drone ini dapat terbang dan melakukan

LAMPIRAN Universitas Sumatera Utara

Rating Factor Masing-masing Stasiun Kerja

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Pekerjaan pondasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu pondasi dangkal dan pondasi

BAB V METODE PELAKSANAAN. 5.1 Pekerjaan Pondasi Tiang Bor (Bored Pile) ke dalam tanah dengan cara mengebor tanah terlebihdahulu, lalu kemudian diisi

PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Dalam setiap Proyek Konstruksi, metode pelaksanaan yang dilakukan memiliki

Tugas dari Presiden Direktur, antara lain : Adapun tanggung jawab dari Presiden Direktur adalah:

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: FAKTOR PENYESUAIAN DAN ALLOWANCE

METODE PEKERJAAN BORE PILE

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II. Activity-Based Management. Activity Based Management (ABM) adalah suatu pendekatan di seluruh

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN TEORI. pekerjaan, baik pekerjaan yang dilelangkan ataupun yang dikerjakan sendiri

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN

BAB 2 LANDASAN TEORI


PENGUKURAN WAKTU. Nurjannah

PENGUKURAN WAKTU KERJA

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut:

BAB 2 LANDASAN TEORI

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN TEORI. Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk

BAB II LANDASAN TEORI

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur

Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating

FONDASI DALAM BAB I PENDAHULUAN

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perencanaan proyek. Besarnya nilai upah dari pekerja ditentukan

MODUL II WORK MEASUREMENT

BAB I PENDAHULUAN. dalam gambar kerja kemudian dapat ditentukan metode kerja yang tepat. Metode

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pembangunan Proyek STS Bintaro Permai ini berdasarkan dari pertimbangan

LAMPIRAN 1 STRUKTUR ORGANISASI PT. KARYA DELI STEELINDO

BAB II ACTIVITY BASED MANAGEMENT

BAB VI TINJAUAN KHUSUS. (Secant Pile dan Soldier Pile)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB II TI NJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH

LOKASI BH 140 (35+782)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Lampiran 1: Tugas dan Tanggung Jawab Karyawan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan.

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement)

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan dengan prinsip keuntungan dalam bidang ekonomi. Pencapaian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

PONDASI. Prinsip pondasi : 1. Harus sampai ke tanah keras. 2. Apabila tidak ada tanah keras harus ada pemadatan tanah/perbaikan tanah.

Revisi SNI Daftar isi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

PERBANDINGAN BIAYA DAN WAKTU PENGERJAAN PONDASI PADA PROYEK YANG MENGGUNAKAN UP DOWN CONSTRUCTION DENGAN MENGGUNAKAN METODA KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Pondasi merupakan bagian paling bawah dari konstruksi bangunan yang

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. terdapat di bawah konstruksi dengan tumpuan pondasi.

PONDASI. 1. Agar kedudukan bangunan tetap mantab atau stabil 2. Turunnya bangunan pada tiap-tiap tempat sama besar,hingga tidak terjadi pecah-pecah.

BAB IV PEKERJAAN PEMBUATAN PONDASI TIANG BOR DENGAN METODE ENLARGED BASE BORED PILE. Contoh pelaksanaan pekerjaan lubang bor No.

PRODUKTIVITAS DAN KETERLAMBATAN PRODUKSI TIANG PANCANG DAN TIANG LISTRIK PADA PERUSAHAAN X DENGAN MPDM

PENGAMATAN PROSES PONDASI BORED PILE dan RTAINING WALL PADA GEDUNG ASPEN ADMIRALTY APARTMENT TOWER C, FATMAWATI, JAKARTA SELATAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya

Dalam menjalankan proses ini permasalahan yang dihadapi adalah tidak adanya informasi tentang prediksi kebutuhan material yang diperlukan oleh produks

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah

BAB II LANDASAN TEORI. masalah mengenai cara untuk mengestimasi biaya proyek sehingga harga yang keluar

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Galian adalah pekerjaan menggali tanah untuk keperluan konstruksi

ANALISA PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA AKTUAL PADA PEKERJAAN BETON MENURUT SNI 7394:2008 DENGAN ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN (AHSP) 2012

BAB V METODE PELAKSANAAN. pelaksanaan di lapangan penulis melakukan pengumpulan data berupa : pekerja) dan disertai dengan dokumentasi di lapangan,

BAB 2 LANDASAN TEORI

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA. tutorial 7. work sampling

practicum apk industrial engineering 2012

5.2. Pekerjaan Bore Pile dan Soldear Pile. Laporan Kerja Praktek Pekerjaan Bore Pile dan Soldear Pile ini melibatkan beberapa kegiatan antara lain ada

5- PEKERJAAN DEWATERING


BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Stephens (1985), formwork rk atau bekisting. dituang telah mencapai kekuatan yang cukup.

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah. untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya beban diatasnya. Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan dasar

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini sistem pondasi tiang bor (bored pile) banyak digunakan pada

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanah Tanah merupakan material yang selalu berhubungan dengan teknologi konstruksi sipil. Karena besarnya pengaruh tanah terhadap perencanaan seluruh konstruksi, maka tanah menjadi komponen yang sangat diperhatikan dalam perencanaan konstruksi. Untuk itu, dalam perencanaan suatu konstruksi harus dilakukan penyelidikan terhadap karakteristik dan kekuatan tanah terutama sifatsifat tanah yang mempengaruhi kekuatan dukungan tanah dalam menahan beban konstruksi yang ada di atasnya atau disebut juga dengan daya dukung (Yuliet 2011). 2.2. Bored Pile Bored pile dibuat dari beton bertulang, dan jenis bored pile ini memiliki daya dukung yang jauh lebih besar dibanding tiang pancang. Untuk memperbesar daya dukung bored pile dan menambah kekuatan tarik, pada pangkalnya dapat dibuat bendolan yang membesar (Asiyanto, 2006). 2.3. Pekerjaan Pengeboran Pekerjaan pengeboran merupakan proses awal dimulainya pengerjaan pondasi bored pile, kedalaman dan diameter bored pile, batuan atau material dibawah permukaan tanah menjadi parameter utama dipilihnya alat-alat bor. Ini perlu diantisipasi sehingga bisa disediakan metode, dan peralatan yang cocok. 6

7 Setelah mencapai suatu kedalaman yang mencukupi untuk menghindari tanah di tepi lubang berguguran maka perlu di pasang casing, yaitu pipa yang mempunyai ukuran diameter dalam kurang lebih sama dengan diameter lubang bor. Setelah casing terpasang, maka pengeboran dapat dilanjutkan (Dewobroto, 2007). 2.4. Metode Penggalian Dengan Mesin Bor Pelaksanaan bored pile, (Asiyanto, 2006) dipancang pipa casing terlebih dahulu, kemudian dilakukan pengeboran tanah. Untuk menjaga agar tidak terjadi keruntuhan tanah, maka selama pengeboran lubang diisi dengan bentonite. Setelah elevasi bor tercapai (diperiksa jenis tanah di ujung pengeboran), maka dimasukkan tulangan dan di cor beton dengan menggunakan pipa tremi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan bored pile, antara lain : 1. Titik-titik ukur untuk memberi guide posisi letak titik tiang. 2. Disiapkan drainase, penampungan dan pembuangan lumpur hasil pengeboran. 3. Keakuratan kedalaman bor (bottom level). 4. Kecermatan kualitas beton. 5. Penggunaan bentonite untuk mencegah runtuhnya tanah pada lubang cor. 6. Pergerakan alat bor ke arah belakang (mundur). 7. Keakuratan elevasi pemberhentian cor beton (top level). Ada banyak metode pembuatan fondasi boredpile (Usaha Karya, 2005), sistem pembuatan yang biasa diterapkan adalah: 1. Bor kering, pelaksanaannya menggunakan mata bor biasa (spiral plat) diputar sambil dimasukkan ke dalam tanah dengan menggunakan alat bore crane,

8 dengan menggunakan mesin diesel dan as mata di atur, dikendalikan, kaki tripot sebagai penyangga untuk menaikkan dan menurunkan mata bor. 2. Bor basah, sistem ini memerlukan casing untuk menahan sisi lubang tanah dari kelongsoran, pompa air untuk sirkulasi dan airnya yang di pakai untuk pengeboran, persediaan air harus cukup untuk mencapai kedalaman bor yang direncanakan. 3. Sistem pengerjaan bored pile secara manual, alat ini menggunakan tenaga manual untuk memutar mata bornya. Alat yang simple, ringkas dan mudah dioperasikan serta tidak bisik saat pengerjaan menjadikan cara ini banyak digunakan di berbagai proyek seperti perumahan, pabrik, gudang, pagar, dan lainnya. Kekurangannya adalah terbatasnnya pilihan diameter yakkni hanya 20 cm, 25 cm, 30 cm, dan 40 cm. Tentu saja karena ini berhubungan dengan tenaga penggeraknya yang hanya tenaga manusia. Jadi cara ini kebanyakan digunakan untuk bangunan yang tidak begitu berat. 2.5. Upah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundangundangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

9 2.6. Biaya Komponen-komponen biaya konstruksi terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak langsung (AACE, 1992). Biaya langsung adalah biaya yang terkait langsung dengan volume pekerjaan yang terdapat dalam pay item seperti biaya upah, biaya peralatan, biaya material, dan sebagainya. Sedangkan biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak terkait langsung dengan volume pekerjaan. Namun biaya tidak langsung berkontribusi dalam penyelesaian pekerjaan proyek yang mencakup biaya overhead, risiko, contingency,dansebagainya. 2.7. Waktu Waktu atau jadwal merupakan salah satu sasaran utama proyek. Keterlambatan akan mengakibatkan berbagai bentuk kerugian antara lain penambahan biaya, denda akibat keterlambatan, kehilangan kesempatan produk yang dihasilkan memasuki pasaran, yang semuanya akan mempengaruhi pada biaya proyek keseluruhan dan berpengaruh langsung pada arus kas proyek tersebut (Hermawan dkk, 2007). 2.8. Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah seseorang atau individu yang memiliki kecakapan tertentu dalam bidang konstruksi dan hal lain yang berkaitan, bekerja pada seseorang atau pihak lain untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan kecakapannya dimana dalam aturan pekerjaannya telah diatur sesuai dengan kesepakatan bersama. (Hermawan dkk, 2007).

10 2.9. Produktivitas Secara umum produktivitas adalah perbandingan antara hasil kegiatan (output) dan masukan (input). Dalam konstruksi, pengertian produktivitas tersebut biasanya dihubungkan dengan produktivitas pekerja dan dapat dijabarkan sebagai perbandingan antara hasil kerja dan jam kerja. Produktivitas didefinisikan sebagai ratio antara output dengan input, atau ratio antara hasil produksi dengan total sumberdaya yang digunakan. Dalam proyek konstruksi ratio produktivitas adalah nilai yang diukur selama proses konstruksi, dapat dipisahkan menjadi biaya tenaga kerja, material, dan alat. (Ervianto, 2008). 2.10. Produktivitas Tukang Gali Untuk mengetahui kecepatan dan upah yang perlu dibayar kepada pekerja tukang gali digunakan koefisien yang berasal dari SNI pekerjaan tanah 2008. Koefisien pekerjaan galian adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Produktivitas Tukang Gali Berdasarkan SNI 2008 Menggali 1 m 3 tanah biasa sedalam 1 meter Kebutuhan Satuan Indeks Pekerja OH 0,750 Tenaga Kerja Mandor OH 0,025 Menggali 1 m 3 tanah biasa sedalam 2 meter Kebutuhan Satuan Indeks Pekerja OH 0,900 Tenaga kerja Mandor OH 0,045 Menggali 1 m 3 tanah biasa sedalam 3 meter Kebutuhan Satuan Indeks Pekerja OH 1,050 Tenaga kerja Mandor OH 0.067 Menggali 1 m 3 tanah keras sedalam 1 meter Kebutuhan Satuan Indeks Pekerja OH 1,000 Tenaga Kerja Mandor OH 0,032

11 Sambungan Tabel 2.1 Produktivitas Tukang Gali Berdasarkan SNI 2008 Menggali 1 m 3 tanah cadas sedalam 1 meter Kebutuhan Satuan Indeks Pekerja OH 1,500 Tenaga kerja Mandor OH 0,060 Menggali 1 m 3 tanah lumpur sedalam 1 meter Kebutuhan Satuan Indeks Pekerja OH 1,200 Tenaga kerja Mandor OH 0.045 2.11. Time and Motion Study Metode time and motion study dilakukan untuk melakukan pengukuran tingkat aktivitas yang dilakukan. Setiap pergerakan atau perpindahan suatu aktivitas mengkonsumsi waktu dan sumber daya, sehingga terdapat banyak teknik pengukuran time and motion study seperti work sampling, work-unit activity, time standard dan sebagainya (Ciptani, 2001). 2.11.1. Pengertian Time and Motion Study Time & Motion Study, berhubungan dengan cara yang sistematik untuk menentukan metode kerja yang sesuai, menentukan waktu yang dibutuhkan atas penggunaan mesin atau tenaga manusia untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dan menentukan bahan baku yang dibutuhkan agar pekerjaan tersebut dapat diselesaikan. Menurut Marvin E. Mundel (1994:1), istilah Time & Motion Study itu sendiri dapat diartikan atas dua hal: 1. Motion Study, aspek motion study terdiri dari deskripsi, analitis sistematis dan pengembangan metode kerja dalam menentukan bahan baku, desain output, proses, alat, tempat kerja, dan perlengkapan untuk setiap langkah dalam suatu proses, aktivitas manusia yang mengerjakan setiap aktivitas itu sendiri.

12 Tujuan metode motion study adalah untuk menentukan atau mendesain metode kerja yang sesuai untuk menyelesaikan sebuah aktivitas. 2. Time Study, aspek utama time study terdiri atas keragaman prosedur untuk menentukan lama waktu yang dibutuhkan dengan standar pengukuran waktu yang ditetapkan, untuk setiap aktivitas yang melibatkan manusia, mesin atau kombinasi aktivitas. 2.11.2. Prosedur Time & Motion Study Prosedur yang harus dilakukan dalam penerapan metode time & motion study ini terdiri beberapa langkah-langkah kerja atau prosedur seperti : 1. Penentuan tujuan, yang dimaksud adalah area pekerjaan atau aktivitas yang harus diselesaikan dan kriteria yang jelas untuk mengevaluasi area pekerjaan yang dimaksud. Kriteria untuk mengevaluasi tersebut antara lain meliputi kualitas yang lebih baik, keahlian tenaga kerja yang terbatas, waktu kerja yang makin berkurang, lebih banyak waktu yang diserap untuk berproduksi, pengurangan penggunaan material dengan harga yang lebih mahal, hasil yang lebih baik dari penggunaan material, waktu penggunaan peralatan yang makin sedikit, pengurangan penggunaan valuta asing dalam bertransaksi dan sebagainya. 2. Analisis, yaitu prosedur memisahkan keseluruhan metode kerja yang digunakan dalam langkah-langkah, subdivisi, kesesuaian dengan lingkup pekerjaan, dan sebagainya. Dalam hal ini keahlian tertentu yang dimiliki oleh tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan tersebut sangat mempengaruhi kinerja aktivitas yang bersangkutan.

13 3. Kritisisme, yaitu aplikasi terhadap analisis data yang telah dilakukan, dan pengecekan terhadap penyusunan langkah untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. 4. Inovasi, formulasi atas ide-ide baru yang diberikan untuk melaksanakan tugas dan pekerjaan. 5. Tes, yaitu prosedur evaluasi dengan menggunakan dasar data yang telah dianalisis pada langkah 3 dengan formulasi metode yang diterapkan pada langkah 4 dengan mengacu pada tujuan yang dirumuskan pada langkah 1 6. Percobaan, yaitu prosedur pengambilan sampel atas aplikasi dari metode yang digunakan pada langkah 4 dan dievaluasi dengan langkah 5, sehingga bisa memperhitungkan semua variabel yang bisa diukur dengan menggunakan metode time & motion study. 7. Aplikasi, yaitu prosedur terakhir yang diterapkan dan merupakan final standardization, instalasi, pengukuran, evaluasi dan penggunaan atas metode yang telah dikembangkan tersebut. Dalam meningkatkan metode kerja, sangatlah penting untuk mempertimbangkan hal-hal apa saja yang mengalami perubahan karena adanya perubahan metode kerja. Bidang-bidang itu antara lain adalah : 1 Aktivitas Manusia 2 Workstation (alat, lokasi kerja atau layout, peralatan) 3 Urutan pekerjaan atau work sequence 4 Desain output 5 Input yang digunakan yang akan masuk dalam suatu proses.

14 Perubahan yang terjadi pada salah satu area atau bidang di atas, biasanya mengakibatkan perubahan pada bidang atau area lainnya, sehingga apabila terdapat perubahan desain output, alasan adanya perubahan tersebut adalah untuk mempengaruhi biaya salah satu area di atasnya. 2.11.3. Teknik Pengukuran Dengan Motion Study Teknik-teknik pengukuran dengan menggunakan motion study dapat dikategorikan menjadi: 1 Teknik yang digunakan untuk menentukan tingkat perubahan yang dapat dilihat secara jelas. 2 Teknik yang digunakan untuk menunjukkan unit output, sebagai penggunaan metode awal atas penggunaan teknik motion study. 3 Teknik yang digunakan untuk mengevaluasi aspek manusia dalam menyelesaikan pekerjaan batuan atau material dibawah permukaan tanah 2.11.4. Rating Mengevaluasi kecepatan atau tempo kerja operator pada saat pengukuran kerja berlangsung sangatlah penting untuk memperoleh waktu normal. Kegiatan mengevaluasi kecepatan kerja operator ini dikenal sebagai rating performance. Westing house company (1927) memperkenalkan sistem untuk mengukur rating performance ini berdasarkan faktor kecakapan (skill), usaha (effort), kondisi kerja (working condition) dan konsistensi (consistency), untuk menormalkan waktu yang ada dilakukan dengan mengalikan waktu rata-rata yang diperoleh dari pengukuran dengan empat rating factor yang sesuai dengan performance.

15 Menurut Westinghouse System, yang di maksud dengan skill adalah kemampuan untuk mengikuti metode atau tata cara yang diberikan untuk melakukan suatu pekerjaan, lebih jauh lagi menyangkut keahlian, yang membutuhkan koordinasi yang tepat antara pikiran dan anggota tubuh. Rating Skill terbagi dalam 6 kategori yaitu superskill, excellent, good, average, fair dan poor dengan nilai masing-masingnya terdapat dalam tabel. Tabel 2.2 Rating Skill +0.15 A1 Superskill +0.13 A2 Superskill +0.11 B1 Excellent +0.08 B2 Excellent +0.06 C1 Good +0.03 C2 Good 0.00 D Average -0.05 E1 Fair -0.10 E2 Fair -0.16 F1 Poor -0.22 F2 Poor Effort adalah penerapan dari keinginan untuk bekerja secara efektif yang ditunjukkan dengan kecepatan dalam melakukan pekerjaan sesuai kecakapan yang dimiliki. Rating effort terbagi dalam 6 kategori yaitu excessive, excellent, good, average, fair dan poor dengan nilai masing-masingnya terdapat dalam tabel. Tabel 2.3 Rating Effort +0.13 A1 Excessive +0.12 A2 Excessive +0.10 B1 Excellent +0.08 B2 Excellent +0.05 C1 Good +0.02 C2 Good 0.00 D Average -0.04 E1 Fair -0.08 E2 Fair -0.12 F1 Poor -0.17 F2 Poor

16 Condition dalam lingkup penetapan rating pekerjaan ini adalah hal-hal yang mempengaruhi operator. Hal yang mempengaruhi penetapan nilai dari rating condition ini adalah temperatur, sirkulasi udara, cahaya dan tingkat kebisingan di lokasi pekerjaan. Keadaan-keadaan seperti kondisi alat dan bahan yang kurang bagus tidak diperhitungkan dalam penetapan rating condition ini. Rating condition terbagi menjadi 6 kategori yaitu ideal, excellent, good,average, fair dan poor dengan nilai masing-masingnya terdapat dalam tabel. Tabel 2.4 Rating Conditions +0.06 A Ideal +0.04 B Excellent +0.02 C Good 0.00 D Average -0.03 E Fair -0.07 F Poor Rating yang terakhir adalah rating consistency. Penetapan nilai dari rating ini berdasarkan konsisten tidaknya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap siklus pekerjaan. Siklus-siklus pekerjaan yang waktunya konsisten atau mendekati tetap akan memiliki tingkat konsistensi yang mendekati sempurna. Keadaan konsistensi sempurna ini sangat jarang ditemui karena banyak faktor yang mempengaruhi misalnya tingkat kekerasan bahan, ketajaman mata pisau, pelumas, atau dari keadaan orang yang melakukan pekerjaan itu sendiri. Pekerjaan yang dilakukan menggunakan mesin otomatis tidak diberikan nilai rating consistency lagi. Rating consistency terbagi menjadi 6 kategori yaitu perfect, excellent, good, average, fair dan poor dengan nilai masing-masingnya terdapat dalam tabel.

17 Tabel 2.5 Rating Consistency +0.04 A Perfect +0.03 B Excellent +0.01 C Good 0.00 D Average -0.02 E Fair -0.04 F Poor 2.11.5. Teknik-Teknik Yang Dikembangkan Dalam Time Study Dalam teknik pengukuran kerja dan time study, pengelompokan teknik tersebut dapat dibedakan menjadi lima kategori sebagai berikut : 1 Membutuhkan observasi langsung, yaitu teknik direct time study extensive sampling dan intensive sampling 2 Membutuhkan catatan atas kinerja masa lalu, yaitu teknik simple mathematical dan complex mathematical 3 Menggunakan data time study masa lalu, yaitu teknik predetermined time system, dan standard data system 4 Secara tidak langsung terlihat dalam sifat pekerjaannya, yaitu teknik penetapan time standard secara perkiraan 5 Melibatkan karyawan dalam pengumpulan data, yaitu teknik self-reporting, fractioned professional estimates.