SEKOLAH DASAR BERTARAF INTERNASIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB III TINJAUAN WILAYAH

commit to user ÞßÞ ÓÛÌÑÜÛ ÐÛÒÛÔ Ì ßÒ

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

ÞßÞ Ì ÒÖßËßÒ ÐËÍÌßÕß. Ó»²» Ò»¹ Õ±» ¼ ² Ë Õ»½ Ó»²»²¹ øó»²»¹µ± ¼ ² ËÕÓ. «² ² ²¹ ¾ ² µ Î ïòðððòðððòðððôððò. îò Ë Ó»²»²¹ ¼»² «³ µ ¹ ²»¹ ²¼±²» ²¹

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.

BAB III TINJAUAN KAWASAN

KEADAAN UMUM WILAYAH. Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa

BAB III TINJAUAN KAWASAN

LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN LOKASI

I. KARAKTERISTIK WILAYAH

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi pajak yang sangat

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN

BAB IV. A. Pelaksanaan Pasal 24 huruf a, b, dan c Undang-undang Nomor 20 Tahun tentang Rumah Susun Oleh Pemerintah Kabupaten Sleman.

ÍÌÎßÌÛÙ ÐÛÓßÍßÎßÒ ÖßÍß ÐßÜß ÝÊò ÍÑÔÑ ßÒÙÕßÍß ËÌßÓß ÒÛÌÉÑÎÕ ÍËÎßÕßÎÌß ÌËÙßÍ ßÕØ Î. Ñ» æ Í Ì ßÎÇßÒ ßÒÌ ÕßÍßÎ Üïëðçðèî

BAB II PROFIL DAERAH KABUPATEN SLEMAN & BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN SLEMAN

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH. Kabupaten Sleman merupakan kabupaten yang memiliki luas areal sebesar

IV. KEDAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 o sampai dengan

BAB III. TINJAUAN KHUSUS WISMA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA Kondisi Wilayah Kaliurang Sleman Yogyakarta Gambaran Umum Wilayah Sleman

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

ßÒßÔ Í Í ÍÌÎËÕÌËÎßÔ ÜßÒ Ò Ôß ÐÛÒÜ Ü ÕßÒ ÒÑÊÛÔ ç ÍËÓÓÛÎÍ ïð ßËÌËÓÒÍ ÜßÎ ÕÑÌß ßÐÛÔ ÕÛ ÌØÛ Þ Ù ßÐÐÛÔ ÕßÎÇß ÉßÒ ÍÛÌÇßÉßÒ

ÐÎÑÜËÕÍ ÐÛÍßÒ ÜßÒ ÐÛÓÞÛÒÌËÕßÒ ÌØÛßÌÛÎ ÑÚ Ó ÒÜ ÜßÔßÓ Ú ÕÍ Ó Ò Ü ÌÉ ÌÌÛÎ

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TENDANGAN DEPAN DALAM

Ü ³ л³¾» ² Ó»¼ Ó. øß² É ½ ² л³¾» ² Õ»µ» ² Ñ ³ ³ ÚÐ. ¼ Í«Õ ¾ Ø ² Ö Ð±» ±¼» Ú»¾ «îðïî ÍÕÎ ÐÍ. ˲ «µ ³»³»²¾ ¹ ²» ² ³»²½ ¹» Í ² ³«Õ±³«² µ

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan. Youdastyo / Kompleks Wisata Perikanan Kalitirto I- 1

Perumahan Golf Residence 2 Graha Candi Golf Semarang (dengan Penekanan Desain Arsitektur Tropis)

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

I. PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) atau lebih populer dengan sebutan

Ø ÐÛÎÔÑÕßÔ ÌßÍ ÓÌß ÚÓ ÐßÍÝß ÎßÜ Ñ ÍÌÎÛßÓ ÒÙ

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

KEADAAN UMUM WILAYAH. ke selatan dengan batas paling utara adalah Gunung Merapi.

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. 1. Sejarah Berdirinya Kabupaten Sleman. Keberadaan Kabupaten Sleman dapat dilacak pada Rijksblad no.

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

menetapkan olahraga perlu makin ani bagi setiap anggota masyarakat, nasional yaitu memasyarakatkan masyarakat. Tak hanya itu saja

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dunia bisnis kini berkembang sangat pesat di jaman yang maju dan

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2018

ßÒßÔ Í Í Í ÝÇÞÛÎ ÜßÕÉßØ ÜßÔßÓ ÉÛÞÍ ÌÛ ßØÓßÜ ÇÇßØòÑÎò Ü ÐßÜß ÞËÔßÒ ßÐÎ Ô îðïï

BAB III TINJAUAN TENTANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN DAN KAWASAN CA/TWA GUNUNG GAMPING

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

STUDI LITERATUR UKDW DATA. Profil Kota Yogyakarta (DIY) Potensi Kota Yogyakarta Potensi Kota Yogyakarta dalam bidang olahraga Data - data sekunder

PENGARUH INTERVAL TRAINING DAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN DAYA TAHAN AEROBIK SKRIPSI. Oleh: NURUL KHOTIMAH K

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. IV.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

1 A p a r t e m e n S i s i n g a m a n g a r a j a S e m a r a n g

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Sleman Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB III: TINJAUAN LOKASI

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN ' 00" Bujur Timur, 7 34' 51" dan 7 47' 30" Lintang Selatan yang

*terdiri dari kolam/empang/tebat, tanah kuburan, jalan, dan lapangan.

SMK PERTANIAN DI TAWANGMANGU DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016

BAB I PENDAHULUAN. Service), serta media alam sebagai media pembelajaran dan tempat. school melalui penyediaan fasilitas yang mengacu pada aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR HOTEL RESORT DI KAWASAN CANDI PRAMBANAN

Berdasarkan pernyataan Visi yang diinginkan sebagai tersebut diatas selanjutnya misi Polres Sleman adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Eksistensi Proyek. kota besar di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

Gedung Perkuliahan Jurusan Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata. berkesinambungan untuk melakukan matching dan adjustment yang terus menerus

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

UTARINA KUSMARWATI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Judul Proyek. Kota Jakarta adalah tempat yang dianggap menyenangkan oleh mayoritas

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban

BAB III Tinjauan Lokasi dan Rumah Sakit Hewan di Yogyakarta 3.1 Tinjauan Kondisi Umum Kabupaten Sleman

BAB IV TINJAUAN LOKASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema

BAB V KAJIAN TEORI Kajian Teori Penekanan Desain. Arsitektur Tropis. Arsitektur tropis dipilih sebagai tema desain pada pondok retret di

BAB III PUSAT SENI KERJANINAN BAMBU DI DESA WISATA BRAJAN Kondisi Administratif Kabupaten Sleman

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2016

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang

BAB III GEDUNG KONSER MUSIK KLASIK DI YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SEKTOR PERIKANAN. 1. Kondisi Geografis dan Batas Wilayah Administrasi

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

tetap akan memberikan kontribusi besar terhadap penurunan konsumsi energi secara nasional. Bangunan merupakan penyaring faktor alamiah penyebab

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and

SEKOLAH NASIONAL BERTARAF INTERNASIONAL PERMATA BANGSA DI SEMARANG

Transkripsi:

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH DASAR BERTARAF INTERNASIONAL DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TROPIS DI KABUPATEN SLEMAN TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas Maret Disusun Oleh : ROFIDA NOOR AMALIA I0207083 JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

ABSTRAK SEKOLAH DASAR BERTARAF INTERNASIONAL DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TROPIS DI KABUPATEN SLEMAN oleh: Rofida Noor Amalia I0207083 Sekolah Dasar Bertaraf Internasional merupakan suatu wadah penunjang kebutuhan edukasional bagi masyarakat secara umum dan anak-anak secara khusus, yaitu sebagai sarana peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Selain itu keberadaan Sekolah Dasar Bertaraf Internasional berperan untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam kancah persaingan global sehingga mereka dapat berkomunikasi dengan siswa-siswa dari negara lain dalam berbagai kompetisi internasional secara lebih optimal. Sekolah Dasar Bertaraf Internasional dengan Pendekatan Arsitektur Tropis adalah lembaga pendidikan formal untuk anak usia 7-12 tahun dengan waktu tempuh enam tahun yang mengintegrasikan nilai acuan pendidikan dalam perspektif internasional serta menggunakan aplikasi-aplikasi desain bangunan dalam usaha menciptakan kenikmatan dan kenyamanan ruang serta lingkungan bangunan baik secara alami maupun buatan, dengan memanfaatkan potensi iklim setempat. Pendekatan arsitektur tropis digunakan sebagai upaya untuk menyelaraskan bangunan, pengguna (manusia), dan alam. Iklim tropis di Indonesia menuntut penyelesaian desain yang memperhatikan segala bentuk potensi dan kendala untuk mendapatkan bangunan sebagai wadah kegiatan yang nyaman dan aman. Selain itu pendekatan tropis sejalan dengan konsep hemat energi sebagai bentuk penyelamatan bumi terhadap pemanasan global. Kata kunci: sekolah, pendidikan, internasional, tropis

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN ii KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH.....v DAFTAR ISI.vii DAFTAR GAMBAR....xii DAFTAR TABEL...xvii DAFTAR BAGAN... xix BAB I PENDAHULUAN A. Judul...1 B. Pemahaman Judul...1 C. Latar Belakang...4 1. Kebutuhan Pendidikan Bagi Manusia...4 2. Perlunya Pendidikan Bertaraf Internasional..5 3. Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014 6 4. Kondisi Pendidikan Dasar di Indonesia..7 5. Kabupaten Sleman sebagai Perintis Pendidikan Berkualitas 9 6. Pengaruh Iklim dalam Perancangan 10 D. Permasalahan dan Persoalan...12 1. Permasalahan...12 2. Persoalan...12 vii

E. Tujuan dan Sasaran...13 1. Tujuan...13 2. Sasaran...13 F. Lingkup Batasan Masalah...14 G. Metode Perencanaan...15 H. Sistematika Pembahasan...16 I. Kerangka Pikir...18 BAB II TINJAUAN TEORI A. Pendidikan Dasar dan Sekolah Bertaraf Internasional...19 1. Pengertian Pendidikan 19 2. Sistem Pendidikan Nasional...20 3. Macam Jalur Pendidikan 21 4. Jenis dan Jenjang Pendidikan.23 5. Sekolah Dasar dan Sekolah Dasar Bertaraf Internasional (SDBI) di Indonesia...25 B. Arsitektur Tropis 30 1. Pengertian Arsitektur Tropis..30 2. Karakteristik Daerah Zona Tropis.31 3. Iklim dan Arsitektur..36 4. Strategi Pengendalian Penghawaan dan Pencahayaan Alami pada Arsitektur Tropis...37 C. Tinjauan Preseden..50 1. Sekolah Dasar Model Kabupaten Sleman.50 2. School of Universe Bogor.54 viii

3. Shining Stars Preschool, Kindergarten..57 BAB III TINJAUAN KABUPATEN SLEMAN A. Kondisi Umum Kabupaten Sleman...59 B. Karakteristik Wilayah Kabupaten Sleman 60 C. Kondisi dan Prospek Pendidikan Dasar di Kabupaten Sleman.66 BAB IV SEKOLAH DASAR BERTARAF INTERNASIONAL (SDBI) YANG DIRENCANAKAN A. Fungsi dan Peran Sekolah Dasar Bertaraf Internasional...71 B. Visi dan Misi Sekolah Dasar Bertaraf Internasional.72 C. Sasaran dan Lingkup Pelayanan Sekolah Dasar Bertaraf Internasional73 D. Status Sekolah Dasar Bertaraf Internasional.73 E. Pelaku pada Sekolah Dasar Bertaraf Internasional 73 F. Kegiatan pada Sekolah Dasar Bertaraf Internasional.77 G. Tampilan Bangunan pada Sekolah Dasar Bertaraf Internasional...80 BAB V ANALISIS PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH DASAR BERTARAF INTERNASIONAL A. Analisis Fungsional Sekolah Dasar.83 1. Analisis Pelaku, Kegiatan, dan Kebutuhan Ruang Sekolah Dasar...83 2. Analisis Progam Ruang Sekolah Dasar...95 3. AnalisisBesaran Ruang Sekolah Dasar 98 4. Analisis Pola Peruangan Sekolah Dasar.120 B. Analisis Pemilihan Lokasi commit dan Tapak...124 to user ix

1. Analisis Pemilihan Lokasi Sekolah Dasar..124 2. Analisis Pemilihan Tapak Sekolah Dasar...127 C. Analisa Potensi Lingkungan Sekolah Dasar.. 132 1. Analisis Pencapaian....132 2. Analisis View dan Orientasi Bangunan..135 3. Analisis Pengaruh Sumber Suara pada Tapak 137 4. Analisis Perputaran Angin terhadap Bangunan..139 5. Analisis terhadap Sudut Datang Cahaya Matahari.141 D. Analisis Bentuk dan Tampilan Bangunan Sekolah Dasar 143 1. Pemintakatan (Zoning) Sekolah Dasar...143 2. Analisis Bentuk dan Tampilan Bangunan Sekolah Dasar..144 E. Analisis Sistem Struktur Bangunan Sekolah Dasar.150 F. Analisis Sistem Utilitas Bangunan Sekolah Dasar...157 1. Sistem Pencahayaan..157 2. Sistem Penghawaan...160 3. Keterpaduan Sistem Penghawaan dan Pencahayaan Alami..161 4. Sistem Pemadam Kebakaran.164 5. Sistem Sanitasi...166 6. Sistem Jaringan Listrik..167 7. Sistem Penangkal Petir..167 8. SistemTelekomunikasi...168 BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. Konsep Fungsional Sekolah Dasar...169 B. Konsep Perancangan Tapak Sekolah Dasar...179 x

1. Tapak Sekolah Dasar Terpilih...179 2. Konsep Pencapaian terhadaptapak...180 3. Konsep View dan Orientasi Bangunan...181 4. Konsep Pemanfaatan Sumber Suara pada Tapak...182 5. Konsep Pemanfaatan Perputaran Angin pada Bangunan...183 6. Konsep Pemanfaatan Cahaya Matahari pada Bangunan...184 7. Pemintakatan (Zoning) Sekolah Dasar...185 8. Konsep Bentuk dan Tampilan Bangunan Sekolah Dasar...185 C. Konsep Sistem Struktur Bangunan Sekolah Dasar...187 D. Konsep Sistem Utilitas Bangunan Sekolah Dasar...192 1. Sistem Pencahayaan...192 2. Sistem Penghawaan...193 3. Sistem Pemadam Kebakaran...193 4. Sistem Sanitasi...193 5. Sistem Jaringan Listrik...194 6. Sistem Penangkal Petir...195 7. Sistem Telekomunikasi...195 DAFTAR PUSTAKA.196 LAMPIRAN xi

BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL Sekolah Dasar Bertaraf Internasional dengan Pendekatan Arsitektur Tropis di Kabupaten Sleman B. PEMAHAMAN JUDUL Sekolah Dasar Sekolah adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Pendidikan sekolah dasar ditempuh dalam kurun waktu enam tahun. Siswa sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun. (wikipedia.org) Bertaraf Internasional Mendunia atau menyangkut bangsa atau negeri di seluruh dunia antar bangsa. (Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline v1.3). Sekolah Dasar Bertaraf Internasional Sekolah Dasar Bertaraf Internasional adalah sekolah dasar dengan kompetensi yang merupakan pengembangan dari kurikulum nasional dengan perspektif internasional antara lain terintegrasinya seperangkat nilai yang menjadi acuan, yaitu: inquirer (penemu), thinkers (pemikir), communicator (komunikator), risk taker (berani mengambil resiko), knowledgable (arif), principled (taat aturan), caring (peduli), open minded (terbuka), well balanced (serasi), dan reflective (berpikir matang). (Kerangka Kontekstual SD Bertaraf Internasional, Departemen Pendidikan Kabupaten Sleman, 2005) 1

Arsitektur Tropis Terdapat beberapa definisi terkait arsitektur tropis berdasarkan beberapa sumber, diantaranya adalah: Arsitektur tropis adalah metode dan strategi yang digunakan dalam perencanaan dan perancangan yang dapat mempengaruhi kondisi iklim di dalam ruangan dan lingkungan bangunan agar dapat memberikan kenikmatan dan kenyamanan pengguna, baik secara alami maupun buatan dengan mempertimbangkan kondisi iklim setempat yang berada di zona tropis. (Bangunan Tropis, Georg. Lippsmeier, 1994) Arsitektur Indonesia yang modern, yang beridentitas kultural Indonesia, yang berusaha memberi tekanan khusus dalam memanfaatkan dan menjawab tantangan ekologi nusantara yang tropis secara optimal, sehingga mampu menyajikan lingkungan fisik yang memenuhi syarat fisiologis dan psikologis bagi penghuninya. (Ir. Andi Siswanto, MSc, M.Arch. dalam Arsitek dan Arsitektur Indonesia, 1997) Arsitektur tropis adalah salah satu cabang ilmu arsitektur yang mempelajari tentang arsitektur yang berorientasi pada kondisi iklim dan cuaca pada lokasi di mana massa bangunan berada, serta dampak, tautan, maupun pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar yang bersifat tropis. (Dr. Ir. M. Syarif Hidayat, M. Arch., dalam Artikel Pengantar Arsitektur Tropis, Pusat Pengembangan Bahan Ajar UMB 2006). A climate that gives rise to lush vegetation and an environment so compatible with man. Because of this, man should be allowed in the 2

tropics to enjoy an organic harmony of the interior spaces of building with surrounding nature. (Iklim yang memberikan vegetasi yang beragam dan lingkungan yang selaras dengan manusia. Karenanya, manusia tropis seharusnya diijinkan untuk menikmati keterpaduan harmoni ruang dalam bangunan dengan alam di sekelilingnya.) (Sharmi Mahdi dalam Tropical House, 1986) Perancangan dan perencanaan bangunan dengan mempertimbangkan aspek iklim seperti penghawaan, kenyamanan, ventilasi, orientasi, penetrasi panas, dan refleksi sinar matahari. Perencanaan bangunan tersebut harus dapat menanggulangi hal-hal negatif yang ditimbulkan iklim tropis seperti rasa silau dan panas, angin yang kencang. (Materi Arsitektur Tropis, Arsitektur UNS, 2010) Jadi, arsitektur tropis adalah perencanaan dan perancangan bangunan yang dapat berkontribusi dengan iklim tropis, mendayagunakan segala potensi dan meminimalkan kendala yang ada sehingga manusia dapat menikmati ruang dalam maupun luar secara terpadu dan harmonis. Kabupaten Sleman Kabupaten Sleman adalah wilayah yang secara geografis terletak diantara 107 15 03 dan 100 29 30 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 03 Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Sleman sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah; sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah; sebelah barat berbatasan commit to dengan user Kabupaten Kulon Progo, 3

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah; serta sebelah selatan berbatasan dengan Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jadi, Sekolah Dasar Bertaraf Internasional dengan Pendekatan Arsitektur Tropis di Sleman adalah lembaga pendidikan formal untuk anak usia 7-12 tahun dengan waktu tempuh enam tahun yang mengintegrasikan nilai acuan pendidikan dalam perspektif internasional serta menggunakan aplikasi-aplikasi desain bangunan dalam usaha menciptakan kenikmatan dan kenyamanan ruang serta lingkungan bangunan baik secara alami maupun buatan, dengan memanfaatkan potensi iklim setempat. C. LATAR BELAKANG 1. Kebutuhan Pendidikan Bagi Manusia Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan adalah usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran yang dikenal dan diakui masyarakat. Dalam hal ini, pemerintah dan pemerintah daerah telah menjamin terselenggaranya pendidikan dasar yang dapat memberikan pelayanan pendidikan dasar seluas-luasnya tanpa membedakan latar belakang agama, suku, sosial, budaya, dan ekonomi. Penyelenggaraan wajib belajar pendidikan dasar merupakan bagian dari kebijakan pendidikan di Indonesia dalam rangka mencapai pendidikan untuk semua (education for all). 4

Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 disebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan dan pada ayat 3 ditegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satuan sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur undang-undang. Usaha pendidikan yang sadar dan terencana perlu diwujudkan dalam berbagai bidang yang berakar dari nilai-nilai agama, kebudayaan nasional, serta tanggap terhadap perubahan zaman. 2. Perlunya Pendidikan Bertaraf Internasional Masalah yang dihadapi dunia dan Indonesia pada khususnya adalah masalah kualitas pendidikan. Peningkatan capaian pendidikan tidak serta merta disertai dengan peningkatan peradaban atau moral. Paradoks antara nasionalitas dan globalitas justru menjadi suatu paradoks, yaitu perlunya penguatan kebangsaan namun dalam realitas juga terjadi penguatan budaya global. Selain itu kecerdasan intelektualitas juga tidak selalu disertai dengan keselarasan aspek-aspek kecerdasan lain seperti kecerdasan emosional, spiritual, etika, estetika, dan kinestetika. Kompleksnya lingkup makro dalam pendidikan ini menuntut pembaharuan pendidikan yang sangat mendasar dan dalam berbagai segi yaitu, paradigmatik, politik, sistemik, kebijakan, sampai dengan teknis pembelajaran. Dengan kondisi yang demikian Departemen Pendidikan Nasional menilai bahwa sudah selayaknya disediakan rintisan sekolah yang 5

memiliki karakteristik dan orientasi pada kualitas berskala internasional. (Kerangka Kerja Konseptual TK-SD Model Kabupaten Sleman, 2005). Penekanan pendidikan bertaraf internasional ini adalah pada pentingnya learning yang tidak sekedar schooling, pembelajaran reflective bukan hanya siswa aktif, pendidikan kontekstual yang berbasis kehidupan masyarakat, diversifikasi kurikulum, dan pola manajemen berbasis sekolah. 3. Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014 Strategi dan arah kebijakan pendidikan tahun 2010-2014 dirumuskan berdasarkan pada visi, misi, tujuan strategis Kementerian Pendidikan Nasional, serta mengacu pada RPJMN 2010-2014 dan evaluasi capaian pembangunan pendidikan sampai tahun 2009. Strategi dan kebijakan ini juga memperhatikan komitmen pemerintah terhadap konvensi internasional mengenai pendidikan, khususnya Konvensi Dakar tentang Pendidikan untuk Semua, Konvensi Hak Anak, Millenium Development Goals (MDGs), dan World Summit on Education for Sustainable Development yang mengarah pada pengembangan-pengembangan yang berbasis Think Globally Act Locally dan pengembangan pendidikan keberlanjutan. Kualitas mutu pendidikan akan mudah ditentukan dengan adanya indikator-indikator tertentu sebagai standar target capaian pendidikan. Pada Rencana Strategis tahun 2010-2014, indikator tersebut dijabarkan sebagai berikut. 6

Tabel I.1 Indikator Standar Target Capaian Pendidikan Sumber: Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014 Dari evaluasi pendidikan di Indonesia sampai dengan tahun 2009, salah satunya yang ditargetkan berkembang dengan signifikan adalah persentase kabupaten atau kota memiliki sekolah dasar bertaraf internasional, yaitu sekolah dasar dengan arah pendidikan yang mengacu pada persiapan menghadapi kompetisi global serta berstandar kurikulum taraf internasional. Kebutuhan akan sekolah dasar internasional inilah yang sekarang sedang dikejar oleh pemerintah-pemerintah daerah seiring minatnya masyarakat dengan tipe pendidikan berkualitas global. 4. Kondisi Pendidikan Dasar di Indonesia Kondisi sosial, budaya, ekonomi, teknologi, dan lingkungan yang memengaruhi pembangunan commit pendidikan to user dalam kurun waktu lima tahun 7

mendatang diantaranya adalah (1) jumlah penduduk yang semakin tinggi menempatkan Indonesia dalam posisi yang makin penting dalam percaturan global, (2) angka Human Developments Index (HDI) Indonesia meningkat dari tahun ke tahun tetapi masih di bawah mayoritas negaranegara Asia Tenggara, (3) munculnya ancaman raksasa ekonomi global seperti Cina dan India, (4) ancaman masuknya tenaga terampil menengah dan tenaga ahli dari negara lain, (5) kebutuhan akan penguasaan dan penerapan iptek dalam rangka menghadapi tuntutan global. Perkembangan keberadaan dan target sekolah dasar bertaraf internasional dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel I.2 Perkembangan Keberadaan dan Target Sekolah Dasar Bertaraf Internasional Sumber: Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014 Indikator keberhasilan pendidikan nasional pada tahun 2008 salah satunya adalah dengan meningkatnya jumlah sekolah dasar bertaraf internasional. Namun pada tahun 2009 perkembangan baru menunjukkan perubahan sebesar 28% pada commit setiap to user kabupaten atau kota. Dan pada tahun 8

2010, perkembangan keberadaan sekolah dasar bertaraf internasional secara nasional ditargetkan mencapai 39,4% sehingga otomatis pada tahun 2011 keberadaan sekolah dasar bertaraf internasional diharapkan mencapai lebih dari 50%. 5. Kabupaten Sleman sebagai Perintis Pendidikan Berkualitas Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Indonesia yang memiliki persentase lembaga pendidikan tertinggi di Indonesia masih memerlukan keberadaan sekolah dasar bertaraf internasional untuk meningkatkan pelayanan untuk masyarakat. Menurut Muh. Farozin, M. Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (FIP UNY) (2005), keberadaan sekolah dasar bertaraf internasional di Kabupaten Sleman sangatlah strategis untuk menjawab makin menguatnya tuntutan pengembangan pendidikan berbasis kehidupan masyarakat yang tetap berada dalam koridor sistem pendidikan nasional dengan harapan dapat menjadi sekolah bertaraf internasional yang berwawasan kemasyarakatan dan menjadi kebanggaan bangsa. Sekolah Dasar Bertaraf Internasional yang sudah berdiri di Kabupaten Sleman masih belum bisa melayani kebutuhan masyarakat yang cenderung meningkat. Pada penerimaan siswa, jumlah pendaftar selalu melebihi kuota yang tersedia. Pada tahun ajaran 2010-2011, kuota yang tersedia untuk setiap jenjang kelas adalah 40 anak, sedangkan pendafarnya mencapai dua kali lipatnya. (Yuliati Indarsih, Pengajar SDBI Model Kab Sleman, 2010). Hal tersebut ditambah dengan keberadaannya di 9

Kabupaten Sleman bagian timur, sehingga masyarakat yang berada di Kabupaten Sleman bagian barat masih belum dapat terlayani. 6. Pengaruh Iklim dalam Perancangan Keberadaan Kabupaten Sleman pada khususnya dan Indonesia pada umumnya yang berada pada daerah tropis merupakan potensi untuk mengatasi permasalahan iklim dalam perancangan bangunan. Pada Seminar Nasional Peran Arsitektur Perkotaan dalam Mewujudkan Kota Tropis di Kampus Universitas Diponegoro (2005), DR. Ing. Ir. Gagoek Hardiman menyatakan bahwa karakteristik arsitektur yang berakar dari budaya setempat dapat diangkat eksistensinya terutama yang berkaitan dengan antisipasi terhadap permasalahan iklim tropis lembab. Misalnya bentuk dan bahan bangunan arsitektur setempat, yang secara evolusi sudah merespon permasalahan seperti menahan panas terik matahari, perlindungan air hujan, optimalisasi penghawaan alami, dan pemanfaatan sumber daya alam dari lingkungan sekitar obyek. Acapkali perpaduan antara tradisi sebagai kearifan lokal dengan sistem perencanaan lingkungan berdasarkan keperluan masyarakat modern dapat dipadukan dengan harmonis. Karakteristik arsitektur seperti ini juga ramah lingkungan sehingga dapat turut meredam peningkatan pemanasan global. Konstruksi bangunan modern umumnya memungkinkan setiap bangunan menggunakan bentuk pencahayaan dan penghawaan buatan. Jika kondisi iklim juga diperhatikan pada perencanaan pencahayaan dan penghawaan bangunan, hal ini dapat menjamin keoptimalan utilitas sebuah 10

bangunan. Instalasi-instalasi buatan juga dapat menimbulkan masalah yang meliputi pemeliharaan dan anggaran biaya bangunan selain permasalahan terkait pemanasan global. Namun demikian terdapat persyaratanpersyaratan ruang tertentu yang tidak mendukung tercapainya pengondisian ruang secara alami sehingga diperlukan sistem pengondisian buatan untuk menciptakan kondisi yang nyaman bagi pengguna pada ruang tertentu. Arsitektur dapat digambarkan sebagai bentuk strategi pemenuhan kebutuhan dan adaptasi manusia dengan alam yang bersifat menyeluruh. Fungsi utama dari arsitektur adalah menciptakan lingkungan hidup yang lebih baik dengan cara menanggulangi tekanan iklim yang ada. Usaha untuk menyeimbangkan antara iklim dan arsitektur dilakukan dengan memanfaatkan unsur-unsur iklim yang ada seperti angin, suhu udara, kelembaban, curah hujan, dan radiasi matahari sehingga akhirnya manusia dapat memperoleh kenyamanan yang diharapkan. Oleh karena itu keberadaan Sekolah Dasar Bertaraf Internasional dengan Pendekatan Arsitektur Tropis di Kabupaten Sleman ini diperlukan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Penggunaan arsitektur tropis, selain untuk memanfaatkan potensi iklim setempat, dalam konteks dunia pendidikan, juga dapat mendidik generasi mendatang untuk bangga terhadap kekayaan dan kekhasan negeri sendiri. 11

D. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN 1. Permasalahan Bagaimana wujud suatu bangunan yang dapat mewadahi aktivitas di Sekolah Dasar Bertaraf Internasional dengan menggunakan aplikasi-aplikasi desain bangunan untuk menciptakan kenikmatan dan kenyamanan ruang serta lingkungan bangunan dengan memanfaatkan potensi iklim setempat. 2. Persoalan a. Bagaimana konsep jenis kegiatan yang diwadahi, pola kegiatan, kebutuhan ruang, besaran ruang, organisasi ruang, pola peruangan, dan persyaratan ruang yang harus dipenuhi pada bangunan Sekolah Dasar Bertaraf Internasional. b. Bagaimana tapak yang strategis, yang sesuai untuk penempatan Sekolah Dasar Bertaraf Internasional yang memiliki fungsi pendidikan dengan memperhatikan aksesibilitas, kemudahan pencapaian, serta keamanan untuk pelaku yang merupakan anak-anak. c. Bagaimana tampilan bangunan Sekolah Dasar Bertaraf Internasional yang dapat menarik perhatian masyarakat dengan citra formal dan bentuk yang dinamis untuk mencerminkan kegiatan-kegiatan di dalamnya. d. Bagaimana sistem pengondisian ruang yang meliputi penghawaan dan pencahayaan alami yang dapat beradaptasi terhadap iklim setempat yang berada pada zona tropis lembab. 12

e. Bagaimana sistem struktur dan utilitas bangunan yang dapat mendukung sistem penghawaan dan pencahayaan alami dengan memanfaatkan potensi iklim setempat yang sesuai dengan karakter Sekolah Dasar Bertaraf Internasional. E. TUJUAN DAN SASARAN 1. Tujuan Memperoleh wujud rancangan suatu bangunan untuk mewadahi aktivitas di Sekolah Dasar Bertaraf Internasional dengan menggunakan aplikasi-aplikasi desain bangunan untuk menciptakan kenikmatan dan kenyamanan ruang serta lingkungan bangunan dengan memanfaatkan potensi iklim setempat. 2. Sasaran a. Memperoleh konsep jenis kegiatan yang diwadahi, pola kegiatan, kebutuhan ruang, besaran ruang, organisasi ruang, pola peruangan, dan persyaratan ruang yang harus dipenuhi pada bangunan Sekolah Dasar Bertaraf Internasional. b. Memperoleh bentuk tapak yang tepat untuk mendukung keberadaan Sekolah Dasar Bertaraf Internasional dengan aksesibilitas yang baik, mudah dicapai, dan aman untuk anak-anak. c. Memperoleh rancangan tampilan bangunan Sekolah Dasar Bertaraf Internasional yang bersifat atraktif dengan citra formal dan bentuk yang dinamis sesuai dengan fungsi bangunan sebagai instansi pendidikan. 13

d. Memperoleh jenis dan macam sistem pengondisian ruang yang meliputi penghawaan dan pencahayaan alami sesuai dengan iklim pada zona tropis lembab untuk bangunan Sekolah Dasar Bertaraf Internasional. e. Memperoleh jenis dan macam sistem struktur dan utilitas yang dapat mendukung sistem penghawaan dan pencahayaan alami dengan memanfaatkan potensi iklim setempat yang sesuai dengan karakter Sekolah Dasar Bertaraf Internasional. F. LINGKUP BATASAN MASALAH Masalah hanya ditekankan pada disiplin ilmu arsitektur dengan dukungan disiplin-disiplin ilmu lain yang masih relevan sesuai tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Batasan-batasan dalam pendekatan arsitektur tropis adalah dalam penghawaan dan pencahayaan alami yang meliputi: a. Pengondisian bersifat alami yang meliputi orientasi bangunan, ventilasi silang, pelindung matahari, pelembaban udara, penyerapan dan pengisolasian panas, sistem struktur, serta tata vegetasi. b. Pengondisian bersifat buatan (untuk ruang-ruang dengan persyaratan tertentu) yang meliputi pengudaraan buatan dan penyejukan udara secara mekanis. 14

G. METODE PERENCANAAN Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan meliputi metode penemuan masalah, pengumpulan data, pengolahan data, pembahasan dan perumusan konsep: 1. Penemuan Masalah Permasalahan ditemukan setelah mengamati fenomena dalam lingkup pendidikan nasional dan pendidikan internasional, kebutuhan masyarakat, dan prediksi-prediksi keberadaan pendidikan bertaraf internasional di masa depan. 2. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui: a. Studi literatur yang meliputi mengumpulkan referensi-referensi terkait beberapa hal yaitu: 1) Pendidikan dasar dan pendidikan dasar bertaraf internasional. 2) Sistem-sistem pengondisian ruang yang menggunakan penghawaan alami dan pencahayaan alami. 3) Sistem struktur dan utilitas yang mendukung sistem penghawaan dan pencahayaan alami, 4) Potensi-potensi lokasi terkait pendidikan bertaraf internasional dan aspek wilayah tropis. b. Studi lapangan untuk menentukan pola kegiatan, besaran ruang, organisasi ruang, pola peruangan, dan persyaratan ruang, serta crosscheck potensi dan tata ruang lokasi. 15

3. Pengolahan Data Data dan informasi yang diperoleh melalui studi literatur dan studi lapangan dipilih kemudian dideskripsikan sebagai acuan proses perencanaan dan perancangan. 4. Pembahasan Pada tahap ini pembahasan dilakukan dengan mengidentifikasi permasalahan dan persoalan terkait Sekolah Bertaraf Internasional dengan Pendekatan Arsitektur Tropis. Selanjutnya permasalahan dan persoalan tersebut dikaitkan dengan data-data teoritis yang diperoleh untuk mendapatkan solusi perencanaan dan perancangan Sekolah Dasar Bertaraf Internasional dengan Pendekatan Arsitektur Tropis. 5. Perumusan Konsep Perumusan konsep merupakan tahap akhir metode perencanaan yaitu dengan menyusun hasil identifikasi dan solusi dalam konsep perencanaan dan perancangan Sekolah Dasar Bertaraf Internasional dengan Pendekatan Arsitektur Tropis. H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN TAHAP I PENDAHULUAN Merupakan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang, permasalahan, persoalan, tujuan dan sasaran, batasan dan lingkup pembahasan, metode pembahasan, dan sistematika pembahasan. 16

TAHAP II TINJAUAN TEORI Membahas mengenai tinjauan data informasi secara teoritik, empiris, dan preseden. TAHAP III TINJAUAN KOTA Mencakup tinjauan data fisik kota, data non fisik, karakteristik wilayah, kebijakan pembangunan pemerintah daerah, kondisi pendidikan, dan prospek pendidikan. TAHAP IV SEKOLAH DASAR BERTARAF INTERNASIONAL (SDBI) YANG DIRENCANAKAN Memaparkan fungsi, peran, sasaran pelayanan, lingkup pelayanan, status sekolah, pelaku, macam kegiatan, dan bentuk bangunan yang direncanakan sesuai landasan tinjauan teori. TAHAP V ANALISA PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Mencakup analisa konsep penentuan tapak dan analisa konsep peruangan yang meliputi pelaku kegiatan, kebutuhan ruang, besaran, dan persyaratan ruang, serta hubungan dan organisasi ruang. Mencakup juga analisa konsep bentuk dan tata massa bangunan, analisa konsep sistem struktur dan konstruksi, serta analisa konsep utilitas. TAHAP VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Merupakan hasil pengolahan TAHAP V, proses menentukan konsep melalui analisa terhadap pengguna dan tapak untuk mendapatkan suatu kesimpulan mengenai peruangan, orientasi bangunan, pencapaian, tampilan bangunan, tata massa bangunan, utilitas bangunan, dan struktur bangunan. 17

ÞßÞ Ì ÒÖßËßÒ ÌÛÑÎ ßò л²¼ ¼ µ ² Ü ¼ ² Í»µ± Ü ²» ² ±² Í «±¾»³»²¼ ¼ µ ² ²¹ ¼ ¼ ¼«² ¼ ² ²¼±²» µ ««² ¼» ± ² µ«ò л² ²¹µ ² ½ ²»²¼ ¼ µ ²» ² ¼ µ» ³» ¼ µ«¼»²¹ ²»² ²¹µ ²» ¼ ¾ ²ô ««²¹» ¼ ¼ ««¼±µ ò Ü «µ ¼ ¾««µ ²»²¹«² µ»¾ ²¹ ² ² ³«² ¼ ² ¼ µ»½»²¼» «²¹ ²»²¹«² ¾«¼ ¹ ±¾ ò Ü»²¹ ² µ±¼ ¼»³ µ ² «¼» «²»³» ² ¹»²½ ³»² ± µ ²»²»»²¹¹ ²»²¼ ¼ µ ² ²¹ ¾» º ²» ² ±² ¼»²¹ ² ¾» ¾ ¾«¼ µ»¾ ²¹ ²ò Í «² ¼»²¹ ²»²¼ ²»µ± ó»µ± ¾» º ²» ² ±² ²¹ ³»²¹ ¼±»¹ ¾»² «µ ±»² ó ±»² ±µ ¼ ³ ¾» ¾ ¹ ³ ½ ³»»³»³»²¼ ¼ µ ²ò ïò л²¹» ² л²¼ ¼ µ ² Ó»²««Ì» ß³» ½ ² Ø» ¹» Ü ½ ±² ±º Ì» Û²¹ Ô ²¹«¹» øø±«¹ ±² Ó ºº ² ݱ³ ² ô»²¼ ¼ µ ² ¼»²¹» «² «µ»» ³ ² ²¹ ¼» ±» «¼ µ»³¾ ²¹µ ² ³» «««±» ¾» ¼»²¹ ² ³»²»µ ²µ ² ¼»²¹ ³ ² ²¹ ³»³¾»»²½» ² µ ¾«¼ ¼ ² ¾» º ³»³¾ ²¹«²ò л²¼ ¼ µ ²» µ ²² ¼»²¹ ²»³¾» ²ò Ó»²««Û ² Îò Ø ¼ô ¾» ¼ ±» ³»³»» ««²¹»¾» «³² ¼ µ ¼ µ» «ô ²¹ ¼ µ«µ ²»½ ¼ ³ ««² ¼ µ ¼ ò øü ß¹«Í«² ±ô Ð µ± ±¹ л µ»³¾ ²¹ ²ô ïççê ò ïç

îò Í»³ л²¼ ¼ µ ² Ò ±² л µ ² ²»²¼ ¼ µ ² ² ±² ¼ ²¼±²» ¾» ²¼ µ ² ¼ Ð ²½ ¼ ² ËËÜ ïçìë» ²¹¹ ³»³ µ µ µ» µ»¾ ²¹ ²ò л²¼ ¼ µ ² ² ±² ¾» º«²¹ «² «µ ³»²¹»³¾ ²¹µ ² µ»³ ³ «² ¼ ² ³»³¾»² «µ µ»» ¼ ¾ ² ¾ ²¹ ²¹ ¾» ³ ¾ ¼ ³ ²¹µ ³»²½» ¼ µ ² µ» ¼«² ¾ ²¹ ²¹ ¾» ««² «² «µ ³»²¹»³¾ ²¹µ ² ±»²»» ¼ ¼ µ ¹ ³»² ¼ ³ ²«²¹ ¾» ³ ² ¼ ² ¾» µ ô ¾» µ µ ³«ô ¾» ³«ô ½ µ ô µ» ºô ³ ²¼ ô ¼ ² ³»² ¼ ¹ ²»¹ ²¹ ¼»³±µ» ¾» ²¹¹«²¹ ¾ò Ó ²«³»³¾««µ ²»²¼ ¼ µ ² ¼ ³ µ» ¼«²²»¾ ¹ «¹ ³ ²«¼ ³»²¹»³¾ ²¹µ ² ±»² ¼ ² ³» «±»»³¾» ² ²¹ ¼ µ»² ¼ ² ¼ µ«³ µ ò Ü ³ ËËÜ ïçìë íï ï ¼»¾«µ ² ¾» ¹ ²»¹ ¾» µ ³»²¼»²¼ ¼ µ ² ¼ ² ¼ í ¼»¹ µ ² ¾»³» ² ³»²¹«µ ² ¼ ² ³»²»»²¹¹ µ ² ³»²¼ ¼ µ ² ² ±² ²¹ ³»² ²¹µ µ ² µ» ³ ² ² ¼ ² µ» µ ²» µ µ ³«¼ ³ ²¹µ ³»²½» ¼ µ ² µ» ¼«² ¾ ²¹ ²¹ ¼ ««²¼ ²¹ó«²¼ ²¹ò ˲ «µ «ô»³» ²» ³»²» ¾ µ ² ˲¼ ²¹ó˲¼ ²¹ Ò±³± îð «² îððí»² ²¹ Í»³ л²¼ ¼ µ ² Ò ±²»¾ ¹ ²¼ ² «µ«³ ¼ ³»³¾ «² ¼ ²»¹»³¾ ²¹«² ²»²¼ ¼ µ ² ² ±² ò Ö ¼ ô Í»³ л²¼ ¼ µ ² Ò ±² ¼ µ»» ««² «² ¼ ² µ»¹ ²»²¼ ¼ µ ² ²¹» ¼¾ ¹ ±» ««² «µ ³»²½ ««²»²¼ ¼ µ ² ² ±² ò øé ¾ Þ» л²¼ ¼ µ ² Ü ç Ì «²ô ïççì ò îð

íò Ó ½ ³ Ö «Ð»²¼ ¼ µ ² Ó ½ ³ ²¼ ¼ µ ² «²» ¼ «±»»³» ² ¼ ³ ËË Ò± îð «² îððí ¼ Þ ¾ Ê»² ²¹ «ô»² ²¹ô ¼ ²»²»²¼ ¼ µ ² ¼ ïìô îêô ¼ ² î黾 ¹ ¾» µ«ò ò л²¼ ¼ µ ² Ú± ³ Ö»² ²¹»²¼ ¼ µ ² º± ³» ¼»²¼ ¼ µ ² ¼ ô»²¼ ¼ µ ² ³»²»²¹ ô ¼ ²»²¼ ¼ µ ² ²¹¹ ò Ù ³¾ òï Í«² Þ» Ó»²¹ л²¼ ¼ µ ² Ú± ³ ¼ Ù ²¼± Ð ³ ͽ ±± ô Þ«µ ² Ú ±ò Í«³¾» æ æññ ò» ½»½ ò± ¹ñ ²¼» ò áñ ½ ª» ñçéèóù ²¼±ó ͽ ±± óû»² ±²ò ³ ¾ò л²¼ ¼ µ ² Ò±² Ú± ³ л²¼ ¼ µ ² ²±² º± ³ ¼»»²¹¹ µ ² ¾ ¹ ¹ ³ µ ²¹ ³»³» «µ ² ² ²»²¼ ¼ µ ² ²¹ ¾» º«²¹»¾ ¹»²¹¹ ² ô»² ³¾ ô ¼ ² »²¹µ»²¼ ¼ µ ² º± ³ ¼ ³ ²¹µ ³»²¼«µ«²¹»²¼ ¼ µ ²» ² ²¹ ò îï

Ù ³¾ òî Í«² л²¼ ¼ µ ² Ò±² Ú± ³ ¼ Ì ² ²¹ Ô» ¼» ¼ ² Ô º» ͵ Ú Ó ¼ Ì ³ ² É ¼ µ ô Ö µ Í«³¾» æ æññ òº± «³ ²¼±²» ³«¼ ò± ¹ ½ò л²¼ ¼ µ ² ²º± ³ л²¼ ¼ µ ² ²º± ³ ¼ µ«µ ² ±» µ» «¹ ¼ ² ²¹µ«²¹ ² ¾» ¾»² «µ µ»¹ ² ¾»»½ ³ ²¼ ò Ù ³¾ òí Í«² л²¼ ¼ µ ² ²º± ³ ¼ Í»µ± Ñ ±²±³ Í ²¹¹ ß² µ ßµ ô Õ ³ ²¹ô Ö µ ò Í«³¾» æ æññ² ±² òµ±³ ò½±³ñ» ¼ñîðïðñðïñïïñ Ö «ó ²¼ ¼ µ ²»»¾«ô ¾ µ º± ³ ô ²±² º± ³ ô³»³ µ ««² ²¹ ³ «³»²½» ¼ µ ² µ» ¼«² ¾ ²¹ ¼ ² ³»²¹»³¾ ²¹µ ² ³ ²««²»» ²¹»» ½ ² «³ ¼ ³»³¾«µ ² ˲¼ ²¹ó˲¼ ²¹ Ü ïçìëò îî

ìò Ö»² ¼ ² Ö»² ²¹ л²¼ ¼ µ ² Ó»²««ËË Ò±ò î Ì «² ïçèçô»²»²¼ ¼ µ ² ¼ ²¼±²»» ¾ ¹ ³»² ¼ æ ò л²¼ ¼ µ ² ˳«³ л²¼ ¼ µ ² «³«³ ¼»²¼¼ µ ² ²¹ ³»²¹«³ µ ²» «² ¼ ²»² ²¹µ ² µ»» ³ ²»» ¼ ¼ µ ¼»²¹ ²»²¹µ ««² ²¹ ¼ ««¼µ ² ¼ ²¹µ ó ²¹µ µ ³»²¼ ¼ µ ²ò ݱ² ± ² ÍÜô ÍÓÐô ÍÓßò ¾ò л²¼ ¼ µ ² Õ» ««² л²¼ ¼ µ ² µ» ««² ¼»²»²¼ ¼ µ ² ²¹ µ ««³»³» µ ²»» ¼ ¼ µ «² «µ ¼ ¾»µ» ¼ ³ ¾ ¼ ²¹»»² «ò ݱ² ± ² ÍÓÕô ÍÓÕÕô ÍÓÓò ½ò л²¼ ¼ µ ² Ô«Þ Ð»²¼ ¼ µ ² «¾ ¼»²»²¼ ¼ µ ² ²¹ µ ««¼»»²¹¹ µ ² «² «µ»» ¼ ¼ µ ²¹ ³»² ²¼ ²¹ µ» ² ² º µ ¼ ² ³»² ò ݱ² ± ² ÍÔÞò ¼ò л²¼ ¼ µ ² Õ»¼ ² ² л²¼ ¼ µ ² µ»¼ ² ² ¼»²»²¼ ¼ µ ² ²¹ ¾» «³»² ²¹µ µ ² µ»³ ³ «² ¼ ³» µ ² ² «¹ µ»¼ ² ² «² «µ»¹ «½ ±²»¹ ««¼»»³»²»³» ² ³¾ ¹»³» ² ²±² ¼»»³»²ò л²¼ ¼ µ ² ² ¼»»²¹¹ µ ² ¼»² ²¹»²¼ ¼ µ ² ³»²»²¹ ¼ ² ²¹¹ ò îí

»ò л²¼ ¼ µ ² Õ» ¹ ³ ² л²¼ ¼ µ ² µ» ¹ ³ ² ¼»²¼ ¼ µ ² ²¹ ¾» ««² ³»³» µ ²»» ¼ ¼ µ «² «µ ¼ ³»² ²µ ²» ² ² ²¹ ³»²«² ²¹«² ¼ ²»²¹» «² µ «² ²¹ ² ««¹ ³ ò л²¼ ¼ µ ² ² ¼»»²¹¹ µ ² ¼»³² ²¹»²¼ ¼ µ ²ò ºò л²¼ ¼ µ ² ßµ ¼»³ µ л²¼ ¼ µ ² µ ¼»³ µ ¼»²¼ ¼ µ ² ²¹ ¼ µ ² ¼»²¹«² ³²¹» «²» ²¹¹ ¼ µ»²»¾ ¹»²¼ ¼ µ ² µ» ³«² ²¹ ¼»»²¹¹ µ ² ¼»² ²¹»²¼ ¼ µ ² ²¹¹ ò ¹ò л²¼ ¼ µ ² Ð ±º» ±² л²¼ ¼ µ ² ±º» ±² ¼»²¼ ¼ µ ² ²¹ ¼ µ ²» «³ ¼ µ» ²»²» ² µ» ²»»² «ø»²¼ ¼ µ ² µ» ² ²¹ ¼»»²¹¹ µ ² ¼»² ²¹»²¼ ¼ µ ² ²¹¹ ò Í»¼ ²¹µ ²»² ²¹»²¼ ¼ µ ²² ô ¼»²¹ ² ³ ¾» ¼ ¼ ËË ²¹ ³ ¼»²¹ ² ¼ ô» ¾ ¹ ³»² ¼ æ ò л²¼ ¼ µ ² Ü Ð»²¼ ¼ µ ² ¼ ³» «ÍÜô Ó ²¼ ¼ µ ²»¼» ø»² ³ «² ¼ ² ÍÓÐô ÓÌ ô ²¼ ¼ µ ²»¼» ø ¹ «² ò ¾ò л²¼ ¼ µ ² Ó»²»²¹ л²¼ ¼ µ ² ³»²»²¹ ³» «ÍÓßô ÍÓÕô Óßô ²¼ ¼ µ ²»¼» ø ¹ «² ò îì

½ò л²¼ ¼ µ ² Ì ²¹¹ л²¼ ¼ µ ² ²¹¹ ³» «Ð» ¹««² Ì ²¹¹ øðì ô ±»µ² µô»µ± ²¹¹ ô ¼ ²»²¼ ¼ µ ²»»² ² ò Í» ² ¼»²¼ ¼ µ ² ó»µ± øïóî «² ² ³«² ¾«µ ² ³» «µ ² «² «µ ³»³ «µ»²¼ ¼ µ ² ¼ ò Þ»² «µ»²¼ ¼ µ ² ² ³» «Ì ³ ² Õ ² µóõ ² µ øìõ ô µ» ±³ ±µ ¾» ³ ² ø ¹ ±«ô»² ² ² µô ¼ ² ¾»² «µ»²¼ ¼ µ ² ² ²¹ ¼»² «µ ²»³» ² ò Ì ³ ² Õ ² µóõ ² µ» ³ «µ ²¼ ¼ µ ² º± ³ ô»¼ ²¹µ ² µ» ±³ ±µ ¾» ³ ² ¼ ²»² ² ² µ» ³ «µ ²¼ ¼ µ ² ²±² º± ³ ò ëò Í»µ± Ü ¼ ² Í»µ± Ü Þ» º ²» ² ±² øíüþ ¼ ²¼±²» Þ» ¼ µ ² ³ ½ ³ ²¼ ¼ µ ² ²¹» ¼ ³» ²»» ¼ ³ µ µ»¹±»µ± ¼» ³ «µ µ» ¼ ³ µ»¹±»²¼ ¼ µ ² ¼ ¼ ³ ½ µ«²»²¼ ¼ µ ² º± ³ ò Í»µ± ¼»² ²¹ ²¹ ¼ ¼»²¼ ¼ µ ² º± ³ ¼ ²¼±²» ò л²¼ ¼ µ ²»µ± ¼ ¼»³ «¼ ³ µ««² µ ² ³ «² ¼»²¹ ² ²¹ «³«³² ¾» «éóïî «²ò Í»µ± ¼ ¼»»²¹¹ µ ² ±»»³» ² ³ ««² ò Í» µ ¼ ¾» µ«µ ²² ± ±²±³ ¼» ¼ «² îððïô»²¹» ± ²»µ± ¼ ²»¹» ¼ ²¼±²» ²¹»¾» «³² ¾» ¼ ¼ ¾ Ü»»³»² л²¼ ¼ µ ² Ò ±² ô µ ² ³»² ¼ ²¹¹«²¹ ¾ îë

»³» ² ¼» µ ¾²ñµ± ò Í»¼ ²¹µ ² Ü»»³»² л²¼ ¼ µ ² Ò ±² ² ¾»» ²»¾ ¹»¹«± ¼ ³ ¾ ¼ ²¹ ²¼ ² ±²»²¼ ¼ µ ²ò Í»µ± ¾» º ²» ² ±² øíþ ³» «µ ²»¾² ²¹»µ± ² ±² ¼ ²¼±²» ¼»²¹ ² ²¼ ³««²» ² ±² ò л²¹»³¾ ²¹ ² ÍÞ ¼ ²¼±²» ¼ ¼ ±» ˲¼ ²¹ó˲¼ ²¹ Ò± îð Ì «² îððí»² ²¹ Í»³ л²¼ ¼ µ ² Ò ±² Ð ëð íò Ü ³ µ»»² «²»»¾«ô»³» ² ¼ ¼± ±²¹ «² «µ ³»²¹»³¾ ²¹µ ² «²»²¼ ¼ µ ² ²¹ ¾» º ²» ² ±² ò Ù ³¾ òì Ð ±» л³¾» ² ÍÜÞ ²¹ Þ» ¼ ¼ Ϋ²¹ Ì» ¾«µ Í«³¾» æ Ç ² ß ô б²¼±µ Ô ¾«ô Ö µ Ð ±» ¾» ³»²¹ ¼»µ ²µ ² ¼»²¹»³¾ ²¹ ² ¼ µ» ô ² ô ²±ª ô ¼ ²»µ» ³»² «² «µ ³»³ ½«¼»ó ¼» ¾ «²¹ ¾» «³» ² ¼ ø ± ±º ¼ ½±ª» ²¹ ¼ µ» ³¾ ¼ ¼ ¼ ² µ»¾ ² ±» ¾» ¼»µ± ²¹»¾ ³»³»² ²¹µ ² ³»³± ¼ ²»½ ò Ú±µ²¹»³¾ ²¹ ²» ¼ ¼ ³±¼»»³¾» ² «¹»² ²¹ ¾» ø ± º ² ²¹ ¼ ² ³»³» ««µ±³»»² ²¹ ¾» ³ µ² ¾ ¹ ¼ ² ² ¼ ² ³ ³»²¼ ²¹ ø³» ² ²¹º ² ²¹ ò Ü»²¹ ² ¼»³ µ ² ±»» ² ¼ µ ² ¼ ³»² ²¹µ µ ² ³± ª ¾» ò commit îê to user

л²¼ ¼ µ ² ²¹ ¼ µ»³¾ ²¹µ ² ¼ µ ² ¼ ³»³»² «µ ²¼ ² ±²»²¼ ¼ µ ²ô ¾ µ ²¼ ô ±» ô µ±³»»² ««²ô»²¼ ¼ µ ¼ ²»² ¹ µ»»²¼ ¼ µ ²ô ² ¼ ² ² ô»²¹» ± ²ô»³¾ ² ¼ ²»² ²ô»»²¹«²ô»²¹»³¾ ²¹ ²ô» «²ô ¼ ²»²¼ ³ ² ¼ ²¼ ² ±²»²¼ ¼ µ ²ò Õ«µ««³»²¼ ¼ µ ² ¼ ô» ³ «µ»µ± ¼ ³»²»µ ²µ ² ¼ µ»³ ³ «² ¼ ³»³¾ ½ ô ³»²«ô ¼ ² ¾» «²¹ ²¹» ½» ³ ² ¼ ³ µ»³ ³ «² ¼ ² µ»» ³ ²»²¹¹«² ² ¾ ø³»³¾ ½ ô ³»²«ô ¾» ¾ ½» ¾» «²¹ ø³»² ³¾ ô ³»²¹«²¹ ô ³»²¹ ô ³»³¾ ¹ ô ³»²¹«µ«ô ¼ ² ³»³ ³ ¾»² «µ ¹»±³»»¼» ² ò Õ«µ««³»²¼ ¼ µ ² ¼ ¾ ³»³µ«²¹óµ«²¹² ¾ ² µ ² ¼ ²» ²»² ²¹ л²¼ ¼ µ ² ß¹ ³ ô ³«Ð»²¹» «² ͱ ô л²¼ ¼ µ ² Ð ²½ ¼ ² Õ» ¹ ²»¹ ² øððõ² ô Þ ²¼±²» ô Ó»³ µ ô ³«Ð»²¹» «² ß ³ô Õ» ² ² Ì ²¹ ² ¼ ² Õ»»² ²ô ¼ ² л²¼ ¼ µ ² Ö ³ ² ò Õ«µ««³ ÍÜÞ» ³»²¹ ½«¼ л ³»²¼ µ² ²±ò îî «² îðð껲 ²¹ ²¼ ¼ ² л ³»²¼ µ² ²±ò îí»² ²¹ ²¼ µ±³»»² ««² ² ³«² «¹» ³»³ µ µ µ» ²¹ ¾» ¾»¼ ¼»²¹ ² µ«µ««³ ÍÜ µ±²ª»² ±² ¼ «³«³² ò Õ«²¹ ¾» º ²» ² ±²»»¾«¼ «² «µµ ² ±» ø½±²»² ²¹» «¼»²¹ ²» µ»³¾ ²¹ ² ³²¹» «² ¼ ²»µ²± ±¹ ¹ ±¾ ò øð ²¼«² л²»»²¹¹ ² Î ² ² Í»µ± Ü Þ» º ²» ² ±² ô Ü» ¼ µ² îððé ò îé

Ô««² ÍÜÞ ¼ µ ² ³ ³ «¾» ²¹ ¼ ² ¾» µ± ¾±»½ ¹ ±¾ ¼»²¹ ² ¾ ²¹ ó¾ ²¹ ² ¼ ¼«²» ²¹¹»³ ³ ² µ µ» ± ²¹ ¼ ² ¾«¼ ² ¾ ²¹ «¹ ¼» ¼ ³»½ ¼ µ ²¹ «²¹ò Ó» ² ² ø³»³ ½ ô ½»²½»ô ¼ ² Û²¹ ¼ ³ µ ² ¼ ³ Þ ²¹¹ ² ³«²»² ³ ² ¼ ³ Þ ²¼±²» «¹ ¼ µ ¼ ¼» µ ² ¼»²¹ ² ¼» µ ² ¼ ³» ² ² «ø³»³ µ ô ² ô ¼ ² ¾ ²¹¹ ò Ø»»¾«¼ µ«µ ² µ»² ¼» ²¹ ² ²» ² ±² ³» «¾» ¾ ¹» ±³¾ ²»» ± ³ ¼» ³»³ µ ¼ ² ² ¼» ¹«² µ ² ¾ ²¹¹ ò Õ«µ««³ ÍÜÞ ¼ ¼ µ ² ¼ «³«² ²¼ µ±³»»² ««² ¾ ¹ ¾» µ«ò Ì ¾» òï Õ«µ««³ Í»µ± Ü Þ» º ²» ² ±² Õ» ¼ ² ß ±µ É µ «ó ÊóÊ ßò Ó ïò л²¼ ¼ µ ² ß¹ ³ л ² îò ³«Ð»²¹» «² ͱ íò ÐÐÕ² л²¼» ìò Õ»¾ ² ø ²¹«¹» µ ² ëò Ó»³ µ ú Ó»³ ½ ²»¹ êò Í ² ø Ðß ú ͽ»²½»»¼ éò Õ» ² ² Ì ²¹ ² ¼ ² Õ»»² ² èò л²¼ ¼ µ ² Ö ³ ² çò Ì»µ²± ±¹ ²º± ³ Þò Ó«² ïò Þ«¼ ¼ ² Þ Ö Ô±µ îò ß¹ ±¾ ² ñß¹ ± Ö«³ îé ³ Í«³¾» æ Õ» ²¹µ Õ» Õ±²» «ÍÜÞ Õ ¾² Í»³ ²ò îððëò í ì í ë ë ì ì ì íî ³ îè

л²¹» ± ² µ»¹ ²»³¾» ² ¼ ³ ³» ² µ» ³ ¼»²¹ ² µ» ³»²¹¹«² µ ²»²¼»µ ² ²»¹»¼ ø»³ µ ò л² ³ ²»½»³ µ ² ³»²¹¹«² µ ²»³ ó»³»»² ²¹¹ ³»³» ³«¼ ±» µ»¹ ² ¾» ³»²¹ ¼ ² ³»² ³ ² µ»» ¼«² ³» ò Í»¼ ²¹µ ² «² «µ µ» Ê ³ ¼»²¹ ² µ» Ê ³»²¹¹«² µ ²»²¼»µ ² ²»¹»¼ ¼ ² ±¾»³ ¾»¼» ² ²¹ò Ü»²¹ ² ±¾»³ ¾»¼» ² ²¹ ¼ µ ² µ ²» ¼± ±²¹ «² «µ ¾» º µ µ ô µ» ºô ¼ ² µ±² «µ ºò л ¾»¼ ² µ«µ««³ ² ±² ¼ ² µ«µ««³ ²» ² ±² «¹»» µ ¼ ³» ±¼» ¼ ² º ²¹ ¼»¼ µ ²ò Õ«µ««³ ²» ² ±²»¾»² ² ³» «µ ²»²¹»³¾ ²¹ ² ¼ µ«µ««³ ² ±² ² µ±³»»² ¼ µ«µ««³ ²» ² ±²»¾ µ±³»µ ò Þ»¾» µ±³»»² ²¹ ³» «µ ²»²¹»³¾ ²¹ ² ¼ µ«µ««³ ² ±² ¼»²¹ ²»»µ º ²» ² ±² ² ²» ²»¹ ²»» ²¹µ ² ²¹ ³»² ¼ ½«²ô «æ ² ø»²»³«ô ²µ» ø»³ µ ô ½±³³«² ½ ± øµ±³«² µ ± ô µ µ» ø¾» ² ³»²¹ ³¾» µ± ô µ²±»¼¹ ¾» ø º ô ²½»¼ ø «² ô ½ ²¹ ø»¼«ô ±»² ³ ²¼»¼ ø» ¾«µ ô» ¾ ²½»¼ ø» ô ¼ ²»º»½ ª» ø¾» µ ³ ²¹ ò Í» ² ¼ µ»¹ ²»µ µ«µ ²¹ ¼»»²¹¹ µ ² ¼ «³» ²» «««² ² ±¹ ³ ¼ ² µ±²¼»µ± ¾ µ ¼»µ± ¼ ² ±² ³ ««² ¾» º ²» ² ±² ò Õ»¹ ²»»¾«¾» «µ»¹ ²»²¹ ² ¼ ²»²«² ²¹ ¾ µ ³ ² ¼»²¹ ² ³»²¹ µ ² ±¹ ³ µ«µ ¼»²¹ ² µ» ¼ ² ¼ ² µ»¾««² ò îç

Þò ß»µ «Ì ± µ ³ ³»³»¹ ²¹» ² ²»² ²¹ ¼ ³» ²½ ²¹ ² ¾ ²¹«² ² ¼»²¹ ²» ³¾ ²¹ ²ó» ³¾ ²¹ ²»µ»²¹ ²ô ±»² ô»²» ² ô ¼ ²»º»µ ² ³ «² «µ»²½ ² ¼ ²»²¹ ² ³ ò Ü ³» ²½ ²¹ ² ««µ»µ «ô µ ³ ¾ ³»² ¼ ««³ ô ² ³«² µ ³ «¹ ¾ ³»² ¼ ±»² ²¹ ¼ ¼ ³ ²º µ ² «² «µ ³»²¼«µ«²¹ µ»² µ³ ² ¼ ² µ»² ³ ² ² ¾ ²¹«² ²»»¾«ò ïò л²¹» ² ß»µ «Ì ± Ð ¼ ³ ² Ç«² ² Õ«²±ô µ ± µ± Ž ¾» ¹ ¾ µò Í» ²¹¹ ±² ± ¼ ¼»º ² µ ²»¾ ¹ ¼» ¼ ² µ»¼«¹ ¾ µ øîíðîé ¼» ² ²¹ «¼ ² îíðîé ¼» ² ²¹» ²ô ¼ ² ¹ ±» ³ îððý ¼ ¾» ² ¾«³ «¼ ²» ² ²¹ ³» «ìðû ¼ « ³«µ ² ¾«³ ò øùò Ô ³»» ô ïççì Ó»²««Ü ò ò Óò Í º Ø ¼ ô Óò ß ½ ò øîððê ô»µ «± ¼ «½ ¾ ²¹ ³µ «²¹ ³»³»»² ²¹»µ «²¹ ¾» ±»² ¼ µ±²¼ µ ³ ¼ ² ½«½ ¼ ±µ ¼ ³ ² ³ ¾ ²¹«² ² ¾» ¼ ô» ¼ ³ µô «²ô ³ ««²»²¹ «²» ¼ ²¹µ«²¹ ²»µ ²¹ ¾» º ± ò Ù ³¾ òë Ð ² ß»µ «Ì ± ¼ Ù»¼«²¹ Í»ô Þ ²¼«²¹ Í«³¾» æ æññ ò µ»¼ ò± ¹ íð

Ù»¼«²¹ Í» ²¹ ²¹ ³»² ¼ µ±² Õ± Þ ²¼«²¹ ³» «µ ² «¾ ²¹«² ² ²¹ ³»²» µ ² ²»µ «± ò Ó» µ «² ¾ ²¹«² ²»»¾«³»²¹¹«² µ ² ²¹¹ ³»µ «¼» ô ² ³«² ² ó ² ¼ ²¹» µ ¼»²¹ ² ¼» ¼ ²¹µ«²¹ ²»»³ ¼ µ ² ¼ ¾ µ ²ò Ø»»¾ ½» ³ ² ¼ ² ²¹ ³ ²¹ ¼ ² ¾ ² µ² ¾«µ ²ó¾«µ ²ò Í» ² ¼» ² ¼» ó» ²¹ ³»² ± ±µ»¾ ò ß ²¹ ³ ²¹ô ¾«µ ²ó ¾«µ ²ô ¼ ²» ² ³» «µ ² ¾»² «µó¾»² «µ» ±² ¾ ²¹«² ²» ¼ µ µ» µ ³ ¼» ± ò îò Õ µ» µ Ü» Ì ± ²¼±²»»» µ ¼ ±² ²¹ ¾» µ ³ ±»³¾ ¾ò µ ³ ¼» «¾ ² µ±²¼ ½«½ ²¹» º» ¼ ²»½ ¾» µ µ»²»²¹ «² ¾«³ ò Í»¼ ²¹µ ² ½«½ ¼» «¾ ² µ±²¼ «¼ ²¹ º ²»»³ ô ¼ ³ µ««² µ ²¼»µô ¼ ²» ¼ µ ¾ ¾»² ²¹ ³ò µ ³ ¼ ¾»¼ µ ² ³»² ¼ µ ³ ³ µ ± ¼ ² µ ³ ³ µ ±ò µ ³ ³ µ ± ¼ µ»» ««² µ» ¼ ² ³»»± ± ±¹ ¼» ²¹ ¾» ¼ ² ³»³»²¹ «µ ³ ³ µ ±ò Í»¼ ²¹µ ² µ ³ ³ µ ± ¼ º µ ± óº µ ± µ±²¼ µ ³»»³ ²¹ ³»³¾» µ ²»²¹ «²¹ «²¹» ¼ µ»² µ³ ² øº µ ¼ ² µ»² ³ ² ² ø»³ µ ¼»¾««²¹ò µ ³ ³ µ ± ¾» «¾«²¹ ² ¼»²¹ ² «²¹» ¾ ««²¹ ² ¼ ³ô ²ô «³ ² µ»½ ò íï

µ ³ ««²¹µ«²¹ ² ¹ ±² ¼»²¹ «±» ³ «² «ô ««««¼ ô µ»»³¾ ¾ ²ô ²¹ ²ô ½««²ô ¼ ² ¼ ³ ò Ü»²¹ ² ½«² µ» ³ «² »¾«ô ³»²««Ù ª±² øïççè ô µ µ» µ µ ³ ± ³»³ µ»³» «²¹ ²¹¹ ô»³» «¼ ² µ»»³¾ ¾ ² ó ²» º µ±² ²ô ¼ ²» ó»³» «¾«² ²»µ ïóí ± Ýò Õ»»³¾ ¾ ² ¼ ² ½««² ²¹¹» ² ²¹ «²ò Õ»»³¾ ¾ ²» º»µ çðû ¼»²¹ ² µ±²¼ ²¹ ²» ¹ ² «²¹ ¼ µ ¼ «¼ ² ¾ ¾» ª» ² ²¹ «²ò Ô ²¹ ³» ¾» ²ò Í«¼««² ³ µ» ¾«³ ¼ ¼»¾¹ µ ««µ»² ±² ± ¾» ¼ ¼»µ ¹ µ «ò Ò ³«² «»¾««¹ ¼»²¹ «±» µ±²¼ ± ±¹ º»» ««² ² ¹«²«²¹ô»³¾ ô ¼ ²å µ» ¼ ² ¾ ¼ ²¹ó¾ ¼ ²¹ ²¹ «å µ» ²¹¹ ²»³ ¼ «å «««¼ ² µ»¾» ¼ ² ª»¹» å ¼ ² µ»»³¾ ¾ ²ô µ» ¼ ² ²» «²¹ ²ò Ó»²««Öò Øò ر«¾± øïçëì ô «³«³² «² «µ» ««¼» ¼ ¾ ¹ ² ²¹ êð ± ô ¼ µ»² µ ² ± ±¹ º ïðð ³ ³»³¾»²««² ² «¾ ² µ ðôëé ± Ýò Í» ² ««²¹ ²¹¹ ½ µ ¼» ± ¼ µ»»³¾ ¾ ² ²¹ ¼»¾ ¾µ ² ±» ²¹¹ ² ½««²ò Ó «² ¼ ¼» ± ²¹ µ±³»µ ¼ ² ¼ µ ¼ ¼» «²¹µ ²ò Õ»»³¾ ¾ ² ² ¾» µ ²» ¼»²¹ ² ²¹ ² µ»² ²¹ ² ¼»»³»² ²¹ µ ² ³»²½»¹ ¼ ² µ»»³¾ ¾ ²ò Õ»»³¾ ¾ ² ³»³¾ µ» «¹ ² ¼ µ» ² ² ¾ ²¹«² ²»» «³¾«² ³«ó ³«¼ ² ± ¹ ² ³»»³¾««µ µ «ô»²¹µ ² ±¹ ³ô»²¹»³¾ ²¹ ² ¼ ²»²¹» «² íî

²»» ¾ ²ó¾ ² ²¹ ¼ µ ² ò Í» ² «ô ½ ó½ «¹ ¼ ¾» «¾ ² ò Ð ¼ ¾ ²¹«² ²ô µ»»³¾ ¾ ² ² ² ¾» ¼»»³¾» ² «² µ» ¼ ³ ¼ ²¼ ²¹ ¼ ² ô»² ««² ³» «¾«µ ²ó¾«µ ²ô µ±²¼»² «¼ ¼ ³ «²¹ ²ô ¼ º«³» «² ¾ ² ¾ ²¹«² ²ô»»² ««² ³» ««µ «¾ ¾ ²¹«² ²ò Ü» µ»»³¾ ¾ ² ²¹ ² ³ ² ¼»µ ìðóéðûô»¼ ²¹µ ² ««²¹ ² ³ ² ¾» ¼ ² ïèóîë ± Ýò Ì» ½ ² ¼» µ»»³¾ ¾ ² ²¹ ² ³ ² «² «µ ¾» µ ª ²¹»² ²¹ò Õ±² «µ ²¹ ¼ µ ¼ ³»²½ ¼» µ»² ³ ² ²»»¾«µ ² ³»³¾» µ ² µ»³«²¹µ ² ²»² ³¾ ² ó ² ²¹ ³»³¾««µ ² ¾ ³¾ ² «ò ˲ «µ ³»³» ±» «²¹ ² ¼ ³ ¼»²¹ ² ««îð ± Ý ¼ ² µ»»³¾ ¾ ² «¼» º êðûô» ³«µ ² ¼ ³ ¼ ²¼ ²¹ «² «¾» ««ïî ± Ýò Ö µ µ«²¹ ¼ µ»»² «²»»¾«³ µ µ ² ³¾«µ±²¼»² ¼ ¼ ³ «²¹ ²ò øçþ Ó ²¹«² æ ïçèï Ì» µ ²¹ ²»¾ ¹ «² «²¹ ¼ ³»³ ² ³ µ ² µ»»³¾ ¾ ²ô» ¼ µ»½»²¼» «²¹ ² ² «¼ ¼»µ µ «ô «æ ò Õ»½»²¼» «²¹ ² «¼ «² «µ ³»²¹ ¼»³ ¾»»µ ² ² ²¹¹ µ» ¾»»µ ² ²»²¼ ô» ¼»²¹ ² µ»½»²¼» «²¹ ² ² ¼ ¼» ¾» «²¼ µ» ¼» ¾» ««²¹¹ ò ¾ò Õ»½»²¼» «²¹ ² ²¹ ² ¼ ¼» ² ²¹ «³»²¹» ±²¹ µ» µ ² ² øµ» ¾ ¾ ³»²««µ» µ «ò Ü ² ²¹ ² ¼ ¼» ² ²¹» ² ³»²¹ µ»» ±²¹ µ øµ» ¾ ¾ ³»²««µ» µ «ò íí

Ù ³¾ òê ß ²¹ ² ¼»µ µ «Í«³¾» æ Ð óð л²¹ ² Ú µ Þ ²¹«² ²ô ÇÞ Ó ²¹«² ô ïçèï Í» ² ¼ ²¹ ²»»³»» ²¹ ² ² ¼ ² ²¹ ² ¹«²«²¹ò ß²¹ ² ² ¼»¾ ¾µ ² ±»» ¾»¼ ² ««¼ ²»µ ² ² «¼ ² ¼ ¼ ² «ò ß²¹ ² «¾» «µ» ¼ ³» «ëð µ³ ¼ «µ«ïìòððóïèòððô»¼ ²¹µ ² ²¹ ² ¼ ³»²«««² ³ îìòððóðéòððò Í»¼ ²¹µ ² ²¹ ² ¹«²«²¹ ¾» «µ» ¼»µ «µ«îïòðð ¼ ² ²¹ ²»³¾ ¾» «µ» «²½ µ ¼ «µ«ðçòðð ³ ³» ¾»² ³ò Í Ú ²½ Þ» «º± øïèðè ô ³«¾«³ ²¹¹ ô ³»² ««² µ»²¹¹± ±²¹ ² ²¹ ²»¾ ¹ ¾» µ«æ Ì ¾» òî Õ º µ ß²¹ ² ͵ Þ» «º± Ò±³± Þ» «º± Ù» ð ß ³»²¹» «ª» µ ï î ß ²¹ ² ³ µ ¼» ¾«ó» ¾ ¼ ò Þ» «³ ¼ µ» «² ²¹ ½±²¼±²¹ò ß²¹ ²» ¼ ò Ü «² ¾» µò Õ» «² ½±²¼±²¹ ³»²«² «µµ ² ²¹ ²ò íì Õ»½» ² ³ ñ ³ µ³ñ ³ µ«²¹ ¼ ï ïôê ïóí ìóé ïôêóìôè êôìóïïôî

í Ü «² ¼ ² ² ²¹ó ² ²¹ µ»½ ¾» ¹» µ» «ò ß²¹ ² ¾ ³»²¹ ²¹µ µ ¾ ² ¾»²¼» èóïî ïîôèóïçôî ²¹ ²ò ì Ó»²¹ ³¾«¼»¾«¼ ² ³»²» ¾ ²¹µ ² µ» ò Ü ²ó ïíóïè îðôèóîçôê ¼ ² µ»½ ¾» ¹» µò ë б ±²ó ± ±² µ»½ ¾» ¹± ²¹ò Î µó µ µ»½ ³»²¹±³¾ µ ¼ ïçóîì íïôîóíçôî µ± ³ñ¼ ² «ò ê Ý ¾ ²¹ó½ ¾ ²¹ ¾» ¾» ¹» µò Õ óµ»»¹ º» ¼»²¹ ²¹ ¾» ²¹¹«²¹ò Ð «²¹ «îëóíï ìðôèóëðôì ¼ µ«ò é б ±²ó ± ±² ¾» ¹± ²¹ò Þ» ² ³» ² ²¹ ² «íîóíè íîóêïôê ½«µ«¾»»² ¹ ò è Ü ²ó¼ ² µ»½ ««ò Þ» ² ³» ² «²¹ ² íçóìê êíôîóéìôì «¼ «ò ç Ì ³¾«µ» «µ ²óµ» «µ ² µ»½ ¼ ¾ ²¹«² ²ò Ù»² ²¹ó ìéóëì éêóèéôî ¹»² ²¹ ³«¾»» ¾ ²¹ ²ò ïð б ±²ó ± ±² ³¾ «µò Õ» «µ ² ¾ ²¹«² ² ò ëëóêí èèôèóïðíôê ïï Õ» «µ ² ³» «ò êìóéë ïðëôîóïîð ïî ß²¹ ² ± ² ø «½ ²» ò ¼ éë ¼ ïîð Í«³¾» æ Ð óð л²¹ ² Ú µ Þ ²¹«² ²ô ÇÞ Ó ²¹«² Õ µ» µ ²¹»» µ ¼ ±² ± ³»²¹ «µ ² «² «µ ³»²¹ «¾ ¹ ³ ² «² «¾ ²¹«² ² ¼ ¾»¾ ¼ ¼ ² «³¾» µ»¾ ²» ¼ ² ² «¼ ²¹ ¼ ³»²¹«µ»»³¾ ¾ ² ¼ «² «¾ ²¹«² ²ò íë

íò µ ³ ¼ ² ß»µ «µ ³ ¼ ²»µ «¼ ¾ ¹ ² ¼ ² ¾ ²¹«² ² ¼ ² ²»µ «ò Í ² ¾ ²¹«² ² ¼ ³«²¹ ³»³» «¾«²¹ ² ³ ²«¼ ² ²¹µ«²¹ ²² ò Þ ²¹«² ² ¼ ²»» ¾» µ¾ ¹» «¾ ø³±¼ º» ²¹µ«²¹ ² «³»² ¼ ²¹µ«²¹ ² ¼ ³ ²¹ ³»³»²«¾ ¼ ²»²¹ «² ² ³ ²«ò Ú«²¹ «³ ¼»µ «¼ «³ ³ «³»²½ µ ² ²¹µ«²¹ ² ¼«²¹»¾ ¾ µ ¼»²¹ ² ½ ³»² ²¹¹«²¹»µ ² ² µ ³ ²¹ ¼ ò Ú µ ± óº µ ± ²¹ «¼» µ ² ² ²ô µ ³»»³ ô ²¹µ«²¹ ² ² ô ³ ²«¼ ² ½ ¾ ² ô ±«¾ ²¹«² ²ò ¾»² «µ ¾ ²¹«² ²ô µ±² «µ ¾ ²¹«² ²ô ¼ ² ³» ¾ ²¹«² ²ò Ü ³»±»µ ½»µ± ±¹ ô»µ «³» «µ ² ±¼«µ ¼ ²» µ ² µ»¾««² ³ ²««º«²¹ ²¹ ¼ ¾««µ ² ¼»²¹ ² µ±²»µ»µ± ±¹ ³ ²«ò Ø ² ¼ ¼ ² µ ² ¼»²¹ ²æ º± ³ º± ± ¾± º«²½ ±² ²¼»²ª ±²³»² ¼ ² º± ³ô º«²½ ±²ô ²¼»²ª ±²³»²» ²¼»»²¼»² ô «¾»² «µ ³»²¹ µ«º«²¹ ¼ ² ²¹µ«²¹ ²» ¾»² «µô º«²¹ ¼ ² ²¹µ«²¹ ² ³» «µ ² ««µ» «²ò Ö ¼ ô ¾»² «µô º«²¹ ô ¼ ² ²¹µ«²¹ ² ²¹» ¼ ¼ ³ ²«¼ ² µ±²¼ µ ³ µ ² ²¹ ¾» µ ²ò Þ» ¾ ¹ ½ ¼ µ«µ ² ±» ³ ² µ ¾» ¾ ¼ó ¾ ¼ ³ ² ¼ ³ «¾» ¼ ¼»²¹ ² ²¹µ«²¹ ²»½ ³ ò Ø»»¾«¼ µ«µ ² «² ³» ²¹±²¼ ² «²¹ ² ²¹ ³» ²¹ ² ¼ ²»²½ ²»½ ³ ò ²¼±²»»¾ ¹ ¼» íê

¾» µ ³ ± ³»³¾» µ ²»²¹ «²¹»² ²¹» «³ ¼ ³ ¾ ²¹«² ² «³ ¼ ±² ò Ó µ ²¼±²»» µ ³ ² ¼ ««µ» ³»³¾ ²¹«² «³ ² ¼»²¹ ² ¾» «³»²» «µ ² ¼»²¹ ² µ±²¼ µ ³ò Ϋ³ ó «³ ¼ ±²»»¾««² ³»µ ²¹¹ ²» «³ ¼ ³ µ ²² ¼»²¹ ² ¼» ¼ µ ³ò µ ³ ¾«² ³»³»²¹ «µ»» ³¾ ²¹ ² ± ¹ ² ³» ³ ²«µ» ¾»¼ ² µ ³ «¼ ² µ ³ ¼ ³ ¾» ò Ñ» µ»² «²»³ µ ² ³»²¹»² ¾ ¹ ³ ² ³»³» ¾ µ µ±²¼ «²¹ ²»½ ³ ¼»²¹ ² «»²½ ² ² ²¹»» ¼ µ ³ô ¹» ¾»¼ ² µ ³ «¼ ² ¼ ³ µ»½ «² «µ ³»³ ² ³ µ ²»²¹±²¼ ² µ ³ ¾«²ò ìò Í»¹ л²¹»²¼ ² л²¹ ² ¼ ² л²½ ² ß ³ ¼ ß»µ «Ì ± Ó» ±¼»ó³» ±¼»» ²½ ²¹ ² ¾ ²¹«² ² ¼ µ ³ ± ²¹» µ ¼»²¹ ²»²¹±²¼ ²»²¹ ² ¼ ²»²½ ² ³ ² ²æ ò Ñ»² Þ ²¹«² ² Ñ»² ¾ ²¹«² ² µ ² ³»²»² «µ ² «³ ¼ ³ ²¹ ¼» ³ ¾ ²¹«² ² ¼ ² «³ ª»² ³ ²¹ ³«²¹µ ² ¼ ¼ ¹«² µ ²ò л ¾ ²¼ ²¹ ² ³«µ ² ¼ ² ª± «³ ¾ ²¹«² ² ³»³»²¹ «¼ ²¹ ³»²»² «µ ² ²»» ¼ ²»» ò Ò» ¾ ²¼ ²¹ ² ²¹ µ»½ ³»² µ ² ³ ² ³«³ ² ²¹ íé

¼ ¼ ¼ ² ³ ² ³«³ ² ²¹ ¼ µ ²ò Ð ¼ µ ³ ± ô» ² «³ ² ¼ ³»²½ µ ² «²¹ ²¹ ¾» ²¹ ²ò «² «µ «¼» «µ ² ³»³ ² ³ µ ² ± ³«µ ² ¼ ² ª± «³ò Ûº»µ ¼ ²¹ µ«¼ ³«ó¾ «³»³¾»² «µ ¾ ²¹«² ² ³ ²¹ ³»³ ² ²¹ò Þ»² «µ ²¹ ± ³ ¼»²¹ ²» ¾ ²¼ ²¹ ² ïæïôéò Ù ³¾ òé л ¾ ²¼ ²¹ ² Î ± ß» л ³«µ ² ¼ ² ʱ «³ «² «µ Ó»³ ² ³ µ ² Ð ² Í«³¾» æ Õ ²ô îððð ¾ò Ê»² Í ²¹ Ñ»² ¾«µ ² ¾»»²¹ ¼ ¼ ² ³ ²¹ ¼» ³ ¼ ²» ¹» µ ² «¼ ò ˲ «µ ³»²¹ µ ² ¼ ¾«²¹ ¾ µô ²¹ ² ¼ ² ²» ó±» «² ¼ µ ³ øìëf»¹ µ ««²¹ ² ò Ó»² ««² ¾ ²¹«² ² ¼»²¹ ² ¾«µ ² íè

BAB III TINJAUAN KABUPATEN SLEMAN A. KONDISI UMUM KABUPATEN SLEMAN Kabupaten Sleman merupakan bagian dari wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan Perda No. 12 tahun 1998, hari jadi Kabupaten Sleman adalah 15 Mei 1916. Pemerintah Kabupaten Sleman mencanangkan slogan gerakan pembangunan desa SLEMAN SEMBADA. Secara harafiah, SEMBADA diartikan sebagai kondisi yang Sehat, Elok dan Edi, Makmur dan Merata, Bersih dan Berbudaya, Aman dan Adi, Damai dan Dinamis, serta Agamis. Sehingga dengan penghayatan dan pengamalan nilainilai tersebut diharapkan dapat menciptakan Kabupaten Sleman yang Sejahtera, Lestari, dan Mandiri. Gambar III.1 Peta Wilayah Kabupaten Sleman Sumber: LITM Geografi UGM 59

Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 13 00 sampai dengan 110 33 00 Bujur Timur, dan mulai 7 34 51 sampai dengan 7 47 03 Lintang Selatan, dengan ketinggian antara 100 2.500 meter di atas permukaan air laut. Jarak terjauh utara-selatan kira-kira 32 km, timur barat kira-kira 35 km, terdiri dari 17 kecamatan, 86 desa, dan 1.212 dusun dengan luas wilayah 574,82 km 2. Bagian utara Kabupaten Sleman berbatasan dengan Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah; bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah; bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta; bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Flora identitas Kabupaten Sleman adalah salak pondoh (Salacca Edulis Reinw cv Pondoh) dengan pertimbangan bahwa tanaman salak pondoh merupakan tanaman khas Kabupaten Sleman. Sedangkan fauna identitasnya adalah Burung Punglor (Zootheria Citrina) yang merupakan burung liar dan berhabitat di kebun salak pondoh. B. KARAKTERISTIK WILAYAH KABUPATEN SLEMAN Wilayah Kabupaten Sleman di bagian selatan merupakan dataran rendah yang subur, sedang bagian utara sebagian besar merupakan tanah kering yang berupa ladang dan pekarangan, serta memiliki permukaan yang agak miring ke selatan dengan batas paling utara adalah Gunung Merapi. Beberapa sungai yang mengalir melalui Kabupaten Sleman menuju Pantai Selatan antara lain Sungai Progo, Krasak, Sempor, Nyoho, Kuning, dan Boyong. 60

Banyaknya sungai-sungai ini menyebabkan Kabupaten Sleman tidak pernah kekurangan persediaan air. Selain itu banyaknya sungai juga mengidentifikasikan bahwa Kabupaten Sleman kaya akan aliran-aliran air di bawah tanah. Hal tersebut didukung pula dengan keberadaan Selokan Mataram, kanal air yang dibangun pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Selokan Mataram mengalir dari barat ke timur, menghubungkan Sungai Progo di barat dan Sungai Opak di timur. Ketinggian wilayah Kabupaten Sleman berkisar antara 50 meter sampai dengan 2.500 meter di atas permukaan laut. Daerah tertinggi, di atas 1000 meter berada di Kecamatan Pakem, Turi, dan Cangkringan. Titik tertingginya adalah puncak Gunung Merapi yaitu pada ketinggian 2.968 meter di atas permukaan laut. Sedangkan daerah terendah, kurang dari 100 meter berada di Kecamatan Minggir, Moyudan, Godean, Gamping, Berbah, dan Prambanan. Topografi Kabupaten Sleman melandai ke arah selatan, berkisar 0-2% sampai dengan 40%. Tingkat kelandaian paling banyak adalah 0-2% dan 2-8% (relatif datar). Lereng yang curam berada di tengah hingga puncak Gunung Merapi dan di daerah lipatan Prambanan-Ratu Boko. berikut: Data ketinggian wilayah Kabupaten Sleman dapat dilihat pada tabel Tabel III.1 Ketinggian Wilayah Kabupaten Sleman No Kecamatan <100 m 100-499 500-999 >1000 Jumlah (ha) m (ha) m (ha) m (ha) (ha) 1. Moyudan 2.407 355 - - 2.762 2. Minggir 357 2.370 - - 2.727 3. Godean 209 2.475 - - 2.684 4. Seyegan - 2.663 - - 2.633 5. Tempel commit - to 3.172 user 77-3.249 61

6. Gamping 1.348 1.577 - - 2.925 7. Mlati - 2.852 - - 2.852 8. Sleman - 3.132 - - 3.132 9. Turi - 2.076 2.155 78 4.039 10. Pakem - 1.664 1.498 1.222 4.384 11. Ngaglik - 3.852 - - 3.852 12. Depok - 3.555 - - 3.555 13. Kalasan - 3.584 - - 3.584 14. Berbah - 852 - - 2.299 15. Prambanan 435 3.700 - - 4.135 16. Ngemplak - 3.571 - - 3.571 17. Cangkringan - 1.796 2.808 195 4.799 Jumlah 6.203 43.246 6.538 1.495 57.482 Persentase 10,79 75,32 11,38 2,60 100 Sumber: Atlas Sleman Regency, 2005 Sedangkan dalam peta dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar III.2 Peta Ketinggian Wilayah Kabupaten Sleman Sumber: Atlas Sleman Regency, 2005 62

Gambar III.3 Peta Tingkat Kelandaian Wilayah Kabupaten Sleman Sumber: Atlas Sleman Regency Variasi tingkat kelandaian di Kabupaten Sleman menyebabkan wilayahnya sejuk karena angin yang bergerak dari gunung ke dataran rendah dan sebaliknya. Angin tersebut merupakan aspek yang dapat dimanfaatkan untuk mencegah kelembaban di dalam bangunan sekaligus meningkatkan kenyamanan manusia di dalam bangunan. Pantauan Kantor Wilayah Perhubungan terkait karakteristik wilayah tropis Kabupaten Sleman terlihat pada hari hujan terbanyak dalam satu bulan adalah 27 hari; rata-rata curah hujan tertinggi 22,8 mm; kecepatan angin maksimum 24,00 knots dan minimum 0,00 knots; rata-rata kelembaban nisbi udara 63

tertinggi 86,0 % dan terendah 73,0 %; temperatur udara, tertinggi 27,5 C dan terendah 25,5 C; serta tekanan udara maksimum 1.008,1 mb dan minimum 1.021,4 mb. Berdasarkan karakteristik sumber daya yang ada, wilayah Kabupaten Sleman terbagi menjadi empat kawasan, yaitu: a. Kawasan Lereng Gunung Merapi Kawasan ini meliputi Kecamatan Tempel, Turi, Pakem, dan Cangkringan sampai dengan puncak Gunung Merapi. Wilayah ini kaya sumber daya air dan ekowisata yang berorientasi pada kegiatan Gunung Merapi dan ekosistemnya. Di daerah lereng Merapi ini terdapat kurang lebih 100 sumber mata air yang mengalir ke sungai-sungai utama yaitu Sungai Boyong, Kuning, Gendol, Krasak, dan anak-anak sungai menuju Samudera Hindia. Keberadaannya merupakan aset wisata dan sumber daya alam galian C. b. Kawasan Timur Kawasan ini meliputi Kecamatan Prambanan, Kalasan, dan Berbah. Wilayah ini merupakan pusat wisata budaya dengan banyaknya peninggalan purbakala (candi). Kondisi daerah kering dan memiliki cadangan bahan batu putih cukup banyak. c. Kawasan Tengah Kawasan ini adalah wilayah aglomerasi kota Yogyakarta yang meliputi Kecamatan Mlati, Sleman, Ngaglik, Ngemplak, Depok, dan Gamping. Wilayah ini merupakan pusat pendidikan, perdagangan, dan jasa. 64

d. Kawasan Barat Kawasan ini meliputi Kecamatan Godean, Minggir, Seyegan, dan Moyudan sebagai daerah pertanian lahan basah dan kegiatan industri kerajinan. Kabupaten Sleman dilalui oleh jalur negara yang merupakan jalur ekonomi yang menghubungkan dengan kota-kota besar seperti Semarang, Surabaya, dan Jakarta. Dengan demikian posisi Kabupaten Sleman sangat strategis bagi pengembangan daerah dan peningkatan taraf hidup masyarakat. Jalur ini melewati wilayah Kecamatan Prambanan, Kalasan, Depok, Mlati, Sleman, Tempel, dan Gamping. Selain itu wilayah Kecamatan Depok, Mlati, dan Gamping dilalui jalan lingkar (ringroad) yang merupakan jalan arteri sehingga menjadikan wilayah tersebut cepat berkembang dan mengalami perubahan dari wilayah pertanian menjadi wilayah industri, perdagangan, dan jasa. Berdasarkan letak kota dan mobilitas masyarakat, dapat dibedakan pembagian fungsi wilayah sebagai berikut: a. Wilayah aglomerasi perkotaan Yogyakarta, meliputi Kecamatan Depok, Gamping, sebagian wilayah Kecamatan Ngaglik dan Mlati. b. Wilayah sub-urban yaitu wilayah perbatasan desa dan kota yang meliputi Kecamatan Godean, Sleman, dan Ngaglik yang berkembang menjadi tujuan kegiatan masyarakat di wilayah kecamatan di sekitarnya. 65