BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Setiap hari orang-orang menolak dorongan untuk melakukan hal-hal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau mengarahkan diri ke arah yang lebih baik ketika di hadapkan dengan godaangodaan

BAB 1 PENDAHULUAN. merasakan hal yang demikian terutama pada saat menginjak masa remaja yaitu. usia tahun (Pathmanathan V dan Surya H, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan. ada dalam diri individu yang bersangkutan ( Sunaryo, 2004 ).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP SEHAT DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH IKLAN MEDIA LUAR RUANG TERHADAP PERILAKU MEROKOK SISWA DI SMA NEGERI 2 MEDAN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. adalah hasil dari non-perokok yang terpapar asap rokok. Hampir 80% dari lebih 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN. Merokok masih menjadi kebiasaan banyak orang baik di negara. tinggi. Jumlah perokok di Indonesia sudah pada taraf yang sangat

BAB 2 LANDASAN TEORI. terjadi ketika seseorang atau organisme mencoba untuk mengubah cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jurusan kesehatan juga tidak terlepas dari perilaku rokok, sebanyak 66,6%

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik). Berdasarkan intrinsic-extrinsic model Curry et,al (1990) dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional. seseorang dalam melakukan tugas.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. konsekuensi bahaya atas tindakan yang dilakukan. Individu yang memiliki kontrol

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masih dianggap sebagai perilaku yang wajar, serta merupakan bagian dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kontrol Diri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dalam kehidupan manusia, dimana seseorang sudah tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok lalu

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

PENYULUHAN KESEHATAN BAHAYA DAMPAK ROKOK BAGI KESEHATAN ANAK-ANAK TANJUNG DALAM KECAMATAN LEMBAH MASURAI KABUPATEN MERANGIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Nama : Umur : Jenis Kelamin : Lingkari jawaban yang sesuai!

SMP kelas 8 - KIMIA BAB 4. ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKALatihan Soal 4.2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara-negara berkembang. Direktorat Pengawasan Narkotika,

KUISIONER PENELITIAN GAMBARAN KARAKTERISTIK DAN SOSIAL BUDAYA KELUARGA DALAM HAL PERILAKU MEROKOK SISWA SMK SATRIA NUSANTARA BINJAI PADA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan sebuah perilaku yang tidak asing ditemukan di kehidupan seharihari,

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh yang sangat berarti terhadap kesehatan masyarakat. Menurut perkiraan

BAB II LANDASAN TEORI. yang diamati secara umum atau objektif. Hal tersebut senada dengan pendapat Sarwono (2001)

BAB II TINJAUAN TEORI. Dalam kamus tthe world book encyclopedia (dalam Widowaty,2008)

SATUAN ACARA PENYULUHAN BAHAYA MEROKOK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Rokok dan Bahaya Merokok bagi Kesehatan Manusia

BAB II LANDASAN TEORI. Sari, dkk (2003) menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas

LATAR BELAKANG TINJAUAN PUSTAKA METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN KESIMPULAN OLEH: NOVI SETIANINGSIH ( )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada remaja biasanya disebabkan dari beberapa faktor

Lembar kegiatan keluarga. Apa yang Anda ketahui tentang merokok? Indonesian. Lembar kegiatan keluarga. Yang Terhormat (orang tua / pengasuh)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN dan pada abad 21 ini, akan ada 1 miliar orang meninggal akibat. penyakit disebabkan rokok (Evy, 2008).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Komasari,Dian & Helmi, 2000) perilaku merokok adalah perilaku yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. negatif dan mengarahkannya kepada respon lain yang lebih baik dalam segi self

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

DAMPAK PERILAKU PENGGUNAAN MINUMAN KERAS DI KALANGAN REMAJA DI KOTA SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara sadar untuk melukai dirinya sendiri, karena dengan merokok, berarti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK PADA PELAJAR SMP NEGERI 3 MAJENANG CILACAP TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hubungan Remaja dengan Orangtua,Saudara kandung & Teman Sebaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pekerja berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 3. UU No 13

BAB 2 LANDASAN TEORI. pilihan yang bersifat intensional dan reflektif dalam merespon kebutuhan.

[PP NO.19/2003 (PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN)] December 22, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kunci utama bagi kesejahteraan hidup. Definisi sehat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penerus bangsapun dibutuhkan sebagai sumber daya dalam pembangunan. Peran

BAB II LANDASAN TEORI

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

IDENTITAS RESPONDEN. Jenis kelamin : Laki-laki. Perempuan. Bersama Orangtua. Status Tempat Tinggal: Kost. Bersama Saudara/teman

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia (1990: 752). Profesor Tjandra mengatakan, konsumsi tembakau di

4. Dampaknya dan cara penanggulangan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena sudah menjadi masalah nasional dan bahkan internasional. Di

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan

KATA PENGANTAR. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

I. PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu produk yang cukup unik (terutama cara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Merokok merupakan salah satu bentuk perilaku manusia yang sudah

PENDAHULUAN Latar Belakang Masa remaja adalah periode waktu yang membentang dari masa pubertas ke awal usia 20-an. Individu mengalami perubahan

BAB I PENDAHULUAN. komponen generasi muda akan mempunyai peran yang sangat besar dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang bahagia. Kebahagiaan menjadi harapan dan cita-cita terbesar bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Self-Control 2. 1. 1. Definisi Self-Control Setiap hari orang-orang menolak dorongan untuk melakukan hal-hal yang dapat merugikan dirinya sendiri, seperti menghindari makanan berlemak, minuman beralkohol, mengeluarkan kata-kata kasar, menahan rasa marah, dll. Berdasarkan hal tersebut muncul sebuah pertanyaan yaitu, apakah yang dapat membuat seseorang dapat menolak dorongan-dorongan tersebut? Self-control digunakan untuk menahan keinginan atau dorongan tersebut. Self-control merupakan kapasitas untuk mengubah respon seseorang agar sesuai dengan standar mereka, seperti cita-cita, nilai-nilai, moral, dan harapan sosial serta untuk mendukung pencapaian tujuan jangka panjang (Baumeister, Vohs, & Tice, 2007). Singkatnya, self-control merupakan kapasitas diri untuk merubah respon perilaku, pikiran dan emosi yang dominan (De Ridder et al., 2011), sehingga memungkinkan seseorang untuk memberikan respon yang berbeda. Berdasarkan definisi diatas, peneliti menyimpulkan bahwa self-control merupakan kapasitas atau kemampuan seseorang untuk mengendalikan dorongan-dorongan di dalam dirinya agar respon yang dikeluarkan sesuai dengan norma dan nilai yang ada. Seseorang dengan self-control yang tinggi dihubungkan dengan hampir semua perilaku yang mendukung sebuah kehidupan yang sukses dan

sehat (De Ridder et al., 2011). Sedangkan, seseorang dengan self-control yang rendah selalu dihubungkan dengan masalah perilaku dan pengontrolan dorongan keinginan, seperti makan yang berlebihan, kecanduan alkohol dan narkoba, kejahatan dan kekerasan, belanja yang berlebihan, perilaku seksual yang menyimpang, kehamilan yang tidak diinginkan, dan merokok (Baumeister, Vohs, & Tice, 2007). Juga dapat dihubungkan dengan masalah emosi, ketidaktercapaian prestasi di sekolah dan tempat kerja, masalah interpersonal, kurangnya ketekunan, dan lain-lain. Pada remaja, self-control yang rendah melibatkan perilaku-perilaku yang membahayakan kesehatan, seperti peningkatan konsumsi alkohol, tembakau, dan ganja, serta peningkatan konsumsi lemak jenuh dibandingkan dengan remaja dengan self-control yang tinggi (De Ridder et al., 2011). Dalam studi Gottfredson & Hirschi (1990), didapatkan bahwa kekuatan yang mendorong dibalik suatu tindakan kriminal adalah kurangnya self-control, yang menjadi masalah serius pada umur 15-17 tahun. 2. 1. 2. Pembagian Self-Control Self-control memiliki kaitan dengan berbagai macam perilaku. Maka dari itu, para peneliti setuju untuk membagi self-control menjadi dua, yaitu state self-control dan dispositional self-control (Tangney, Baumeister, & Boone, 2004). 1. State Self-Control, kemampuan seseorang untuk menggunakan selfcontrol rawan terhadap pengaruh situasi dan bervariasi setiap waktu

(De Ridder et al., 2011). Seperti mood, motivasi, working memory, dan lain-lain. 2. Dispositional Self-Control, kemampuan seseorang untuk menggunakan self-control relatif stabil di seluruh situasi dan sepanjang waktu. Seperti, achievement dan kinerja tugas, kontrol dorongan keinginan, penyesuaian psikososial, fungsi interpersonal, dan moral emosi. 2. 1. 3. Self-Control, Desirable Behavior, & Undesirable Behavior Para peneliti setuju bahwa self-control berfokus kepada usaha yang dikeluarkan oleh seseorang untuk memicu desirable behavior dan mencegah undesirable behavior terjadi (De Ridder et al., 2011). Desirable behavior merupakan segala perilaku yang mendukung tujuan seseorang untuk memenuhi kewajiban, tugas, dan tanggungjawab mereka, serta menyesuaikannya dengan norma-norma sosial dari menjalani kehidupan yang bahagia, sukses dan sehat, seperti makan makanan sehat, kepuasan terhadap pernikahan, kesetiaan, dan lain-lain. Sedangkan, undesirable behavior merupakan perilaku-perilaku yang mengganggu ketercapaian tujuan tersebut, seperti rasa cemas yang berlebihan, agresi, berbohong, penggunaan obat-obatan terlarang, dan lain-lain. Sebagai contoh, jika sebuah perilaku melibatkan memakan makanan yang berlemak (undesirable behavior), orang-orang akan memberikan skor rendah (tidak memakan makanan berlemak) atau tinggi (memakan makanan berlemak) pada dimensi ini (De Ridder et al., 2011). Sedangkan, jika perilaku melibatkan memakan

buah (desirable behavior), akan diberikan skor rendah jika tidak memakan buah dan tinggi jika memakan buah. Walaupun kedua tipe perilaku ini dibahas diberbagai macam studi, tetapi undesirable behavior lebih banyak dibahas dari pada desirable behavior (Tangney, Baumeister, & Boone, 2004). 2. 1. 4. Pembentukan Self-Control Awalnya pembentukan self-control pada anak-anak dimulai dari arahan orang tua secara verbal dalam mengatur emosi, kedisiplinan, serta modeling. Hal ini hanya dapat dilakukan dengan efektif jika anak tersebut memiliki kemampuan untuk menahan godaan (Berk, 2009). Selain itu, anak juga perlu memiliki kemampuan untuk berpikir bahwa mereka berbeda dari orang lain, mereka mampu untuk mengarahkan tindakannya (Berk, 2009). Kemampuan ini muncul diantara usia 12 sampai 18 bulan dalam bentuk kepatuhan (Berk, 2009). Dimana balita menunjukkan kepeduliannya pada permintaan dan harapan orang tua dengan mematuhi permintaan dan perintah yang sederhana. Diantara usia 1,5 sampai 5 tahun peningkatan kemampuan balita untuk menunggu membuka kado, menunggu untuk bermain dengan boneka, atau menunggu untuk mendapatkan cemilan mulai meningkat (Berk, 2009). Hal ini membutuhkan kemampuan untuk menahan kepuasan (delay of gratification), yaitu kemampuan untuk menunggu waktu dan tempat yang tepat untuk terlibat dalam tindakan yang menggoda atau memuaskan. Kemampuan menahan kepuasan pada balita dipengaruhi oleh temperamen yang berdasarkan biologis dan kualitas pola asuh (Berk, 2009). Balita yang merasakan kehangatan dan dorongan yang lembut dari orang tua

lebih mudah diajak bekerja sama dan menahan godaan. Seiring berkembangnya self-control pada balita, secara bertahap orang tua meningkatkan peraturan-peraturan yang mereka harap dapat diikuti oleh balita, dari keamanan dan rasa perhatian pada barang dan orang-orang disekitarnya, sampai rutinitas keluarga, aturan, dan tugas sederhana (Berk, 2009). Pada anak usia 6 sampai 11 tahun, kemampuan anak untuk menahan godaan mulai meningkat. Anak mulai menggunakan berbagai variasi strategi untuk menahan godaan (Berk, 2009). Pengaturan strategi anak dalam menolak godaan menjadi semakin baik selama masa sekolah. Pada masa ini, self-control menjadi sebuah kemampuan yang fleksibel untuk pembentukan moral self-regulation kemampuan anak untuk memantau perilakunya sendiri yang terus-menerus disesuaikan dengan standar yang ada didalam dirinya karena banyaknya peluang yang membuatnya untuk melanggar standar tersebut (Berk, 2009). Pada anak usia 12 sampai 20 tahun, mereka terus-menerus mengembangkan kemampuan moral self-regulation. 2. 2. Control Theory Unit mendasar dari teori ini adalah The Negative Feedback Loop (Carver & Scheier, 1982). Disebut Negative dikarenakan fungsinya adalah untuk meniadakan atau mengurangi perbedaan dari nilai pembanding (standar) yang dirasakan.fungsi utama dari sistem feedback ini bukanlah untuk menciptakan

perilaku, melainkan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi persepsi yang diinginkan (Carver & Scheier, 1982). Gambar 2.1 The Negative Feedback Loop (Sumber: Carver & Scheier, 1982) Proses dari sistem loop ini sangat sederhana, walaupun tampak abstrak pada awalnya. Terdapat empat komponen The Negative Feedback Loop (Carver & Scheier, 1982), yaitu: 1. Input Function, merupakan proses pembentukan persepsi dari hasil penginderaan seseorang. 2. Comparator, merupakan proses pembandingan persepsi yang dirasakan pada saat itu dengan nilai-nilai yang dimiliki (reference value).

3. Output Function, merupakan perilaku yang dihasilkan dari pembandingan persepsi dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh seseorang. Dimana tujuan dari hal ini adalah untuk mengurangi ketidaksesuaian yang dirasakan. 4. Impact on Environment, merupakan dampak dari lingkungan yang kita dapatkan dari perubahan perilaku. Adanya gangguan (disturbance) yang datang dikarenakan perubahan perilaku. 2. 3. Need for Smoking 2. 3. 1. Definisi Need for Smoking Need for smoking merupakan kebutuhan remaja akan produk-produk tembakau yang dapat muncul tanpa adanya kebutuhan fisik untuk nikotin (Johnson, et al., 2005). Remaja merokok karena berbagai macam alasan dan kebutuhan mereka untuk merokok tidak hanya didasarkan pada ketergantungan akan nikotin (Johnson et al., 2003). 2. 3. 2. Kandungan Rokok & Pengaruhnya Rokok merupakan sebuah silinder yang terbuat dari kertas berukuran panjang 70mm sampai 120mm dengan diameter 10mm yang berisi daun-daun tembakau (Octaviani, 2009). Daun tembakau ini mengandung sebuah zat yang disebut nikotin. Nikotin merupakan zat adiktif yang dapat membuat ketagihan pada penggunanya. Walaupun kandungan nikotin pada rokok hanya

sedikit, tetapi hal ini dapat merusak kesehatan penggunanya. Jika nikotin sampai masuk ke dalam tubuh, maka akan terjadi perubahan tingkat neuroregulator yang aktif, termasuk asetilkolin, norepinefrin, dopamin, opioid endogen, dan vasopressin di dalam tubuh (Taylor, 2012). Neuroregulator merupakan molekul sinyal endogen yang dikeluarkan oleh neuron yang dapat mengubah perilaku neuron atau sel efektor. Nikotin mungkin digunakan oleh para perokok untuk melibatkan neuroregulators, karena dapat menghasilkan peningkatan sementara pada kinerja atau perasaan. Secara spesifik, asetilkolin, norepinefrin, dan vasopresin tampaknya meningkatkan memori, serta asetikolin dan beta endorfin dapat mengurangi kecemasan dan ketegangan. Perubahan pada dopamin, norepinefrin, dan opioid dapat meningkatkan mood, dan orang-orang merasa bahwa kinerja mereka dapat meningkat ketika memiliki kadar asetilkolin dan norepinefrin yang tinggi. Akibatnya, orang yang sudah terbiasa merokok berpikiran bahwa merokok dapat meningkatkan konsentrasi, daya ingat, kewaspadaan, kinerja psikomotor, dan kemampuan untuk menyaring stimulus yang tidak relevan. Berdasarkan hal tersebut, didapati bahwa orang yang sudah terbiasa merokok tiba-tiba berhenti merokok, mereka merasakan sulit untuk fokus dan berkonsentrasi, gangguan daya ingat, serta mengalami peningkatan kecemasan, ketegangan, mudah tersinggung, dan rasa murung (Taylor, 2012). Selain nikotin, terdapat lebih dari 4000 jenis zat kimia berbahaya yang terkandung didalamnya, antara lain karbon monoksida (terdapat pada asap yang dikeluarkan mobil), amonia (terdapat pada cairan pembersih jendela), aseton (terdapat pada cairan pembersih kuteks), napthalene (terdapat

pada kapur barus), dll. Pada saat seseorang merokok, seluruh zat yang terdapat di dalam rokok tersebut bercampur dan membentuk tar (Canadian Lung Association, 2012). Tar ini dapat melengket pada pakaian, kulit, dan cilia (rambut-rambut kecil yang terdapat pada paru-paru). Cilia berfungsi untuk menyaring serta membersihkan kotoran dan kuman di paru-paru. Jika Cilia diselimuti oleh tar, maka cilia tidak akan berfungsi dengan baik, kuman dan kotoran akan tinggal di paru-paru yang dapat mengakibatkan timbulnya penyakit. 2. 3. 3. Tahap-Tahap Menjadi Perokok Dalam Komalasari & Helmi (2000), terdapat 4 tahapan untuk menjelaskan bagaimana seseorang menjadi perokok, yaitu: 1. Tahap Preparatory. Pada tahap ini, seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok, baik dari mendengarkan orang lain atau melihat secara langsung. 2. Tahap Initiation. Tahap ketika seseorang benar-benar merokok untuk pertama kalinya. Di tahap ini juga, mereka akan membuat keputusan untuk meneresukan merokok atau tidak. 3. Tahap becoming a smoker. Apabila seseorang telah merokok empat batang per hari, maka orang tersebut memiliki kecenderungan sebagai perokok.

4. Tahap maintenance of smoking. Pada tahap ini merokok sudah menjadi bagian dari cara pengaturan diri seseorang dalam berbagai situasi dan kesempatan. Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan. 2. 4. Remaja 2. 4. 1. Definisi Remaja Remaja menurut Santrock (2003) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional, dimulai kira-kira usia 10 sampai 12 tahun dan berakhir usia 18 sampai 22 tahun. 2. 4. 2. Pembagian Remaja Menurut Santrock (2003) masa remaja dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1. Masa Remaja Awal (early adolescence). Ditujukan pada individu yang berusia 10 sampai 12 tahun. Umumnya sama dengan siswa yang duduk di sekolah menengah pertama dan individu ini tengah mengalami banyakperubahan dalam puberitas. Secara tradisional dianggap sebagai periode badai dan tekanan, dimana masa itu emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Pada masa remaja awal anak berusaha menyesuaikan diri terhadap pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru.

2. Masa Remaja Akhir (late adolescence). Ditujukan pada individu yang berusia diatas 15 tahun dan masa ini berakhir pada usia 18 sampai 22 tahun. Umumnya sama dengan siswa yang duduk di sekolah menengah atas atau mahasiswa pada awal tahun perkuliahan. Ciri-ciri emosional akhir yaitu pemberontakan karena perubahan dari masa kanak-kanak awal menuju masa kanak-kanak akhir yang mengalami konfilk dengan orang tua mereka, sering kali melamun, dan memikirkan masa depan mereka ingin menjadi apa. 2. 4. 3. Perubahan yang Dialami Remaja Berdasarkan Santrock (2003) perubahan yang dialami oleh remaja dibagi ke dalam tiga domain, yaitu aspek biologis yang ditandai dengan pubertas, aspek kognitif yang ditandai dengan perubahan pola piker, dan aspek sosial-emosional yang meliputi pembentukan hubungan sosial dengan lingkungan.

2. 5. Kerangka Berfikir Gambar 2.2 Kerangka Berfikir Peneliti menggunakan The Negative Feedback Loop sebagai kerangka berpikir dengan asumsi, ketika alasan seorang remaja untuk merokok adalah karena merokok itu keren dan terlihat lebih dewasa, berarti mereka telah membentuk sebuah persepsi mengenai perilaku merokok (Input Function). Tetapi, ternyata mereka sudah mengetahui bahwa merokok dapat menyebabkan gangguan kesehatan, seperti penyakit pernafasan dan kanker, terutama kematian (reference value). Di sini terjadi proses pembandingan (comparator). Pada tahap pembandingan ini, self-control memiliki peran yaitu membandingkan persepsi yang dia miliki mengenai merokok dengan dampak dari merokok, untuk

menentukan perilaku seperti apa yang harus dilakukannya. Jika hasil dari pembandingan persepsi tersebut adalah meneruskan perilaku merokok, maka keputusannya itu akan berdampak kepada orang disekitarnya, terutama yang tidak merokok (impact on environment). Dampak dari perubahan perilaku ini akan membuat remaja tersebut menghadapi ajakan untuk berhenti merokok (disturbance) dari orang-orang disekitarnya yang tidak setuju akan perilaku merokok. Proses ini akan berhenti saat keinginan mereka untuk berubah telah terpenuhi.