Menuju Lanjut Usia Aktif Sebagai Aset Bangsa yang Efektif

dokumen-dokumen yang mirip
PENDUDUK LANJUT USIA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan

K bi b j i a j ka k n n K h K u h s u us u Lans n ia

KEMITRAAN SEKOLAH. Prof. Dr. Sodiq A. Kuntoro

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah kelompok lanjut usia (usia 60 tahun menurut Undang-

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN HIV DAN AIDS MELALUI PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. penutup dalam rentang hidup seseorang yaitu suatu periode dimana seseorang

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ialah melihat usia harapan hidup penduduknya. Dari tahun ke tahun usia harapan

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai sejak permulaan kehidupan (Nugroho, 2008). Lansia adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah mengenai kependudukan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Lanjut usia adalah seseorang yang usianya lanjut, mengalami perubahan. serta dalam berperan aktif dalam pembangunan.

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. seluruh jumlah penduduk. Hal ini sama dengan yang disampaikan oleh Badan

EKA SETYAWAN J Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas-tugas perkembangannya dengan baik agar dapat tumbuh menjadi individu

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap masalah kesehatan, khususnya terhadap kemungkinan jatuhnya

BAB I PENDAHULUAN. yang satu akan memberikan pengaruh pada tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. luar pendidikan formal yang teroganisasi, sistematis, dan berjenjang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses. pembangunan,terutama di bidang kesehatan (Komnas Lansia, 2010).

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah Indonesia dalam pembangunan nasional, telah. mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang berupa kemajuan

halnya lansia yang bekerja di sektor formal. Hal ini menyebabkan semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh lanjut usia terlantar.

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk merujuk kepada cara kita berpikir tentang dan mengevaluasi diri kita

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa. (United Nation, 2002). Populasi lansia di dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta

2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Le

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Populution ageing telah menjadi isu demografi yang sangat penting pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjut usia yang lazim disingkat, Lansia adalah warga negara Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nisa Fadilah, 2014 Peran Pelatih Pada Pelatihan Pra Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha

BAB1 PENDAHULUAN. dalamnya pendidikan Taman Kanak-kanak. Hal ini di maksudkan selain mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan. Masa-masa ini adalah masa penentuan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. yakni setelah Cina (200 juta), India (100 juta) dan menyusul

BAB I PENDAHULUAN. hingga saat ini. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup yang terus

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan itulah cermin bangsa nantinya. Generasi muda tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 10

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUDAYA KERJA MERUBAH MINDSET APARATUR

._-" 'x'- '\~ ~ -.'\:.:,;.'.".;,~p,.. ",:,..;...:t;1l. -91.:'l;1. !JI~ f!i'~plj~ ~ wkkta~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

Tangani PAUD Secara Holistik-Integratif! Monday, 04 November :18

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat alamiah dan normal terjadi pada setiap manusia. Setiap manusia

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu fakultas unggulan di Universitas

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. itu, hampir semua negara menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun) dan pada tahun 2025 jumlah

POINTER PAPARAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KEHORMATAN PESERTA PENDIDIKAN KETAHANAN NASIONAL UNTUK PEMUDA (TANNASDA)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sepanjang hayat (Long Life Education), merupakan kalimat yang telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keunikan dan istimewa. Anak-anak sangat membutuhkan orang tua

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk Indonesia mencapai usia 66,2 tahun, tahun 2008 UHH penduduk

Oleh : Badru Zaman, M.Pd PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK INTEGRATIF

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan di Indonesia tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Assalamu'alaikum Wr.Wb. Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Abdulhak, 2007 : 52). Kualitas pendidikan anak usia dini inilah yang

Nama: Herna Dwiatna NPM: /A. Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Masyarakat. TEORI H.L blum

KERANGKA ACUAN KEGIATAN CAPACITY BUILDING BAGI KADER PENDAMPING LANSIA PEREMPUAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN BAGI LANJUT USIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gustini Yulianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting. Kesehatan tubuh. merupakan hal yang penting karena dapat mempengaruhi individu dalam

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELAKSANAAN KOORDINASI DESA SIAGA DAN PHBS

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam

SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PADA UPACARA BENDERA MEMPERINGATI HARI KEBANGKITAN NASIONAL KE-108 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Evaluasi Pelayanan Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Terlantar pada Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang. Oleh: Taufik Rumandita Ghozali

BAB 1 PENDAHULUAN. terkait fisik tetapi juga masalah kesehatan jiwa masyarakat. Sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. itulah sebabnya manusia dijuluki sebagai animal educandum dan animal

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

Transkripsi:

Memperingati Hari Lansia 29 Mei 2011 Menuju Lanjut Usia Aktif Sebagai Aset Bangsa yang Efektif Oleh : Agus Samsudrajat S, SKM Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 13 tahun 1998, menetapkan Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas. Peran orang tua atau lansia sangat besar dalam pembangunan suatu bangsa, dengan ilmu, nasehat dan kisah para orang tua lah anak dan pemuda bangsa ini bisa belajar dari pengalaman dan sejarah mereka. Pembangunan nasional telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang semakin membaik dan usia harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah Lanjut Usia makin bertambah. Lanjut Usia terdiri dari Lanjut Usia potensial dan Lanjut Usia tidak potensial. Walaupun diantaranya ada yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta memiliki kebijakan, kearifan dan pengalaman berharga yang dapat dijadikan teladan bagi generasi penerus. Namun karena faktor usianya akan banyak menghadapi keterbatasan (berbagai penurunan fisik, psikologis dan sosial), sehingga memerlukan bantuan peningkatan kesejahteraan sosialnya. Jumlah penduduk Lanjut Usia di Indonesia pada tahun 2010 sekitar 23.992.000 jiwa (9,77%) dan tahun 2020 diperkirakan mencapai 28.000.000 jiwa (11,3%). Undang-undang R.I. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia mengamanatkan bahwa program dan kegiatan pembangunan kesejahteraan sosial harus berorientasi pada peningkatan kesejahteraan Lanjut Usia. Proses penuaan penduduk tentunya berdampak pada berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, dan terutama kesehatan, karena dengansemakin bertambahnya usia, fungsi organ

tubuh akan semakin menurun baik karena faktor alamiah maupun karena penyakit. Dengan demikian, peningkatan jumlah penduduk lanjut usia menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan sekaligus sebagai tantangan dalam pembangunan. Bila permasalahan tersebut tidak diantisipasi dari sekarang, maka tidak menutup kemungkinan bahwa proses pembangunan akan mengalami berbagai hambatan. Oleh sebab itu, permasalahan lanjut usia harus menjadi perhatian kita semua, baik pemerintah, lembaga masyarakat maupun masyarakat itu sendiri. Mindset yang selama ini ada bahwa penduduk lanjut usia merupakan kelompok rentan yang hanya menjadi tanggungan keluarga, masyarakat dan negara, harus kita ubah. Kita harus menjadikan lanjut usia sebagai aset bangsa yang harus terus diberdayakan. Hal ini tidak akan tercapai bila kita tidak mempersiapkan diri dari sekarang. Untuk menjadi lanjut usia yang sehat, produktif dan mandiri, kita harus mulai dengan pola hidup sehat dan mempersiapkan masa lanjut usia secara lebih baik. Dengan demikian, sasaran dari permasalahan lansia tidak hanya lansia itu sendiri, tetapi juga penduduk usia muda. Pola hidup sehat harus diterapkan sejak usia dini, bahkan sejak dalam kandungan. Berikut beberapa informasi tentang lansia di Indonesia.

Sebagai wujud nyata pelayanan kesehatan dan sosial pada kelompok lanjut usia, pemerintah telah menetapkan pelayanan pada lanjut usia melalui beberapa jenjang. Pelayanan kesehatan dan sosial di tingkat masyarakat adalah posyandu lanjut

usia. Pelayanan yang dilakukan di posyandu merupakan pelayanan ujung tombak dalam penerapan kebijakan pemerintah untukpencapaian lanjut usia sehat, mandiri dan berdaya guna. Oleh karena itu arah dari kegiatan posyandu tidak boleh lepas dari konsep active ageing/menua secara aktif. Active Ageing adalah proses optimalisasi peluang kesehatan, partisipasi dan keamanan untuk meningkatkan kualitas hidup di masa tua. Jika seseorang sehat dan aman, maka kesempatan berpartisipasi bertambah besar. Masa tua bahagia dan berdayaguna tidak hanya fisik tetapi meliputi emosi, intelektual, sosial, vokasional dan spiritual yang dikenal dengan dimensi wellness. Wellness merupakan suatu pendekatan yang utuh untuk mencapai menua secara aktif. Lebih jelasnya, konsep keenam dimensi wellness secara utuh mencakup beberapa hal sebagai berikut: 1. Fisik mampu menjaga kesehatan fisik, melalui kebiasaan makan yang baik, olah raga teratur, perawatan kesehatan serta menggunakan pelayanan kesehatan yang sesuai. 2. Emosional mampu mengekspresikan perasaannya dan dapat menerima perasaan orang lain, serta memandang hidup secara positif; kemampuan untuk membentuk hubungan dengan orang lain didasarkan pada komitmen bersama, kepercayaan, dan rasa hormat adalah bagian penting dari kesehatan emosional. 3. Intelektual mampu mempertahankan kemampuan intelektualnya melalui pendidikan formal maupun informal, serta kegiatan kognitif lainnya, misalnya membaca, menulis, dan melukis; berbagi pengetahuan dan skill dengan orang lain. 4. Sosial berkontribusi terhadap lingkungan dan masyarakat; saling ketergantungan dengan orang lain dan alam; mampu hidup berdampingan secara harmonis dengan sesama dalam kehidupan sosial.

5. vokasional mampu memberdayakan diri dalam berbagai aktivitas, baik sebagai relawan maupun pekerjaan yang membuahkan penghasilan sehingga memperoleh kepuasan. 6. spiritual mampu menghargai dan mensyukuri hidup dan kehidupan. Agar pelaksanaan kegiatan posyandu berjalan efisien dan efektif dibutuhkan: a. organisasi yang tertata baik; b. sumber daya manusia yang mempunyai ilmu dan kemampuan; c. tugas dan fungsi yang jelas dari masing masing petugas posyandu; d. mekanisme kerja yang baik meliputi perencanaan, pelaksanan, monitoring dan evaluasi. Peran Orang tua sangat berpengaruh terhadap masa depan oleh karena itu pemeliharaan lansia bukan hanya tanggung jawab keluarga tetapi tanggung jawab pemerintah juga, berbagai upaya harus terus dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan lansia. Oleh karena itu untuk menjadi lansia yang berharga kita harus menyiapkan sebaik-baiknya dan sedini mungkin artinya sejak balita hingga dewasa kita harus menjaga dengan kegiatan yang baik dan benar untuk mencapai lansia yang benar-benar berharga dan berdaya guna.

Daftar Pustaka Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 2004 tentang Komisi Nasional Lanjut Usia. Presiden RI, Jakarta. Komnas Lansia. 2010. Buku Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lansia. Komisi Nasional Lanjut Usia; Jakarta. Komnas Lansia. 2010. Buku Pedoman Lansia. Komisi Nasional Lanjut Usia; Jakarta. Komnas Lansia. 2009. Buku Profil Kesehatan Lansia 2009. http://www.komnaslansia.or.id/modules.php?name=downloads&d_op=vie wdownload&cid=6 diakses 12 Mei 2011. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4451). Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3039). Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495). Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 190, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3796).