I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Anonim, 2009). Kesehatan mulut yang baik harus mencakup adanya kemampuan mengunyah yang baik, ketiadaan rasa nyeri, kemudahan mencerna makanan, serta dapat mempengaruhi kepercayaan diri seseorang dalam berkomunikasi terutama ketika berbicara dan tersenyum (Saintrain dan Souza, 2010). Pada tahun 2002 terdapat sekitar 600 juta orang berusia 60 tahun ke atas dan akan menjadi dua kali lipat pada tahun 2025 bahkan pada tahun 2050 akan menjadi 2 milyar, 80% di antaranya bermukim di negara berkembang (WHO, 2002 sit. Wangsarahardja dkk, 2007). Seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup penduduk Indonesia, maka populasi penduduk lanjut usia (lansia) juga akan meningkat. Peningkatan penyakit pada lansia baik akut maupun kronik terjadi dikarenakan penurunan fungsi organ tubuh dan berbagai perubahan fisik seiring dengan pertambahan usia yang dialami individu (Wangsarahardja dkk, 2007). Kesehatan mulut yang buruk di kalangan lansia digambarkan dengan peningkatan 1

2 2 angka kehilangan gigi, karies gigi, penyakit periodontal, xerostomia, dan kanker mulut. Dampak negatif yang timbul dalam kehidupan sehari-hari diantaranya berkurangnya kemampuan dalam mengunyah, keterbatasan dalam pemilihan jenis makanan, berkurangnya berat badan, terganggunya kemampuan berkomunikasi, kurangnya rasa kepercayaan diri dan perasaan bahagia (Petersen dkk., 2010). Berdasarkan data Riskesdas (2007) angka kehilangan gigi di Indonesia pada usia tahun mencapai 1,8% dan meningkat pada usia 65 tahun keatas menjadi 17,6% jauh diatas target WHO (2010) sebesar 5%. Proporsi kehilangan gigi individu pada lansia di seluruh dunia terus meningkat secara signifikan (Khalifa dkk, 2012). Menurut Kida (2007) kehilangan gigi permanen dikarenakan oleh berbagai keadaan misalnya pencabutan oleh tenaga kesehatan gigi atau yang hilang dikarenakan penyakit periodontal atau trauma gigi. Menurut Franks dan Hedegard (2003), masalah disfungsional rongga mulut yang terjadi pada populasi lanjut usia di dunia saat ini tidak terlepas dari peranan penyakit karies dan periodontal yang sering terjadi dan menjadi penyebab dari kehilangan gigi. Faktor sosio demografis, perilaku, dan medis merupakan faktor-faktor yang dikaitkan dengan kehilangan gigi. Kehilangan gigi juga memiliki dampak negatif pada emosi dan kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan mulut pada individu. Pemakaian gigi tiruan serta keadaan tidak bergigi pada lansia berhubungan dengan rendahnya kualitas hidup serta risiko penyakit mulut yang belum terdiagnosa. Kehilangan gigi mempengaruhi kesehatan rongga mulut dan

3 3 kesehatan umum yang selanjutnya dapat mempengaruhi kualitas hidup (Gift dan Redford, 1992). Kesehatan rongga mulut memegang peranan penting dalam kualitas hidup serta kesehatan umum pada lansia (Wibisono dan Ghozali, 2010). Kualitas hidup didefinisikan sebagai suatu kondisi hidup dari efek kombinasi berbagai faktor yang luas, yang menentukan kesehatan, kebahagiaan (seperti kenyamanan lingkungan fisik dan pekerjaan yang memuaskan), pendidikan, pencapaian sosial dan intelektual, kebebasan bertindak, keadilan dan kebebasan berekspresi. Definisi terkini dari kualitas hidup adalah gabungan pengukuran kesejahteraan fisik, mental dan sosial sebagaimana dirasakan oleh masing-masing individu atau golongan. Kebahagiaan dan kepuasan yang dirasakan dalam bidang-bidang kehidupan selama hidup seperti kesehatan, pernikahan, pekerjaan keluarga, kondisi keuangan, kesempatan pendidikan, kepercayaan diri, kreativitas, kepemilikan, dan kepercayaan pada orang lain termasuk di dalam definisi ini. Kualitas hidup dapat diukur dengan menilai perasaan subjektif seseorang terhadap kebahagiaan atau ketidakbahagiaan dalam bidang kehidupan (Park, 2007). Profesi kedokteran gigi menggunakan terminologi kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan mulut atau Oral Health-Related Quality of Life (OHRQoL) untuk mendeskripsikan pengaruh dari kesehatan mulut pada pengalaman pribadi pasien (MacEntee, 2007). Salah satu instrumen pengukuran OHRQoL adalah Geriatric Oral Health Assessment Index (GOHAI) yang memberikan informasi tentang efek dari penyakit serta kelainan mulut terhadap fungsi, psikologis, serta dampak sosialnya. Jumlah pertanyaan yang diajukan

4 4 sebanyak 12 butir pertanyaan yang terbagi menjadi 3 dimensi yaitu fungsi fisik, rasa nyeri dan ketidaknyamanan, serta fungsi psikososial (Moriya dkk., 2011). Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang memiliki prosentase penduduk lansia yang tinggi serta usia harapan hidup tinggi sehingga membutuhkan perhatian yang lebih. Berdasarkan data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI (2007) penduduk lansia di Provinsi DIY memiliki prosentase tertinggi di Indonesia sebesar 14,04%, data tersebut menunjukkan bahwa DIY merupakan wilayah yang berstruktur tua karena memiliki prosentase lansia lebih dari 7%. Prosentase lansia di kota Yogyakarta sebesar 9% dari jumlah penduduk yaitu sebesar jiwa yang terbagi dalam 598 kelompok lansia tingkat RW dengan 60% memiliki tingkat ekonomi yang rendah (PemKot Yogyakarta, 2009). Menurut Data Agregat Kependudukan per Kecamatan (DAK2) (2012) Kecamatan Umbulharjo memiliki jumlah penduduk jiwa yang diantaranya terdapat 5886 jiwa lansia. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup lansia adalah dengan adanya Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) lansia. Menurut Komisi Nasional Lanjut Usia (2010), organisasi posyandu lansia adalah organisasi kemasyarakatan non struktural yang berazaskan gotong royong untuk sehat dan sejahtera, yang diorganisir oleh seorang koordinator, dibantu oleh sekretaris, bendahara dan beberapa orang kader. Jenis pelayanan yang dilakukan menurut DepKes RI (2003) meliputi pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari, pemeriksaan status mental, pemeriksaan status gizi, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan hemoglobin, deteksi dini penyakit gula dan penyakit ginjal, rujukan, penyuluhan gizi di dalam

5 5 maupun luar kelompok, serta kunjungan rumah oleh kader. Berdasarkan kegiatan yang telah disebutkan, pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut belum termasuk dalam uraian kegiatan yang dilakukan di posyandu lansia. Posyandu lansia Gambiran RW 10 dan RW 11, Kelurahan Pandeyan, Kecamatan Umbulharjo merupakan posyandu lansia yang pelayanannya rutin dilakukan setiap bulan dengan jumlah anggota aktif lebih banyak dibandingkan dengan posyandu lansia lainnya. Dampak dari penyakit mulut pada kualitas hidup sangat jelas. Setiap penyakit yang dapat mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari mungkin memiliki efek yang merugikan pada kualitas umum kehidupan, hal tersebut menjadi sangat penting untuk diteliti pada masyarakat lansia karena jumlah penduduk lansia semakin meningkat dari tahun ke tahun sehingga membutuhkan pengelolaan kesehatan mulut yang semakin kompleks. Keadaan ini membuat peneliti menjadi tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan kehilangan gigi terhadap kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan mulut pada lanjut usia.

6 6 B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Apakah terdapat hubungan antara kehilangan gigi dengan kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan mulut (OHRQoL) pada lanjut usia di POSYANDU Lansia Gambiran RW 10 dan RW 11 Kelurahan Pandeyan, Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta? C. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai kehilangan gigi terhadap kualitas hidup pernah dilakukan oleh Saintrain dan Souza (2010) dengan judul Impact of Tooth Loss on the Quality of life perbedaan dengan penelitian ini pada alat ukur kualitas hidup yang digunakan yaitu OHIP-14, usia sampel tahun, dan penelitian ini dilakukan di Brazil. Penelitian di Yogyakarta pernah dilakukan oleh Dindarini (2011) dengan judul Pengaruh Hilangnya Gigi Terhadap Kualitas Hidup yang Berhubungan dengan Kesehatan Mulut (OHRQoL). Pada penelitian tersebut sampel yang digunakan berusia tahun kajian di RSGM Prof.Soedomo. Perbedaan pada penelitian sebelumnya dengan yang dilakukan oleh penulis terdapat pada kajian penelitian yang dilakukan di Posyandu Lansia Gambiran RW 10 dan RW 11 Kelurahan Pandeyan, Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta dengan usia sampel penelitian 60 tahun.

7 7 D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kehilangan gigi dengan kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan mulut (OHRQoL) pada lanjut usia di POSYANDU Lansia Gambiran RW 10 dan RW 11 Kelurahan Pandeyan, Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Memberikan informasi ilmiah mengenai hubungan antara kehilangan gigi dengan kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan mulut (OHRQoL) pada lanjut usia di D.I. Yogyakarta. 2. Menambah kesadaran bagi lansia dalam menjaga kebersihan dan kesehatan mulut sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup melalui promosi kesehtan gigi. 3. Menjadi bahan pertimbangan bagi pihak-pihak terkait untuk melakukan penelitian lebih lanjut.