BAB II GAMBARAN UMUM 7. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 7.1. Batas Wilayah Kota Surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta, dengan jumlah penduduk metropolisnya yang mencapai 3 juta jiwa, Surabaya merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan Indonesia timur. Surabaya terkenal dengan sebutan Kota Pahlawan karena sejarahnya yang sangat diperhitungkan dalam perjuangan merebut kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah. Batas wilayah Kota Surabaya sebelah Utara adalah Selat Madura, sebelah Timur Selat Madura, sebelah Selatan Kabupaten Sidoarjo dan sebelah Barat adalah Kabupaten Gresik. Secara administratif, melalui PP no.28 20 September Tahun 1982, wilayah Kota Surabaya dibagi ke dalam 3 Wilayah Pembantu Walikota yang terdiri atas 19 wilayah Kecamatan dengan 163 Kalurahan. Pada Tahun 1990 melalui Kep. Mendagri 20 Juni Tahun 1990 wilayah Kota Surabaya berubah menjadi 5 Wilayah Pembantu Walikota terdiri dari 19 wilayah Kecamatan. Selanjutnya pada Tahun 1992 melalui PP.No.26. 20 Mei Tahun 1992 jumlah wilayah Kecamatan berubah menjadi 24 Kecamatan, dan kemudian berubah menjadi 28 wilayah Kecamatan melalui PP.No.59. 19 September Tahun 1992. Terakhir pada Tahun 2001 jumlah wilayah Kecamatan berubah menjadi 31 II-1
melalui Perda No.5. 5 Mei Tahun 2001. Sementara itu jumlah Wilayah Pembantu Walikota tetap yaitu 5 wilayah dan jumlah Kelurahan tetap yaitu 163. (Sumber: Badan Pusat Statistik Surabaya 2012) Surabaya dibagi menjadi 5 wilayah administratif. Dari kelima wilayah tersebut dibagi lagi menjadi 31 kecamatan, yaitu: 1. Surabaya Pusat a. Tegalsari b. Simokerto c. Genteng d. Bubutan 2. Surabaya Timur a. Gubeng b. Gununganyar c. Sukolilo d. Tambaksari e. Mulyorejo f. Rungkut g. Tenggilis Mejoyo 3. Surabaya Barat a. Benowo b. Pakal c. Asemrowo d. Sukomanunggal II-2
e. Tandes f. Sambikerep g. Lakarsantri 4. Surabaya Utara a. Bulak b. Kenjeran c. Semampir d. Pabean Cantikan e. Krembangan 5. Surabaya Selatan a. Wonokromo b. Wonocolo c. Wiyung d. Karangpilang e. Jambangan f. Gayungan g. Dukuh Pakis h. Sawahan II-3
7.2. Monografi Kependudukan Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Surabaya Kecamatan Jumlah Penduduk Karang Pilang 72.469 Jambangan 46.430 Gayungan 42.717 Wonocolo 80.276 Tenggilis Mejoyo 72.467 Gunung Anyar 62.120 Rungkut 121.084 Sukolilo 119.873 Mulyorejo 94.728 Gubeng 128.128 Wonokromo 133.211 Dukuh Pakis 63.979 Wiyung 67.987 Lakar Santri 51.195 Sambikerep 61.101 Tandes 103.084 Suko Manunggal 100.612 Sawahan 170.605 Tegalsari 85.606 Genteng 46.548 Tambak Sari 204.805 Kenjeran 163.438 Bulak 37.214 Simokerto 79.319 Semampir 151.429 Pabean Cantian 69.423 Bubutan 84.465 Krembangan 106.664 Asemrowo 42.704 Benowo 72.469 Pakal 46.430 Jumlah 2.765.487 Sumber: Badan Pusat Statistik Surabaya 2012 II-4
Jumlah penduduk Kota Surabaya dari hasil Sensus Penduduk 2010 sebesar 2.765.487 jiwa, dengan persentase penduduk laki-laki sebesar 49% dan perempuan sebesar 51%. Penduduk Kota Surabaya bila dilihat per kecamatan jumlahnya sangat bervariasi. Penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Tambaksari yaitu sebanyak 204.205 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 101.353 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 103.452 jiwa. Sementara kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan Bulak yaitu sebanyak 37214 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 18.760 orang dan penduduk perempuan sebanyak 18.454 orang. Rendahnya jumlah penduduk di Kecamatan Bulak dibandingkan dengan kecamatan lain di Surabaya diduga karena Kecamatan Bulak merupakan wilayah pemukiman baru yang lahannya masih berupa tambak. (Sumber: Badan Pusat Statistik Surabaya 2012). Namun jumlah tersebut terus bertambah setiap tahunnya. Hal ini menujukan bahwa laju pertumbuhan penduduk yang terdapat di Kota Pahlawan ini sangat cepat. Peningkatan jumlah penduduk ini pada umunya disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah : Urbanisasi (perpindahan penduduk dari desa ke kota), Fertilitas (kelahiran) yang semakin meningkat dan Mortalitas (kematian) yang cenderung terus menurun. Apabila tidak ada progam dari pemerintah untuk mengantisipasi dan mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, maka pada tahun 2021, dikhawatirkan Surabaya akan menjadi lautan manusia. Fakta berbicara bahwa mayoritas penduduk yang terdapat di Kota Surabaya adalah para II-5
urban. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil mengatakan bahwa warga kota Surabaya bertambah pada kisaran antara 0,5 sampai 1 persen dari sekitar 2.885.862 jiwa jumlah penduduk Surabaya dengan luas kota hanya kurang lebih 29.000 hektar. Mereka adalah warga baru yang datang dari berbagai daerah, sebagian besar untuk mengadu untung di kota ini. 7.2.1. Penduduk Berdasarkan Usia Tabel 2.2 Penduduk Surabaya Berdasarkan Usia Usia *tahun Laki - Laki Perempuan L + P 0 4 111.593 105.731 217.324 5 9 114.728 108.480 223.208 10 14 104.264 99.137 203.401 15 19 106.351 118.035 224.386 20 24 127.323 137.812 265.135 25 29 145.605 147.479 293.084 30 34 132.778 132.902 265.680 35 39 122.551 121.041 243.592 40 44 104.410 106.879 211.289 45 49 84.940 90.860 175.800 50 54 72.804 74.455 147.259 55 59 54.647 52.668 107.315 60 64 32.675 35.398 68.073 65 69 25.000 26.756 51.756 70 74 14.802 18.810 33.612 75 79 7.408 10.960 18.368 80 84 3.465 5.815 9.280 85 89 1.217 2.425 3.642 90 94 456 832 1.288 95 + 824 1.171 1.995 Jumlah 1.367.841 1.397.646 2.765.487 Sumber: Badan Pusat Statistik Surabaya 2012 II-6
Komposisi penduduk Kota Surabaya berdasarkan kelompok umur/struktur usia pada tahun 2012 menunjukkan, bahwa proporsi terbanyak adalah pada kelompok usia 25 29 tahun (293.084 jiwa), selanjutnya adalah pada kelompok usia 30 34 tahun (265.680 jiwa) dan 20 24 tahun (265.235 jiwa). Pada usia dengan komposisi tersebut, penduduk surabaya mayoritas adalah penduduk dengan usia kerja. Usia Kerja adalah suatu tingkat umur seseorang yang diharapkan sudah dapat bekerja dan menghasilkan pendapatannya sendiri. Usia kerja ini berkisar antara 14 sampai 55 tahun. Selain penduduk dalam usia kerja, ada juga penduduk di luar usia kerja, yaitu di bawah usia kerja dan di atas usia kerja. Penduduk yang dimaksud yaitu anak-anak usia sekolah dasar dan yang sudah pensiun atau berusia lanjut. (Suharto, 2009: 102). II-7
7.2.2. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 2.3 Penduduk Surabaya Berdasarkan Jenis Kelamin Kecamatan Laki Laki Perempuan Karang Pilang 35.647 36.822 Jambangan 23.230 23.200 Gayungan 22.313 20.404 Wonocolo 40.704 39.572 Tenggilis mejoyo 35.734 36.733 Gunung anyar 31.017 31.103 Rungkut 61.620 59.464 Sukolilo 60.005 59.868 mulyorejo 49.700 45.028 Gubeng 67.022 61.106 wonokromo 68.374 64.837 Dukuh Pakis 32.691 31.288 Wiyung 34.822 33.165 Lakar santri 26.354 24.841 Sambikerep 30.929 30.172 Tandes 51.213 51.871 Suko manunggal 50.848 49.764 Sawahan 86.886 83.719 Tegalsari 43.644 41.962 genteng 23.938 22.610 Tambak sari 103.452 101.353 Kenjeran 80.812 82.626 Bulak 18.454 18.760 Simokerto 40.451 38.868 Semampir 74.900 76.529 Pabean cantian 34.470 34.953 Bubutan 42.833 41.632 Krembangan 53.616 53.048 Asemrowo 20.886 21.818 Benowo 27.304 26.829 Pakal 23.507 23.897 Jumlah 1.367.841 1.397.646 2.765.487 Sumber: Badan Pusat Statistik Surabaya 2012 Dari data statistik BPS, hampir semua kecamatan di Surabaya memiliki penduduk yang lebih banyak perempuan. Sex ratio di Kota Surabaya sebesar 97,74 persen. Hal ini II-8
menggambarkan dari 100 orang perempuan terdapat 98 laki-laki. Kecamatan yang sex rationya yang diatas 100 persen menggambarkan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih besar dibanding penduduk perempuan. Kecamatan Asemrowo memiliki nilai sex ratio terbesar yaitu 104,61 persen. Hal ini menggambarkan penduduk laki-laki di Kecamatan Asemrowo lebih besar. Sedangkan pada Kecamatan Gayungan memiliki nilai sex rationya sebesar 90,27 persen. Hal ini menggambarkan penduduk perempuan di Kecamatan Gayungan lebih besar dibanding penduduk laki-laki. (Sumber: Badan Pusat Statistik Surabaya 2012) 7.2.3. Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Menurut UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003, indikator tingkat pendidikan terdiri dari jenjang pendidikan dan kesesuaian jurusan. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan, terdiri dari: Pendidikan dasar: Jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah. II-9
Pendidikan menengah: Jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan tinggi: Jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan, bahwa penduduk dengan tingkat pendidikan SLTA / Sederajat sebanyak 799.898 jiwa merupakan jumlah terbanyak, kemudian disusul dengan tingkat SD/Sederajat sebanyak 709.422 jiwa serta tidak/belum sekolah sebanyak 659.836 jiwa. (Sumber: Badan Pusat Statistik Surabaya 2012) 7.2.4. Penduduk Berdasarkan Jumlah Penghasilan Surabaya merupakan kota metropolitan terbesar kedua di Indonesia setelah ibu kota Jakarta. Kota pahlawan ini mengalami perkembangan pesat terutama di daerah Surabaya Barat dan Surabaya Timur, ditunjukkan dengan peningkatan pertumbuhan penduduk dan perubahan peruntukan lahan yang semakin cepat. Hal ini terjadi karena kemajuan Kota Surabaya terutama dalam bidang ekonomi menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang ada di sekitarnya. Akibatnya, jumlah penduduk yang tinggal di wilayah Kota Surabaya semakin banyak. Kondisi ini II-10
berpengaruh terhadap meningkatnya kebutuhan penduduk akan hunian, perkantoran, sarana dan prasarana transportasi, serta fasilitas publik lainnya. Konsekuensinya, pembangunan fisik kota pun semakin meningkat, guna memenuhi kebutuhan penduduk tersebut. Pembangunan fisik dan prasarana perkotaan dapat berupa pembangunan permukiman sebagai tempat tinggal, pembangunan pabrik dan perkantoran sebagai tempat bekerja, pembangunan jaringan jalan sebagai penghubung dan jenis pembangunan lainnya. Kegiatan pembangunan fisik dan prasarana perkotaan di Surabaya tentunya menimbulkan konsekuensi terhadap perubahan peruntukan lahan. Banyak lahan yang semula berfungsi sebagai areal pertanian beralih fungsi menjadi areal terbangun (BAPPEKO Surabaya, 2012). Dilihat dari perkembangan kota tersebut, komposisi penduduk kota Surabaya pada tahun 2012 berdasarkan profesi dapat dijelaskan bahwa terbanyak adalah pegawai swasta sejumlah 684.581 jiwa, selanjutnya adalah sebagai ibu rumah tangga sejumlah 527.343 jiwa dan sebagai pelajar sebanyak 448.551 jiwa. II-11
7.2.5. Penduduk Berdasarkan Agama Surabaya merupaka kota besar dengan jumlah penganut agama yang bermacam-macam. Namun yang masuk dalam catatan kependudukan adalah 5 agama dengan penganut terbesar, yaitu: Tabel 2.4 Penduduk Surabaya Berdasarkan Agama Agama Jumlah Penganut Prosentase Islam 2.376.576 83,65% Kristen 279.593 9,84% Katolik 119.121 4,19% Budha 54.083 1,90% Hindu 11.338 0,41% Lonny 2.365 0,1% Jumlah 2.765.487 100% Sumber: Badan Pusat Statistik Surabaya 2012 7.2.6. Penduduk Berdasarkan Suku / Etnis Surabaya merupakan kota multi etnis yang kaya budaya. Beragam etnis ada di Surabaya, seperti etnis Melayu, Cina, India, Arab, dan Eropa. Etnis Nusantara pun dapai dijumpai, seperti Madura, Sunda, Batak, Kalimantan, Bali, Sulawesi yang membaur dengan penduduk asli Surabaya membentuk pluralisme budaya yang selanjutnya menjadi ciri khas kota Surabaya. Sebagian besar masyarakat Surabaya adalah orang Surabaya asli dan orang Madura. Suku Jawa ialah suku bangsa majoriti di Surabaya, dan merupakan 53% daripada jumlah penduduknya. Berbanding dengan masyarakat Jawa pada umumnya, suku Jawa di Surabaya II-12
memiliki pembawaan yang lebih keras dan egalitarian. Salah satu sebabnya adalah jauhnya Surabaya dari Kraton yang dianggap sebagai pusat kebudayaan Jawa. Surabaya juga merupakan tempat tinggal untuk berbagaibagai suku bangsa di Indonesia, termasuk suku Tionghoa (25.5%), Madura (7.5%), dan Arab (7%). Sebagai pusat komersil wilayah, banyak ekspatriat juga tinggal di daerah Surabaya, terutamanya di daerah Surabaya Barat, dengan kaum-kaum Tionghoa, Korea, dan Jepun merupakan kaum-kaum ekspatriat yang terbesar. Sebagai pusat pendidikan, Surabaya juga merupakan tempat tinggal untuk para mahasiswa dari berbagai-bagai daerah di seluruh Indonesia, bahkan antara mereka juga terbentuk komuniti-komuniti tersendiri. (Sumber: Badan Pusat Statistik Surabaya 2012). 8. Pengertian Surat Kabar Surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa, dan aktual mengenai apa saja dan dimana saja di seluruh dunia untuk diketahui pembaca. Surat kabar atau koran sebagai media massa tidak melepaskan konsekuensinya sebagai alat yang ampuh untuk menyebarkan informasi, edukasi, dan budaya. Dari media kita bisa tahu mengenai apa yang wajar atau disetujui, apa itu salah atau benar, apa yang mesti diharapkan II-13
sebagai individu, kelompok, atau kelas, dan bagaimana kita seharusnya memandang kelompok atau bangsa lain. (Effendy,2006: 241) Surat kabar adalah suatu penerbitan ringan dan dicetak dengan kertas yang berbiaya rendah serta terbit secara harian dengan memaparkan berita atau liputan yang aktual. Surat kabar dalam perkembangan bisnisnya sangat bergantung pada oplah yang diraihnya. Oplah sendiri adalah jumlah kopi surat kabar setiap sekali terbit dan digunakan untuk mengatur harga periklanan. Surat kabar sebagai media massa mempunyai misi menyebarluaskan pesan-pesan pembangunan dan sebagai alat mencerdaskan rakyat Indonesia. Dari empat fungsi media massa (informasi, edukasi, hiburan, dan persuasif), fungsi yang paling menonjol adalah informasi. (Ardianto & Erdinaya, 2005: 104). 8.1. Surat Kabar di Surabaya Sebagai kota yang terbesar kedua di Indonesia, Surabaya merupakan lokasi peredaran Surat kabar yang cukup bervariasi. Diantaranya adalah; Jawa Pos, Radar Surabaya, Memorandum, Indonesia Daily News, Surabaya Post, Surabaya Pagi, Harian Pagi SURYA. Namun diantara berbagai surat kabar tersebut, Jawa Pos merupakan yang terbesar dalam jumlah oplah penjualannya di Surabaya. Hal ini disebabakan oleh pusat redaksi dan kantor utama Jawa Pos yang berada di Kota tersebut. II-14
8.2. Jawa Pos Jawa Pos adalah surat kabar harian yang berpusat di Surabaya, Jawa Timur. Jawa Pos merupakan harian terbesar di Jawa Timur, dan merupakan salah satu harian dengan oplah terbesar di Indonesia. Jawa Pos merupakan surat kabar yang paling banyak di baca oleh khalayak di Surabaya. Selain dari pada itu surat kabar Jawa Pos juga menerima penghargaan Superbrands Award dari Superbrands Organization sebagai koran paling populer dan terpercaya periode 2010-2011. Penilaian ini untuk kali pertama didasarkan pada hasil survei dari The Nielsen Company Indonesia setelah enam kali diadakan sejak 2004 (Jawa Pos, 2010). Di sisi lain, oplah Koran Jawa Pos pada pertengahan tahun 2009, berkisar 300ribuan eksemplar. (Wikan, 2009). Koran Jawa Pos memuat beritaberita yang terdiri dari berbagai macam berita, artikel dan rubrik. Jawa Pos didirikan oleh The Chung Shen pada 1 Juli 1949 dengan nama Djawa Post. Setelah sukses dengan Jawa Pos-nya, The Chung Shen mendirikan pula koran berbahasa Mandarin dan Belanda. Pada akhir tahun 1970-an, omzet Jawa Pos mengalami kemerosotan yang tajam. Tahun 1982, oplahnya hanya tinggal 6.800 eksemplar saja. Pada tahun 1982, Eric FH Samola yang waktu itu adalah Direktur Utama PT Grafiti Pers (penerbit majalah Tempo) mengambil alih Jawa Pos. Dengan manajemen baru, Eric mengangkat Dahlan Iskan, yang sebelumnya adalah Kepala Biro Tempo di Surabaya untuk memimpin Jawa Pos. Eric Samola kemudian meninggal dunia pada tahun 2000. Dahlan Iskan adalah sosok yang II-15
menjadikan Jawa Pos yang waktu itu hampir mati dengan oplah 6.000 eksemplar, dalam waktu 5 tahun menjadi surat kabar dengan oplah 300.000 eksemplar. Sirkulasi Jawa Pos menyebar hingga ke seluruh provinsi Jawa Timur, Bali, dan sebagian Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Jawa Pos terbit dalam beberapa edisi. Jawa Pos edisi Surabaya beredar di daerah kota Surabaya dan sekitarnya, yaitu kabupaten Sidoarjo dan kabupaten Gresik. Edisi ini terbit dengan tiga kategori besar, yaitu halaman utama Jawa Pos, Metropolis, dan Olahraga. 8.3. Rubrik Olahraga Jawa Pos Rubrik adalah kepala karangan (ruang tetap) dalam media cetak baik surat kabar maupun majalah. Rubrik dalam surat kabar misalnya tajuk rencana, surat pembaca, atau dongeng anak. Selain dalam surat kabar, rubrik juga dimuat dalam majalah. Misalnya rubrik pengetahuan, arena kecil, atau apa kabar kawan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 2010). Rubrik dalam surat kabar memuat content dan pesan yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca. Content rubrik merupakan hal pokok yang dibahas dalam rubrik. Sementara itu pesan rubrik merupakan anjuran atau nasihat penulis yang terdapat dalam rubrik yang ditujukan kepada pembaca. Rubrik yang terdapat dalam surat kabar dapat dimuat dengan periode yang tetap dengan hari-hari tertentu atau beberapa minggu II-16
sekali, yang membuat masalah masing-masing sesuai yang ditulis rubrik tersebut. Kemudian dalam surat kabar Jawa Pos, khususnya rubrik olahraga memiliki Header halaman antara lain; Sportivo/Sportaintment, Total Football, Total Sport, Liga Indonesia, Basket Ball, Liga Champion dan lainnya berdasarkan musim kompetisi olahraga. II-17