10 poin arah pengembangan tembakau dan industri hasil tembakau yang direncanakan sebagai berikut :

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kajian Konseptual Pengembangan Kawasan Industri Tembakau

STRATEGI PENGEMBANGAN DAN ANALISIS PENENTUAN LOKASI KAWASAN INDUSTRI TEMBAKAU

Rencana Pola Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan Industri Tembakau di Kabupaten Bandung

KATA PENGANTAR LAPORAN AKHIR

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan PROGRAM DAN KEGIATAN, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

VISI DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ketergantungan Lokasi & Keseimbangan Spasial. Adipandang Yudono 2012

Sumber : Pusdatin dan BPS diolah, *) angka sementara.

TINJAUAN KEBIJAKAN TERKAIT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

UU No.23 Tahun Indikator. 6 Dimensi 28 Aspek. Pelimpahan Kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. tambah (value added) dari proses pengolahan tersebut. Suryana (2005: 6)

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan subsektor peternakan sehingga menjadi sumber pertumbuhan baru

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

METODE ANALISIS YANG DIGUNAKAN DALAM PENENTUAN PUSAT PELAYANAN

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN KOMODITAS PERKEBUNAN KABUPATEN JEMBRANA

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

a. PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROPOSAL PEMBANGUNAN GUDANG SRG BESERTA FASILITAS PENDUKUNGNYA DALAM RANGKA PERCEPATAN IMPLEMENTASI SISTEM RESI GUDANG DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

PENATAAN WILAYAH PERTANIAN INDUSTRIAL Kawasan Pertanian Industrial unggul berkelanjutan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERTEMBAKAUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

Arahan Pengembangan Kawasan Sumbing Kabupaten Magelang sebagai Agropolitan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERTEMBAKAUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERTEMBAKAUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pengembangan Sektor Agro dan Wisata Berbasis One Sub-District One Misi Misi pengembangan Produk Unggulan Daerah Kab.

Pengembangan Kawasan Perkebunan Teh di Kabupaten Bandung

BADAN PERENCANAAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

PENDAHULUAN. Latar Belakang

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

METODOLOGI. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 14 TAHUN 2012 TENTANG AGRIBISNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berpotensi untuk mengembangkan sektor pertanian hal ini

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam

ANALISIS LUAS LAHAN GARAPAN PER RUMAH TANGGA PETANI DI SELURUH KECAMATAN DAS CITARUM HULU

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

RENSTRA BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF D I N A S P E R T A N I A N

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pedesaan saat ini menempati bagian paling dominan dalam

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG

PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

Kementerian Pertanian

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tembakau (Nicotiana rustica dan Nicotiana tabacum) merupakan

DAFTAR ISI. V PROSPEK, POTENSI DAN ARAH PENGEMBANGAN.. V Prospek. V Potensi.. V Arah Pengembangan. V-5

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH MELALUI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka

3. Pola hubungan spasial intra-interregional di Kapet Bima dapat diamati dari pergerakan arus barang dan penduduk antar wilayah, yakni dengan

MENENTUKAN LOKASI INDUSTRI

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Indonesia Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

I. PENDAHULUAN. di Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan masyarakat tani pekebun,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

PENYUSUNAN MASTERPLAN MINAPOLITAN KABUPATEN BONDOWOSO. Endang Siswati

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TEMBAKAU DI JAWA TIMUR. Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

BAB III GAMBARAN UMUM

Transkripsi:

Sebagaimana arah RPJMD Kabupaten Bandung Tahun 2010 2015 dan RKPD Kabupaten Bandung Tahun 2012, Kabupaten Bandung berupaya melakukan akselerasi pembangunan daerah yang akan difokuskan untuk mencapai peningkatan kualitas pertumbuhan yang berbasis pada sektor pertanian/perkebunan, sehingga mampu meningkatkan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi daerah Untuk meningkatkan kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Bandung, Pemda melalui Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah Kabupaten Bandung memprioritaskan pengembangan 4 kelompok agribisnis tanaman perkebunan yaitu kopi, teh, cengkeh, dan tembakau. Tanaman tembakau merupakan merupakan salah satu komoditas perkebunan berumur pendek/musiman yang banyak diusahakan oleh petani di Kabupaten Bandung. Sentra komoditas tembakau di Kabupaten Bandung terdapat di 17 Kecamatan.

10 poin arah pengembangan tembakau dan industri hasil tembakau yang direncanakan sebagai berikut : 1. Peningkatan kualitas bahan baku 2. Pemantapan pola kemitraan dan peluasan akses pasar 3. Untuk tembakau rakyat, pelu dijajagi pola pemasaran melalui kemitraan usaha, utamanya untuk menjamin kepastian pasar 4. Pengembangan tembakau (areal tanam) senantiasa disesuaikan dengan kebutuhan pasar. 5. Kegiatan research dan development untuk komoditi tembakau 6. Pengembangan industri tembakau dengan kadar nikotin dan kadar tar rendah 7. Peningkatan kualitas SDM petani tembakau melalui pelatihan dan pendidikan 8. Diversivikasi produk berbahan baku tembakau misalnya untuk obat-obatan dan kosmetik 9. Penguatan kelembagaan pelaku agribisnis tembakau 10. Penguatan ekonomi masyarakat di lingkungan indutsri hasil tembakau.

Masalah-masalah dalam pengembangan industri tembakau 1. Secara spatial, lokasi budidaya dan industri hasil tembakau di Kabupaten Bandung tersebar di 17 kecamatan (Berdasarkan Hasil Survey). 2. Industri Hasil tembakau belum terorganisasi baik berimplikasi pemasaran dilakukan secara parsial oleh masing-masing lokasi budidaya industri hasil tembakau. 3. Terbatasnya fasilitas pendukung pengembangan industri tembakau menjadi potensi yang menghambat pengembangan industri tembakau khususnya terhadap pemastian kualitas hasil tembakau. 4. Belum adanya masterplan pengembangan kawasan industri tembakau, sehingga menghambat pengembangan kawasan industri tembakau secara terpadu dan berkelanjutan.

Masalah umum dalam pengembangan industri hasil tembakau Masih rendahnya daya saing produk pengolahan tembakau yang dihasilkan petani Penyebabnya : Karena pengolahan yang dilakukan petani masih dalam skala kecil dan tidak terintegrasi Maka diperlukan Skenario Pengembangan Kawasan Industri Tembakau di Kabupaten Bandung

MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN Maksud memberikan landasan terarah untuk Pengembangan Kawasan Perkebunan dan Industri Tembakau di Kabupaten Bandung dan memberi pengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan petani tembakau serta peningkatan ekonomi wilayah Kabupaten Bandung. Tujuan merumuskan konsep, strategi, dan program Pengembangan Kawasan Industri Tembakau di Kabupaten Bandung, yang dapat digunakan sebagai pedoman oleh pemerintah maupun stakeholder lainnya dalam upaya pengembangan kawasan ndustri tembakau di Kabupaten Bandung. Sasaran : 1. Terdentifikasinya potensi dan permasalahan pengembangan kawasan industri tembakau di Kabupaten Bandung 2. Terumuskannya alternatif rencana pola pengembangan dan pengelolaan kawasan industri tembakau di Kabupaten Bandung 3. Terumuskannya konsep, strategi, dan indikasi program Pengembangan Kawasan Industri Tembakau di Kabupaten Bandung.

RUANG LINGKUP PEKERJAAN Wilayah Studi Lokasi Pekerjaan Perencanaan Pengembangan Kawasan Industri Tembakau Di Kabupaten Bandung adalah wilayah Kabupaten Bandung. Lingkup Materi 1. Identifikasi potensi dan permasalahan pengembangan industri tembakau di Kabupaten Bandung, meliputi identifikasi skala produksi eksisting, mata rantai produksi, dan persepsi mengenai kebutuhan infrastruktur pendukung. 2. Melakukan identifikasi alternatif rencana pola pengembangan dan pengelolaan kawasan perkebunan dan pengolahan industri tembakau di Kabupaten Bandung. Rencana yang disusun melipui model pengelolaan, output pengolahan, dan pasar, serta infrastruktur pendukung. 3. Melakukan kajian dan perumusan konsep dan strategi serta indikasi program pengembangan kawasan industri tembakau di Kabupaten Bandung.

Secara administrasi Kabupaten Bandung terbagi atas 31 Kecamatan, Dan 276 Desa/Kelurahan.

OUTPUT Identifikasi potensi dan permasalahan pengembangan kawasan industri tembakau di Kabupaten Bandung Alternatif rencana pola pengembangan dan pengelolaan kawasan perkebunan dan pengolahan tembakau di Kabupaten Bandung. Konsep dan strategi serta indikasi program Pengembangan Kawasan Industri Tembakau di Kabupaten Bandung

Pendekatan Pelaksanaan Pekerjaan Perencanaan Pengembangan Kawasan Industri Tembakau di Kabupaten Bandung

METODOLOGI Analisis Sub Analisis Teknik/Metoda Potensi dan Permasalahan Skala produksi, mata rantai produksi, persepsi petani Survey petani: snowball Peta Pasar dan Kebutuhan Pasar Wawancara stakeholder: stakeholder mapping dan wawancara Potensi Lahan Analisis Overlay Alternatif Rencana Analisis Demand Content Analysis Analisis Supply Analisis Deskriptif berdasarkan analisis overlay dan survey petani Strategi dan Kebijakan Analisis Infrastruktur Penunjang Analisis Deskriptif berdasarkan survey petani dan kajian normatif

Kondisi Petani dan Perkebunan Tembakau di Kabupaten Bandung Perkebunan tembakau di Kabupaten Bandung tersebar di Kecamatan Arjasari, Cimaung, Cikancung, Cicalengka, Nagreg, Paseh, Cilengkrang, Cileunyi, Ciwidey, Ciparay, Pacet, Ibun, Soreang, Kutawaringin, Baleendah, Rancabali, dan PasirJambu. Total jumlah petani tembakau di kecamatankecamatan tersebut adalah 1607 petani dengan total luas lahan 1269 ha. Dari kedua angka ini dapat disimpulkan bahwa rata-rata luas lahan yang digarap petani adalah 0,79 ha. Dengan menggunakan hasil yang didapat pada umumnya dari 1 kali panen yaitu 8000 kg/ha, dapat disimpulkan bahwa hasil panen tembakau di Kabupaten Bandung adalah 10.072.000 kg dan produksi sebesar 2.417.280 kg untuk setiap kali panen.

Lokasi Sentra Pertanian Tembakau di Kabupaten Bandung

Mata Rantai Produksi dan Pemasaran Pada umumnya petani berperan juga sebagai pengolah. Daun tembakau diolah terlebih dahulu melalui proses perajangan, pengeringan, dan penyimpanan Hasil pengolahan ini dijual di desa setempat, lokasi lain di Kota dan Kabupaten Bandung, Sumedang (Tanjungsari), Garut, Jawa Tengah (Magelang), Tasikmalaya.

Permasalahan Pengembangan Industri Tembakau di Kabupaten Bandung Masih kurangnya infrastruktur penunjang, khususnya pergudangan. Dalam industri hasil tembakau, gudang digunakan untuk menyimpan hasil tembakau sebelum dipasarkan dan peningkatan kualitas tembakau. Daun olahan tembakau akan semakin berkualitas apabila disimpan dalam waktu yang cukup lama. Masih kurangnya infrastruktur perkreditan (koperasi). Beberapa petani harus meminjam uang terlebih dahulu untuk pengembangan lahan pertanian dan kemudian mengolah hasil tembakau. Dengan adanya koperasi diharapkan agar peminjaman dapat dilakukan dengan bunga yang sangat rendah.

Permasalahan Pengembangan Industri Tembakau di Kabupaten Bandung Masih kurangnya infrastruktur transporatsi. Peran infrastruktur transportasi dalam pengembangan pertanian dan industri hasil tembakau pada dasarnya tidak sesignifikan peranan pergudangan dan fasilitas perkreditan. Selama ini sebagian besar hasil tembakau dijemput oleh para pengumpul. Namun demikian, apabila industri hasil tembakau akan dikembangkan dalam skala besar pada satu lokasi diperlukan adanya infrastruktur transportasi yang baik. Belum adanya asosiasi petani dan pengolah tembakau yang dapat membawa petani dan pengolah tembakau pada posisi nilai tawar yang baik. Selama ini harga masih dipermainkan oleh para pengumpul. Proses pengolahan daun tembakau pada umumnya masih dilakukan secara tradisional, sehingga kualitas yang dihasilkan masih belum memenuhi standar yang disyaratkan oleh industri.

Kriteria Penentuan Lokasi Kawasan Teori Lokasi Industri (Weber) Industri Secara Umum penentuan lokasi terbaik menurut Weber tergantung pada karakter bahan baku yang digunakan, antara lain: Bahan baku yang tersedia dimana saja. Bahan baku setempat yang berpengaruh spesifik terhadap lokasi. Berdasarkan perhitungan Indeks Material (IM) yang menentukan apakah lokasi industri tersebut lebih berorientasi pada bahan baku atau lebih berorientasi pada lokasi pasar Teori Tempat Pusat (Walter Christaller) Asumsi-asumsi yang dikemukakan dalam teori Christaller antara lain: Suatu lokasi yang memiliki permukaan datar yang seragam. Lokasi tersebut memiliki jumlah penduduk yang merata dan memiliki daya beli yang sama. Lokasi tersebut mempunyai kesempatan transport dan komunikasi yang merata/gerakan ke segala arah (isotropic surface). Konsumen bertindak rasional sesuai dengan prinsip minimisasi jarak/biaya.

Teori biaya minimum dan ketergantungan lokasi (Theory Least Cost and Place Interdependence) dikemukakan oleh Melvin Greenhut mencakup unsur-unsur sebagai berikut: Biaya lokasi yang meliputi biaya angkutan, tenaga dan pengelolaan Faktor lokasi yang berhubungan dengan permintaan, yaitu ketergantungan lokasi dan usaha untuk menguasai pasar. Faktor yang menurunkan biaya Faktor yang meningkatkan pendapatan. Faktor pribadi yang berpengaruh terhadap penurunan biaya dan peningkatan pendapatan. Pertimbangan pribadi Kerangka Substitusi Isard lokasi optimal adalah lokasi dengan biaya transportasi beberapa substitusi lokasi yang paling rendah.

Kurva Biaya Ruang Teori ini dikemukakan oleh Smith yang merupakan penggabungan metode substitusi Isard dengan metode isodapane (garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai biaya transportasi yang sama dari seluruh unit produksi yang tetap)

Jenis-Jenis Industri Hasil Tembakau Berdasarkan Peta Panduan Pengembangan Klaster Industri Prioritas Industri berbasis Agro 2010-2014 Kelompok Industri Hulu Yang termasuk dalam kelompok ini yaitu kegiatan usaha dibidang pengasapan dan perajangan daun tembakau. Kelompok Industri Antara meliputi: tembakau bersaus, bumbu rokok dan kelengkapan rokok lain seperrti klembak menyan, saus rokok, uwur, klobot, kawung dan pembuatan filter

Kelompok Industri Hilir Industri Hasil Tembakau yang termasuk dalam Kelompok Industri Hilir meliputi: Industri Rokok Kretek (KBLI 16002), Industri Rokok Putih (KBLI 16003 dan Industri Rokok lainnya (KBLI 16004) meliputi cerutu, rokok klembak menyan dan rokok klobot/kawung.

Industri hasil tembakau yang sudah berkembang di Kabupaten Bandung adalah industri hulu, berupa pengeringan dan perajangan daun tembakau. Berdasarkan karakteristik yang ada, industry hasil tembakau di Kabupaten Bandung dapat dikembangkan hingga industri antara.

Analisis Strategi Pengembangan Berdasarkan pendekatan analisa SWOT disimpulkan beberapa hal terkait dengan pengembangan industri tembakau, sebagai berikut: Sosialisasi standarisasi pengolahan tembakau sesuai dengan kriteria industri dan pelatihan bagi petani dan pengolah tembakau untuk memenuhi standar yang diharapkan Pengembangan kelembagaan petani dan pengolah tembakau dalam bentuk asosiasi-asosiasi Diversifikasi produk olahan tembakau dan rokok dengan nilai nikotin rendah Pengembangan infrastruktur pergudangan, transportasi, dan perkreditan Pengembangan kawasan inustri tembakau terintegrasi

Analisis Lokasi Kawasan Industri Tembakau Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan kawasan industri hasil tembakau di Kabupaten Bandung adalah : 1) kesesuaian dengan rencana tata ruang, 2) lokasi bahan baku, 3) lokasi pasar, 4) infrastruktur pendukung.

Skoring Kesesuaian Dengan Rencana Tata Ruang Keterangan: 0: tidak direncanakan dalam RTRW, 1: Direncanakan dalam RTRW, 2: Direncanakan dalam RTRW dan sudah terdapat lokasi industri

Skoring Penilaian Lokasi Bahan Baku Tembakau

Skoring Untuk Penilaian Lokasi Pasar

Skoring untuk penilaian infrastruktur pendukung

Untuk menilai lokasi yang paling sesuai untuk pengembangan kawasan industri tembakau di Kabupaten bandung dilakukan penilaian komposit untuk masing-masing kecamatan berdasarkan kriteria dan skor yang telah dikembangkan, dengan mengasumsikan bahwa bobot skor untuk masing-masing kriteria adalah sama

Skoring Hasil Analisis Overlay Hanya ada satu kecamatan yang mendapatkan skor 6, yaitu Kecamatan Cicalengka, yang menunjukkan bahwa kecamatan ini merupakan kecamatan yang paling tepat untuk dikembangkan sebagai lokasi kawasan industri. Kecamatan yang mendapatkan skor tertinggi berikutnya (Skor 5) adalah Kecamatan Nagreg, dan yang mendapatkan skor 4 adalah Kecamatan Pacet, Ibun, Paseh, Cikancung, Ciparay, dan Cileunyi.

PETA ANALISA OVERLAY

Rencana Pola Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan Industri Tembakau di Kabupaten Bandung Skenario pengembangan kawasan industri di Kabupaten Bandung adalah sebagai berikut : Mengintegrasikan secara keruangan sentra industri tembakau di Kabupaten Bandung Merumuskan hirarki maupun klaster kawasan industri tembakau di Kabupaten Bandung Merumuskan Fungsi Kegaiatan Industri Tembakau pada masing-masing hirarki Merumuskan kebutuhan ruang pada masing-masing sentra industri tembakau sesuai dengan hirarki nya Merumuskan kelembagaan dan pengelolaan kawasan industri tembakau.

Rencana Pola pengembangan Kawasan Industri Tembakau di Kabupaten Bandung Pengembangan Kawasan Industri Tembakau di Kabupaten Bandung akan dikembangkan secara terintegrasi, dan secara struktur ruang di bagi kedalam 3 (tiga) Hirarki, yaitu : Orde I : Pusat Kawasan Industri Tembakau Regional Orde II : Pusat Kawasan Industri Tembakauyang melayani kecamatan-kecamatan sentra industri tembakau Orde III : Daerah Bahan Baku Kawasan Industri Tembakau

Hirarki Pengembangan Industri Tembakau di Kabupaten Bandung Kecamatan Cicalengka terpilih sebagai kawasan dengan Orde I disebabkan karena kecamatan ini merupakan kecamatan yang paling potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan industri tembakau berdasarkan kriteria pengembangan kawasan industri.kecamatan untuk Orde II dan Orde III ditentukan berdasarkan distribusi spasial.

Distribusi Kecamatan berdasarkan Hirarki Pengembangan

Fungsi Kegiatan Kawasan berdasarkan Hirarki Pengembangan

Pengembangan Klaster Lokasi kecamatan sentra industri tembakau di Kabupaten Bandung letaknya tersebar di 17 Kecamatan.Untuk memudahkan pengelolaan maka perlu dibentuk pembagian klaster dengan mempertimbangkan hubungan hirarki antar kecamatan sentra industri tembakau.

Klaster Pengembangan Kawasan Industri

Rencana Sirkulasi Pola Pemasaran Industri Tembakau

Rencana Kebutuhan ruang Kawasan Industri Tembakau Kawasan industri yang akan dikembangkan merupakan kawasan pergudangan, yang dikembangkan pada Orde 1, yang melayani seluruh kabupaten (regional), dan Orde 2 yang melayani beberapa kecamatan PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIANOMOR : 35/M-IND/PER/3/2010 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KAWASAN INDUSTRI, Penggunaan Lahan Kawasan Industri : Untuk kebutuhan luas bangunan gudang, berdasarkan Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jawa Barat, bangunan gudang dengan luas 300 M 2 dapat menampung 23 Ton Tembakau.

Skenario Kelembagaan dan Pengelolaan Kawasan Industri a. Pembangunan dilakukan oleh pemerintah daerah dengan menggunakan dana APBD Pembangunan Dilakukan oleh Pemerintah Daerah Disewakan kepada Masyarakat Dihibahkan kepada Masyarakat Dikelola oleh Pemerintah Daerah

b. Pengelolaan Kawasan Industri yang Pembangunannya Berasal dari Masyarakat (Koperasi) Pembangunan dan pengelolaan kawasan industri yang paling mungkin adalah pembangunan dilakukan oleh pemerintah, kemudian dihibahkan kepada asosiasi atau koperasi, dan selanjutnya pengelolaan dilakukan oleh asosiasi atau koperasi Lokal Orde 3 Pemanenan Daun Tembakau, Simpan di Gudang Orde 3 Daun Tembakau Diangkut dan Dikumpulkan di Gudang Orde 2 Ciparay dan Soreang Orde 2 Penyimpanan Daun Tembakau sebelum dibawa ke Gudang Orde 1 Cicalengka Orde 1 Pengolahan dan Standarisasi Kualitas Olahan Daun Tembakau Penjualan Olahan tembakau ke Industri Alternatif 1 Proses Eksternal dan Internal Kawasan Industri

Lokal Orde 3 Pemanenan dan Pengolahan Daun Tembakau, Simpan di Gudang Orde 3 Olahan Tembakau Diangkut dan Dikumpulkan di Gudang Orde 2 Ciparay dan Soreang Orde 2 Penyimpanan Olahan Daun Tembakau sebelum dibawa ke Gudang Orde 1 Cicalengka Orde 1 Penyimpanan dan Penjualan Olahan Daun Tembakau Penjualan Olahan tembakau ke Industri Alternatif 2 Proses Eksternal dan Internal Kawasan Industri

Dalam pengelolaan kawasan industri tembakau di Kabupaten Bandung ketersediaan modal merupakan hal utama yang perlu mendapat perhatian. Penyimpanan hasil olahan tembakau tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan kualitas, tetapi juga untuk menempatkan petani pada posisi nilai tawar yang lebih baik. penyimpnan tembakau di dalam gudang menyebabkan petani dan pengolah tembakau tidak dengan segera mendapatkan hasil, padahal petani membutuhkan modal untuk upaya penanaman dan pengolahan tembakau periode berikutnya. Koperasi tentu saja dapat membantu mengatasi permasalahan ini dengan asumsi tersedia modal asing. Pada tahap awal pengembangan kawasan industri, ketersediaan modal sendiri sulit diharapkan. Apabila tidak tersedia modal asing, maka sistem resi gudang dapat dijadikan alternatif. Resi gudang adalah bukti kepemilikan barang di gudang yang diterbitkan oleh pengelola gudang. Resi gudang ini dapat dialihkan, diperjualbelikan, atau dapat dijadikan sebagai agunan tanpa agunan yang lain.

Indikasi Program Pengembangan Kawasan Industri Tembakau di Kabupaten Bandung Pengembangan kawasan industry tembakau di Kabupaten Bandung memerlukan tahapan-tahapan agar dapat diimplementasikan. Pengembangan kawasan industri tembakau diharapkan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu lima tahun. Pengembangan kawasan industry tembakau pada dasarnya tidak hanya berupa pengembangan fisik kawasan, tetapi juga pengembangan kelembagaan. Kedua hal ini akan diselenggarakan secara terintegrasi agar dapat mencapai hasil yang optimal.

Indikasi Program Pengembangan Kawasan Industri Tembakau di Kabupaten Bandung Tahun 2013-2017