KERANGKA ACUAN EVALUASI PERTENGAHAN PROGRAM MITRA TFCA- SUMATERA UNTUK SIKLUS HIBAH 2

dokumen-dokumen yang mirip
KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN EVALUASI AKHIR PROGRAM MITRA TFCA- SUMATERA PADA SIKLUS HIBAH 1

INSTRUKSI KEPADA PEMINAT EVALUASI PERTENGAHAN PROGRAM SIKLUS HIBAH 1 TFCA- SUMATERA

RENCANA STRATEGIS

UNDANGAN UNTUK MENYAMPAIKAN PROPOSAL HIBAH KHUSUS PROGRAM FASILITASI MITRA TFCA- SUMATERA

INSTRUKSI PENGADAAN JASA KONSULTAN EVALUASI PELAKSANAAN DAN TATAKELOLA PROGRAM TFCA-SUMATERA

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

KERANGKA ACUAN EVALUASI PROGRAM TFCA-SUMATERA 2017

Mengelola Hutan Bersama Masyarakat

PERMOHONAN PROPOSAL PELUANG HIBAH. Kemitraan Bentang Alam Berkelanjutan (SLP) Indonesia

KERANGKA KERJA (SCOPE OF WORK) DAN UNDANGAN PENYAMPAIAN PROPOSAL PROGRAM KONSERVASI SPESIES KARISMATIK SUMATRA

PENYUSUNAN WORKPLAN & PMP. Bogor / Medan Juni 2014

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

Kerangka Acuan Multistakeholder Forum Rapat Koordinasi Proyek Kemakmuran Hijau di Propinsi Jambi Ruang Pertemuan Kantor Bappeda Jambi, 11 Juni 2015

PENGELOLAAN BERSAMA TAMAN NASIONAL TESSO NILO

Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera

Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL

KEBIJAKAN DAN PROSEDUR PENYALURAN HIBAH

Konservasi Hutan Berbasis Masyarakat dan Mitigasi Perubahan Iklim di Bentang Alam Kerinci Seblat Konsorsium Perkumpulan WALESTRA (WALESTRA, ICS &

Fasilitas Kemakmuran Hijau. Hibah Pengelolaan Sumber

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS

MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK. USAID Adapt Asia-Pacific

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

5. EVALUASI EFEKTIVITAS PENGELOLAAN

UNDANGAN PENYAMPAIAN PROPOSAL PROGRAM KONSERVASI SPESIES KARISMATIK SUMATRA

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 71 TAHUN 2017 TENTANG

VISI HIJAU UNTUK SUMATRA

PROYEK MODERNISASI PENGADAAN

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL

Fasilitas Kemakmuran Hijau HIBAH KEMITRAAN

NEW FUNDING MODEL (NFM) THE GLOBAL FUND ATM

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR : 11 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN VERIFIKASI PERMOHONAN HAK PENGELOLAAN HUTAN DESA

NEW FUNDING MODEL (NFM) THE GLOBAL FUND ATM

TERM OF REFERENCE FASILITASI KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

PEDOMAN IMPLEMENTASI SMART DI KAWASAN KONSERVASI

- 2 - MEMUTUSKAN. 12. Kemitraan.../3 AZIZ/2016/PERATURAN/KEMITRAAN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PROYEK KEMAKMURAN HIJAU

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Tantangan Implementasi Peraturan Presiden No. 13/2012 tentang. RTR Pulau Sumatera dalam Upaya Penyelamatan Ekosistem Sumatera

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

Terms Of Reference Round Table Discussion 2 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya dan Aceh Barat Daya

Latar Belakang. Sejumlah peraturan negara mengamanatkan penyelenggaraan penanggulangan bencana yang efektif:

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

Stakeholder Advisory Committee (SAC) untuk Kebijakan Pengelolaan Hutan Berkelanjutan (SFMP 2.0) APRIL

LAPORAN PENDAMPINGAN RZWP3K PROVINSI RIAU 2018

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI

PENATAAN KORIDOR RIMBA

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan

Catatan informasi klien

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 17/Menhut-II/2010 TENTANG PERMOHONAN, PEMBERIAN, DAN PENCABUTAN IZIN PENGUSAHAAN TAMAN BURU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/241/2016 TENTANG DATA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PER AKHIR DESEMBER TAHUN 2015

Tentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM.

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pedoman untuk Persiapan Pengajuan Proposal Program Pencegahan HIV dan Pengobatan Ketergantungan Napza Terpadu

LAPORAN LENGKAP PROGRAM KOLABORASI LANDSKAP ACEH TENGGARA 1 LAPORAN LENGKAP PROGRAM KOLABORASI LANDSKAP ACEH TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. Kekayaan Indonesia dalam keanekaragaman jenis tumbuhan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

REVIEW Pengelolaan Kolaborasi Sumberdaya Alam. Apa, Mengapa, dan Bagaimana Pengelolaan Kolaboratif SumberdayaAlam: Pengantar Diskusi

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bengkunat (SPTN II Bengkunat)

Fasilitas Kemakmuran Hijau KEMITRAAN KAKAO LESTARI

Rangkuman dari isu isu yang dijabarkan dalam laporan studi tersebut dalam kaitannya dengan komitmen kebijakan FCP APP adalah:

BAB III METODE PENELITIAN

KEBIJAKAN DAN PROSEDUR PENYALURAN HIBAH REVISI 1

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

NAMA JABATAN : KASUBPOKJA PERENCANAAN PROGAM DAN ANGGARAN ATASAN LANGSUNG : KAPOKJA PERENCANAAN ANGGARAN DAN HUKUM

Pengetahuan Positif terbentuk. 50% (meningkat dari 3,5%) Pengetahuan Positif terbentuk. 50% (meningkat dari 13,9%) Pengetahuan Positif terbentuk

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

PENGALAMAN MENDORONG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI DI INDONESIA OLEH BURUNG INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS UNTUK EKOSISTEM TERPADU RIMBA ASISTEN DEPUTI KAJIAN KEBIJAKAN WILAYAH DAN SEKTOR KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP

KEBIJAKAN DAN PROSEDUR PENYALURAN HIBAH

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Komite Advokasi Nasional & Daerah

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PERMENTAN/OT.140/2/2015

MAJU, MANDIRI, ADIL DAN SEJAHTERA. RPJMD

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI. 6.1 Gambaran Umum Struktur Pemantauan dan Evaluasi Sanitasi

STRUKTUR ORGANISASI KEGIATAN DEKONSENTRASI BIDANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (PKP) TAHUN 2012

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG

Catatan : 26 Mei 2017

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEKANISME PENYELENGGARAAN ANUGERAH PANGRIPTA NUSANTARA TAHUN 2017

Climate and Land Use Alliance (CLUA) Evaluasi independen atas hibah kepada. Satuan Tugas Hutan dan Iklim Gubernur (GCF) Michael P. Wells & Associates

Transkripsi:

KERANGKA ACUAN EVALUASI PERTENGAHAN PROGRAM MITRA TFCA- SUMATERA UNTUK SIKLUS HIBAH 2 1. PENDAHULUAN Program TFCA- Sumatera merupakan program hibah bagi khususnya LSM dan Perguruan Tinggi di Indonesia untuk melaksanakan kegiatan konservasi hutan di Sumatera. Program ini didasarkan pada perjanjian antara Pemerintah Amerika Serikat dan Pemerintah Indonesia dalam kerangka pengalihan utang Pemerintah Indonesia kepada Pemerintah Amerika Serikat yang dimanfaatkan untuk memfasilitasi pembiayaan konservasi, perlindungan, restorasi (pemulihan) dan pemanfaatan sumberdaya hutan tropis secara lestari di Pulau Sumatera. Program TFCA- Sumatera menekankan pendekatan pengelolaan terpadu (antar komponen) dan kolaboratif (antar lembaga) serta mendorong partisipasi semua pihak pelaku pembangunan di berbagai sektor, untuk mewujudkan hutan lestari yang pada gilirannya berdampak pada kesejahteraan masyarakat dan pembangunan ekonomi wilayah secara berkelanjutan. Hingga saat ini telah diluncurkan sebanyak 4 siklus hibah dan telah mendanai 17 proyek yang dikelola oleh 17 mitra LSM dan Konsorsium di seluruh Sumatera. Untuk Siklus Hibah 2, sebanyak 7 konsorsium / lembaga terpilih sebagai mitra penerima hibah dan memulai programnya di bulan Mei dan Juni 2012. Saat ini implementasi Siklus Hibah 2 telah berlangsung selama 1,5 tahun dari rencana kerja sama selama 3 tahun, hingga 2015 di 6 bentang alam prioritas. Ketujuh mitra tersebut adalah; 1. Yayasan Ekosistem Lestari, dengan program Penyelamatan Ekosistem Hutan Rawa Gambut Tripa- Babahrot Melalui Upaya Penetapan Kawasan Lindung di Luar Kawasan Hutan dan Restorasi Dengan Pendekatan Partisipatif dan Multipihak di bentang alam Ekosistem Leuser, Propinsi Aceh. 2. Konsorsium Orangutan Information Center- Sumatra Rainforest Institute (OIC- SRI), dengan program Pengembangan Kolaborasi Konservasi dan perlindungan Kawasan Leuser Berbasis Masyarakat pada Blok Karo- Langkat di Sumatera Utara di bentang alam Ekosistem Leuser, Propinsi Sumatera Utara. 3. Konsorsium Yayasan Taman Nasional Tesso- Nilo (YTNTN) dengan program Perlindungan Ekosistem Tesso Nilo Melalui Peningkatan Kapasitas, Perlindungan dan Pemanfaatan Kawasan Serta Pemanfaatan Jasa Lingkungan di bentang alam TN Tesso Nilo, Propinsi Riau. 4. Konsorsium Pusat Konservasi Harimau Sumatera (PKHS) dengan program Perlindungan dan Pengelolaan Bukit Tigapuluh dan Koridor Bukit Batabuh, Propinsi Riau di bentang alam TN Bukit Tiga Puluh, Propinsi Riau. 5. Konsorsium Yayasan Kirekat Indonesia (YKI) dengan program Restorasi Ekosistem Berbasis Masyarakat di Siberut di bentang alam Kepulauan Siberut, Propinsi Sumatera Barat. 6. Jaringan AKAR dengan usulan kegiatan Penyelamatan Ekosistem Taman Nasional Kerinci Seblat Berbasis Masyarakat di bentang alam TN Kerinci Seblat, di propinsi Sumatera Barat, Jambi, dan Bengkulu. 7. Konsorsium Universitas Lampung Pusat Informasi Lingkungan Indonesia (UNILA- PILI) dengan program Mendukung Penanganan Perambahan Secara Komprehensif di Kawasan TNBBS Melalui Penguatan Pengelolaan TNBBS Berbasis Resort dan Pengembangan Jasa Ekosistem Hutan untuk Peningkatan Ekonomi Lokal di bentang alam TN Bukit Barisan Selatan, Propinsi Lampung. Halaman 1 dari 6

Saat ini pelaksanaan kegiatan ke 7 mitra Siklus Hibah 2 tersebut telah memasuki paruh kedua dari total periode pelaksanaan program selama 3 tahun. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi tengah program dalam rangka memastikan kesesuaian pelaksanaan kegiatan di lapangan dengan perencanaan yang telah disepakati dan kesesuaiannya dengan target Program, serta untuk menilai potensi dampak konservasi program terhadap bentang alam, masyarakat dan pemangku kepentingan lain. Evaluasi ini diharapkan dapat menilai pelaksanaan kegiatan, pencapaian luaran (output), hasil (outcome) dan dampak konservasi (impact) selama paruh pertama implementasi program, Selain itu, hasil evaluasi ini akan dipakai untuk melihat apakah ada hasil- hasil signifikan yang mungkin dapat direplikasi atau diperpanjang melalui skema hibah lainnya. Sebagai bagian dari prinsip akuntabilitas pelaksanaan program maka evaluasi ini akan dilakukan oleh evaluator eksternal yang terpilih. Mekanisme pemilihan evaluator eksternal ini akan dilakukan sesuai dengan mekanisme dan prosedur yang telah ditetapkan TFCA- Sumatera melalui proses pengadaan jasa evaluasi (bidding). 2. TUJUAN EVALUASI Tujuan dari evaluasi pertengahan program mitra Siklus Hibah 2 ini adalah untuk menilai kinerja dan capaian pelaksanaan program hingga paruh kedua periode pelasksanaan proyek mitra. Tujuan- tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut: a. Mengidentifikasi Relevansi Intervensi, yaitu sejauh mana intervensi yang dilakukan konsisten dengan kebutuhan konservasi hutan dan masyarakat lokal dan kebijakan pemerintah maupun kebijakan TFCA- Sumatera; b. Menilai Efektivitas Implementasi Intervensi, yaitu untuk melihat apakah intervensi yang dilakukan adalah intervensi yang tepat dan benar, sesuai dengan kebutuhan sebagaimana dimaksud pada butir a (doing right things); c. Menilai Efisiensi pengelolaan proyek yaitu untuk melihat apakah intervensi telah dilakukan secara benar (doing things right) baik dari sisi konsistensi dengan perencanaan, metoda pelaksanaan, pembiayaan, maupun tatakelola dan kelembagaan pengelola. d. Mengidentifikasi Dampak yaitu melihat indikasi ketercapaian dampak jangka panjang baik positif/negatif, langsung/tidak langsung yang dihasilkan dari pengembangan intervensi terhadap konservasi di tingkat tapak atau bentang alam, terhadap sosial ekonomi masyarakat, peran sektor swasta atau terhadap kebijakan pemerintah di berbagai tingkatan; e. Mengidentifikasi Keberlanjutan (Sustainability) proyek yaitu untuk melihat apakah fungsi proyek akan tetap berjalan setelah intervensi berakhir. 3. LUARAN EVALUASI Luaran yang diharapkan akan diperoleh dari Evaluasi Tengah Program Mitra TFCA- Sumatera SH2 adalah dokumen hasil evaluasi yang berisi analisis sesuai dengan tujuan di atas, termasuk di dalamnya rekomendasi pelaksanaan program TFCA- Sumatera yang terbagi dalam tiga tingkat, yaitu: a. Tingkat Strategi: Apakah intervensi yang dilakukan tepat, atau apakah intervensi baik di tingkat mitra maupun di tingkat program merupakan hal yang seharusnya dilakukan. Intervensi apa saja yang diperlukan terhadap isu yang ada. Informasi tersebut meliputi: Kegiatan proyek adalah rasional untuk memecahkan permasalahan yang ada (justified) Memberikan dampak nyata bagi konservasi hutan Halaman 2 dari 6

b. Tingkat Pelaksanaan: Apakah kegiatan yang dilakukan dengan benar sesuai dengan ketentuan, aturan dan tujuan proyek, seperti: Sejauh mana efektivitas dalam mencapai dampak, hasil (outcome) atau luaran (output) yang diharapkan, termasuk gambaran keberhasilan serta kekurangan/kelemahan Efisiensi dalam mengoptimalkan sumberdaya Kepuasan mitra lokal, termasuk pemerintah, swasta, perguruan tinggi, dan terutama masyarakat c. Tingkat Pembelajaran: Apa pembelajaran yang bisa dipetik dari kegiatan yang sudah berjalan oleh masing- masing mitra? Pembelajaran apa yang bisa dipetik, termasuk untuk pelaksana proyek sendiri, pemerintah maupun masyarakat Apakah ada jalan yang lebih baik sebagai alternatif Apa rekomendasi terhadap kegiatan yang akan dilakukan di tahun ke- 3 (2014/2015). 4. METODE PELAKSANAAN EVALUASI Teknis dan Metode pelaksanaan evaluasi secara umum dalah sebagai berikut; A. Evaluasi Tengah Program dilakukan khusus kepada : 1. Yayasan Ekosistem Leuser di Rawa Tripa, bentang alam Ekosistem Leuser, Propinsi Aceh; 2. Konsorsium OIC di blok hutan Karo- Langkat, bentang alam Ekosistem Leuser, Propinsi Sumatera Utara; 3. Konsorsium YTNTN di bentang alam TN Tesso Nilo, Propinsi Riau; 4. Konsorsium PKHS di bentang alam TN Bukit Tiga Puluh, Propinsi Riau; 5. Jaringan AKAR di bentang alam TN Kerinci Seblat, meliputi Propinsi Sumatera Barat, Jambi, dan Bengkulu; 6. Konsorsium YKI di bentang alamkepulauan Siberut, Propinsi Sumatera Barat; 7. Konsorsium UNILA- PILI di bentang alam TN Bukit Barisan Selatan, Propinsi Lampung. B. Pelaksanaan Evaluasi Tengah Program terhadap mitra Siklus Hibah 2 mencakup kegiatan antara lain: 1. Review dokumen dan laporan mitra. Evaluator melakukan review/pemeriksaan laporan yang disampaikan mitra, termasuk : Laporan perkembangan pelaksanaan program dan keuangan (Laporan Tiga Bulanan) Laporan akhir program 2. Diskusi dengan mitra dan pemangku pihak di lapangan, termasuk unsur pemerintah, masyarakat, swasta, dll. Dalam teknis pelaksanaan pengumpulan data untuk keperluan evaluasi mitra, Evaluator perlu melakukan diskusi dengan pihak- pihak yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan oleh mitra. Hal ini perlu dilakukan untuk mendapatkan informasi mendalam dan berimbang yang dapat dijadikan bahan analisis dan pemeriksaan silang (cross check) terhadap perkembangan pelaksanaan dan pencapaian kegiatan oleh mitra. Diskusi perlu dilakukan dengan : Staf konsorsium, termasuk staf manajemen dan staf lapangan Unsur UPT Kemenhut terkait (Balai Taman Nasional, Balai KSDA, BPDAS, BPKH, dll) Unsur Pemerintah daerah terkait (Bappeda, Dinas Kehutanan, Kesatuan Pengelolaan Hutan /KPH, dll) Unsur lembaga kolaboratif terkait (forum, komunitas, dll) Masyarakat penerima manfaat (masyarakat di tapak / lokasi kegiatan) Swasta Perguruan tinggi Halaman 3 dari 6

3. Entry dan Exit Meeting. Evaluasi harus didahului dengan pertemuan pendahuluan (entry meeting) untuk mendiskusikan teknis evaluasi yang akan dilaksanakan, termasuk rencana verifikasi lapangan. Pertemuan penutup (exit meeting) dilakukan setelah selesai dilakukannya verifikasi lapangan untuk membahas hasil evaluasi termasuk opsi- opsi keberlanjutan program pasca pendanaan TFCA- Sumatera. Pada saat entry atau exit meeting, perwakilan dari Administrator TFCA Sumatera akan hadir untuk menjadi observer atau nara sumber dalam petemuan tersebut. 4. Verifikasi lapangan untuk melakukan pemeriksaan luaran (output), hasil (outcome) dan dampak (impact) di lapangan (melalui survei lapangan, pemeriksaan data sekunder, wawancara pihak terkait, dll). Verifikasi lapangan merupakan kegiatan kunjungan ke lapangan untuk melakukan verifikasi terhadap laporan mitra. Verifikasi lapangan dilakukan untuk memperoleh data dan informasi faktual di lapangan terkait perkembangan pelaksanaan program, capaian dan hasil program, serta untuk mengetahui permasalahan yang terjadi. Dalam proses evaluasi, verifikasi lapangan dapat dilakukan dengan mengunjugi seluruh lokasi / tapak proyek, atau mengunjungi lokasi tertentu yang dipilih. Pemilihan lokasi dapat dilakukan secara acak maupun dipilih berdasarkan pertimbangan banyaknya atau terpencarnya lokasi kegiatan mitra yang tidak dapat dicakup dalam satu kali kegiatan verifikasi lapangan. Pemilihan lokasi dapat dilakukan berdasar pertimbangan akses, tingkat kepentingan, dan substansi kegiatan yang dilakukan. Selain itu pemilihan lokasi dapat juga dilakukan berdasar pertimbangan keberhasilan atau indikasi adanya masalah yang menghambat pelaksanaan kegiatan. Alokasi waktu untuk verifikasi lapangan dalam proses evaluasi ini adalah selama 16 hari kalender, Antara 8 23 Maret 2014 (Lampiran 1). Evaluator dapat mengalokasikan waktu selama 4-7 hari untuk melakukan verifikasi lapangan terhadap masing- masing mitra dengan mempertimbangkan jarak dan akses dari ibu kota provinsi ke lokasi. Dengan demikian, sangat disarankan verifikasi lapangan dilaksanakan secara paralel oleh 2 atau lebih tim verifikasi lapangan. 5. TATA WAKTU PELAKSANAAN Tata watu pelaksanaan kegiatan evaluasi seperti pada lampiran 1. 6. INFORMASI LOKASI VERIFIKASI LAPANGAN Berikut informasi umum lokasi verifikasi lapangan di mana mitra- mitra Siklus HIbah 2 TFCA- Sumatera melakukan kegiatan- kegaiatanya; 1. Yayasan Ekosistem Lestari Ø Kantor berlokasi di Medan Ø Lokasi proyek: Kawasan Gambut Rawa Tripa, (1) Kabupaten Nagan Raya (2) Kabupaten Aceh Barat Daya 2. Konsorsium OIC Ø Kantor berlokasi di Medan Ø Lokasi Proyek: kawasan Blok Karo Langkat, Taman Nasional Gunung Leuser (1) Kabupaten Karo (2) Kabupaten Langkat 3. Konsorsium YTNTN Ø Kantor berlokasi di Pekanbaru Ø Lokasi Proyek : bentang alam TN Tesso Nilo (1) Kabupaten Pelalawan (2) Kabupaten Inderagiri Hulu Halaman 4 dari 6

4. Konsorsium PKHS Ø Kantor berlokasi di Pematang Reba, Kabupaten Indragiri Hulu Ø Lokasi Proyek : bentang alam TN Bukit Tiga Puluh (1) Kabupaten Indragiri Hulu 5. Jaringan AKAR Ø Kantor berlokasi di Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci Ø Lokasi Proyek: bentang alam TN Kerinci Seblat (1) Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi (2) Kabupaten Merangin, Propinsi Jambi (3) Kabupaten Solok Selatan, Propinsi Sumatera Barat (4) Kabupaten Mukomuko, Propinsi Bengkulu, Kabupaten Langkat 6. Konsorsium YKI Ø Kantor berlokasi di Padang Ø Lokasi Proyek : bentang alam Kepulauan Siberut (1) Pulau Siberut, Kabupaten Mentawai 7. Konsorsium UNILA- PILI Ø Kantor berlokasi di Bandar Lampung Ø Lokasi Proyek : bentang alam TN Bukit Barisan Selatan (1) Kabupaten Kaur (2) Kabupaten Lampung Barat 7. MEKANISME, TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN Mekanisme, tempat dan waktu pelaksanaan evaluasi dilakukan sesuai tahapan sebagaimana dirinci di dalam Lampiran 1. a. Pemilihan konsultan evaluator dilakukan melalui pemilihan secara terbuka dimana pengumuman akan dilakukan melalui situs jaringan TFCA- Sumatera, jejaring surat elektronik (mailing list) dan pemberitahuan kepada organisasi yang ada dalam daftar rekanan di KEHATI; b. Pertemuan briefing antara evaluator terpilih dengan TFCA- Sumatera untuk membahas mekanisme pelaksanaan dilapangan; c. Evaluasi lapangan dimana evaluator akan melakukan pengamatan di lapangan dan wawancara dengan mitra maupun pihak- pihak terkait, termasuk masyarakat dampingan mitra. Pelaksanaan di lapangan dimungkinkan akan didampingi staf TFCA- Sumatera. d. Analisis hasil lapangan selama dan hasilnya akan dipresentasikan kepada TFCA- Sumatera. Halaman 5 dari 6

LAMPIRAN 1. Alur dan jadwal pelaksanaan Seleksi Konsultan dan Pelaksanaan Evaluasi Mitra Siklus Hibah 2 15 Jan Pengumuman / Undangan Bidding TFCA- Sumatera mengumumkan / mengundang peminat mengajukan proposal tender 4 Feb Batas Waktu Pengajuan Proposal Peminat mengajukan proposal tidak lebih dari tanggal 4 Feb 2014 5-19 Feb Registrasi Proposal oleh TFCA- Sumatera TFCA- Sumatera menilai dan menyeleksi awal proposal yang diajukan TFCA- Sumatera mengumumkan hasil seleksi awal dan undangan presentasi (19 Feb) 24-25 Feb Presentasi Peminat dan Pemilihan Konsultan OCTM Kandidat memaparkan proposal evaluasi TFCA- Sumatera menilai dan memutuskan Konsultan terpilih 26 Feb 5 Mar 7 Mar Pemberitahuan hasil seleksi dan proses negosisasi dan perbaikan proposal TFCA- Sumatera menyampaikan hasil seleksi kepada konsultan terpilih (26 Feb) Negosiasi dan perbaikan proposal Penandatanganan perjanjian Evaluasi Mitra antara TFCA- Sumatera dengan Konsultan TFCA- Sumatera dan Konsultan menandatangani kontrak evaluasi 7 Mar Persiapan dan Review Dokumen Konsultan bersama TFCA- Sumatera melakukan persiapan Evaluasi termasuk review dokumen terkait 10-24 Mar Evaluasi lapangan Mitra Konsultan melakukan evaluasi lapangan terhadap Mitra bersama TFCA- Sumatera 30 Mar 7 Apr Penyusunan dan penyampaian draft laporan Konsultan menyampaikan draft laporan awal Evaluasi Akhir Program (30 Mar) TFCA- Sumatera menyampaikan laporan awal kepada Mitra untuk diklarifikasi (1 Apr) Mitra menyampaikan klarifikasi terhadap laporan awal kepada TFCA- Sumatera (7 Apr) 9 Apr Presentasi Laporan Evaluasi Mitra oleh Konsultan Konsultan memaparkan laporan Evaluasi kepada TFCA- Sumatera 10-14 Apr Drafting Laporan akhir Konsultan menulis Laporan Final dengan memasukkan komentar dan saran Konsultan menyampaikan Laporan Final kepada TFCA- Sumatera (14 Apr) 15 Apr Pembahasan dan Persetujuan Laporan Akhir oleh OCTM TFCA- Sumatera membahas dan menyetujui Laporan Akhir Evaluasi Mitra Halaman 6 dari 6