BAB III METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penentuan lokasi penelitian dengan mengidentifikasi data jumlah penduduk miskin masing-masing provinsi, yang kemudian dilihat persentase penurunannya khusus untuk tahun 2008 hingga Dari persentase penurunan ini, kemudian diidentifikasi provinsi yang banyak persentase penurunannya dalam kurun waktu 2008 dan 2009 dan povinsi yang rendah presentase penurunannya dalam kurun waktu 2008 dan Berdasarkan dari tabel 3.1 di bawah ini, maka diketahui bahwa provinsi yang cukup tinggi penurunan jumlah penduduk miskin dalam kurun waktu 2008 dan 2009 adalah Provinsi Kalimantan Barat, sementara itu Provinsi yang rendah penurunannya dengan mempertimbangkan jumlah penduduk miskin yang hampir sama dengan Kalimantan Barat adalah Sulawesi Selatan. Selain itu pertimbangan pemilihan lokasi Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan adalah: 1. Pemilihan Gubernur yang bersamaan pada awal tahun Waktu pelaksanaan pembangunan di kedua lokasi ini dilaksanakan pada waktu yang sama pula yaitu mulai tahun Dengan adanya kesamaan ini maka akan memudahkan dalam mengevaluasi perbedaan pelaksanaan kebijakan penanggulangan kemiskinan di lokasi tersebut. 2. Dokumen perencanaan yang dimulai dari waktu yang sama yaitu tahun , dengan kondisi ini memunculkan adanya pertanyaan mengapa tren penurunan penduduk miskin berbeda, dan dengan waktu yang sama pula akan memudahkan peneliti mencari aspek lain yang membedakannya. Dengan demikian Provinsi Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan adalah lokasi yang terpilih untuk dijadikan lokasi penelitian.

2 Tabel 3.1 Tren Penurunan Penduduk Miskin Berdasarkan Provinsi Tahun No Provinsi persentase Penurunan persentase Penurunan persentase Penurunan Kep. Riau Papua Gorontalo Irian Jaya Barat Sulawesi Utara Sulawesi Tenggara Lampung NTB Maluku Jambi DI. Yogyakarta Banten Aceh Jawa Barat Sulawesi Selatan Maluku Utara Jawa Tengah Sumatera Selatan Sumatera Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Barat NTT Jawa Timur Bengkulu Riau Sumatera Barat Bangka Belitung Kalimantan Barat DKI. Jakarta Bali Kalimantan Timur Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Sumber: Diolah dari Data BPS Jenis Penelitian

3 Jika dilihat dari jenis penelitian evaluasi yang diungkapkan Hikmat (2002), Studi evaluasi kebijakan penanggulangan kemiskinan termasuk jenis evaluasi sumatif yaitu evaluasi dilakukan setelah akhir pelaksanaan RKP Sedangkan berdasarkan dimensi waktunya, penelitian ini termasuk penelitian yang cross sectional, karena hanya dilakukan pada kurun waktu tertentu yaitu pada tanggal 25 Maret 15 Mei 2009 (25 Maret 20 April 2009 di Sulawesi Selatan, 25 April 15 Mei 2009 di Kalimantan Barat). 3.3 Metode Penelitian Evaluasi pelaksanaan kebijakan penanggulangan kemiskinan ini dilakukan dengan metode kualitatif. Metode kualitatif digunakan untuk memperoleh data kuantitatif dan kualitatif serta mendeskripsikan dan menganalisis data kuantitatif ataupun data kualitatif melalui pemaknaan (understanding of understanding), dengan cara ini akan diperoleh hasil evaluasi yang lebih mendalam. Metode ini juga digunakan untuk mengetahui persepsi informan terhadap input, proses, output dan outcome 1. Dengan pendekatan input, proses, output dan outcome tersebut, maka identifikasi data akan dilakukan dengan cara mengetahui persepsi informan tentang: Relevansi dokumen perencanaan pusat dan daerah Pelaksanaan program/kegiatan penanggulangan kemiskinan. Keluaran pelaksanaan program/kegiatan penanggulangan kemiskinan Hasil pelaksanaan penanggulangan kemiskinan dan Efektifitas biaya penanggulangan kemiskinan Kelima pendekatan ini saling melengkapi satu sama lain sehingga dapat diukur mengapa Kalimantan Barat berbeda dalam penanggulangan kemiskinan dibandingkan dengan Sulawesi Selatan. 3.4 Teknik Pemilihan Informan 1 Impact tidak dimasukkan sebagai pendekatan dalam evaluasi kinerja karena dinilai bahwa akhir pelaksanaan RKP 2009 baru selesai sekitar 4 bulan yang lalu, diperlukan waktu yang cukup panjang antara berakhirnya pelaksanaan kebijakan tersebut dengan munculnya dampak yang diharapkan.

4 Penelitian ini akan mengkaji pelaksanaan penanggulangan kemiskinan di 2 provinsi, maka pemilihan informan pada 2 Provinsi tersebut harus memiliki karakteristik yang sama dan semua informan adalah mewakili lembaga, sehingga informasi yang diperoleh lebih akurat, untuk itu pemilihan informan adalah: 1. Informan untuk menanyakan persepsi tentang RKP 2009 Informan untuk bagian ini dipilih secara purposive samping, adalah: 1 orang Pegawai Bappeda Provinsi yang ikut pada kegiatan Musrenbangnas 2008 (forum penyelarasan kegiatan pusat dan daerah) 1 orang Akademisi di Provinsi yang bersangkutan, yang pernah memfasilitasi Pemda dalam penyusunan RPJMD maupun RKP atau pernah menjadi mitra Bappenas dalam melakukan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah. 1 orang LSM yang berkecimpung dalam pelaksanaan program-program pemerintah di Provinsi. 2. Informan untuk menanyakan program lokal yang terkait penanggulangan kemiskinan Informan untuk informasi ini adalah Kepala/Staf Bappeda yang menyusun RKPD 2009 dan ikut serta dalam pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan di daerah. Perlu penulis tegaskan bahwa penentuan sumber data di atas, dilakukan untuk mengecek kebenaran data dari sumber terhadap sumber yang lain. Dengan demikian, data atau informasi tentang sesuatu yang sama dapat dibanding-bandingkan. Melalui cara tersebut diharapkan data yang terhimpun dapat lebih dipercaya kebenarannya. 3.5 Teknik Pengumpulan data Pengumpulan data sekunder. Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah: Data jumlah penduduk miskin tahun 2009 Provinsi Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan. Dokumen RPJMN

5 Dokumen RKP 2009 Dokumen RPJMD Provinsi Kalimantan Barat Dokumen RKPD 2009 Provinsi Kalimantan Barat Dokumen RPJMD Provinsi Sulawesi Selatan Dokumen RKPD 2009 Provinsi Sulawesi Selatan Data alokasi anggaran (alokasi anggaran untuk kegiatan dalam RKP yaitu PNPM Mandiri dengan alokasi dana perkabupaten/kota) Identifikasi fokus/kegiatan penanggulangan kemiskinan dalam RKP 2009 Sebelum penelitian dilakukan terlebih dahulu melakukan identifikasi basis evaluasi, sebab hampir semua dokumen kebijakan perencanaan pembangunan di dalamnya mencakup program penanggulangan kemiskinan. Identifikasi program dan kegiatan dilakukan melalui dua tahap yaitu identifikasi dokumen perencanaan yaitu RPJP , RPJMN atau RKP 2009, setelah basis dokumen perencanaan teridentifikasi maka akan dipilih fokus/progam dan kegiatan yang terkait langsung dengan orang miskin. Pemilihan fokus/program dan kegiatan yang terkait langsung dengan orang miskin adalah untuk membatasi lingkup penelitian, karena keterbatasan biaya dan waktu penelitian Pengumpulan data primer Setelah basis evaluasi terpilih, maka dilakukan penyusunan intrumen penelitian, penyusunan instrumen penelitian ini dibagi kedalam 2 bagian yaitu instrumen penelitian dalam bentuk kuesioner dan instrumen penelitian berupa panduan pertanyaan kepada informan. Penggunaan kedua instrumen ini dimaksudkan agar kedua instrumen ini saling melengkapi sehingga hasil evaluasi lebih berkualitas. Dalam pengumpulan data primer akan digunakan 3 daftar pertanyaan yaitu: Panduan wawancana untuk informan kegiatan pemberdayaan berbasis komunitas setempat. Panduan wawancara untuk Kepala/Staf Bappeda Provinsi dan

6 Kuesioner untuk mengetahui persepsi informan atas penanggulangan kemiskinan, persepsi informan akan diidentifikasi dengan menggunakan pendekatan dan skala penilaian sebagai berikut: Pendekatan input, proses, output, outcome Input (Relevansi Perencanaan) Skala nilai 1: jika tidak ada keserasian (tidak relevan) kegiatan dengan RKPD Provinsi Skala nilai 5: jika terdapat keserasian fokus tetapi tidak memiliki keserasian kegiatan dengan RKPD Provinsi Skala nilai 10: jika terdapat keserasian fokus dan kegiatan dengan RKPD Provinsi Input (Efektifitas Biaya) Skala nilai 1: jika tidak alokasi biaya untuk penanggulangan kemiskinan Skala nilai 5: Jika alokasi biaya lebih kecil dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin Skala nilai 10: jika alokasi dana proporsional dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin Proses (Pelaksanaan Program di Daerah) Skala nilai 1: jika rencana penanggulangan kemiskinan dalam RKP tidak dilaksanakan Skala nilai 5: jika kegiatan penanggulangan kemiskinan dilaksanakan tetapi pelaksanaannya tidak sesuai dengan rencana. Skala nilai 10: jika kegiatan penanggulangan kemiskinan mampu dijabarkan secara baik dan pelaksanaannya dinilai telah baik dan sesuai kebutuhan daerah. Output (Keluaran dari Kegiatan di Daerah) Skala nilai 1: jika kegiatan tidak dilaksanakan sehingga tidak ada keluaran sama sekali Skala nilai 5: jika kegiatan dilaksanakan tetapi hasilnya tidak sesuai dengan

7 keluaran yang diharapkan Skala nilai 10: jika kegiatan dilaksanakan dan keluarannnya sesuai dengan yang diharapan Outcome (Nilai Hasil) Skala nilai 1: jika program tidak dilaksanakan sehingga tidak ada hasil sama sekali Skala nilai 5: jika program dilaksanakan tetapi hasilnya tidak sesuai yang diharapkan Skala nilai 10: jika program dilaksanakan dan hasilnya sesuai dengan hasil yang diharapan Penilaian antar skala di atas dimungkinkan, jika informan menilai program/kegiatan penanggulangan kemiskinan dalam kisaran skala yang dimaksud, misalnya: nilai 2, 3,4,6,7,8,dan 9. Penilaian dari pemangku kepentingan ini bersifat subjektif, namun karena melibatkan penilaian pemangku kepentingan dari berbagai latar belakang (aparat pemerintah, akademisi dan LSM) diharapkan dapat memberikan hasil yang objektif Wawancara Penulis melakukan wawancara mendalam secara langsung kepada informan. Wawancara ini dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Adapun tujuannya untuk menggali dan mendapatkan informasi tentang semua aspek yang berkaitan dengan masalah penelitian. Dengan demikian teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara yang tidak terstruktur (mendalam). Wawancara dilakukan untuk memperkaya informasi dan melakukan pengecekan kembali terhadap dokumen yang tersedia. Wawancara kepada informan kegiatan lokal masyarakat untuk mengetahui aspek lain yang mendukung penurunan persentase penduduk miskin selain program yang dilaksanakan oleh pemerintah.

8 Wawancara kepada Bappeda Provinsi untuk mengidentifikasi program/kegiatan penanggulangan kemiskinan yang direncanakan dan dilaksanakan oleh pemerintan provinsi. Adapun proses pelaksanaan wawancara sebagai berikut, wawancara pertama dilakukan di Sulawesi Selatan dengan mengunjungi Kantor Bappeda Provinsi Sulawesi Selatan untuk menemui Kepala Bidang Perencanaan Makro yang bertugas dalam menyusun RKPD, kunjungan ke Bappeda untuk melakukan wawancara mendalam tentang program-program penanggulangan kemiskinan yang bersifat lokal. Kegiatan kedua menemui salah seorang akademisi di Universitas Hasanuddin yang teridentifikasi pernah menjadi narasumber perencanaan di Bappeda Provinsi Sulawesi Selatan dan pernah menjadi tim evaluasi kinerja pembangunan daerah bekerjasama dengan BAPPENAS. Kunjungan ke akademisi dimaksudkan untuk membagikan kuesioner sekaligus wawancara mendalam tentang pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan nasional dan daerah. Kegiatan ketiga adalah kunjungan ke LSM yang teridentifikasi cukup memahami terhadap perencanaan nasional dan daerah, salah seorang perwakilan dari LSM dibagikan kuesioner sekaligus dilakukan wawancara mendalam. Setelah melakukan penelitian kurang lebih selama satu bulan di Sulawesi Selatan kemudian peneliti kembali ke Jakarta untuk kemudian ke Kalimantan Barat. Proses penelitian selama kurang lebih satu bulan di Kalimantan Barat prosesnya hampir sama di Sulawesi Selatan. Informan penelitian di Kalimantan Barat adalah Kepala dan Staf Bappeda Provinsi Kalimantan Barat, akademisi dari Universitas Tanjung Pura, LSM Lokal dan salah satu lembaga keuangan yang dinilai cukup berhasil di Kalimantan Barat berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bappeda Provinsi Kalimantan Barat. Seluruh rencana proses wawancara dapat dilaksanakan, namun karena adanya informasi dari Kepala Bappeda Provinsi Kalimantan Barat bahwa yang cukup memiliki andil dalam penurunan persentase penduduk miskin di Kalimantan Barat adalah adalah Credit Union yang dilaksanakan sendiri oleh masyarakat tanpa campur tangan pemerintah. Berdasarkan informasi inilah peneliti melakukan penambahan

9 lingkup penelitian dengan mengunjungi CU Pancur Kasih untuk melakukan wawancara mendalam kepada pengurus dan anggota CU tersebut Pengamatan langsung (fact findings) terhadap hasil dan pelaksanaan pembangunan dalam bidang penanggulangan kemiskinan. Dalam proses pengumpulan data primer kepada para informan, peneliti menyempatkan diri untuk melakukan pengamatan langsung kondisi kemiskinan di Kota Makassar dan Kota Pontianak, sambil menanyakan tentang berbagai program penanggulangan kemiskinan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah kepada penduduk setempat Penilaian (assessment) terhadap input, proses, output, outcome sehingga dapat diketahui pelaksanaan kebijakan penanggulangan kemiskinan di Provinsi Kalimantan Barat dan Provinsi Sulawesi Selatan. Penilaian dilakukan dengan mengkombinasikan antara data kuantitatif yang diperoleh melalui pengisian kuesioner dan data sekunder serta data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara mendalam dari informan. 3.6 Proses Penelitian dan Etika Penelitian Selama kurang lebih dua bulan (satu bulan di Kalimantan Timur dan 1 bulan di Sulawesi Selatan), penulis melakukan penelitian. Sebelum penelitian dilakukan terlebih dahulu melakukan identifikasi basis evaluasi, sebab hampir semua dokumen kebijakan perencanaan pembangunan didalamnya mencakup program penanggulangan kemiskinan. Identifikasi program dan kegiatan dilakukan melalui dua tahap yaitu identifikasi dokumen perencanaan yaitu RPJP , RPJMN atau RKP 2009, setelah basis dokumen perencanaan teridentifikasi maka akan dipilih fokus dan kegiatan yang terkait langsung dengan orang miskin. Pemilihan fokus dan kegiatan yang terkait langsung dengan orang miskin adalah untuk membatasi lingkup penelitian, karena keterbatasan waktu penelitian. Setelah basis evaluasi terpilih, maka dilakukan penyusunan intrumen penelitian, penyusunan instrumen penelitian ini dibagi kedalam 2 bagian yaitu instrumen penelitian dalam bentuk kuesioner dan instrumen penelitian berupa panduan pertanyaan kepada

10 informan. Penggunaan kedua instrumen ini dimaksudkan agar kedua instrumen ini saling melengkapi sehingga hasil evaluasi lebih berkualitas. Dari instrumen tersebut, akan ditanyakan di dua lokasi penelitian yaitu di Sulawesi Selatan dan Kalimantan Barat. Karena waktu penelitian ini hanya berdurasi dua bulan, maka bulan pertama ke Sulawesi Selatan yaitu tanggal 25 Maret s.d 20 April 2010 dan bulan kedua ke Kalimantan Barat yaitu tanggal 25 April s.d 15 Mei Kegiatan awal penelitian yang dilakukan di Sulawesi Selatan adalah berkunjung ke kantor Bappeda Provinsi Sulawesi Selatan untuk menemui Kepala Bidang Perencanaan Makro yang bertugas dalam menyusun RKPD, data sekunder yang berhasil dikumpulkan dari Bappeda adalah dokumen RKPD 2009, RPJMD , Sulawesi Selatan Dalam Angka dan berbagai dokumen penanggulangan kemiskinan lainnya. Selain mengumpulkan data sekunder juga langsung melakukan pembagian kuesioner kepada salah seorang staf Bappeda sekaligus melakukan wawancara mendalam tentang program-program penanggulangan kemiskinan yang bersifat lokal. Kegiatan selanjutnya adalah menemui salah seorang akademisi di Universitas Hasanuddin yang teridentifikasi pernah menjadi narasumber perencanaan di Bappeda Provinsi Sulawesi Selatan dan pernah menjadi tim evaluasi kinerja pembangunan daerah bekerjasama dengan BAPPENAS. Kunjungan ke akademisi dimaksudkan untuk membagikan kuesioner sekaligus wawancara mendalam tentang pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan nasional dan daerah, hasil pertemuan dengan salah seorang akademisi dapat memenuhi harapan peneliti, dimana semua daftar pertanyaan dapat dijawab dan peneliti dapat melakukan wawancara mendalam seputar pelaksanaan kebijakan penanggulangan kemiskinan di Sulawesi Selatan. Setelah itu peneliti melakukan kunjungan ke salah seorang anggota LSM Cabe Rawit yang teridentifikasi cukup memahami perencanaan nasional dan daerah tentang penanggulangan kemiskinan, saat tiba di kantornya peneliti dipersilahkan masuk, kedatangan peneliti ke kantor ini sebenarnya sudah diketahui oleh informan, sehingga proses pengisian kuesioner dan wawancara mendalam berjalan cukup lancar, kegiatan ke Bappeda, ke Akademisi dan LSM ini dilakukan beberapa kali oleh peneliti, untuk memastikan semua data yang dibutuhkan sudah diperoleh. Proses kunjungan ini pula

11 dimanfaatkan untuk melakukan survey secara langsung tentang kondisi kehidupan masyarakat miskin di Sulawesi Selatan. Setelah melakukan penelitian kurang lebih selama satu bulan di Sulawesi Selatan, selanjutnya peneliti kembali ke Jakarta untuk ke Kalimantan Barat. Proses penelitian selama kurang lebih satu bulan di Kalimantan Barat (tanggal 20 April s.d 15 Mei 2010), prosesnya hampir sama di Sulawesi Selatan. Informan penelitian di Kalimantan Barat adalah Kepala Bappeda dan Staf Bappeda Provinsi Kalimantan Barat, Akademisi dari Universitas Tanjung Pura, LSM Lokal dan salah satu lembaga keuangan yang dinilai cukup berhasil di Kalimantan Barat berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bappeda Provinsi Kalimantan Barat. Pada hari pertama penelitian, peneliti menyempatkan diri untuk mengelilingi Kota Pontianak yang merupakan Ibu Kota Provinsi Kalimantan Barat, seharian menelusuri kondisi kota sambil melakukan survey pola hidup masyarakat miskin disekitar bantaran sungai, keesokan harinya peneliti berkunjung ke kantor Bappeda, pada kesempatan pertama peneliti menemui Kepala Bappeda Provinsi Kalimantan Barat, pada pertemuan ini peneliti menerima banyak informasi terkait pelaksanaan kebijakan penanggulangan kemiskinan RKP 2009 di Kalimantan Barat, selain itu Kepala Bappeda banyak bercerita tentang keberhasilan usaha perekonomian yang dirintis oleh masyarakat yaitu Credit Union. Kegiatan selanjutnya menemui salah seorang staf Bappeda yang ditunjuk oleh Kepala Bappeda untuk mengisi kuesioner dan melakukan wawancara mendalam, staf Bappeda yang mengisi kuesioner berkedudukan sebagai staf di Bagian Pengendalian dan Monitoring Pembangunan, setelah mengisi kuesioner, peneliti melakukan wawancara berkali-kali kepada staf Bappeda untuk memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan. Pada kesempatan itu pula peneliti mengumpulkan semua data sekunder yang dibutuhkan, datadata yang diperoleh dari Bappeda Kalimantan Barat adalah Kalimantan Barat dalam Angka 2009, RPJMD Kalimantan Barat, RKPD 2009 Kalimantan Barat dan dokumendokumen hasil evaluasi perencanaan pembangunan daerah yang pernah dilaksanakan di Kalimantan Barat. Selanjutnya peneliti ke Universita Tanjungpura untuk menemui salah seorang Guru Besar Fakultas Ekonomi Untan untuk menyampaikan kuesioner dan melakukan wawancara

12 mendalam. Sebelum kunjungan ke Untan peneliti terlebih dahulu menelepon informan, sesampainya di Untan peneliti langsung bertemu dengan informan, awal dari pertemuan hanya melakukan pembicaraan biasa seputar kegiatan informan di Untan, keesokan harinya dan di hari-hari selanjutnya peneliti menyerahkan kuesioner untuk diisi, saat penyerahan kuesioner, informan tidak langsung memberikan jawaban tetapi minta waktu 2-3 hari kepada peneliti untuk pengisian kuesioner tersebut. Sambil menunggu pengisian kuesioner selesai, peneliti terus melakukan survey lapangan, dihari yang dijanjikan peneliti kembali menemui informan dan informan menyerahkan hasil pengisian kuesioner yang dilengkapi dengan berbagai uraian tentang pelaksanaan kebijakan penanggulangan kemiskinan di Kalimantan Barat. Setelah peneliti menerima kuesioner yang telah diisi, barulah kemudian peneliti melakukan wawancara mendalam. Wawancara mendalam dengan menanyakan tentang apa yang diketahui oleh informan tentang pelakanaan kebijakan penanggulangan kemiskinan RKP 2009, pada proses ini informan banyak sekali memberikan komentar tentang keberhasilan maupun hal-hal yang menjadi masalah dalam penanggulangan kemiskinan di Kalimantan Barat. Setelah semua data dan informasi diperoleh, peneliti mengunjungi salah satu LSM lokal yang banyak menangani penanggulangan kemiskinan di Kalimantan Barat. Pengisian kuesioner dan wawancara mendalam dapat dilakukan sesuai dengan rencana, bahkan saat peneliti berkunjung ke LSM ini, peneliti berdiskusi banyak dengan aktivis di LSM ini seputar pelaksanaan kebijakan penanggulangan kemiskinan. Satu hal yang diluar rencana adalah berkunjung ke Credit Union (CU) Pancur Kasih, berdasarkan informasi dari Kepala Bappeda bahwa CU memiliki kontribusi yang banyak terhadap penurunan persentase penduduk miskin di Kalimantan Barat. Kunjungan dilakukan saat jam kantor, memang betul terlihat bahwa kegiatan CU Pancur Kasih banyak mendapat dukungan dari masyarakat, pada kesempatan ini peneliti mewawancarai beberapa nasabah sekaligus sebagai investor dan mewawancarai pengurus CU tersebut. 3.7 Teknik Analisa Data

13 Data yang telah berhasil dikumpulkan melalui studi dokumentasi, wawancara, observasi maupun survey persepsi, diolah dan dianalisis secara kualitatif. Khusus untuk hasil survey persepsi akan diolah secara kuantitatif dengan menggunakan rumus skor rerata: Rata-rata skor = (Skor Penilaian LSM+PT+Bappeda)/3 Setiap data yang diperoleh dianalisis secara terus menerus sejak awal dan selama proses penelitian berlangsung, ditafsirkan untuk dapat diketahui maknanya dan dihubungkan dengan masalah penelitian. Data yang terkumpul selain disajikan dalam bentuk narasi, juga disajikan dalam bentuk kutipan-kutipan langsung dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan. Data kuantitatif yang disajikan dalam tabulasi hanya sebagai pendukung data kualitatif. Secara garis besar, analisis data dilakukan menurut tahapan sebagai berikut: Reduksi data, dengan kondisi data yang diperoleh dari lapangan yang jumlahnya tidak terbatas maka peneliti harus melakukan reduksi, yaitu hanya memilih hal-hal pokok dan tema-tema yang relevan dengan fokus penelitian ini. Data yang direduksi itu akan memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil penelitian dan dapat membantu dalam memberikan kode-kode tertentu pada aspek tertentu Display data, display data adalah menyajikan data dalam bentuk matriks, network atau grafik dan sebagainya yang memungkinan penguasaan data dan penelitian tidak terbenam dengan setumpuk data yang belum diolah Pengambilan keputusan dan verifikasi, yaitu upaya untuk mencari pola, model, tema, hubungan dan persamaan serta hal-hal yang sering muncul, sehingga didapat satu kesimpulan, yang lama kelamaan kesimpulan itu semakin jelas seiring dengan semakin banyak dan mendukungnya data yang diperoleh. 3.8 Kerangka Evaluasi Evaluasi pada pada dasarnya merupakan alat untuk mengumpulkan dan mengelola informasi mengenai program atau pelayanan yang diterapkan. Evaluasi menyediakan data dan informasi yang bisa digunakan untuk menganalisis kebijakan dan menunjukkan rekomendasi bagi perbaikan yang diperlukan agar implementasi berjalan efektif sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Pendekatan evaluasi biasanya mencakup:

14 Input, bahan-bahan dan sumber-sumber yang digunakan untuk mengimplementasikan kebijakan. Proses, cara-cara dengan mana bahan-bahan dan sumberdaya diolah atau ditransformasikan menjadi penyediaan pelayanan Output, barang-barang atau pelayanan-pelayanan yang diproduksi oleh suatu program. Outcome, hasil atau akibat yang ditimbulkan oleh suatu program. Berikut adalah kerangka kajian evaluasi kinerja penanggulangan kemiskinan di Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Kalimantan Barat.

15 Gambar 3.1 Kerangka Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Perbedaan Kinerja Penanggulangan Kemiskinan Antar Provinsi Rekomendasi Kebijakan Perencanaan dan Penganggaran Penanggulangan Kemiskinan Identifikasi Basis Evaluasi RKP 2009 (Penanggulangan Kemiskinan) Pendekatan Evaluasi Input Perumusan Perencanaan dan Penganggaran Pro-poor Evaluasi Proses Hasil Evaluasi Output Analisis Outcome

16 3.9 Operasionalisasi Konsep Definisi operasional dimaksudkan untuk membuat batasan sosiologis terhadap konsep yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian, yaitu: 1. Evaluasi Kebijakan Upaya penilaian terhadap rencana dan pelaksanaan rencana pembangunan yang dimulai dari input, proses, output dan outcome. 2. Perencanaan Pembangunan Dokumen kebijakan rencana pembangunan tahunan berupa rencana kerja pemerintah (RKP) tahun 2009 yang didalamnya memuat kebijakan, program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan. 3. Penganggaran Pembangunan Dokumen yang menunjukkan adanya sejumlah anggaran pembangunan tahun 2009 untuk program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan baik ditingkat nasional maupun di daerah. 4. Kemiskinan Suatu kondisi yang menggambarkan ketidakberdayaan sejumlah orang untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, sehingga diperlukan adanya program atau kegiatan pemerintah untuk memberdayakan sejumlah orang tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan prioritas pembangunan nasional karena kemiskinan merupakan masalah yang kompleks dan multidimensi, kemiskinan tidak terbatas sekedar pada ketikdakmampuan

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN MENTERIDALAM NEGERI REPUBLIKINDONESIA PAPARAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN 2017-2022 Serang 20 Juni 2017 TUJUAN PEMERINTAHAN DAERAH UU No. 23

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi Tabel., dan Padi Per No. Padi.552.078.387.80 370.966 33.549 4,84 4,86 2 Sumatera Utara 3.48.782 3.374.838 826.09 807.302 4,39 4,80 3 Sumatera Barat.875.88.893.598 422.582 423.402 44,37 44,72 4 Riau 454.86

Lebih terperinci

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D.

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D. ANALISIS BENCANA DI INDONESIA BERDASARKAN DATA BNPB MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING DATA MINING MAHESA KURNIAWAN 54412387 Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D. Bencana merupakan peristiwa yang dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 sampai 2015 menunjukkan kenaikan setiap tahun. Jumlah penduduk

Lebih terperinci

SIMPADU PENANGGULANGAN KEMISKINAN EVALUSI DAN RENCANA TINDAK LANJUT. Direktorat Penanggulangan Kemiskinan

SIMPADU PENANGGULANGAN KEMISKINAN EVALUSI DAN RENCANA TINDAK LANJUT.  Direktorat Penanggulangan Kemiskinan SIMPADU PENANGGULANGAN KEMISKINAN EVALUSI DAN RENCANA TINDAK LANJUT http://simpadu-pk.bappenas.go.id Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Materi Paparan OVERVIEW SIMPADU PENANGGULANGAN KEMISKINAN AGENDA

Lebih terperinci

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor), Babi Aceh 0.20 0.20 0.10 0.10 - - - - 0.30 0.30 0.30 3.30 4.19 4.07 4.14 Sumatera Utara 787.20 807.40 828.00 849.20 871.00 809.70 822.80 758.50 733.90 734.00 660.70 749.40 866.21 978.72 989.12 Sumatera

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan. No.526, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia merupakan salah satu syarat mutlak bagi kelangsungan hidup bangsa dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menciptakan pembangunan

Lebih terperinci

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN Pembangunan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Tahun 2016 PERUMAHAN PERBATASAN LAIN2 00 NASIONAL 685.00 1,859,311.06 46,053.20 4,077,857.49 4,523.00 359,620.52 5,293.00 714,712.50 62,538.00 1,344,725.22

Lebih terperinci

POKOK-POKOK PIKIRAN KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS 2017

POKOK-POKOK PIKIRAN KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS 2017 POKOK-POKOK PIKIRAN KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS 2017 Kepala Subdirektorat Keuangan Daerah Bappenas Februari 2016 Slide - 1 KONSEP DASAR DAK Slide - 2 DAK Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang

Lebih terperinci

BAB lv METODE PENELITIAN

BAB lv METODE PENELITIAN BAB lv METODE PENELITIAN 4. 1 Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif yang bersifat gabungan antara kualitatif dengan kuantitatif. Sedangkan desain penelitian

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.53/09/16 Th. XVIII, 01 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA SELATAN MARET 2016 GINI RATIO SUMSEL PADA MARET 2016 SEBESAR

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN BADAN PUSAT STATISTIK No.06/02/81/Th.2017, 6 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO MALUKU PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,344 Pada September 2016,

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 No. 11/02/82/Th. XVI, 1 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 GINI RATIO DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,309 Pada September 2016, tingkat ketimpangan

Lebih terperinci

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode. 1 010022 Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode. 1 010022 Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154 ALOKASI ANGGARAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN YANG DILIMPAHKAN KEPADA GUBERNUR (Alokasi Anggaran Dekonsentrasi Per Menurut Program dan Kegiatan) (ribuan rupiah) 1 010022 : DKI Jakarta 484,909,154

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, - 1 - SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK BANTEN SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK BANTEN SEPTEMBER 2016 MENURUN No.12/02/Th.XI, 6 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK BANTEN SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,392 Pada ember 2016, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk

Lebih terperinci

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011 TABEL 1 GAMBARAN UMUM No. Provinsi Lembaga Pengelola Pengunjung Judul Buku 1 DKI Jakarta 75 83 7.119 17.178 2 Jawa Barat 1.157 1.281 72.477 160.544 3 Banten 96 88 7.039 14.925 4 Jawa Tengah 927 438 28.529

Lebih terperinci

Jumlah Ternak yang dipotong di rumah potong hewan (RPH) menurut Provinsi dan Jenis Ternak (ekor),

Jumlah Ternak yang dipotong di rumah potong hewan (RPH) menurut Provinsi dan Jenis Ternak (ekor), Sapi ACEH 25055 25902 18002 23456 22172 19693 9931 27698 26239 35601 36014 36287 30145 11316 10986 13231 SUMATERA UTARA 22557 22578 17050 21686 20380 19275 20816 24077 19676 28901 31926 32163 21761 24434

Lebih terperinci

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara. LAMPIRAN I ZONA DAN KOEFISIEN MASING-MASING ZONA Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 Zona 5 Zona 6 Koefisien = 5 Koefisien = 4 Koefisien = 3 Koefisien = 2 Koefisien = 1 Koefisien = 0,5 DKI Jakarta Jawa Barat Kalimantan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BADAN AKREDITASI NASIONAL ( BAN PAUD DAN PNF ) NOMOR: 024/BAN PAUD DAN PNF/AK/2017

KEPUTUSAN BADAN AKREDITASI NASIONAL ( BAN PAUD DAN PNF ) NOMOR: 024/BAN PAUD DAN PNF/AK/2017 KEPUTUSAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL ( BAN PAUD DAN PNF ) NOMOR: 024/BAN PAUD DAN PNF/AK/2017 TENTANG ALOKASI KUOTA AKREDITASI BAP PAUD DAN PNF TAHUN 2018

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh No.1368, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Hasil Pemetaan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG HASIL PEMETAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara pemerintah dan pihak swasta (masyarakat) sehingga sumber daya yang ada

BAB I PENDAHULUAN. antara pemerintah dan pihak swasta (masyarakat) sehingga sumber daya yang ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah sebuah proses terciptanya kerjasama antara pemerintah dan pihak swasta (masyarakat) sehingga sumber daya yang ada dapat dikelola untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi pada banyak

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi pada banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi pada banyak negara di dunia dan menjadi masalah sosial yang bersifat global. Hampir semua negara berkembang memiliki

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1652, 2014 KEMENDIKBUD. Mutu Pendidikan. Aceh. Sumatera Utara. Riau. Jambi. Sumatera Selatan. Kepulauan Bangka Belitung. Bengkulu. Lampung. Banten. DKI Jakarta. Jawa

Lebih terperinci

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi, yang Tersedia pada Menurut, 2000-2015 2015 yang Tersedia pada ACEH 17 1278 2137 SUMATERA UTARA 111 9988 15448 SUMATERA BARAT 60 3611 5924 RIAU 55 4912 7481 JAMBI 29 1973 2727 SUMATERA SELATAN 61 4506 6443

Lebih terperinci

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT No. 42 / IX / 14 Agustus 2006 PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005 Dari hasil Susenas 2005, sebanyak 7,7 juta dari 58,8 juta rumahtangga

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 13/02/12/Th. XX, 06 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,312 Pada ember

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI RI Jakarta 2011 Sasaran program K/L Kesesuaian lokus program dan kegiatan K/L & daerah Besaran anggaran program dan kegiatan K/L Sharing pendanaan daerah

Lebih terperinci

PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Disampaikan oleh: STAF AHLI MENTERI BIDANG PEMERINTAHAN Dr. SUHAJAR DIANTORO, M.Si KEMENTERIAN DALAM NEGERI Tarakan, 5April 2017 PENDAHULUAN 1 2 3 PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data Disampaikan oleh: DeputiMenteri PPN/Kepala Bappenas Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan pada Peluncuran Peta Kemiskinan dan Penghidupan

Lebih terperinci

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018 - 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018 MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) NUSA TENGGARA BARAT 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) NUSA TENGGARA BARAT 2016 No.61/09/52/Th. IV, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) NUSA TENGGARA BARAT 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) NTB 2016 MENGALAMI KENAIKAN DIBANDINGKAN DENGAN IDI NTB 2015. IDI adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kemiskinan merupakan isu sentral yang dihadapi oleh semua negara di dunia termasuk negara sedang berkembang, seperti Indonesia. Kemiskinan menjadi masalah kompleks yang

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 15/09/53/Th. XX, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI NTT TAHUN 2016 MENGALAMI KE

Lebih terperinci

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Bali 2016

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Bali 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BALI Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Bali 2016 Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Provinsi Bali 2016 sebesar 78,95 IDI adalah indikator komposit yang menunjukkan tingkat perkembangan

Lebih terperinci

RKB PPKD. selaku BUD APBD KEBIJAKAN PENYEDIAAN ALOKASI ANGGARAN PENANGGULANGAN BENCANA DALAM APBD

RKB PPKD. selaku BUD APBD KEBIJAKAN PENYEDIAAN ALOKASI ANGGARAN PENANGGULANGAN BENCANA DALAM APBD KEBIJAKAN UMUM KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN PENYEDIAAN ALOKASI ANGGARAN PENANGGULANGAN BENCANA DALAM oleh: Drs. Horas Maurits Panjaitan, MEc.Dev (Kasubdit Anggaran Daerah Wilayah

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN PEMBUKAAN

KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN PEMBUKAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN PEMBUKAAN Oleh : Ir. Abdul Kadir Damanik, MM Staf Ahli Menteri Bidang Penerapan Nilai Dasar Koperasi Disampaikan Dalam Rangka

Lebih terperinci

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi, Menurut, 2000-2016 2015 ACEH 17 1.278 2.137 20 1.503 2.579 SUMATERA UTARA 111 9.988 15.448 116 10.732 16.418 SUMATERA BARAT 60 3.611 5.924 61 3.653 6.015 RIAU 55 4.912 7.481 58 5.206 7.832 JAMBI 29 1.973

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN MASALAH

BAB III PEMBAHASAN MASALAH BAB III PEMBAHASAN MASALAH 3. 1 Analisa Aplikasi Perkembangan dunia pendidikan semakin meningkat dengan kemajuan teknologi yang semakin berkembang. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang mempunyai manfaat

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 No. 52/09/15/Th. XI, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI JAMBI 2016 MENGALAMI PENURUNAN DIBANDINGKAN DENGAN IDI TAHUN 2015 IDI adalah indikator

Lebih terperinci

2

2 2 3 c. Pejabat Eselon III kebawah (dalam rupiah) NO. PROVINSI SATUAN HALFDAY FULLDAY FULLBOARD (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. ACEH

Lebih terperinci

U r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal

U r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI TAHUN

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2013

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2013 No. 14/07/53/Th.XVII, 04 Juli 2014 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2013 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) NTT 2013 SEBESAR 73,29 DARI SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI NAIK 0,62 POIN DIBANDINGKAN DENGAN IDI

Lebih terperinci

PANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2

PANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2 PANDUAN Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2 Bagian Pengelolaan Barang Milik Negara Sekretariat Direktorat Jenderal Cipta Karya DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 No. 14/09/62/Th. XI, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 SEBESAR 74,77 IDI adalah indikator komposit yang menunjukkan

Lebih terperinci

Perkembangan Kelembagaan BKM

Perkembangan Kelembagaan BKM Potret Kemandirian BKM Tahun 2014 Tantangan Penaganan Kawasan Kumuh 2015 A. 12 Aspek Lemah Kemandirian BKM Hasil Penilaian IDF 2013 Pada Bulan September 2014 lalu melalui Surat KMP no 16/NMC/PNPM -Perkotaan/IX/2014,

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BANTEN 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BANTEN 2016 No. 54/09/36/Th.XI, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BANTEN 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BANTEN 2016 MENGALAMI PENINGKATAN DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA IDI Banten 2016

Lebih terperinci

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan. S ensus Penduduk, merupakan bagian terpadu dari upaya kita bersama untuk mewujudkan visi besar pembangunan 2010-2014 yakni, Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Keberhasilan

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN No.54/9/13/Th. XIX, 1 ember 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,331 Pada 2016, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk

Lebih terperinci

STATISTIK PENDUDUK PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

STATISTIK PENDUDUK PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 STATISTIK PENDUDUK 1971-2015 PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Statistik Penduduk 1971-2015 Ukuran Buku : 27 Cm x 19 Cm (A4) Jumlah Halaman : 257 halaman Naskah : Pusat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor lainnya. Sejalan dengan itu, sektor pertanian

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016 BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No.39/07/Th.XX, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016 GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR

Lebih terperinci

ALOKASI ANGGARAN. No Kode Satuan Kerja/Program/Kegiatan Anggaran (Ribuan Rp) (1) (2) (3) (4) 01 Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta

ALOKASI ANGGARAN. No Kode Satuan Kerja/Program/Kegiatan Anggaran (Ribuan Rp) (1) (2) (3) (4) 01 Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 103 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI TAHUN

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, - 1 - SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PELIMPAHAN URUSAN PEMERINTAHAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016* )

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016* ) INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016* ) No. 43/09/14/Th. XVIII, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DI PROVINSI RIAU TAHUN 2016 SEBESAR 71,89, MENGALAMI KENAIKAN DIBANDINGKAN TAHUN 2015

Lebih terperinci

Laporan Keuangan UAPPA-E1 Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Tahun 2014 (Unaudited) No Uraian Estimasi Pendapatan

Laporan Keuangan UAPPA-E1 Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Tahun 2014 (Unaudited) No Uraian Estimasi Pendapatan Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Rp2.334.880.785 B. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN B.1 Pendapatan Negara dan Hibah Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah pada Tahun Anggaran 2014

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DANA DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017 MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI JAWA BARAT 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI JAWA BARAT 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI JAWA BARAT 2016 No. 52/09/32/Th.XVII, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI JAWA BARAT 2016 MENGALAMI PENURUNAN DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1043, 2012 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsentrasi. PERATURAN

Lebih terperinci

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Provinsi Sumatera Selatan 2016

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Provinsi Sumatera Selatan 2016 No. 56/10/16/Th.XIX, 2 Oktober 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Provinsi Sumatera Selatan 2016 IDI Provinsi Sumsel tahun 2016 sebesar 80,95, meningkat

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI BARAT 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI BARAT 2016 No. 56/09/76/Th. XI, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI BARAT 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI BARAT 2016 MENGALAMI PENINGKATAN DIBANDINGKAN DENGAN IDI SULAWESI BARAT

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 PROVINSI ACEH

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 PROVINSI ACEH B P S P R O V I N S I A C E H No. 43/09/Th. XX, 15 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 PROVINSI ACEH INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 PROVINSI ACEH MENGALAMI KENAIKAN DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha)

Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha) Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha) Kawasan Hutan Total No Penutupan Lahan Hutan Tetap APL HPK Jumlah KSA-KPA HL HPT HP Jumlah Jumlah

Lebih terperinci

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017 Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017 - Direktur Otonomi Daerah Bappenas - Temu Triwulanan II 11 April 2017 1 11 April 11-21 April (7 hari kerja) 26 April 27-28 April 2-3 Mei 4-5 Mei 8-9 Mei Rakorbangpus

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2017 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2017 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MARET 2017 MENCAPAI 10,64 PERSEN No. 66/07/Th. XX, 17 Juli 2017 Pada bulan Maret 2017, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SUMATERA UTARA 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SUMATERA UTARA 2016 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 54/09/12/Thn. XX, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SUMATERA UTARA 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SUMATERA UTARA 2016 MENGALAMI PENURUNAN DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 No. 53/09/72/Th. XX, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI TENGAH 2016 MENGALAMI PENURUNAN DIBANDINGKAN DENGAN IDI PROVINSI SULAWESI TENGAH 2015.

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI UTARA TAHUN 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI UTARA TAHUN 2016 No. 82/9/71/Th. XI, 15 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI UTARA TAHUN 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI UTARA TAHUN 2016 SEBESAR 76,34 DALAM SKALA 0 SAMPAI 100. IDI adalah

Lebih terperinci

2011, No Gubernur sebagaimana dimaksud pada huruf a, ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

2011, No Gubernur sebagaimana dimaksud pada huruf a, ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.917, 2011 BAPPENAS. Pelimpahan Kewenangan. Dekonsentrasi. Tahun Anggaran 2012. PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I.1 Pertumbuhan Produksi Tahunan Industri Mikro dan Kecil YoY menurut Provinsi,

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I.1 Pertumbuhan Produksi Tahunan Industri Mikro dan Kecil YoY menurut Provinsi, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Usaha makanan/kuliner merupakan jenis usaha yang sangat menjanjikan. Hal ini disebabkan makanan merupakan kebutuhan pokok manusia. Usaha ini banyak sekali

Lebih terperinci

KONTEKSTUALISASI EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH DALAM PENYUSUNAN RKP. Darmawijaya. 1. Pendahuluan 44 E D I S I 0 1 / T A H U N X V I I /

KONTEKSTUALISASI EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH DALAM PENYUSUNAN RKP. Darmawijaya. 1. Pendahuluan 44 E D I S I 0 1 / T A H U N X V I I / KONTEKSTUALISASI EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH DALAM PENYUSUNAN RKP Darmawijaya 1. Pendahuluan Ilustrasi by Riduan Tulisan ini bermaksud membahas lebih rinci kontekstualisasi Evaluasi Kinerja Pembangunan

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No.50/08/61/Th. XVIII, 13 Agustus 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI KALIMANTAN BARAT 2014

Lebih terperinci

Hasil Evaluasi Pelaksanaan Undang-Undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

Hasil Evaluasi Pelaksanaan Undang-Undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik Hasil Evaluasi Pelaksanaan Undang-Undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik Implementasi Inpres No. 7 tahun 2015 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Dalam rangka implementasi

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN PEMBUKAAN OLEH :

KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN PEMBUKAAN OLEH : KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN PEMBUKAAN OLEH : IR. YUANA SUTYOWATI, MM STAF AHLI MENTERI BIDANG PEMANFAATAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA Disampaikan Dalam Rangka

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN No.54/09/17/I, 1 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,357 Daerah Perkotaan 0,385 dan Perdesaan 0,302 Pada

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI BENGKULU 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI BENGKULU 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI BENGKULU 2015 No. 46/08/17/III, 3 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI BENGKULU 2015 SEBESAR 73,60 DALAM SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI NAIK DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 315, 2016 BAPPENAS. Penyelenggaraan Dekonsentrasi. Pelimpahan. Tahun Anggaran 2016. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI BENGKULU 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI BENGKULU 2016 No. 57/09/17/IV, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI BENGKULU 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 MENGALAMI PENINGKATAN DIBANDINGKAN TAHUN 2015. IDI

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-33.-/216 DS334-938-12-823 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 MENINGKAT

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 MENINGKAT BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No.46/07/52/Th.I, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 MENINGKAT GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR 0,371 Pada

Lebih terperinci

SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI.

SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI. SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MMMMMERNJHEDSOAHDCsiDHNsaolkiDFSidfnbshdjcb XZCnxzcxzn PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI TENGAH 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI TENGAH 2015 No. 46/08/72/Th. XIX, 3 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI TENGAH 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI TENGAH 2015 MENINGKAT DIBANDINGKAN DENGAN IDI SULAWESI TENGAH 2014.

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017 No. 41/07/36/Th.XI, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017 GINI RATIO PROVINSI BANTEN MARET 2017 MENURUN Pada 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Banten yang diukur

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.97,2012 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Pelimpahan. Sebagian Urusan. Dekonsentrasi PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Indikasi adanya ledakan penduduk di Indonesia yang ditunjukkan beberapa indikator demografi menjadikan

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DKI JAKARTA 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DKI JAKARTA 2015 No. 35/08/31/th.XVIII, 3 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DKI JAKARTA 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DKI JAKARTA 2015 SEBESAR 85,32 DARI SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI NAIK 0,62 POIN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI ACEH, PROVINSI SUMATERA UTARA, PROVINSI RIAU,

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 39. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Propinsi

Tabel Lampiran 39. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Propinsi Tabel 39., dan Bawang Merah Menurut 6.325 7.884 854.064 7,4 7,4 2 Sumatera 25.43 9.70 3.39 2.628 7,50 7,50 3 Sumatera Barat 8.57 3.873.238.757 6,59 7,90 4 Riau - - - - - - 5 Jambi.466.80 79 89 8,9 6,24

Lebih terperinci

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015 JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN NO PROVINSI LAKI-LAKI PEREMPUAN Total 1 ACEH 197 435 632 2 SUMATERA UTARA 1,257 8,378 9,635 3 SUMATERA BARAT 116 476 592

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI BARAT 2014

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI BARAT 2014 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 52/08/76/Th.IX, 13 Agustus 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI BARAT 2014 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI BARAT 2014 SEBESAR 76,69 DALAM SKALA 0 SAMPAI

Lebih terperinci

https://maluku.bps.go.id

https://maluku.bps.go.id No. 05/09/Th. XX, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) MALUKU 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) MALUKU 2016 MENGALAMI CUKUP PESAT DIBANDINGKAN DENGAN 2015. 1. Perkembangan Indeks Demokrasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI

Lebih terperinci

ALOKASI TAHUN ANGGARAN 2016

ALOKASI TAHUN ANGGARAN 2016 Lampiran 1 Nomor 03 /Per/M.KUKM/I /2016 Peningkatan Kapasitas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah ALOKASI TAHUN 2016 SASARAN (Jumlah) NO PROVINSI DAK TA.2016 PELATIHAN PENDAMPINGAN KET (ORANG) (ORANG) 1

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) MALUKU UTARA, 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) MALUKU UTARA, 2016 No. 53/09/82/Th.XVI, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) MALUKU UTARA, 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) MALUKU UTARA 2016 MENGALAMI PENINGKATAN DIBANDINGKAN DENGAN IDI MALUKU UTARA

Lebih terperinci

PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Disampaikan oleh: MENTERIDALAMNEGERI TJAHJO KUMOLO KEMENTERIAN DALAM NEGERI Bangka Tengah, 7 April 207 2 PENCAPAIAN TARGET PEMBANGUNAN NASIONAL (Pasal

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DKI JAKARTA 2013

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DKI JAKARTA 2013 No. 35/07/31/XVI, 7 Juli 2014 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DKI JAKARTA 2013 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DKI JAKARTA 2013 SEBESAR 71,18 DARI SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI TURUN 6,54 POIN DIBANDINGKAN

Lebih terperinci