SUMMARY NURLAILA GAIB NIM :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sistem pertanian di Indonesia. Pestisida digunakan untuk mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan pestisida di seluruh dunia (world-wide), tetapi dalam hal kematian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terpadat di

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pekerja yang terganggu kesehatannya (Faris, 2009). masyarakat untuk mempertahankan hidupnya dan kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, termasuk perkebunan sebagai sumber penghasilan utama daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida merupakan salah satu teknologi pengendalian organisme

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya menyebabkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. ayat (1) yang menyatakan bahwa Penggunaan pestisida dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan pertanian sebagai leading sector melalui suatu

BAB I PENDAHULUAN. membunuh atau mengendalikan berbagai hama tanaman. Tetapi pestisida. lingkungan apabila tidak tepat dalam menggunakannya.

Jurnal Kesehatan Masyarakat

Unnes Journal of Public Health

STUDI PREVALENSI KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI PENYEMPROT SAYUR DI DESA MENDONGAN KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan hewan atau tumbuhan pengganggu seperti binatang pengerat, termasuk

ABSTRACT. Keywords: Cholinesterase, Pesticide Poisoning, Horticulture Farmers

PERBEDAAN PENGARUH ANTARA CHLORPYRIFOS DENGAN LAMDA SIHALOTRIN TERHADAP KEMATIAN NYAMUK Aedes aegypti. Yadi ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA PESTISIDA, PENDIDIKAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PETANI BAWANG MERAH

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Tabumela Kecamatan Tilango

BAB III METODE PENELITIAN. Hulawa Kecamatan Sumalata Timur, Kabupaten Gorontalo Utara. Sedangkan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertempat di wilayah kerja puskesmas Motoboi Kecil

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang optimal yang setinggi-tingginya sebagai investasi sumber daya manusia yang produktif

SUMMARY ABSTRAK BAB 1

Keperpustakaan : 29 ( ) Kata Kunci : Cholinesterase, petani penjamah, pestisida

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI BAWANG MERAH DI DESA KEDUNGUTER KECAMATAN BREBES KABUPATEN BREBES

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian. ini menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional yaitu rancangan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penambangan Emas Desa Hulawa

I. PENDAHULUAN. Tanggamus merupakan salah satu daerah penghasil sayuran di Provinsi Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Wilayah Kerja. Poowo, Poowo Barat, Talango, dan Toto Selatan.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PETERNAK AYAM. Putri Rahayu H. Umar. Nim ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad

BAB 1 PENDAHULUAN. yang secara ekonomis sangat merugikan petani. Organisme Pengganggu

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan produksi pertanian.

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki wilayah perkebunan kelapa sawit yang cukup luas.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkat tinggi setelah aplikasi pestisida. Penggunaan bahan-bahan beracun itu pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. pestisida. Pengunaan agrokimia diperkenalkan secara besar-besaran untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango. Utara, Kabupaten Bone Bolango pada tanggal 10 Mei Juni 2013

PERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Kadar Cholinesterase Darah, Petani Penyemprot Pestisida Padi Sawah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Experiment) Kelompok Intervensi O1 X O2

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini adalah wilayah kerja Puskesmas Kabila Bone

LAMA PAJANAN ORGANOFOSFAT TERHADAP PENURUNAN AKTIVITAS ENZIM KOLINESTERASE DALAM DARAH PETANI SAYURAN

ANALISIS KADAR CHOLINESTERASE DARAH PADA PETANI PENYEMPROT PESTISIDA TANAMAN HORTIKULTURA DI PERKEBUNAN WAWO MATANI KOTA TOMOHON

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di masing-masing ruangan operator Sistem

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilaksanakan dirumah pengrajin Sulaman Kerawang UKM

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH FAKTOR KARAKTERISTIK PETANI DAN METODE PENYEMPROTAN TERHADAP KADAR KOLINESTERASE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 3 Botupingge Kecamatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

Suparjan Petasule NIM Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Provinsi Gorontalo. Puskesmas Tapa didirikan pada tahun 1963 dengan luas

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian (survei) analitik, yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Kata Kunci : Sampah,Umur,Masa Kerja,lama paparan, Kapasitas Paru, tenaga kerja pengangkut sampah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan ini merupakan suatu penelitian deskriptif analitik

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah analitik observasional dengan

Faktor Determinan Aktivitas Kholinesterase Darah Petani Holtikultura di Kabupaten Majalengka

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kulit akibat kerja merupakan peradangan kulit yang disebabkan

Oleh : Rani Angreani Walangitan

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan terus diupayakan untuk mencapai tujuan nasional. Adapun

HUBUNGAN HIGIENE PERORANGAN DAN CARA PENYEMPROTAN PESTISIDA DENGAN TINGKAT KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI DI DESA KEMBANG KUNING KECAMATAN CEPOGO

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat.

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PENGGUNAAN PESTISIDA DENGAN TINGKAT KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI DI DESA KEMBANG KUNING KECAMATAN CEPOGO

DETERMINAN GANGGUAN KEPEKAAN KULIT PADA PETANI BAWANG MERAH DESA WANASARI KECAMATAN WANASARI KABUPATEN BREBES

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu

HUBUNGAN SIKAP IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR KOTA BENGKULU

Diana Mayasari Gambaran Perilaku Kerja Aman pada Petani Hortikultura di Desa Gisting Atas

BAB III METODE PENELITIAN

Paparan Pestisida. Dan Keselamatan Kerja

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku pemeriksaan Ante

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

Kata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga

III. METODE PENELITIAN. dilakukan pada saat yang bersamaan dalam satu waktu (Notoatmojo, 2003)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama. Food

Promotif, Vol.6 No.2, Juli Desember 2016 Hal

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

Transkripsi:

SUMMARY HUBUNGAN MASA KERJA DAN LAMA PENYEMPROTAN TERHADAP KEJADIAN KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI SAWAH (Studi Penelitian di Kelurahan Tumbihe Kecamatan Kabila) NURLAILA GAIB NIM : 811409149 Program Studi Kesehatan Masyarakat, Peminatan Kesehatan Lingkungan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Pestisida merupakan bahan kimia beracun dan berbahaya yang berpotensi menyebabkan keracunan pada organisme yang terpapar. Petani sawah memiliki resiko keracunan akibat paparan pestisida yang dipengaruhi oleh Masa Kerja dan Lama Penyemprotan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengetahui kejadian keracunan pestisida pada petani sawah adalah dengan melakukan pemeriksaan aktifitas enzim Cholinesterase dalam darah petani sawah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Hubungan Masa Kerja dan Lama Penyemprotan terhadap Kejadian Keracunan Pestisida Pada Petani Sawah. Jenis penelitian adalah survei analitik dengan menggunakan pendekatan Cross sectional study. Tehnik analisis data Chi square dan Fisher s eksak test, serta pemeriksaan laboratorium aktivitas enzim Cholinesterase untuk mengetahui keracunan. Populasi dalam peneltian ini sebanyak 52 jiwa, tehnik penarikan sampel menggunakan Purposive sampel sehingga didapat 25 jiwa yang menjadi responden dalam penelitian. Hasil pemeriksaan aktivitas enzim Cholinesterase ditemukan 11 jiwa petani tidak mengalami keracunan dan 14 jiwa petani mengalami keracunan, dengan kategori keracunan ringan. Analisis bivariat menggunakan uji statistik Chi Square untuk masa kerja, diperoleh nilai p value = 0,008 dan Fischer s eksak test untuk lama penyemprotan diperoleh nilai p value = 0,001, sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara Masa Kerja Terhadap Kejadian Keracunan Pestisida dan Lama Penyemprotan Terhadap Kejadian Keracunan Pestisida Pada Petani Sawah. Petani diharapkan menggunakan Alat Pelindung Diri yang Sempurna pada saat melakukan penyemprotan, seperti kemeja lengan panjang dan celana panjang, masker, topi, sarung tangan, pelindung mata dan apron, sehingga dapat meminimalisir terjadinya keracunan akibat paparan pestisida. Kata Kunci : Masa Kerja, Lama Penyemprotan, Keracunan Pestisida 69

1. Pendahuluan Pemakaian pestisida pada kegiatan pertanian makin lama cenderung menunjukkan peningkatan. Penggunaan pestisida semakin meluas di pedesaan seiring dengan berbagai aktivitas bidang pertanian. Hal ini dilakukan karena ingin meningkatkan hasil produksi pertanian dengan memberantas hama. Pengendalian hama penyakit pada tanaman pangan dilakukan melalui cara memberantas hama, penyakit dan gulma dengan menggunakan bahan kimia pestisida secara berkesinambungan agar hasil produksi pertanian meningkat dan memuaskan. Dalam penggunaan pestisida, petani sering menggunakan pestisida bukan atas dasar keperluan pengendalian hama secara indikatif. Petani malakukan penyemprotan pada tanaman tanpa memperhatikan ada tidaknya serangan hama pada tanaman tersebut. Sehingga penggunaan pestisida menjadi tidak terkendali. Penggunaan pestisida yang tidak terkendali tersebut memberikan dampak gangguan kesehatan kepada manusia yang terpapar pestisida, khususnya pada petani sawah. Karena pestisida merupakan bahan kimia beracun yang dapat menimbulkan keracunan pada manusia yang terpapar. Pestisida golongan organofosfat dan karbamat adalah pestisida yang paling banyak digunakan petani dalam membasmi serangga. Pesisida golongan ini merupakan salah satu golongan pestisida yang menghambat aktifitas enzim Cholinesterase pada manusia yang terpapar. Sehingga Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengetahui kejadian keracunan petani akibat paparan pestisida adalah dengan pemeriksaan aktifitas enzim cholinesterase darah pada petani yang terpapar. Bertani sawah merupakan mata pencaharian pokok dan salah satu pekerjaan sektor informal yang menjadi tumpuan hidup oleh sebagian penduduk yang bertempat tinggal dikelurahan Tumbihe. Dalam beberapa hal petani memiliki kebiasaan bertani yang tidak memenuhi standar kesehatan dan keselamatan kerja pada saat bertani, termasuk ketika bekerja dengan pestisida. Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan wawancara yang dilakukan pada petani sawah yang tergabung dalam kelompok Brigade tani kelurahan Tumbihe, ditemukan sebanyak 99% petani sawah yang menggunakan pestisida sebagai upaya untuk memberantas hama pada padi. Petani memiliki kebiasaan bertani yang tidak memenuhi standar kesehatan dan keselamatan kerja pada saat bertani, termasuk ketika bekerja dengan pestisida. Masa kerja petani-petani sawah di kelurahan Tumbihe cukup lama, diantaranya sudah bekerja sejak tahun 1998 sampai sekarang, dalam aktifitas bercocok tanam, mereka menggunakan pestisida sebagai sarana untuk memberantas hama, penyakit dan gulma pada tanaman padi, sehingga bisa dipastikan mereka sangat sering terpapar langsung oleh pestsida. Lama penyemprotan dengan pestisida pada saat menyemprot padi yakni 5-6 jam/hari, dimulai pada waktu pagi hari pukul 06.00 sampai pukul 11.00. Lamanya masa tanam 69

padi, yakni sekitar 4-6 bulan untuk satu kali masa tanam menyebabkan petani sangat sering menggunakan pestisida sehingga memberikan pengaruh keracunan pada petani.keadaan ini menunjukkan betapa besarnya risiko paparan pestisida yang dialami oleh petani sawah. 2. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei analitik dengan menggunakan pendekatan Cross sectional study, dimana pengumpulan data, baik data yang bersifat variabel bebas dan variabel terikat dilakukan pada waktu yang bersamaan untuk menganalisis hubungan masa kerja dan lama penyemprotan terhadap kejadian keracunan pestisida pada petani sawah. Populasi dalam penelitian ini adalah petani sawah yang tergabung dalam kelompok Brigade tani yang memiliki sawah, bekerja sebagai petani penggarap dan menggunakan pestisida dalam aktivitas bercocok tanam di Kelurahan Tumbihe sejumlah 52 jiwa. Penarikan sampel ditentukan dengan menggunakan tehnik Purposive sampel menggunakan kriteria Inklusi dan eksklusi. Sehingga di dapat sebanyak 25 jiwa petani sawah yang memenuhi kriteria dan dijadikan sebagai sampel dalam penelitian. Tehnik analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat. Analisis Bivariat digunakan untuk melihat hubungan variabel Independen terhadap Variabel Dependen dengan menggunakan uji Chi square dari Pearson dengan α = 0,05. Dengan ketentuan H0 ditolak jika X 2 hitung > X 2 tabel, artinya terdapat hubungan yang bermakna antara variabel independen dan variabel dependen (Kuntoro, 2011). Dengan rumus sebagai berikut : = 2 Namun jika terdapat sel yang mempunyai frekuensi harapan kurang dari 5, maka digunakan uji pasti dari Fisher (Fisher s Exact test) (Windu, 2006). Dengan rumus sebagai berikut : a+b!. c+d!. a+c!. b+d! =!. a!. b!. c!. d! 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan 3.1 Hasil Penelitian 3.1.1 Analisis Univariat A. Masa Kerja Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Tumbihe, Kecamatan Kabila, maka diperoleh data mengenai masa kerja petani sawah sebagai petani penyemprot padi yang menjadi responden dalam penelitian. Masa kerja disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini. 70

Tabel 3.1 Distribusi Responden Petani Penyemprot Padi Berdasarkan Masa Kerja Di Kelurahan Tumbihe Tahun 2013 No Masa Kerja n % (Tahun) 1 1 4 13 52 2 5 8 1 4 3 9 12 3 12 4 13 16 4 16 5 17 20 2 8 6 21 24 2 8 Total 25 100 Sumber : Data Primer, 2013 Tabel di atas menunjukan bahwa sebanyak 13 jiwa (52%) petani penyemprot padi yang memiliki masa kerja kurang dari 5 tahun. Sedangkan petani yang bekerja sebagai penyemprot padi yang memiliki masa kerja 5 tahun keatas sebanyak 12 jiwa (48%). Berdasarkan tabel di atas, tidak terdapat perbedaan yang besar terhadap masa kerja responden sebagai petani penyemprot padi di kelurahan tumbihe kecamatan kabila, kabupaten Bone-bolango. B. Lama Penyemprotan Tabel 3.2 Distribusi Petani Penyemprot Padi Berdasarkan Lama Penyemprotan Di Kelurahan Tumbihe Tahun 2013 No Lama Penyemprotan n % (Jam) 1 1 0 0 2 2 3 12 3 3 8 32 4 4 8 32 5 5 6 24 Total 25 100 Sumber : Data Primer, 2013 Tabel diatas menunjukan sebanyak 11 jiwa (44 %) responden melakukan penyemprotan kurang dari 4 jam dalam sehari, disamping itu terdapat pula sebagian petani yang melakukan penyemprotan lebih dari 4 jam dalam sehari, yakni sebanyak 14 jiwa (56 %). 3.1.2 Analisis Bivariat Uji Chi square dan Fisher s exact test digunakan untuk menganalisis hubungan antara dua variabel dalam bentuk kategori. 1. Hubungan Antara Masa Kerja Terhadap Kejadian Keracunan Pestisida Pada Petani Sawah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dikelurahan tumbihe pada petani sawah yang bekerja sebagai petani penyemprot padi, masih ada responden yang melakukan peyeprotan lebih dari 4 jam sehari, yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini. 71

Tabel 3.3 Tabulasi Silang antara Masa Kerja Terhadap Kejadian Keracunan Pestisida Pada Petani Sawah di Kelurahan Tumbihe Kecamatan Kabila Tahun 2013 Masa Kerja < 5 Tahun 5 Tahun Kriteria Keracunan Normal K. Ringan Jumlah n % n % n % 9 2 69, 2 16, 7 4 10 30, 8 83, 3 13 12 Jlh 11 44 14 56 25 Sumber : Data Primer, 2013 10 0 10 0 10 0 p 6,9 97 0,0 08 Dari hasil uji Chi square pada penelitian ini berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada masa kerja kurang dari 5 tahun terdapat 9 jiwa (69,2%) petani sawah yang tidak mengalami keracunan (aktifitas enzim Cholinesterase 75%) dan terdapat 4 jiwa (30,8%) petani sawah yang mengalami keracunan ringan (aktifitas enzim Cholinesterase 50% - < 75%). Pada masa kerja lebih dari 5 tahun, terdapat 2 jiwa (16,7%) petani sawah yang tidak mengalami keracunan dan terdapat 10 jiwa (83,3%) petani sawah yang mengalami keracunan ringan. Hasil analisis data menggunakan uji Chi square diperoleh X 2 hitung (6,997) > X 2 tabel (3,841) dan p value = 0,008 < 0,05, hal ini berarti H 0 ditolak dimana terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja terhadap tingkat keracunan pestisida pada petani sawah. 2. Hubungan lama penyemprotan terhadap Kejadian keracunan Pestisida Pada Petani Sawah Tabel 3.4 Tabulasi Silang antara Lama Penyemprotan Terhadap Kejadian Keracunan Pestisida Pada Petani Sawah di Kelurahan Tumbihe Kecamatan Kabila Tahun 2013 Lama Penyem protan Kriteria Keracunan Normal K. Ringan Jumlah n % n % n % < 4 Jam 9 81,8 2 18,2 11 100 4 Jam 2 14,3 12 85,7 14 100 Jumlah 11 44 14 56 25 100 Sumber : Data Primer,2013 p 0,001 Berdasarkan tabel di atas, pada kategori lama penyemprotan kurang dari 4 jam, dapat dilihat bahwa terdapat 9 jiwa (81,8%) petani sawah yang tidak mengalami keracunan (aktifitas enzim Cholinesterase 75%), dan terdapat 2 jiwa (18,2%) petani sawah yang mengalami keracunan ringan (aktifitas enzim Cholinesterase 50% - < 75%). Pada kategori lama penyemprotan lebih dari 4 jam, terdapat 2 jiwa (14,3%) petani sawah yang normal memiliki aktivitas enzim Cholinesterase normal dan terdapat 12 jiwa (85,7%) petani sawah yang mengalami keracunan ringan. Hasil analisis menggunakan uji Fisher s exact dengan nilai p value = 0,001 dimana p < α (0,05), maka H 0 ditolak, berarti ada hubungan yang bermakna antara lama penyemprotan terhadap tingkat 72

keracunan pestisida pada petani sawah. 3.2 Pembahasan 3.2.1 Hubungan Masa Kerja Terhadap Kejadian Keracunan Pestisida Pada Petani Sawah. Hasil penelitian menunjukan bahwa Sebanyak 10 jiwa petani yang masa kerjanya lebih dari 5 tahun sudah mengalami keracunan ringan dan sebanyak 4 jiwa petani yang masa kerjanya kurang dari 5 tahun sudah mengalami keracunan ringan. Hal ini berarti petani yang bekerja dengan pestisida lebih dari 5 tahun lebih beresiko mengalami keracunan dibandingkan dengan petani yang bekerja dengan pestisida kurang dari 5 tahun. Hasil analisis statistik bivariat menggunakan uji Chi square untuk melihat hubungan Masa Kerja terhadap kejadian keracunan pestisida pada petani sawah, diperoleh nilai X 2 hitung (6,997) > X 2 tabel (3,841) dan p value = 0,008 < α = 0,05. Hal ini berarti Hipotesisi nihil ditolak dan hipotesis alternativ diterima sehingga terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja terhadap kejadian keracunan pestisida pada petani sawah. 3.2.2 Hubungan Lama Penyemprotan Terhadap Kejadian Keracunan Pada Petani Sawah. Hasil penelitian untuk lama penyemprotan, di temukan sebanyak 11 jiwa petani yang melakukan penyemprotan kurang dari 4 jam, sisanya 14 jiwa petani melakukan penyemprotan lebih dari 4 jam. Petani yang melakukan penyemprotan kurang dari 4 jam sudah mengalami keracunan ringan sebanyak 2 jiwa dan petani yang melakukan penyemprotan lebih dari 4 jam sudah mengalami keracunan ringan sebanyak 12 jiwa. Hal ini berarti, petani yang melakukan penyemprotan lebih dari 4 jam, memiliki resiko yang lebih besar terjadi keracunan akibat kontak dengan pestisida dibandingkan dengan petani yang melakukan penyemprotan kurang dari 4 jam dalam satu hari kerja. Hasil analisis statistik bivariat menggunakan uji Fisher s exact untuk melihat hubungan lama penyemprotan terhadap kejadian keracunan pestisida pada petani sawah, diperoleh nilai p value = 0,001 dimana p kecil α = 0,05, maka hipotesis nihil ditolak dan hipotesis alternativ diterima. Berarti terdapat hubungan yang bermakna antara lama penyemprotan terhadap kejadian keracunan pestisida pada petani sawah. 4. Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan 1. Berdasarkan hasil penelitian, dari 25 jiwa petani yang menjadi responden dalam penelitian, terdapat 13 responden yang masa kerjanya sebagai petani penyemprot padi kurang dari 5 tahun dan yang masa kerjanya lebih dari 5 tahun sebanyak 12 jiwa. 73

2. Berdasarkan hasil penelitian, dari 25 jiwa petani yang menjadi responden dalam penelitian, terdapat 14 responden yang lama penyemprotanya lebih dari 4 jam dan 11 responden yang lama penyemprotanya kurang dari 4 jam. 3. Berdasarkan hasil penelitian, dari 25 jiwa petani yang menjadi responden dalam penelitian, ditemukan 11 jiwa petani (44%) tidak mengalami keracunan dimana aktifitas enzim Cholinesterase dalam darah tidak terganggu ( 75% - 100% ). Sisanya 14 jiwa petani (56%) mengalami keracunan ringan dengan aktifitas enzim Cholinesterase dalam darah ( 50% - < 75% ). 4. Hasil uji statistik menggunakan uji Chi square terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja terhadap tingkat keracunan pestisida pada petani sawah. 5. Hasil uji statistik menggunakan uji Fisher s exact terdapat hubungan yang bermakna antara lama penyemprotan dengan tingkat keracunan pestisida pada petani sawah. 4.2 Saran 1. Petani yang kondisi badanya sakit hendaknya tidak melakukan penyemprotan sampai menunggu kondisi kesehatanya pulih kembali. Demikian pula petani yang dalam keadaan lapar sebaiknya tidak melakukan penyemprotan. Karena kondisi badan yang sakit dan kurang sehat akan memperburuk keadaan kesehatan bila terjadi kontaminasi dengan pestisida. 2. Kepada petani, diharapkan agar menggunakan Alat Pelindung Diri yang sempurna, seperti menggunakan celana panjang dan kemeja lengan panjang, menggunakan celemek (apron), menggunakan topi lebar atau helm khusus, menggunakan masker atau sapu tangan untuk menutup mulut dan lubang hidung, menggunakan goggle, sarung tangan, serta sepatu boot, sehingga dapat mencegah terjadinya keracunan yang diakibatkan oleh paparan pestisida. 3. Perlu adanya pemeriksaan aktifitas Enzim Cholinesterase secara berkala pada petani sawah yang aktif melakukan penyemprotan, yang dilaksanakan oleh instansi terkait, seperti Puskesmas dan Dinas Kesehatan setempat. 5. Daftar Pustaka Afriyanto, 2008. Kajian Keracunan Pestisida Pada Petani Penyemprot Cabe Di Desa Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Tesis, Fakultas Kesehatan Lingkungan Universitas Diponegoro Semarang. Clinical and Laboratory Standards Institute (formerly NCCLS). Evaluation of Precision Performance of Quantitative Measurement Methods; Approved Guideline- 74

Second Edition. Wayne, PA: Clinical and Laboratory Standards Institute; 2004. NCCLS Document EP05-A2. Depkes RI, 2001. Kepmenkes RI No 1350/ Menkes/SK/XII/2001 Tentang Pestisida. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Depkes RI, 2001. Pemeriksaan Cholinesterase Darah dengan Tintometer Kit. Jakarta : Direktorat Jenderal PPM dan PLP. Djojosumarto, P, 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta: Kanisius. Fakhrur, R. 2011. Faktor Risiko Penggunaan Alat Pelindung Diri, Masa Kerja, Lama Paparan, Dan Status Gizi Dengan Keracunan Akut Penggunaan Pestisida Pada Petani Di Desa Ponoragan Kecamatan Loakulu Kabupaten Kutai Kartanegara. Tesis, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman Samarinda. Sayuran Kabupaten Tanggamus. Makara Kesehatan, Vol 14, No 2, Desember 2010, Hlm 95-101. Himmawan, T. 2006. Resistensi serangga hama terhadap insektisida dan upaya penanggulangannya. Malang : Perhimpunan Entomologi Indonesia cabang. Kartika,Y. 2012. Faktor Risiko Yang Berkaitan Dengan Kejadian Keracunan Pestisida Pada Petani Penyemprot Tanaman Bawang Merah Di Desa Sengon Kecamatan Tanjung Kabupaten Brebes tahun 2012. Skripsi: Universitas Negeri Semarang. Kementrian Pertanian, 2011. Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida. Direktorat Pupuk dan Pestisida : Jakarta. Kuntoro, H, 2011. Metode Statistik. Surabaya : Pustaka Melati Hana, R. 2010. Lama Pajanan Organofosfat Terhadap Penurunan Aktivitas Enzim Kolinesterase Dalam Darah Petani 75