FIXED REGRESSION TEST DAY MODEL SEBAGAI SOLUSI PADA PENDUGAAN NILAI PEMULIAAN SAPI PERAH. HENI INDRIJANI dan ASEP ANANG

dokumen-dokumen yang mirip
Fixed Regression Test Day Model Sebagai Solusi pada Pendugaan Nilai Pemuliaan Sapi Perah

PEMANFAATAN CATATAN TEST DAY (HARI UJI) PADA EVALUASI MUTU GENETIK SAPI PERAH DI PT. TAURUS DAIRY FARM. Universitas Padjadjaran

EFEKTIVITAS CATATAN TEST DAY UNTUK EVALUASI GENETIK PRODUKSI SUSU PADA SAPI PERAH

Analisis Efek Tetap dalam Evaluasi Genetik Produksi Susu pada Sapi Perah Menggunakan Catatan Test Day di Indonesia

MILK PRODUCTION CURVE MODEL ON FIRST AND SECOND LACTATION IN FRIESIAN HOLSTEIN COWS AT PT.ULTRA PETERNAKAN BANDUNG SELATAN

PERKEMBANGAN EVALUASI GENETIK SAPI PERAH BERDASARKAN PRODUKSI SUSU. Heni Indrijani Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran ABSTRAK

Nena Hilmia Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

ESTIMATED MILK PRODUCTION OF 305 DAYS USING TEST DAY RECORDS AT BBPTU-SP BATURRADEN. Heni Indrijani Fakultas Peternakan UNPAD ABSTRACT

Korelasi Nilai Pemuliaan Produksi Susu Sapi Perah Berdasarkan Test Day Laktasi 1, Laktasi 2, Laktasi 3, dengan Gabungannya

Dugaan Produksi Susu 305 Hari pada Sapi Perah FH.Herman

PERKEMBANGAN EVALUASI GENETIK SAPI PERAH BERDASARKAN PRODUKSI SUSU

PENGGUNAAN CATATAN TEST DAY UNTUK MENGEVALUASI MLTTU GENETIK SAP1 PERAH OLEH : HEN1 INDRIJANI

PERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI

E. Kurnianto, I. Sumeidiana, dan R. Yuniara Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2015, VOL. 15, NO. 1

PENDUGAAN KEMAMPUAN PRODUKSI SUSU PADA KAMBING SAANEN (KASUS DI PT TAURUS DAIRY FARM) Ine Riswanti*, Sri Bandiati Komar P.

Hubungan Antara Umur dan Bobot Badan...Firdha Cryptana Morga

Model Kurva Produksi dan korelasinya...kurniawan

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK SIFAT-SIFAT PRODUKSI TELUR ITIK ALABIO

EVALUASI PRODUKSI SUSU BULANAN SAPI PERAH FRIES HOLLAND DAN KORELASINYA DENGAN PRODUKSI TOTAL SELAMA 305 HARI DI BBPTU-HPT BATURRADEN

EVALUASI PEJANTAN FRIES HOLLAND DENGAN METODE CONTEMPORARY COMPARISON DAN BEST LINEAR UNBIASED PREDICTION

Penyusunan Faktor Koreksi Produksi Susu Sapi Perah

PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI YUNI FITRIYANI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Lokasi BBPTU-SP Baturraden, Purwokerto

I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

EVALUASI GENETIK PRODUKSI SUSU SAPI FRIES HOLLAND DI PT CIJANGGEL-LEMBANG

Ripitabilitas dan MPPA Sapi Perah FH di BBPTU HPT Baturraden...Deriany Novienara

EVALUASI POTENSI GENETIK GALUR MURNI BOER

PENDUGAAN NILAI PEJANTAN SAPI PERAH DI BBTU SAPI PERAH BATURRADEN ( THE PREDICTION OF STUD DIARY CATTLE AT BBTU DAIRY CATTLE BATURRADEN )

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT... PERIODE LAKTASI TERHADAP BERAT JENIS, KADAR LEMAK DAN KADAR BAHAN KERING SUSU SAPI

NILAI PEMULIAAN. Bapak. Induk. Anak

UJI PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIEN HOLSTEIN KETURUNAN PEJANTAN IMPOR DI BBPTU-HPT BATURRADEN

Gambar 1. Grafik Populasi Sapi Perah Nasional Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011)

Gambar 1. Produksi Susu Nasional ( ) Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (2011)

PENDUGAAN NILAI RIPITABILITAS DAN DAYA PRODUKSI SUSU 305 HARI SAPI PERAH FRIES HOLLAND DI PT. ULTRA PETERNAKAN BANDUNG SELATAN (UPBS)

SELEKSI PEJANTAN BERDASARKAN NILAI PEMULIAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DI LOKA PENELITIAN SAPI POTONG GRATI PASURUAN

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

AKURASI ESTIMASI PRODUKSI SUSU TEST INTERVAL METHOD SEBAGAI ALTERNATIF SELEKSI SAPI PERANAKAN FRIESIAN HOLSTEIN DI AREA TROPIKA BASAH

AKURASI ESTIMASI PRODUKSI SUSU TEST INTERVAL METHOD SEBAGAI ALTERNATIF SELEKSI SAPI PERANAKAN FRIESIAN HOLSTEIN DI AREA TROPIKA BASAH ABSTRACT

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan. Hasil estimasi heritabilitas calving interval dengan menggunakan korelasi

Pendugaan Nilai Heritabilitas Bobot Lahir dan Bobot Sapih Domba Garut Tipe Laga

Korelasi Genetik dan Fenotipik Produksi Susu Laktasi Pertama dengan Daya Produksi Susu Sapi Fries Holland

PENGGUNAAN TAKSIRAN PRODUKSI SUSU DENGAN TEST INTERVAL METHOD (TIM) PADA EVALUASI MUTU GENETIK SAPI PERAH DI BBPTU SAPI PERAH BATURRADEN

KEMAJUAN GENETIK SAPI LOKAL BERDASARKAN SELEKSI DAN PERKAWINAN TERPILIH

PARAMETER GENETIK: Pengantar heritabilitas dan ripitabilitas

PENDAHULUAN. dari sapi betina yang telah melahirkan. Produksi susu merupakan salah satu aspek

KATA PENGANTAR. kelancaran kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul. Ripitabilitas dan MPPA Produksi Susu 305 Hari Sapi Perah Friesian

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah secara umum merupakan penghasil susu yang sangat dominan

EFISIENSI RELATIF SELEKSI CATATAN BERULANG TERHADAP CATATAN TUNGGAL BOBOT BADAN PADA DOMBA PRIANGAN (Kasus di SPTD - Trijaya, Kuningan, Jawa Barat)

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

ESTIMASI POTENSI GENETIK SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN DI TAURUS DAIRY FARM, CICURUG, SUKABUMI

Faktor Koreksi Lama Laktasi Untuk Standarisasi Produksi Susu Sapi Perah

PERBANDINGAN PERFORMA PRODUKSI SAPI PERAH FRIES HOLLAND IMPOR DENGAN KETURUNANNYA (Studi Kasus di PT. UPBS Pangalengan)

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :

PERFORMANS PRODUKSI SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) BERDASARKAN PARITAS, UMUR, BOBOT BADAN, DAN STATUS KEBUNTINGAN DI MADUKARA FARM, KOTA BATU

Animal Agriculture Journal 4(2): , Juli 2015 On Line at :

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitan ini menggunakan catatan produksi susu 305 hari dari

PERFORMANS PERTUMBUHAN DAN BOBOT BADAN SAPI PERAH BETINA FRIES HOLLAND UMUR 0-18 Bulan

STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH PFH DI DESA DESA CIBOGO DAN LANGENSARI, LEMBANG, BANDUNG BARAT

PEMULIABIAKAN PADA SAPI PERAH

PEMERIKSAAN INTERAKSI GENETIK DAN LINGKUNGAN DARI DAYA PEWARISAN PRODUKSI SUSU PEJANTAN FRIESIAN-HOLSTEIN

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DANKOMPONEN RAGAM SIFAT PERTUMBUHAN PADA BANGSA BABI YORKSHIRE

SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA

PROGRAM EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH UNTUK TINGKAT PETERNAK DAN KOPERASI MENGGUNAKAN MICROSOFT ACCESS SKRIPSI AKRAMUZZEIN

KORELASI GENETIK DAN FENOTIPIK ANTARA BERAT LAHIR DENGAN BERAT SAPIH PADA SAPI MADURA Karnaen Fakultas peternakan Universitas padjadjaran, Bandung

PARAMETER GENETIK BOBOT BADAN DAN LINGKAR DADA PADA SAPI PERAH

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

ESTIMASI PARAMETER PADA MODEL REGRESI LINIER MULTILEVEL DENGAN METODE RESTRICTED MAXIMUM LIKELIHOOD (REML) abang Semarang SKRIPSI.

EFEK SUPLEMEN PAKAN TERHADAP PUNCAK PRODUKSI SUSU SAPI PERAH PADA LAKTASI PERTAMA

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011). Sapi FH memiliki karakteristik sebagai berikut :

EVALUASI PERFORMA PRODUKSI SUSU SAPI PERAH FRIESHOLLAND (FH) KETURUNAN SAPI IMPOR (Studi Kasus di PT. UPBS, Pangalengan, Jawa Barat)

Peta Potensi Genetik Sapi Madura Murni di Empat Kabupaten di Madura. Nurgiartiningsih, V. M. A Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan UB, Malang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL PEMERAHAN BERBEDA

PERFORMA REPRODUKSI SAPI DARA FRIESIAN-HOLSTEIN PADAPETERNAKAN RAKYAT KPSBU DAN BPPT SP CIKOLE DI LEMBANG

EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH LAKTASI MENGGUNAKAN STANDAR NRC 2001: STUDI KASUS PETERNAKAN DI SUKABUMI

POLA DAN PENDUGAAN SIFAT PERTUMBUHAN SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN BETINA BERDASARKAN UKURAN TUBUH DI KPSBU LEMBANG SKRIPSI RIVA TAZKIA

b?> EVALUASI KECUKUPAN NUTRIEN SAP1 FRIES HOLLAND PERIODE LAKTASI KE-3 DAN KE-4 DI PT. TAURUS DAIRY FARM, CICURUG, SUKABUMI

ESTIMATION OF GENETIC PARAMETERS, GENETIC AND PHENOTYPIC CORRELATION ON MADURA CATTLE. Karnaen Faculty of Animal Husbandry University of Padjadjaran

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN PEMERAHAN DENGAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DI PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT RAHMAWATI JAYA PENGADEGAN JAKARTA SELATAN

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN UKURAN TUBUH SAPI PERAH FRIES HOLLAND LAKTASI DI KAWASAN USAHA PETERNAKAN BOGOR

PROFIL REPRODUKSI SAP1 FRIES HOLLAND DI PT TAURUS DAIRY FARM

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. laktasi 2 sebanyak 100 ekor, laktasi 3 sebanyak 50 ekor, dan laktasi 4 sebanyak 40

POTENSI GENETIK PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN BETINA DI BBPTU SAPI PERAH BATURRADEN, PURWOKERTO SKRIPSI ERNI SITI WAHYUNI

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

A. I. Purwanti, M. Arifin dan A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

ESTIMASI NILAI HERITABILITAS BERAT LAHIR, SAPIH, DAN UMUR SATU TAHUN PADA SAPI BALI DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL SAPI BALI

PENDUGAAN ANGKA PUTUS SEKOLAH DI KABUPATEN SEMARANG DENGAN METODE PREDIKSI TAK BIAS LINIER TERBAIK EMPIRIK PADA MODEL PENDUGAAN AREA KECIL SKRIPSI

RELATIONSHIP OF DAYS OPEN AND SERVICE PER CONCEPTION WITH MILK PRODUCTION AND MILK QUALITY FRIESIAN HOLSTEIN CROSSBRED (PFH) COWS AT JABUNG

PERTUMBUHAN SAPI FH DARA CALON BIBIT DARI UMUR HARI

PENGARUH EFEK TETAP TERHADAP BOBOT BADAN PRASAPIH DOMBA PRIANGAN

SERVICE PER CONCEPTION (S/C) DAN CONCEPTION RATE (CR) SAPI PERANAKAN SIMMENTAL PADA PARITAS YANG BERBEDA DI KECAMATAN SANANKULON KABUPATEN BLITAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah FH berasal dari Belanda bagian utara, tepatnya di Provinsi Friesland,

I. Pendahuluan. Yunilas 1

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tabel.1 Data Populasi Kerbau Nasional dan Provinsi Jawa Barat Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2008

PEMODELAN REGRESI 2-LEVEL DENGAN METODE ITERATIVE GENERALIZED LEAST SQUARE (IGLS) (Studi Kasus: Tingkat pendidikan Anak di Kabupaten Semarang)

CROSSBREEDING PADA SAPI FH DENGAN BANGSA SAHIWAL. Oleh: Sohibul Himam Haqiqi FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008

TINJAUAN PUSTAKA. Rataan sifat-sifat kuantitatif domba Priangan menurut hasil penelitian Heriyadi et al. (2002) terdapat pada Tabel 1.

Transkripsi:

FIXED REGRESSION TEST DAY MODEL SEBAGAI SOLUSI PADA PENDUGAAN NILAI PEMULIAAN SAPI PERAH HENI INDRIJANI dan ASEP ANANG Fakultas Peternakan UNPAD Jl. Raya Bandung-Sumedang km 21 Sumedang ABSTRAK Evaluasi mutu genetik sapi perah bagi sifat produksi susu biasanya didasarkan pada Nilai Pemuliaan (NP). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kurva produksi susu yang paling tepat untuk digunakan dalam evaluasi genetik dan untuk mendapatkan metode yang paling sesuai dalam pendugaan parameter genetik, dan nilai pemuliaan. Data yang dianalisis diambil dari PT. Taurus Dairy Farm di Sukabumi yang berasal dari produksi susu 305 hari (P305) sebanyak 581 sapi laktasi 1 dan 542 sapi laktasi 2. Data yang digunakan pada pencatatan test day (TD) untuk laktasi 1 sebanyak 5373 catatan, dan laktasi 2 sebanyak 4925 catatan. Total catatan test day yang digunakan adalah 10298. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa kurva yang paling tepat untuk digunakan dalam evaluasi mutu genetik sapi perah yaitu kurva produksi susu dari Ali- Schaeffer dengan nilai korelasi 0,999, dan model yang tepat untuk pendugaan parameter genetik dan Nilai Pemuliaan (NP) adalah model test day regresi tetap (fixed regression test day model /FRTDM) dengan memperhitungkan kurva produksi susu sebagai kovariat, sehingga evaluasi mutu genetik dapat dilakukan secara serempak di hari yang sama walaupun tingkat laktasi antar sapi berlainan. Kata kunci : Test Day, Kurva Produksi Susu, Nilai Pemuliaan, Sapi Perah ABSTRACT Genetic evaluation on milk yield production basically based on breeding value. The research was addressed to study milk production curve, for the most appropriate for genetic evaluation, and the best methods for estimating genetic parameter and predicting breeding values. Data were collected from PT. Taurus Dairy Farm. Consisting of 581 cows having 305 days records on first lactation (P305) and 542 cows having 305 days records on second lactation. Records used for Test Day (TD) evaluation were 5373 for first lactation, and 4925 for second lactation. Total records used for Test Day were 10298. The results indicated that the most suitable curve, being able to be used for genetic evaluation was Ali-Schaeffer with the coefficient of correlation 0.999, and the most appropriate model for estimation of genetic parameters and prediction of breeding values was fixed regression model with the regression of Ali-Schaeffer being taken account for the covariates. The genetic evaluation can therefore be conducted simultaneously by ignoring lactation levels. Key words : Test Day, Milk Production Curve, Breeding Value, Dairy Cattle 1

PENDAHULUAN Keberhasilan usaha peternakan dapat dicapai dengan manajemen yang baik dan melalui program-program terencana untuk meningkatkan produktivitas ternak. Produktivitas pada ternak sapi perah yang diutamakan adalah peningkatan produksi susunya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui seleksi. Kegiatan seleksi membutuhkan recording atau pencatatan. Pencatatan saat ini umumnya menggunakan catatan harian lengkap 305 hari. Di lapangan sering terjadi catatan yang tidak lengkap, karena kurangnya kesadaran peternak akan pentingnya catatan, menyita waktu, biaya, dan tenaga kerja, oleh karena itu diperlukan suatu catatan yang fleksibel. Metode pencatatan yang sederhana dan fleksibel yakni menggunakan Test Day (TD). Test Day digunakan untuk mencatat produksi susu pada hari-hari pengujian tertentu selama laktasi. Keuntungan metode ini adalah lebih fleksibel pada pola pengumpulan data yang berbeda dan mudah diaplikasikan pada populasi ternak yang besar. Evaluasi mutu genetik sapi perah bagi sifat produksi susu bisa didasarkan pada Nilai Pemuliaan (NP) atau Breeding Value (BV). Nilai pemuliaan ini adalah merupakan pencerminan potensi genetik yang dimiliki seekor ternak untuk sifat tertentu yang diberikan secara relatif atas kedudukannya di dalam suatu populasi. Nilai pemuliaan tidak dapat diukur secara langsung, namun dapat diduga atau diprediksi atau diestimasi. Pada pendugaan nilai pemuliaan dengan menggunakan catatan TD diperlukan kurva produksi susu. Kurva produksi susu ini diperhitungkan sebagai kovariat. Kovariat bisa dianalisis sebagai pengaruh tetap (fixed effect) sehingga model pendugaan nilai pemuliaan ini disebut fixed regression test day model/frtdm (PTAK and SCHAEFFER, 1993, INDRIJANI 2001). Kurva produksi susu yang biasa digunakan yaitu kurva Gamma atau dikenal juga dengan kurva Wood. Sejalan dengan perkembangan ilmu, maka 2

berkembang banyak kurva produksi lain yang dapat digunakan untuk pendugaan produksi susu. Penggunaan kurva produksi susu dan pendugaan nilai pemuliaan dengan FRTDM tersebut harus melalui suatu pengujian karena belum tentu pendugaan tersebut bisa tepat untuk menggambarkan produksi susu dan potensi genetik sapi perah di tempat yang berbeda karena adanya perbedaan genetik ataupun lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kurva produksi susu yang paling tepat untuk digunakan dalam evaluasi genetik dan untuk mendapatkan metode yang paling sesuai dalam pendugaan parameter genetik, dan nilai pemuliaan. MATERI DAN METODA Materi Penelitian Catatan produksi (rekording) dari ternak yang digunakan sebagai objek dalam penelitian ini adalah catatan produksi susu yang berasal dari sapi Friesian Holstein yang ada di PT. Taurus Dairy Farm. Catatan produksi susu ini ada 2 macam, yaitu : a. Catatan produksi susu 305 hari terkoreksi. Periode laktasi yang digunakan adalah laktasi 1 dan 2. b. Catatan produksi susu Test Day (TD). Catatan produksi susu Test day (TD) atau catatan produksi susu Hari Uji adalah catatan produksi susu total selama 24 jam yang diambil pada hari-hari pengujian tertentu saja (INDRIJANI, 2008). Data yang dikumpulkan di PT. Taurus Dairy Farm di Sukabumi adalah data dari tahun 1989-2005, yang berasal dari 581 sapi laktasi 1 dan 542 sapi laktasi 2. Data yang digunakan pada pencatatan test day (TD) untuk laktasi 1 sebanyak 5373 catatan, dan laktasi 2 sebanyak 4925 catatan. Data ini data gabungan yang diambil penulis secara langsung dan dari data milik perusahaan. 3

Metode Penelitian 1. Pendugaan Kurva Produksi Kurva produksi yang diuji ada tiga, dengan asumsi bahwa tiga kurva tersebut dikembangkan dari kurva produksi susu dan telah banyak digunakan pada penelitian-penelitian sapi perah (WOOD, 1967; ALI and SCHAEFFER, 1987; WILMINK, 1987; SUZUKI, et al., 2002; MACCIOTA, et al., 2005; DIMAURO, et al., 2006). Rumusnya adalah sebagai berikut : 1. WOOD (1967) b ct Yt at e Keterangan : Y t = produksi susu Test day ke-t a, b, c = koefisien yang akan dicari e = 2,7183 (bilangan nature) t = waktu (hari) 2. WILMINK (1987) Y t a bt ce 0.05t Keterangan : Y t = produksi susu Test day ke-t a, b, c = koefisien yang dicari e = 2,7183 (bilangan nature) t = waktu (hari) 3. ALI-SCHAEFFER (1987) 2 t t 305 2 305 Y t a b c d ln f ln 305 305 t t Keterangan : Y t = produksi susu Test day (TD) a, b, c, d, f = koefisien yang dicari t = waktu (hari) Analisis data menggunakan regresi non linear dengan software SAS 9. Keakuratan pendugaan dilihat dari korelasi antara nilai dugaan dengan nilai sebenarnya (r) dan standard error (se). 2. Pendugaan Parameter Genetik dan Nilai Pemuliaan Dua metode yang digunakan berdasarkan Animal Model (ANANG dan INDRIJANI, 2002). Model-model tersebut adalah: 1. Model Produksi Kumulatif 305 hari atau Cumulative Model (CM) Model umumnya adalah sebagai berikut : 4

y ijkl L i F j a k e ijkl Keterangan : y ijkl adalah produksi susu 305-hari, L i adalah periode laktasi, F j adalah pengaruh dari efek tetap curah hujan, hari hujan, kelembaban, dan temperatur, a k adalah pengaruh genetik aditif ternak, dan e ijkl adalah galat. 2. Model Test day dengan Regresi Tetap atau Fixed Regression Test Day Model (FRTDM). Pada model ini, catatan test day dianalisis sebagai sifat yang sama dan diperlukan kurva produksi susu untuk digunakan sebagai kovariat. Kurva Produksi susu yang digunakan ditentukan berdasarkan hasil uji akurasi kurva produksi susu pada pengujian sebelumnya. Model umumnya adalah sebagai berikut : y ijklm Li Fj R ik a l pe l e ijklm Keterangan : y ijklm adalah pencatatan Test day, L i adalah periode laktasi, F j adalah pengaruh dari efek tetap tahun, musim, curah hujan, hari hujan, kelembaban, dan temperatur, R ik adalah regresi terbaik dari kurva produksi susu dan kovariat ini tersarang pada periode laktasi yang ditunjukkan dengan subscript i pada kovariat, a l adalah pengaruh aditif dari ternak, pe l adalah pengaruh lingkungan permanen, dan e ijklm adalah galat. Parameter genetik diduga dengan Restricted Maximum Likelihood (REML) dan Nilai Pemuliaan (NP) diduga dengan Best Linear Unbiased Prediction (BLUP), keduanya menggunakan Animal Model. Program-program yang digunakan pada penelitian ini adalah VCE 5 (GROENEVELD, 2003), PEST (GROENEVELD, 1999), dan SAS 9. HASIL DAN PEMBAHASAN Rataan produksi harian pada laktasi 1 untuk PT. Taurus Dairy Farm adalah 9,74 kg. Jika dibandingkan dengan produksi susu sapi FH di tempat lain, seperti misalnya di Queensland yang bisa mencapai produksi sebesar 12352 l/laktasi 300 hari, atau setara dengan 41 l/hari, maka produksi harian sapi FH di 5

perusahaan ini masih terbilang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh lingkungan dan pengelolaan untuk mengoptimalkan kapasitas genetik ternak belum dilakukan dengan baik, sehingga kapasitas produksi yang diperoleh belum mencerminkan kemampuan ternak yang sesungguhnya. Pendugaan Kurva Produksi Susu Berdasarkan Catatan Test Day Berdasarkan hasil perhitungan didapat koefisien-koefisien yang diperlukan untuk melengkapi persamaan-persamaan yang akan diuji ketepatannya dengan produksi susu test day sebenarnya. Setelah persamaanpersamaan tersebut dilengkapi dengan koefisien-koefisien yang diperlukan, kemudian dibuat grafik antara plotting produksi susu test day sebenarnya dengan produksi susu test day dugaannya, seperti yang dapat dilihat pada Grafik 1. Hasilnya menunjukkan bahwa bentuk persamaan kurva Ali-Schaeffer dan kurva Wood, hampir menyerupai plotting data produksi susu test day sebenarnya, sedangkan hasil dugaan produksi susu test day dengan menggunakan persamaan kurva Wilmink kurang mendekati produksi susu test day sebenarnya, terutama diawal laktasi. Hal ini menunjukkan bahwa secara visual berdasarkan plotting data, persamaan kurva Wilmink adalah bukan sebagai kurva penduga yang baik. Untuk lebih jelasnya maka dilakukan analisis statistik untuk mengetahui nilai korelasinya. Akurasi persamaan kurva akan didasarkan kepada korelasi antara nilai dugaan dengan nilai sebenarnya (r) dan standar error (se), hasilnya dapat dilihat pada Tabel 1. 6

Grafik 1. Plotting Produksi Susu Test Day Sebenarnya dan Dugaan Produksi Susu Test Day pada Laktasi I dan Laktasi 2 Berdasarkan Persamaan Kurva Ali-Schaeffer, Kurva Wood, dan Kurva Wilmink Tabel 1. Koefisien Korelasi (r) Antara Nilai Dugaan Dengan Nilai Sebenarnya dan Standar Error (se) Pada Produksi Susu Laktasi 1 dan laktasi 2 Berdasarkan Catatan Test day Persamaan Nilai Laktasi 1 Laktasi 2 Ali-Schaeffer r 0,99954 0,99979 se 0,05710 0,06834 Wood r 0,97911 0,98930 se 0,37135 0,47106 Wilmink r 0,93506 0,96037 se 0,62666 0,86850 Persamaan kurva Ali-Schaeffer dan kurva Wood, keduanya menunjukkan nilai korelasi antara produksi susu test day sebenarnya dengan dugaan produksi susu test day yang sangat tinggi, sehingga pada dasarnya kedua persamaan tersebut sangat baik jika digunakan sebagai kurva penduga produksi susu test day. Tetapi jika diamati lebih teliti lagi, maka persamaan kurva Ali-Schaeffer mempunyai nilai korelasi dan nilai standar error yang sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan kurva Wood, sehingga kurva Ali-Schaeffer selanjutnya akan digunakan sebagai kovariat pada analisis parameter genetik. Persamaan kurva Wilmink, dilihat dari nilai koefisien korelasinya selalu menunjukkan nilai terendah jika dibandingkan dengan nilai korelasi yang didapatkan dari persamaan Ali-Schaeffer dan Wood, baik untuk laktasi 1 ataupun laktasi 2. Demikian pula dengan nilai standar error-nya yang hampir selalu lebih besar jika dibandingkan dengan standar error dari persamaan 7

lainnya. Pendugaan produksi susu dengan menggunakan persamaan ini, cenderung over estimate di awal laktasi, sehingga tidak dapat digunakan untuk analisis selanjutnya, yaitu analisis untuk pendugaan parameter genetik. Persamaan Wilmink ini cocok digunakan di Belanda, tempat persamaan kurva ini dikembangkan, demikian pula pada penelitian pendugaan parameter genetik dengan menggunakan test day di Jepang dan Korea (SUZUKI, et al., 2002; CHO, et al., 2006), tetapi ternyata kurang tepat untuk digunakan di Indonesia, khususnya di peternakan sapi perah FH PT. Taurus Dairy Farm. Korelasi Nilai Pemuliaan (NP) Berdasarkan Berbagai Pola Catatan Test day Korelasi adalah suatu besaran nilai yang menunjukkan tingkat keeratan antara dua variabel. Kegunaan pengamatan terhadap nilai korelasi ini adalah untuk mengetahui pola pencatatan test day mana yang mempunyai korelasi tinggi dengan pola pencatatan test day dua laktasi lengkap, sehingga dapat mempercepat evaluasi untuk kepentingan seleksi. Korelasi (Spearman) Nilai Pemuliaan (NP) antara berbagai pola pencatatan test day yang merupakan gabungan test day laktasi 1 dan ditambah catatan test day pada laktasi 2 secara simultan dapat dilihat pada Tabel 2. Pada Tabel 2 tampak bahwa korelasi Nilai Pemuliaan (NP) meningkat untuk setiap penambahan catatan test day pada laktasi 2. Evaluasi mutu genetik berdasarkan laktasi 1 penuh yang ditambah dengan satu catatan test day pada laktasi 2 (pola pencatatan ke-2), tampaknya dipandang dari segi praktis sudah cukup untuk mengevaluasi seluruh ternak dengan nilai korelasi diatas 0,90, sedangkan untuk mengevaluasi pejantan, tampaknya evaluasi harus diperpanjang sampai dua catatan test day pada laktasi 2 (pola pencatatan ke-3). 8

Tabel 2. Koefisien Korelasi Nilai Pemuliaan (NP) Pada Berbagai Pola Pencatatan Test Day dengan Catatan Test Day Lengkap Dua Laktasi di PT. Taurus Dairy Farm Pola Pencatatan Seluruh Ternak Pejantan 1. T-L111 0,894 0,881 2. T-L111-L21 0,923 0,893 3. T-L111-L22 0,944 0,927 4. T-L111-L23 0,958 0,950 5. T-L111-L24 0,969 0,963 6. T-L111-L25 0,980 0,975 7. T-L111-L26 0,986 0,981 8. T-L111-L27 0,991 0,990 9. T-L111-L28 0,996 0,993 10. T-L111-L29 0,998 0,997 11. T-L111-L210 1,000 0,999 12. T-L111-L211 1,000 1,000 Keterangan : T = Taurus L-111 = Laktasi 1 dengan 11 catatan test day L21 sampai L211 = Laktasi 2 dengan 1 catatan test day berturut-turut sampai dengan 11 catatan test day Korelasi Nilai Pemuliaan (NP) Berdasarkan Catatan 305 hari Arti dari Nilai Pemuliaan (NP) sangat penting, terutama dalam menilai keunggulan seekor pejantan yang akan digunakan sebagai sumber mani beku. Apabila seekor pejantan telah diketahui nilai pemuliaannya, hal ini berarti bahwa bila pejantan tersebut dikawinkan dengan induk-induk secara acak pada populasinya, maka rataan performan keturunannya kelak akan menunjukkan keunggulan sebesar setengah dari Nilai Pemuliaan (NP) pejantan tersebut. Berdasarkan koefisien korelasi Nilai Pemuliaan (NP) pejantan seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3, terlihat bahwa koefisien korelasinya menunjukkan kecenderungan peningkatan atau penurunan yang sama dengan koefisien korelasi Nilai Pemuliaan (NP) untuk seluruh ternak. Nilai pemuliaan produksi susu pada periode laktasi 1 dan 2 mempunyai korelasi yang cukup tinggi dengan nilai pemuliaan produksi susu gabungan laktasi 1 dan 2 dengan nilai korelasi antara 0,74 0,86. Hal ini menunjukkan bahwa pendugaan nilai 9

pemuliaan bisa didasarkan pada produksi susu periode laktasi 1 ataupun berdasarkan produksi susu pada periode laktasi 2. Tabel 3. Koefisien Korelasi Nilai Pemuliaan (NP) Berdasarkan Catatan Produksi Susu 305 Hari pada Laktasi 1, Laktasi 2, dan Laktasi 1 dan 2 Laktasi Laktasi 1 2 1 dan 2 Seluruh Laktasi 1 1,00000 0,31653 0,74448 ternak Laktasi 2 1,00000 0,81506 Laktasi 1 dan 2 1,00000 Pejantan Laktasi 1 1,00000 0,40803 0,76789 Laktasi 2 1,00000 0,85988 Laktasi 1 dan 2 1,00000 Hanya sedikit penelitian yang membandingkan Nilai Pemuliaan (NP) yang dihasilkan dari model yang berbeda. Pada pengujian model, sebaiknya data yang digunakan baik untuk laktasi 1 ataupun laktasi 2 dan juga untuk catatan test day ataupun untuk catatan 305 hari, berasal dari ternak yang sama, sehingga error pendugaan bisa dikurangi. Pada data lapangan seperti pada penelitian ini, banyak sekali catatan ternak yang tidak lengkap. Ternak yang mempunyai catatan produksi susu 305 hari di laktasi 1 belum tentu mempunyai catatan produksi susu 305 hari di laktasi 2, demikian pula sebaliknya, sehingga Nilai Pemuliaan (NP) pada laktasi yang tidak ter-record hanya berasal dari pendugaan saja. Pada analisis berdasarkan pencatatan test day, peluang setiap ternak untuk memiliki catatan test day baik di laktasi 1 ataupun di laktasi 2 sangat tinggi. Kelemahan lain dari penggunaan catatan 305 hari adalah ternak selama laktasi harus berada dilingkungan yang sama, dengan kata lain apabila pada suatu masa laktasi dipindahkan ke lingkungan yang berbeda, maka harus dilakukan pengkodean faktor lingkungan. Demikian juga dengan waktu evaluasi yang dilakukan harus menunggu sampai ternak tersebut selesai laktasi. 10

Evaluasi berdasarkan produksi 305 hari atau produksi laktasi total juga dianggap kurang spesifik karena adanya pengelompokan tahun-musim beranak (REKAYA, et al., 1999; ILATSIA, 2006). Membandingkan model memang sangat sulit karena setiap model mendefinisikan Nilai Pemuliaan (NP) yang berbeda. Cumulative Model (CM/model 305 hari) tentunya merupakan model yang baik karena langsung mengarah ke tujuan pemuliaan, tetapi CM dikatakan mahal dan tidak fleksibel, seperti yang telah diungkapkan sebelumnya. Fixed Regression Test day Model (FRTDM) menganalisis catatan test day sebagai catatan berulang dengan mempertimbangkan kurva laktasi sebagai kovariat dan dianalisis sebagai efek tetap. Dugaan nilai pemuliaannya lebih akurat yang merupakan hasil rataan dari aditif genetik setiap catatan. Kelebihan dari FRTDM adalah waktu test bisa dilakukan kapan saja, tanpa memperhatikan waktu dan jarak waktu test, sehingga waktu test dapat dilakukan satu hari untuk seluruh peternakan secara bersamaan walaupun tingkat laktasi antar sapi berlainan (SWALVE, 1998; INDRIJANI, 2008). Karena keuntungan-keuntungan tersebut maka model ini sudah merupakan model yang banyak dipakai untuk evaluasi mutu genetik sapi perah di negara-negara maju (SWALVE, 2000). KESIMPULAN 1. Kurva yang paling tepat untuk digunakan dalam evaluasi mutu genetik sapi perah yaitu kurva produksi susu dari Ali-Schaeffer. 2. Model yang tepat untuk pendugaan parameter genetik dan Nilai Pemuliaan (NP) adalah model test day regresi tetap (fixed regression test day model /FRTDM) dengan memperhitungkan kurva produksi susu sebagai kovariat, sehingga evaluasi mutu genetik dapat dilakukan secara serempak di hari yang sama walaupun tingkat laktasi antar sapi berlainan. 11

DAFTAR PUSTAKA ALI, T.E. and L.R. SCHAEFFER. 1987. Accounting For Covariances Among Test Day Milk Yield In Dairy Cows. Can. J. Anim. Sci., 67:637-644. ANANG, A., dan H. INDRIJANI. 2002. Metode Aktual Pendugaan Nilai Pemuliaan Produksi Susu Pada Sapi Perah. Jurnal Ilmu Ternak, vol. I:67-71 CHO, K.H., S.H. NA, K.S. SEO, B.H. PARK, J.G. CHOI, Y.C. LEE, J.D. PARK, S.K. SON, S. KIM, T.J. Choi, and A. SALCES. 2006. Estimation of Genetic Parameters for Change of Test Day Records on the Milk Production and SCS Using Random Regression Model of the Holstein Cattle in Korea. 8 th WCGALP, CD-ROM Communication no.: 01-51. DIMAURO, C., D. VICARIO, F. CANAVESI, A.C. BORLINO, and N.P.P.MACCIOTTA. 2006. Analysis of Individual Variability of the Shape of Lactation Curve for Milk Fat and Protein Contents in Italian Simmental Cows. 8 th WCGALP, CD-ROM Communication no. : 01-54. GROENEVELD, E. 1999. PEST User s Manual. Institute of Animal Husbandry and Animal Behaviour, Federal Agricultural Research Centre, Germany. GROENEVELD, E. 2003. VCE4 User s Guide and Reference Manual Version 4.2. Institute of Animal Husbandry and Animal Behaviour, Federal Agricultural Research Centre, Germany. ILATSIA, E.D., T.K. MUASYA, W.B. MUHUYI, and A.K. KAHI. 2006. Use of Test Day Milk Yield Records for Genetic Evaluation in Sahiwal Cattle. 8 th WCGALP, CD-ROM Communication no. : 01-61 INDRIJANI, H. 2001. Penggunaan Catatan Test Day untuk Mengevaluasi Mutu Genetik Sapi Perah. Tesis. Program Pascasarjana IPB, Bogor. INDRIJANI, H. 2008. Penggunaan Catatan Produksi Susu 305 Hari dan Catatan Pproduksi Susu Test Day (Hari Uji) untuk Menduga Nilai Pemuliaan Produksi Susu Sapi Perah. Disertasi. Program Pascasarjana UNPAD, Bandung MACCIOTTA, N.P.P. D. VIRACIO and A. CAPPIO-BORLINO. 2005. Detection of Different Shape of Lactation Curve for Milk Yield in Dairy Cattle by Empirical Mathemetical Models. J. Dairy Sci. 88 : 1178-1191. PTAK, E. and L. R. SCHAEFFER. 1993. Use Of Test Day Yields For Genetic Evaluation Of Dairy Sires and Cows. Livest. Prod. Sci., 34:23-34. REKAYA, R. M.J. CABARANO and M. TORO. 1999. The Use Of Test Day Yield For Genetic Evaluation Of Production Traits In Holstein-Friesian Cattle. Livest. Prod. Sci., 57:203-217. SUZUKI, M., J.A.C. PEREIRA, S. YAMAGUCHI and T. KAWAHARA. 2002. Genetic Evaluation of Dairy Cattle Using Test Day and Lactation Records. 7 th WCGALP, CD-ROM Communication no. : 18-20. SWALVE, H. H. 1998. Use Of Test Day Records For Genetic Evaluation. Proc. 6 th WCGALP, 23:295-302. SWALVE, H. H. 2000. Theoritical Basis and Computational Methods For Different Test-Day Genetic Evaluation Methods. J. Dairy Sci. 83:1115-1124. WILMINK, J.B.M. 1987. Adjustment of Test-day Milk, Fat, and Protein Yields for Age, Season and Stage of Lactation. Livest. Prod. Sci. 16:335. WOOD, P. D. P. 1967. Algebratic Model Of The Lactation Curve In Cattle. Nature, 216:164-165. 12