Bab 5 Ringkasan Terjemahan merupakan penghubung antar bangsa-bangsa di dunia yang berbeda bahasa dan budayanya. Menurut Hoed (1992: 4) penerjemahan adalah suatu kegiatan mengalihkan amanat dari satu bahasa, yaitu bahasa sumber (disingkat BSu) ke dalam bahasa lain yaitu bahasa sasaran (disingkat BSa). Dengan demikian, dalam penerjemahan selalu terlibat dua bahasa. Bila suatu teks tertulis dalam BSu, akan disebut teks sumber (disingkat TSu), dan bila suatu teks tertulis dalam BSa, akan disebut teks sasaran (disingkat TSa). Dalam penerjemahan, pergeseran atau shift rank merupakan hal yang wajar terjadi sebagaimana Vinay and Darbelnet's dalam Newmark (1989:10) yang mencontohkan beberapa shift rank, yaitu: 1. Kata kerja dalam BSu menjadi kata benda dalam BSa 2. Kata hubung dalam BSu menjadi kata kerja tidak beraturan dalam BSa 3. Klausa dalam BSu menjadi sekumpulan kata benda dalam BSa 4. Sekumpulan kata kerja dalam BSu menjadi kata kerja dalam BSa 5. Sekumpulan kata benda dalam BSu menjadi kata benda dalam BSa 6. Kalimat rumit dalam BSu menjadi kalimat biasa dalam Bsa Penulis merasa tertarik untuk meneliti pergeseran penerjemahan yang terjadi dari kata kerja dalam bahasa Jepang (BSu) menjadi kata sifat dalam bahasa Indonesia (BSa) yang ada dalam manga Hikaru no Go. Dalam menganalisis hasil terjemahan manga Hikaru no Go jilid satu dalam bahasa Indonesia terbitan Elex Media Komputindo, penulis lebih 59
menekankan penganalisisan kata benda menjadi kata sifat, dan kata kerja menjadi kata benda berdasarkan teori-teori yang berhubungan dengan pergeseran penerjemahan. Menurut Masuoka dan Takubo (1993:33) meishi atau kata benda dalam bahasa Jepang berdasarkan jenisnya, dapat dikelompokkan menjadi 人名詞 (hitomeishi) yaitu kata benda yang merujuk kepada nama benda-benda hidup, 物名詞 (monomeishi) yaitu kata benda yang merujuk kepada nama benda-benda mati, 事態名詞 (jitaimeishi) yaitu kata benda yang merujuk pada suatu hal, kondisi atau peristiwa, 場所名詞 (bashomeishi) yaitu kata benda yang merujuk nama tempat, 方向名詞 (houkoumeishi) yaitu kata benda yang merujuk nama arah atau jalan, 時間名詞 (jikanmeishi) yaitu kata benda yang merujuk pada waktu. Menurut Masuoka dan Takubo (1993:12) doushi atau kata kerja dalam bahasa Jepang berdasarkan jenisnya, dapat dikelompokkan menjadi doutaidoushi 動態動詞 yaitu kata kerja yang merujuk pada suatu aktivitas yang membutuhkan pergerakan, jyoutaidoushi 状態動詞 yaitu kata kerja yang merujuk kepada suatu keadaan, jidoushi 自動詞 yaitu kata kerja intransitif, tadoushi 他動詞 yaitu kata kerja transitif, ishidoushi 意志動詞 yaitu kata kerja yang dilakukan dengan sengaja dan muishidoushi 無意志動詞 yaitu kata kerja yang dilakukan tanpa sengaja. Menurut Alwi (2003:171) kata sifat adalah kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat. Alwi juga membagi kata sifat menjadi dua yaitu kata sifat bertaraf yang mengungkapkan suatu kualitas dan kata sifat tak bertaraf mengungkapkan keanggotaan dalam suatu golongan. 60
Menurut Sakri (1994:39) nomina atau kata benda adalah kata yang melambangkan sesuatu yang berupa benda, baik yang nyata dapat diserap panca indera, makhluk, maupun segala sesuatu yang kita perlukan, atau kita bayangkan, sebagai benda abstrak Widjono membedakan nomina berdasarkan bentuknya menjadi nomina dasar dan nomina turunan. Lalu berdasarkan subkategorinya menjadi nomina bernyawa dan tidak bernyawa, serta nomina terbilang dan tak terbilang. Pergeseran penerjemahan, sebuah konsep yang diasosiasikan oleh Catford dalam Machali (1998:12) sebagai bentuk berbeda yang dihasilkan oleh orang yang berbeda, Larson (1989:20) menyebutnya sebagai ketidaksesuaian struktur dan Newmark (1989:9) mengartikannya sebagai konsep perubahan. Menurut Halliday dalam Machali (1998:150), ada dua jenis pergeseran penerjemahan yang bisa terjadi. Yang pertama adalah obligartory shift atau pergeseran tetap yang bisa berupa pergeseran struktur gramatikal, kohesi, dan pengucapan. Sedangkan yang kedua adalah optional shift atau pergeseran pilihan. Optional shift bisa berupa pergeseran makna, referensi, interpersonal, dan tekstual. Dalam penelitian ini, yaitu pergeseran penerjemahan kata kerja bahasa Jepang menjadi kata sifat bahasa Indonesia yang merupakan pergeseran kelas kata termasuk dalam pergeseran tetap atau obligartory shift secara gramatika dimana kelas kata tersebut merupakan bagian dari gramatika. Untuk pergeseran kelas kata dari meishi menjadi kata sifat bahasa Indonesia, terdapat tujuh pergeseran yang ditemukan oleh penulis. Penulis menganalisis meishi yang mengalami pergeseran berdasarkan jenis-jenis pembagian meishi oleh Masuoka. Namun penulis menemukan bahwa ketujuh meishi yang ditemukan mengalami pergeseran menjadi kata sifat dalam bahasa Indonesia, merupakan jenis 事態名詞 (jitaimeishi). 61
Ketujuh 事態名詞 (jitaimeishi) yang penulis temukan adalah 高値 (takane), 腕 (ude), 台無し (dainashi), 礼儀 (reigi), 最低 (saitei), ケチ (kechi), 正解 (seikai). Penulis menarik kesimpulan bahwa pergeseran kelas kata pada meishi menjadi kata sifat bahasa Indonesia hanya terjadi pada 事態名詞 (jitaimeishi) atau kata benda yang merujuk pada suatu hal, kondisi atau peristiwa. Untuk pergeseran kelas kata dari doushi menjadi kata benda bahasa Indonesia, penulis menemukan lima pergeseran yang terjadi yaitu pada kata 汚れて (yogorete), 感謝する (kanshasuru), 研究された (kenkyuusareta), 違うん (chigaun),dan 侮辱する (bujyokusuru). Pergeseran doushi dalam 動態動詞 (doutaidoushi) tidak ditemukan. Pergeseran doushi yang termasuk dalam 状態動詞 (jyoutaidoushi) adalah 違うん (chigaun). Pergeseran doushi yang termasuk dalam 自動詞 (jidoushi) adalah 汚れて (yogorete). Pergeseran doushi yang termasuk dalam 他動詞 (tadoushi) tidak ditemukan. Pergeseran doushi yang termasuk dalam 意志動詞 (ishidoushi) adalah 感謝する (kanshasuru), 研究された (kenkyuusareta), 侮辱する (bujyokusuru). Pergeseran doushi yang termasuk dalam 無意志動詞 (mushidoushi)adalah 汚れて (yogorete). Penulis menarik simpulan bahwa semua jenis doushi dapat mengalami pergeseran kelas kata menjadi kata benda bahasa Indonesia dan doushi dapat termasuk dalam dua jenis kata kerja pada satu waktu. Setelah menganalisis pergeseran kelas kata dari meishi menjadi kata sifat bahasa Indonesia, lalu dari doushi menjadi kata benda bahasa Indonesia dengan total dua belas pergeseran kelas kata yang terjadi, penulis mendapat simpulan bahwa untuk melakukan penerjemahan dengan pergeseran kategori kata, konteks kalimat di saat kata itu muncul 62
dan apa yang ingin ditonjolkan dalam kalimat tersebut perlu mendapat perhatian, sebab konteks sangat membantu untuk menerjemahkan suatu kalimat. Dengan adanya pergeseran penerjemahan ini, pembaca dapat mengerti isi dari buku yang dibaca, karena pergeseran penerjemahan dilakukan agar bisa menemukan bentuk yang benar-benar sama dengan teks bahasa sumber, sehingga dapat memperjelas informasi dan makna yang ingin disampaikan yang ada di dalam teks kepada pembaca. 63