LAPORAN CAPACITY BUILDING KESIAPSIAGAAN BENCANA BERBASIS SEKOLAH 7 11 SEPTEMBER 2009

dokumen-dokumen yang mirip
KESIAPSIAGAAN KOMUNITAS SEKOLAH UNTUK MENGANTISIPASI BENCANA ALAM DI KOTA BENGKULU LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA (LIPI), 2006 BENCANA ALAM

BAB I PENDAHULUAN. bahaya gempabumi cukup tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten

SEKOLAH SIAGA BENCANA & Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana

BAB I PENDAHULUAN. Kunandar (2009:10) menyatakan pendidikan adalah kunci. manusia suatu bangsa tidak akan dapat membangun negaranya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia akhir-akhir ini. Berdasarkan data Wahana Lingkungan Hidup (WALHI)

KAJIAN KONSEP RESILIENT CITY DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

KERENTANAN (VULNERABILITY)

MODUL 1: PENGANTAR TENTANG KETANGGUHAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA. USAID Adapt Asia-Pacific

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Tsunami 26 Desember 2004 yang disebabkan oleh gempa 9.1 SR

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PELATIHAN TEKNIK MITIGASI BENCANA GEMPABUMI BAGI KOMUNITAS SMPN 2 BANTUL

MITIGASI BENCANA ALAM TSUNAMI BAGI KOMUNITAS SDN 1 LENDAH KULON PROGO. Oleh: Yusman Wiyatmo ABSTRAK

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini,

BAB I PENDAHULUAN. kanan Kota Palu terdapat jalur patahan utama, yaitu patahan Palu-Koro yang

BERSAMA RELAWAN PALANG MERAH INDONESIA CABANG ACEH BESAR

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan the ring of fire. Wilayah ini berupa sebuah zona

Disaster Management. Transkrip Minggu 2: Manajemen Bencana, Tanggap Darurat dan Business Continuity Management

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

TINGKAT KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR DI DUSUN NUSUPAN DESA KADOKAN KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG TARUNA SIAGA BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Merapi. Ada 8 Desa yang termasuk ke dalam KRB III. Penelitian ini bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, yaitu pendidikan melalui sekolah dari tingkat dasar hingga

2016 KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK DI KECAMATAN BOJONGLOA KALER

MODUL PEMBELAJARAN MATA KULIAH: KEPERAWATAN BENCANA (PROGRAM B 2014)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN FRAMEWORK KAJIAN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGANTISIPASI BENCANA ALAM TIM PENELITI LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana adalah sebuah fenomena akibat dari perubahan ekosistem yang terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. 10

BAB I PENDAHULUAN. terletakm pada 3 pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia

BAB 1 PENDAHULUAN. alam (natural disaster) maupun bencana karena ulah manusia (manmade disaster).

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan korban jiwa, kerugian harta benda kerusakan lingkungan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara geografis, geologis, hidrologis, dan sosio-demografis, Indonesia

Analisa Tujuan Pembelajaran Pelatihan VCA dan PRA untuk Pelatih

BAB I PENDAHULUAN. Gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api merupakan refleksi fenomena

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencapai 50 derajat celcius yang menewaskan orang akibat dehidrasi. (3) Badai

Informasi Umum Pendidikan Bencana Gempabumi di SD

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 DAN 6 BANDA ACEH

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Penanggulangan Krisis, Dr. Rustam S. Pakaya, MPH NIP

BAB I PENDAHULUAN. Suatu bencana alam adalah kombinasi dari konsekuensi suatu resiko alami

BAB I PENDAHULUAN. Disaster Reduction) 2005, dalam rangka mengadopsi Kerangka Kerja Aksi

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pencarian, Pertolongan Dan Evakuasi

GEOLOGI DAN PENGEMBANGAN DAERAH

Powered by TCPDF (

Penanggulangan Bencana di Indonesia. Pertemuan ke-6

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INDIKATOR KINERJA UTAMA DAN TARGET PROGRAM

Need-based Initiatives

KAJIAN MITIGASI BENCANA KEBAKARAN DI PERMUKIMAN PADAT (STUDI KASUS: KELURAHAN TAMAN SARI, KOTA BANDUNG)

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Obyek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KERANGKA ACUAN. Front Line Responder Training PENDIDIKAN DALAM SITUASI DARURAT

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab

BAB1 I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemilihan Studi 1. Judul Perancangan

KESIAPSIAGAAN SISWA KELAS X DI SMA BERBUDI KECAMATAN GANTIWARNO KABUPATEN KLATEN DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI ARTIKEL PUBLIKASI

GBPP - SAP. Matakuliah PRB BERBASIS MASYARAKAT. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENERAPAN KERANGKA KERJA BERSAMA SEKOLAH AMAN ASEAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA

PELATIHAN TEKNIK PENYELAMATAN DIRI DARI DAMPAK BENCANA ALAM GEMPABUMI BAGI KOMUNITAS SLB B KARNNA MANOHARA YOGYAKARTA

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB IV VISI, MISI,TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kompetensi Pelatihan KBBM-PERTAMA untuk KSR

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

MANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

KESIAPSIAGAAN SMP NEGERI 1 GATAK KABUPATEN SUKOHARJO DALAM MENGHADAPI BENCANA ALAM NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 0 15 cm setiap tahunnya. Lempeng Indo-Australia di bagian selatan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menempati wilayah zona tektonik tempat pertemuan tiga

BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KABUPATEN BARITO KUALA

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional (UU RI No 24 Tahun 2007). penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Matrik Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif SKPD BPBD Provinsi Banten Tahun 2014

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

by : Muhammad Alfi* Helfia Edial** Afrital Rezki**

LAMPIRAN. Kuesioner Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Becana Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana

Sambutan Presiden RI pada Peragaan Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana Wil. Timur, Senin, 29 Maret 2010

BAB I PENDAHULUAN. Kerentanan berkaitan erat dengan kesenjangan (inequality) yang dihasilkan

1. Melibatkan masyarakat 1.1 Pengenalan karakter umum dan

Transkripsi:

LAPORAN CAPACITY BUILDING KESIAPSIAGAAN BENCANA BERBASIS SEKOLAH 7 11 SEPTEMBER 2009 A. PENDAHULUAN Secara geologis Indonesia merupakan negara yang cukup rawan bencana. Beragam bencana baik alam maupun akibat perbuatan manusia terus terjadi di Indonesia dan menyebabkan kerugian-kerugian aset masyarakat serta pemerintah yang makin memberatkan pembangunan. Bencana kini menjadi ancaman paling nyata bagi bangsa Indonesia. Oleh karena itu masyarakat Indonesia harus benar-benar memahami dan sadar bagaimana hidup yang amam di daerah yang rentan bahaya ini. Akan tetapi dengan terbitnya Undang- Udang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana telah memunculkan harapan kemajuan penanggulangan bencana. Undang-Undang itu secara eksplisit mengatur hak perlindungan bagi masyarakat korban bencana. Berdasarkan hal di atas pengetahuan kebencanaan di Indonesia harus disosialisasikan dengan baik kepada masyarakat, intansi pemerintahan dan intansi sekolah. Dimana kita mengetahui bahwa sekolah merupakan media mentransfer ilmu pengetahuan diharapkan mampu menyerap dan mengaplikasikan pengetahuan kesiapsiagaan menghadapi bencana. Distribusi ilmu pengetahuan kesiapsiagaan bencana dapat dilakukan dengan metode yang sangat sederhana. Melalui kerjasama UNESCO-JTIC, COMPRESS LIPI dan TDMRC yang disponsori oleh ISDR dan EC, maka untuk mulai meningkatkan pengurangan resiko bencana maka kita mengadakan kegiatan Sekolah Siaga Bencana (SSB) yang didalamnya ada Capacity Building dan Sekolah Siaga Bencana (SSB). B. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dan tujuan dilaksanakan capacity building adalah : 1. Mengetahui dan memahami lima (5) parameter kesiapsiagaan bencana 2. Memahami model Sekolah Siaga Bencana (SSB) dan membangun SSB ditingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) 3. Menjadi seorang fasilitator yang tangguh, terpercaya, berwawasan ilmu pengetahuan dan agama.

C. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan ini dilaksanakan dari tanggal 7 11 September 2009, atau mulai hari senin sampai dengan jumat. Adapun tempat pelatihannya di Tsunami and Disaster Mitigation Reseach Center (TDMRC) di Meuraxa Banda Aceh. D. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan Capacity Building ini dilaksanakan selama lima (5) dari hari senin sampai hari jumat, tepatnya dari tanggal 7 11 September 2009. kegiatan ini diikuti oleh volunteervolunteer TDMRC yang memiliki latar belakang pendidikan atau jurusan bidang studi yang beranekaragam, antara lain : hukum, psikologi, pendidikan matematika, pendidikan geografi, kesehatan gigi, teknik mesin, fisika, bahasa dan lain sebagainya. a. Aktivitas Hari Pertama Aktivitas yang dilakukan dihari pertama adalah pembukaan secara resmi yang diresmikan langsung oleh bapak Dr. Muhamad Ridha, M.Eng sebagai wakil ketua TDMRC. Kemudian dilanjutkan dengan sesi pemberian materi-materi, antara lain : 1. Science Based TDMRC Materi yang disampaikan antara lain : penjelasan tentang latar belakang berdirinya TDMRC, menyampaikan visi misi yang jelas pada peserta sehingga citacita yang diharapkan tercapai, peserta dapat memahami harapan-harapan yang didambakan oleh TDMRC sehingga mereka dapat berpartisipasi dengan baik. Kemudian peserta mengetahui dengan jelas partner atau stakholder yang mana yang akan diajak kerjasama sehingga tidak ada kesalahpahaman 2. Science Based COMPRESS LIPI Materi ini merupakan materi stimulan supaya peserta dapat mengambil hal-hal positif yang telah dilakukan oleh COMPRESS LIPI selama beberapa tahun dalam pengalamannya dibidang kesiapsiagaan, yaitu : memberikan pemahaman tentang pentingya sebuah kesiapsiagaan bencana berbasis ilmu pengetahuan dan peran optimal volunteer dalam membangun kesiapsiagaan masyarakat. 3. Pengantar 5 Parameter Kesiapsiagaan Materi pengantar lima (5) parameter kesiapsiagaan yang paling utama disampaikan antara lain memberikan pemahaman mengapa kesiapsiagaan itu penting, pemahaman pentingnya dalam mengukur tingkat kesiapsiagaan diberbagai komunitas seperti sekolah, masyarakat dan aparat/pemerintah, pemahaman lima (5) parameter dan mampu menyimpulkan ketertarikan peserta dari masing-masing parameter kesiapsiagaan tersebut. 4. Proses Alam dan Potensi Bencana

Materi ini merupakan yang paling utama dalam pemahaman substansi oleh peserta. Adapun hal yang perlu diperhatikan dalam penguasaan materi ini antara lain : pengetahuan tentang anatomi/struktur bumi, pemahaman proses terjadinya gempabumi, tsunami dan bencana lainnya. Kemudian pemahaman tentang mitos seputar gempabumi, tsunami dan tanda-tanda akan terjadinya tsunami, sumbersumber bahaya/ancaman bencana alam yang ada di Aceh (terutama gempabumi dan tsunami), pemahaman keadaan lingkungan sekitar yang rawan terhadap gempabumi dan tsunami dan bencana ikutan yang dapat terjadi setelah gempabumi. 5. Ekosistem Pesisir dan Ketahanan Wilayah Didalam materi ini dibahas mengenai pengertian ekosistem pesisir (terumbu karang, mangrove dan padang lamun), fungsi dan manfaat ekosistem pesisir, pembagian zonasi daerah pesisir, hubungan antara ekosistem pesisir dengan kesiapsiagaan dan diberikan pemahaman tentang bagaimana pengelolaan dan pemanfaatan ekosistem pesisir. 6. Pengantar Integrasi Pengurangan Resiko Bencana dalam Aktivitas Sekolah Setelah peserta diberikan dasar-dasar materi pokok yang berhubungan dengan bencana gempabumi dan tsunami, kemudian mereka diberikan pemahaman tentang pentingnya pengaplikasian materi tersebut pada aktivitas sekolah, antara lain : pengintegrasian dalam pengembangan diri / ekstrakulikuler sekolah, mata pelajaran dan aktivitas yang lainnya. b. Aktivitas Hari Kedua Kegiatan capacity building di hari kedua sangat berbeda dengan kegiatan di hari pertama, dimana di hari pertama pemberian materi yang bersifat substansi sangat padat sehingga membuat beberapa peserta trainer jenuh dan sedikit membosankan. Adapun aktivitas di hari kedua sudah materi-materi yang bersifat membangun karakter dan membangun kekompakan tim. 1. Pengantar Integrasi Pengurangan Resiko Bencana dalam Aktivitas Sekolah (lanjutan) Dalam sesi ini, peserta diberikan jenis pendidikan yang bersifat formal, informal dan non formal. Dimana pendidikan formal ditujukan kepada guru dan siswa, pendidikan informal ditujukan kepada masyarakat dan model pendidikan nonformal ditujukan kepada aparatur daerah. Kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi kelompok berdasarkan ketiga jenis pendidikan tersebut diatas. Setelah mereka diskusi kelompok, kemudian mereka mempresentasikan hasilnya.

Kelompok jenis pendidikan informal (masyarakat) mempresentasikan tentang proses terjadinya bencana gempabumi dan tsunami. Kelompok jenis pendidikan formal (sekolah) mempresentasikan tentang siapsiaga bencana gempabumi dan tsunami. Sedangkan jenis pendidikan nonformal (pemerintah) mempresentasikan tentang penanggulangan bencana banjir di daerah. 2. Pengantar Rencana Tanggap Darurat Materi ini merupakan salahsatu materi bagian dari lima parameter kesiapsiagaan sekolah yang perannya sangat penting khususnya pada sebelum, saat dan sesudah bencana terjadi. Dalam materi ini dibahas tentang empat (4) komponen kesiapsiagaan, antara lain : peringatan dini, pertolongan pertama, penyelamatan dan evakuasi dan logistik (tenda, tungku dan lumbung). Setelah seluruh komponen tersebut dijelaskan secara detail, kemudian peserta dibagi kedalam empat kelompok sesuai dengan komponen rencana tanggap darurat. Kemudian setiap kelompok mempresentasikannya. Paham atau tidak seorang peserta akan materi ini, akan sangat kelihatan setelah mereka diuji. Dalam materi ini juga, seluruh peserta diuji dalam Table Top Simulation atau uji simulasi kesiapsiagaan didalam ruangan kelas. Dalam ujian ini atau permainan ini akan terlihat dengan jelas peserta paham atau tidak akan materi rencana tanggap darurat. 3. Sistem Peringatan Dini Materi ini membahas tentang sistem peringatan dini baik dari alam, formal dan informal. Selain itu, peserta diberikan bekal tentang pemahaman sistem peringatan dini, mengetahui komponen atau alat yang dapat digunakan sebagai alat peringatan dini di sekolah dan mengerti mekanisme sistem peringatan dini di sekolah. 4. Mobilisasi Sumber Daya dan Kebijakan Dalam materi ini peserta diharapkan dapat memahami pentingnya mobilisasi sumberdaya dalam kesiapsiagaan dan memahami pentingnya pemetaan kerentanan dan kapasitas dalam membangun kesiapsiagaan untuk memobilisasinya. Untuk proses dalam pemahaman materi ini, peserta dibagi kedalam empat kelompok dan diberikan studi kasus tentang kapasitas dan kerentanan di daerah tertentu. Mulai dari studi kasus cerita sampai mampu menuliskan menjadi hasil yang sempurna.

Kemudian dilanjutkan dengan materi tentang kebijakan sekolah. Dalam materi ini diharapkan peserta paham pentingnya kebijakan dalam kesiapsiagaan dan dapat memetakan pemangku kepentingan terkait yang dapat mendukung kebijakan kesiapsiagaan c. Hari ke tiga Pelatihan dari hari ke hari ternyata semakin tidak membosankan, ini dilihat dari antusiasmenya para peserta yang semakin penasaran dan haus akan pentingnya meningkatkan kesiapsiagaan bencana dan mereka punya tugas berat yaitu menularkan kembali informasi kesiapsiagaan ini kepada keluarga, masyarakat dan pemerintah. Sebelum para peserta mendapatkan materi, mereka diajak untuk mengenal lebih akrab dan lebih kenal lagi dengan teman mereka sendiri dengan games mengenal lebih akrab. Hal ini dilakukan karena mereka kedepannya akan menjadi tim yang solid, tim yang satu sama lain saling membutuhkan diberikan. Adapun materi yang disampaikan di hari ketiga ini antara lain : 1. Advokasi Dalam materi ini diharapkan seluruh peserta paham tentang pengertian advokasi, paham metode, sasaran, tujuan dan identifikasi dalam melakukan advokasi serta memahami peran, tugas dan fungsi seorang advokasi. 2. Training Manajemen Dalam materi ini diharapkan peserta mengerti tahapan pengorganisasian pelatihan. Selain itu, peserta mengerti metode pelatihan untuk orang dewasa dan anak-anak. 3. Fasilitating Skill Materi ini merupakan bekal dasar untuk para peserta dalam memfasilitasi suatu pelatihan. Dalam materi ini peserta diharapkan memahami perbedaan antara presentasi dan fasilitator, memahami tentang kompetensi yang perlu dimiliki seorang fasilitator dan memahami peran fasilitator dalam sebuah proses pendidikan. 4. Pengembangan Materi dan Kreativitas Dalam materi ini peserta diharapkan paham mengapa penyampain informasi kesiapsiagaan harus dikemas semenarik mungkin dan peserta paham langkah mengembangkan media interaktif untuk kesiapsiagaan (tujuan, target utama dan sekunder, penentuan media dan pemetaan kebutuhan). 5. Medis Praktis Dalam materi ini diharapkan peserta mengetahui dan memahami cara pembidaian korban, cara membalut luka can cara mengangkat korban. Selain itu, mereka juga

dikenalkan tentang menandai korban ringan, sedang dan berat dengan metode triage (baca triase). d. Hari ke empat Aktivitas yang dilakukan di hari keempat sangat berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Di hari keempat ini peserta total diberikan tentang membangun motivasi dan penguatan tim dalam mewujudkan satu tim yang tangguh dan terpercaya, sehingga antara teman yang satu dengan teman yang lain saling menguatkan. Penguatan tim ini dipandu langsung oleh praktisi profesional handal, selama kurang lebih enam jam peserta dibina dan diasah supaya memiliki jiwa yang tangguh, tidak pernah putus asa, menanamkan jiwa kebersamaan dan tim work. e. Hari ke Lima Hari kelima adalah hari terakhir kegiatan capacity building dilaksanakan. Di hari terakhir ini materi yang disampaikan adalah materi assesment dalam kesiapsiagaan bencana. Dalam materi ini peserta diharapkan mengetahui dan memahami dalam melakukan assessment, melakukan survei, dan menginput data sehingga didapatkan hasilnya. Dengan assessment, peserta dapat mengetahui kondisi daerah akan kerentanan dan kapasitas yang dimilikinya. Kemudian dilanjutkan dengan persiapan untuk Sekolah Siaga Bencana (SSB) yang akan dilaksanakan dihari berikutnya. Di SSB nanti mereka akan terlibat dengan total, peran dan tugas apa yang akan mereka lakukan disana, sehingga dibutuhkan semangat dan kekompakan tim yang baik, supaya harapannya tercapai. Ada tiga sekolah yang akan mereka sosialisasikan, yaitu SMAN 1 Banda Aceh, SMPN 1 Banda Aceh dan SDN 2 Banda Aceh. KELUARAN Kegiatan yang telah dilakukan selama lima hari berturut-turut telah terlaksana dengan baik dan lancar, walaupun dilaksanakan di bulan puasa tetapi tidak membuat semangat para peserta,

narasumber dan fasilitator kendor. Mereka dengan semangat dan percaya diri yang tinggi mengikuti pelatihan ini. Keluaran yang diharapkan dari pelatihan capacity building kesiapsiagaan bencana berbasis sekolah antara lain : 1. Peserta mampu menerapkan dan mengaplikasikan lima parameter kesiapsiagaan bencana dalam kehidupan sehari-hari 2. Mampu membangun dan mengembangkan kegiatan SSB di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) khusunya di Banda Aceh dan umunya diseluruh Indonesia. 3. Mampu membangun kesiapsiagaan bencana di masyarakat dan pemerintah setempat. 4. Mampu menjadi fasilitator yang dipercaya oleh masyarakat dan pemerintah dan mampu menjalankan amanah dengan baik. KENDALA Kendala yang dirasakan selama kegiatan antara lain adalah : 1. Pelaksanaan di bulan puasa membuat peserta sedikit mengalami kendala, walaupun pada akhirnya mereka menang banyak. 2. Terbatasnya waktu yang tersedia sehingga materi yang disampaikan belum optimal disampaikan dan ditangkap oleh peserta 3. Kemampuan peserta berbeda-beda sehingga dalam proses penyampaian materi tidak bisa disamakan dan membutuhkan energi lebih 4. Rata-rata peserta berasal dari berbagai multi disiplin ilmu sehingga pemateri tidak bisa langsung kepokok permasalahan. 5. Masih kurang percaya dirinya peserta dalam mengeksplore kemampuan yang dimilikinya. REKOMENDASI Rekomendasi yang diharapkan peserta untuk TDMRC antara lain adalah : 1. Adanya keberlanjutan dalam hal peningkatan materi kesiapsiagaan 2. Perlu di evaluasi setelah pelaksanaan SSB 3. Jika ada pelatihan sejenis perlu dilibatkan kembali dan waktu pelatihan perlu disesuaikan 4. Perlu pendalaman untuk materi assessment 5. Untuk SSB perlu ditambah jumlah sekolahnya (SD, SMP dan SMA) 6. Perlu pertemuan rutin dua minggu sekali di fasilitasi TDMRC 7. Jangan sampai sia-sia upaya yang telah dilakukan dalam kegiatan ini 8. Diharapkan komitmen tetap terjaga dan tidak hilang satu persatu terseleksi alam 9. Semua bahan bahan yang disampaikan di compile di satu cd 10. Perlu dilakukan evaluasi setiap pelatihan SSB