BAB 3 PERANCANGAN TURBIN ANGIN

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 3 Perancangan dan Pembuatan Turbin Angin

Bab III Perancangan Turbin Angin 3 Sudu

BAB 4 PENGUJIAN, DATA DAN ANALISIS

BAB II LANDASAN TEORI

Bab IV Analisis dan Pengujian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Energi Angin

= x 125% = 200 x 125 % = 250 Watt

BAB III PERANCANGAN ALAT

Gambar 2.1. Grafik hubungan TSR (α) terhadap efisiensi turbin (%) konvensional

Bab 2 Dasar Teori Prinsip Konversi Energi Angin Energi kinetik dalam benda bergerak dirumuskan dengan persamaan (2.1)

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data.

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL TIGA SUDU BERDIAMETER 3,5 METER. Adi Andriyanto

STUDI EKSPERIMENTAL SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK PADA VERTICAL AXIS WIND TURBINE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PRINSIP KERJA TENAGA ANGIN TURBIN SAVOUNIUS DI DEKAT PANTAI KOTA TEGAL

Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal

Jurnal Dinamis Vol.II,No.14, Januari 2014 ISSN

Rancang Bangun Generator Portable Fluks Aksial Magnet Permanen Jenis Neodymium (NdFeB)

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PROTOTIPE TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE SAVONIUS TUGAS AKHIR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II LANDASAN TEORI

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TURBIN ANGIN AKSIAL SUMBU HORIZONTAL DUA SUDU DENGAN DIAMETER 3,5 METER SUCIPTO

PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN KINCIR ANGIN TIPE HORIZONTAL AXIS WIND TURBINE (HAWT) UNTUK DAERAH PANTAI SELATAN JAWA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN. yang penulis rancang ditunjukkan pada gambar 3.1. Gambar 3.

PERFORMANSI TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN EMPAT SUDU UNTUK MENGGERAKKAN POMPA SKRIPSI

Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2

BAB III METODOLOGI PENGUKURAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III. Metode Rancang Bangun

Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar

ANALISIS EFISIENSI JUMLAH BLADE PADA PROTOTYPE TURBIN ANGIN VENTURI

SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik EKAWIRA K NAPITUPULU NIM

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

BAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)

BAB IV PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN SUDU KINCIR ANGIN VERTIKAL DARRIEUS TIPE-H

BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN KINCIR ANGIN TIPE HORIZONTAL AXIS WIND TURBINE (HAWT) UNTUK DAERAH PANTAI SELATAN JAWA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pulau Gili Ketapang Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo

Studi Kinerja Turbin Angin Sumbu Horizontal NACA 4412 Dengan Modifikasi Sudu Tipe Flat Pada Variasi Sudut Kemiringan 0 º, 10 º, 15 º

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

BAB IV DESIGN DAN ANALISA

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo,

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KARAKTERISTIK RANCANGAN AWAL ROTOR TURBIN ANGIN

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan

LAPORAN TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN PROTOTYPE TURBIN ANGIN VERTIKAL DARRIEUS TIPE H

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Skema Dinamometer (Martyr & Plint, 2007)

DESAIN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE H-ROTOR KAPASITAS 1 kw DI PANTAI SUWUK KEBUMEN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. 1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor. dan medan stator diperoleh dari luar motor.

RANCANGAN SISTEM ORIENTASI EKOR TURBIN ANGIN 50 kw

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

Studi Kinerja Turbin Angin Sumbu Horizontal NACA 4412 dengan Modifikasi Sudu Tipe Flat Pada Variasi Sudut Kemiringan 0º, 10 º, 15 º

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

PERANCANGAN TURBIN ANGIN SUMBU HORISONTAL 1000 WATT DI PELABUHAN KARIMUNJAWA KABUPATEN JEPARA

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN DINAMOMETER KECIL DENGAN MENGGUNAKAN REM ARUS EDDY

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

Generator arus bolak-balik dibagi menjadi dua jenis, yaitu: a. Generator arus bolak-balik 1 fasa b. Generator arus bolak-balik 3 fasa

PERANCANGAN KINCIR TERAPUNG PADA SUNGAI UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material

Rancang Bangun Alat Bantu Potong Plat Bentuk Lingkaran Menggunakan Plasma Cutting

Transkripsi:

BAB 3 PERANCANGAN TURBIN ANGIN 3.1 Pendahuluan Dalam pembuatan suatu mesin pada umumnya, terutama mesin turbin, aspek desain memegang peranan yang sangat penting. Sebelum suatu alat dibuat dan diujikan, alat tersebut perlu didesain oleh perancang supaya dapat diketahui gambaran awal mengenai alat tersebut. Dengan desain dapat diketahui bentuk alat, komponenkomponen mesin yang digunakan, letak kelemahan, titik kritis, hubungan dengan mesin lain dan mekanisme penggunaan alat ketika sudah jadi. Desain awal ini dapat menjadi pijakan untuk langkah berikutnya dalam pembuatan alat. Pembuatan prototipe merupakan bagian awal dari pembuatan mesin dalam kapasitas yang lebih besar. Dengan prototipe, gambaran awal mengenai mesin tersebut dapat diketahui, sehingga mempermudah untuk pembuatan mesin selanjutnya. Selain itu, prototipe yang dibuat akan dievaluasi berkaitan dengan desain awal yang digunakan. Kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam pembuatan prototipe ini akan menjadi acuan proses berikutnya, sehingga pembuatan mesin berikutnya akan lebih baik lagi. Termasuk dalam pembuatan prototipe turbin angin adalah pembuatan kompenen-komponen yang melingkupinya. Pembuatan komponen merupakan langkah awal dalam pembuatan prototipe. Komponen-komponen yang sudah jadi akan dirakit (assembly) membentuk turbin angin. Turbin angin memiliki beberapa komponen, seperti: sudu rotor, hub, generator, mekanisme yaw (yaw mechanism), nacelle, ekor turbin, dan tiang penyanggah. Komponen-komponen turbin angin dalam penelitian tugas akhir ini dirancang dan dibuatkan barangnya, sedangkan generator yang digunakan sebagai penghasil energi listrik merupakan produk jadi yang berupa permanent magnet generator (PMG) yang mempunyai spesifikasi khusus, sehingga kapasitas listrik dan dayanya sudah tertentu. Untuk mentransmisikan putaran dan torsi dari sudu rotor 25

terhadap poros generator, pangkal rotor menempel pada poros generator sehingga ketika sudu rotor berputar maka akan memutar poros generator sehingga akan dihasilkan energi listrik. Tahapan perancangan dan pembuatan turbin angin dapat dilihat pada bagan alir (flowchart) gambar 3.1. Mulai Memilih dan Menyiapkan Generator Listrik Merancang dan Membuat Sudu Rotor Menentukan dan Membuat Landasan Tiang Merancang dan Membuat Mekanisme Yaw Tidak Apakah Komponen Turbin Angin Sudah Siap Merancang dan Membuat Ekor Turbin Angin Ya Merancang dan Membuat Hub dan Nose Merakit dan Memasang Turbin Angin Merancang dan Menyiapkan Tiang Turbin Angin Melakukan Pengujian Selesai Gambar 3.1 Bagan alir tahapan perancangan dan pembuatan turbin angin 26

3.2 Perancangan Sudu Rotor Sudu merupakan komponen turbin angin yang sangat signifikan. Sudu berkontak dengan udara yang mengakibatkan sudu bergerak (berputar) karena adanya gaya drag dan lift. Pangkal sudu menempel pada suatu hub yang menghubungkan antara sudu dengan poros. Gerak putar sudu karena efek gaya drag dan lift akan memutar poros generator yang pada akhirnya akan timbul energi listrik. Oleh karena putaran pada sudu merupakan suatu hal yang menentukan dalam pembangkitan daya, maka kontruksi sudu pun harus dibuat sebaik mungkin. Pada pembuatan kontruksi turbin angin ini material yang digunakan untuk membuat sudu berasal dari kayu. Selain karena dari segi ekonomisnya yang handal seperti: harganya yang murah, penggunaannya mudah, dan mudah dicari, juga dari aspek pembuatan yang efisien dimana material kayu mudah dibuat. Dibandingkan dengan material logam yang memerlukan mesin khusus dalam membentuk atau mendeformasi logam menjadi sudu, pengolahan material kayu menjadi sudu memerlukan alat yang lebih efisien yaitu berupa alat potong (cutter) dan alat serut. Secara mekanika, material kayu ini memiliki massa yang relatif ringan sehingga memperkecil beban yang diterima oleh tiang penyangga, memiliki nilai inersia yang rendah, mudah digerakkan oleh energi angin dengan kecepatan yang rendah, dan torsi yang terjadi pada rotor dapat dibuat lebih besar. Pembuatan sudu meliputi beberapa macam tahapan. Karena bentuk penampang sudu berupa airfoil yang memanjang dari pangkal ke ujung sudu dan bentuknya semakin mengecil, maka perlu ketelitian dalam pembuatan sudu. Untuk mempermudah pembuatan airfoil sudu, maka perlu dibuat cetakan (mold) setiap layer atau stasiun. Misalnya panjang sudu 1,5 m dengan jumlah layer 13, maka setiap layer dibuatkan bentuk penampang airfoil beserta ukurannya yang meliputi ketebalan dan lebar sudu dari sisi leading edge. Dengan menggunakan hubungan jari-jari sudu r terhadap jumlah sudu dan lebar sudu, didapatkan nilai lebar sudu (chord) yaitu: 16 π R ( Rr) C = 2 9 λ B 27

dimana C adalah ketebalan sudu, r adalah jari-jari sudu, R adalah jari-jari bidang putar turbin, dan B adalah jumlah sudu, maka perhitungan ketebalan dan lebar sudu untuk jumlah sudu 2 buah, dapat diperlihatkan pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Ketebalan dan lebar peanampang sudu setiap stasiun penampang r (mm) R (mm) λ Vwd B C (mm) 0 125 1750 7 5 2 1395,56 1 250 1750 7 5 2 697,78 2 375 1750 7 5 2 465,19 3 500 1750 7 5 2 348,89 4 625 1750 7 5 2 279,11 5 750 1750 7 5 2 232,59 6 875 1750 7 5 2 199,37 7 1000 1750 7 5 2 174,44 8 1125 1750 7 5 2 155,06 9 1250 1750 7 5 2 139,56 10 1375 1750 7 5 2 126,87 11 1500 1750 7 5 2 116,3 12 1625 1750 7 5 2 107,35 13 1750 1750 7 5 2 99,68 Perhitungan di atas berdasarkan data dan asumsi awal sebagai berikut: o Diameter sudu, D = 3,5 m o Tip Speed Ratio, λ = 7 (untuk sudu 2 buah) o Kecepatan angin nominal, Vwd = 5 ms o Jumlah sudu 2 o Tebal sudu merupakan 10% dari lebar sudu o Letak puncak ketebalan adalah 25% dari lebar sudu yang ditandai dari arah leading edge atau bagian depan model airfoil o C pada lambang di atas adalah chord atau lebar sudu 28

Sketsa gambar penampang sudu dapat diperlihatkan seperti gambar 3.2. Gambar 3.2 Penampang sudu setiap layer Setelah sketsa gambar sudu dibuat, langkah berikutnya adalah membuat sudu yang berasal dari material dengan menggunakan alat-alat mekanik yang berupa alat potong atau gergaji, alat serut, dan alat penghalus yang memakai amplas. Tahap-tahap pembuatan sudu kayu dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Menyiapkan papan yang berbentuk balok persegi panjang dengan ukuran 250 cm x 30 cm x 3 cm. 2. Menandai pada papan letak setiap stasiun untuk dibuatkan ukuran sudu yang sesuai dengan bentuk airfoil. 3. Memotong papan mengikuti kurva yang dibentuk dari chord setiap stasiun (yang perlu diperhatikan adalah leading edge dibuat lurus, sehingga bagian yang membentuk kurva adalah bagian tailing edge). 29

4. Menyerut bagian atas sesuai dengan distribusi ketebalan setiap stasiun. 5. Menandai lokasi dimana ketebalan maksimum berada. 6. Menyerut dan mengamplas hingga setiap stasiun membentuk profil airfoil yang baik. 7. Membuat alur dan lubang baut untuk memasang batang sudu. 8. Tahap penyelesaian, dengan menambahkan pelapis untuk menutup poripori kayu dan melakukan pengecatan. Gambar 3.3 Tahapan pembuatan sudu dari kayu 3.3 Perancangan Yaw Mechanism Yaw Mechanism adalah komponen yang menghubungkan antara tiang penyanggah dan rangka turbin angin. Fungsi yaw mechanism adalah menjaga arah turbin angin sehingga sudu rotor selalu menghadap arah datangnya angin. Prinsip kerja yaw mechanism berupa putaran pada sumbunya dimana ketika sudu menerima angin dari arah samping, yaw mechanism akan berputar sehingga sudu tetap menghadap angin dan dapat berputar. Yaw mechanism menggunakan material dari logam seperti baja karbon atau alumunium paduan. Hal ini dikarenakan beban yang diterima yaw mechanism sangat 30

besar yang berasal dari beban komponen turbin selain tiang dan beban dari energi angin itu sendiri. Oleh karena beban yang diterima sangat besar, maka material yang dipilih harus mampu menahan beban-beban tersebut dan baja atau alumunium alloy yang kuat merupakan material yang cocok untuk digunakan. Yaw mechanism terdiri dari beberapa komponen mekanis, seperti poros dalam, poros luar, dan bearing (bantalan). Poros dalam menempel pada tiang penyangga yang terhubung pada sebuah flange, sedangkan poros luar terhubung dengan rangka turbin angin. Sebuah rangka turbin angin terdiri dari generator, sudu, ekor, dan pipa penghubung yang sudah terpasang (assembly) menjadi satu kesatuan. Karena poros dalam menempel pada tiang penyangga melalui sebuah flange dengan cara dilas, maka poros ini bersifat statis dan tidak berputar. Untuk poros luar yang berhubungan dengan rangka cenderung bergerak (berputar) karena adanya gerak angin. Poros ini selalu berputar mengikuti putaran rangka turbin. Pemilihan dan pembuatan poros berkaitan dengan seberapa besar beban yang akan diterima. Poros dalam dengan poros luar dihubungkan dengan menggunakan bearing. Bearing tersebut terdiri dari dua buah dan diletakan pada tiap ujung bawah dan atas mekanisme yaw. Penggunaan bearing harus memperhatikan gerak putar poros dan beban poros sehingga poros luar tidak lepas. Poros luar dapat lepas dalam arah aksial akibat putaran dan beban poros. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa bearing atas menerima beban radial, sedangkan bearing bawah menerima beban aksial dan radial sehingga dalam perancangan turbin angin ini dipilih bearing radial untuk bagian atas dan bearing aksial-radial untuk bagian bawah. Pemilihan ukuran bearing sangat berkaitan dengan ukuran poros yang akan digunakan. Pada penelitian turbin angin ini ukuran bearing yang digunakan mengikuti ukuran poros. Untuk poros dalam ukuran dimater luarnya 25 mm dengan ketebalan 5 mm, sedangkan poros luar diameter dalamnya 60 mm dengan ketebalan 10 mm sehingga ukuran bearing tersebut adalah adalah d25 dan D60 (diameter dalam 25 mm dan diameter luar 60 mm) untuk bearing atas dan d30 dan D60 (diamter dalam 30 mm dan diemeter luar 60 mm) untuk bearing bawah. 31

Gambar 3.4 Desain yaw mechanism Pembuatan yaw mechanism dilakukan melalui proses pemesinan (machining process). Poros yang yang menggunakan material baja dibubut untuk mendapatkan diameter dan bentuk poros sesuai dengan yang dinginkan. Setelah dibubut, kemudian poros luar dan dalam dipasangkan bearing. Setelah itu, dilakukan proses pengelasan yang mana poros dalam dilas dengan flange yang terdapat pada tiang penyangga, sedangkan poros luar dilas dengan peghubung ekor dan hub sudu. Terakhir, poros dalam dan luar dikunci dengan menggunakan mur M50 sehingga poros dalam dan luar menyatu dan tidak lepas. Gambar sketsa yaw mechanism dapat dilihat pada gambar 3.5. 32

Gambar 3.5 Yaw Mechanism 3.4 Perancangan Ekor Ekor turbin angin (tail) adalah komponen yang letaknya di bagian belakang turbin angin. Fungsi ekor adalah untuk merespon angin dan menstabilkan gerakan turbin angin sehingga sudu rotor selalu menghadap arah datangnya angin. Selain itu, ekor dapat berfungsi sebagai penyeimbang terhadap berat komponen turbin angin bagian depan seperti generator, hub, dan sudu rotor. Gaya yang terjadi pada ekor berupa gaya drag dan lift akibat energi angin, serta gaya berat dari material ekor tersebut. Pada poros ekor juga terjadi moment lentur (bending) akibat energi angin tersebut. Untuk mampu menahan beban yang diterima ekor, material yang digunakan untuk membuat ekor harus kuat. Dalam tugas akhir ini, material yang digunakan berupa baja karbon rendah. Kekuatan baja karbon rendah dalam menahan beban yang diterima menjadi acuan dalam pemilihan material. 33

Selain faktor material, desain dan kontruksi ekor memegang peranan penting. Pada penelitian turbin angin ini ekor yang dibuat berasal dari poros yang panjangnya 1,5 meter. Pada ujung ekor dipasang pelat dengan panjang dan lebar sekitar 30 cm dan 20 cm. Penggunaan pelat ini bertujuan untuk mersepon arah angin. Ekor disambung dengan mekanisme yaw dengan menggunakan baut dan mur Pembuatan ekor dilakukan dengan cara menggabungkan (assembly) poros dengan plat yang berada pada bagian ujung belakang ekor dengan menggunakan mur dan baut. Sedangkan yang bagian depan poros dihubungkan dengan pengait yang yang menempel pada bagian yaw mechanism. Gambar 3.6 Ekor turbin angin 3.5 Perancangan Hub dan Hidung Hub adalah bagian rotor yang berada di pusat rotasi. Hub dibuat dari pelat baja yang melalui proses pemesinan dan pengelasan sehingga memungkinkan untuk dipasangkan pada poros generator. Hub juga harus memungkinkan untuk dipasangi batang sudu dan bila perlu counterbalance. Diameter hub dibuat sama dengan diameter generator yaitu 265 mm. Hidung diletakkan pada hub dengan bentuk hampir menyerupai setengah bola. Hidung memiliki beberapa fungsi diantaranya mengurangi tahanan turbin angin 34

terhadap angin, melindungi komponen-komponen yang menempel pada hub, dan memberikan nilai keindahan pada turbin angin. Bentuk hidung yang menyerupai setengah bola menjaga agar aliran udara yang menerpa hub tetap laminar atau setidaknya meminimalisir turbulensi yang terjadi di sekitar hub. Bentuk hidung yang menutupi bagian depan hub juga berfungsi sebagai pelindung komponen-komponen dalam hub dari pengaruh cuaca. Fungsi lain dari hidung adalah menambah nilai estetika pada turbin angin dimana turbin angin akan tampak lebih aerodinamis dengan penambahan hidung pada hub. Gambar 3.7 Hidung turbin angin 3.6 Perancangan Tiang Tiang penyanggah berfungsi untuk menahan beban yang terjadi pada turbin angin. Beban yang terjadi pada turbin angin adalah beban total dari berat komponenkomponen turbin angin dan beban karena adanya gaya yang ditimbulkan oleh angin. Termasuk beban komponen turbin angin adalah beban pada sudu, ekor, generator, dan yaw mechanism. Karena beban yang diterima tiang sangat besar, maka material 35

yang digunakan harus kuat. Biasanya bahan yang digunakan untuk tiang berasal dari baja. Selain faktor berat, tiang juga harus mampu menahan beban lentur akibat gaya angin yang mendorong sudu dan komponen turbin angin. Panjang dan besarnya tiang penyanggah bergantung pada sejauh mana beban dan efektivitas turbin angin. Turbin angin yang diletakkan pada tempat yang tinggi bertujuan agar sudu rotor menerima angin dengan kecepatan yang besar dan kondisi kecepatan angin yang stabil. Kecepatan angin yang besar akan menaikkan beban yang diterima turbin. Semakin tinggi penempatan turbin, semakin besar dan panjang tiang yang digunakan. Material yang digunakan untuk membuat tiang juga harus semakin kuat. Pada tiang penyanggah terdapat tali pengait yang menggunakan material baja yang berfungsi untuk memperkuat tiang sehingga tiang mampu berdiri dan menahan beban turbin angin. Ujung tali pengait ini dihubungkan ke tiang penyanggah, sedangkan ujung yang lainnya dihubungkan ke tanah atau permukaan bawah (ground) yang kuat. Panjang tiang penyanggah yang digunakan pada penelitian tugas akhir ini sebesar 3,5 m, sedangkan diameter tiang 10 cm dengan ketebalan pipa 1 cm. Panjang tiang yang dipakai ini berdasarkan tempat uji mesin turbin angin yang mengambil lokasi di atas gedung program studi teknik mesin ITB sehingga letak uji tersebut sudah cukup tinggi dari permukaan tanah dengan kondisi angin yang relatif stabil. Adapun pemilihan diameter 10 cm dengan ketebalan 1 cm cocok dan efektif untuk menerima beban total mesin turbin angin. Pemilihan diameter dan ketebalan yang sangat kecil mengakibatkan tiang tidak cukup kuat menahan beban total sehingga tiang bisa patah dan perangkat turbin angin bisa jatuh ke bawah. Kerusakan dan kegagalan pengujian turbin angin dapat dipengaruhi oleh kondisi pipa tiang penyanggah yang tidak kuat menerima beban. 36

Gambar 3.8 Tiang turbin angin 3.7 Pemilihan Generator Generator adalah alat yang mengubah energi mekanik atau gerak menjadi energi listrik. Energi listrik yang dihasilkan berasal dari perubahan medan magnet yang terdapat di dalam generator. Magnet ini dapat berupa kumparan kabel-kabel terlilit yang dialiri arus listrik dengan cara induksi atau suatu magnet yang sifatnya permannen (permanent magnet). Magnet yang berasal dari kumparan kabel-kabel mempunyai sifat kemagnetan sementara. Untuk menghasilkan magnet, kumparan kabel-kabel ini dialiri arus listrik dan dikenal dengan istilah induksi elektromagnetik. Kumparan kabel-kabel tersusun melilit sekitar plat konduktor. Jika lilitan kabel yang dialiri arus listrik dan memiliki sifat elektromagnetik ini bergerak (misalnya berputar) sehingga terjadi fluktuasi medan magnet, maka akan timbul gaya gerak listrik (ggl) dan beda tegangan listrik. 37

Selain berasal dari kumparan lilitan kabel yang dialiri arus listrik supaya terjadi kemagnetan yang sifatnya sementara, magnet pada generator juga dapat berupa magnet permanen (permanent magnet). Magnet permanen ini diletakkan di dalam generator dan mengelilingi plat konduktor. Ketika terjadi fluktuasi medan magnet karena adanya putaran dari plat konduktor atau magnet permanen tersebut, maka terjadi gaya gerak listrik (ggl) dan beda tegangan listrik. Kelebihan pemakaian magnet permanen dibandingkan magnet induksi adalah pada permanen magnet beda tegangan yang terjadi lebih besar, putaran plat konduktor atau magnet dapat lebih rendah untuk menghasilkan beda tegangan, dan tidak perlu adanya arus listrik induksi (non induksi elektromagnetik). Generator yang digunakan pada penelitian ini sudah memiliki spesifikasi yang khusus, yang mana daya yang mampu dihasilkan oleh generator sebesar 500 watt dengan putaran optimal 500. Generator yang digunakan merupakan bahan yang sudah jadi dan sudah memepunyai spesifasi tertentu. Generator ini didatangkan dari Ginlong Manufacturer, sebuah perusahaan pembuat generator listrik, termasuk jenis PMG yang digunakan pada penelitian ini. Gambar 3.9 Generator yang digunakan pada penelitian turbin angin 38

No Spesifikasi Tabel 3.2 Spesifikasi Generator 500 watt Keterangan 1 Trade mark GINLONG 2 Type GL-PMG-500A (500W) 3 Casing Aluminium alloy with TF/T6 heat treatment 4 Finishing Anodised and anti-corrosion painted 5 Shaft material stainless steel 6 Shaft bearing SKF or NSK bearings 7 Fasteners Stainless steel 8 Lamination stack Cold rolled steel 9 Rated windings temperature 180 C 10 Magnet material NdFeB (Neodynium Iron Boron) 11 Rated magnets temperature 150 C 12 Generator configuration 3 phase star connected AC output 13 Short circuit braking Capable 14 Prevention of electrical shock Class I for electrical safety Tabel 3.3 Fitur-fitur yang diklaim sebagai kelebihan GL-PMG-500A (500W) No Feature 1 Low start up speed due to low cogging and resistive torque design 2 Gearless, direct drive, low rpm generator 3 High standard, quality components for use in hars and extreme environments for wind turbines 4 High efficiency and low mechanical resitance energy loss 5 Excelent heat dissipation due to alluminium alloy outer frame and special internal structure 6 High strength from the specially design structure and fully heat treatment alluminium 7 Generator is treated to resist corrosion and oxidation 8 Reliable and long operational life time under long-term full output 9 Designed for 20 years operation life 39

No Feature 10 Patent protected design PMG memiliki kurva karakteristik daya terhadap putaran. Grafik di bawah ini menunjukkan kurva daya output terhadap putaran yang diberikan oleh generator GL- PMG-500 A (500W). Gambar 3.10 Kurva hubungan daya dan putaran yang terdapat pada Generator GL- PMG 500 A (500 watt) (Sumber: Ginlong Manufacturer) 3.8 Perakitan Turbin Angin Setelah semua komponen turbin angin tersedia, langkah berikutnya adalah merakit semua komponen turbin angin. Perakitan dilakukan per bagian dengan memperhatikan aspek keamanan komponen. Kakurangtelitian saat pemasangan dapat menyebabkan kerusakan pada komponen dan data yang dihasilkan saat pengujian kurang optimal. 40

Perakitan dilakukan dengan 3 tahapan, yang pertama memasang semua komponen badan turbin angin seperti: yaw mechanism, generator dan hub pada saat turbin angin belum dibawa ke atas dan terpasang dengan tiang. Tahap kedua yaitu memasang badan turbin angin dengan tiang. Selanjutnya, tahap ketiga berupa pemasangan sudu rotor pada hub dan pemasangan ekor turbin pada mekanisme yaw. Pada tahap ketiga ini, kondisi tiang turbin sudah didirikan di atas landasan. Gambar 3.11 Konstruksi turbin angin 3.9 Penentuan Daya Angin Dari persamaan Betz s dapat diketahui tentang persamaan daya yang terjadi pada turbin angin untuk berbagai kecepatan angin, yaitu: 41

ρ 3 P = CP vw A 2 Dimana C P adalah koefisien daya rotor, ρ adalah massa jenis udara, v w adalah kecepatan udara, dan A adalah luas bidang putar sudu. Besarnya energi angin yang melalui luas bidang putar rotor dilakukan oleh energi kinetik yang dikandung pada angin yang mengalir dengan kecepatan tertentu. Besar energi kinetik angin yang melalui luas bidang rotor pada setiap satuan waktu dihitung dengan persamaan Betz s di atas. Menurut aturan Betz s, daya yang diserap turbin angin tidak akan melebihi 0.593 bagian dari daya total udara yang melalui luas area sapuan rotor. Pada kenyataannya nilai energi yang dapat diekstraksi oleh sudu rotor lebih kecil dari nilai tersebut dikarenakan adanya faktor-faktor lain yang merpengaruh seperti adanya losses karena gesekan antar komponen, efek wake yang terjadi, adanya turbulensi aliran udara di sekitar sudu dan faktor-faktor lainnya. Tabel 3.4 Hubungan kecepatan aliran udara terhadap nilai daya angin Kecepatan angin (m/s) Nilai daya (watt) Nilai luaran daya (watt) 1 2,18 1,96 2 17,43 15,69 3 58,84 52,96 4 139,47 125,53 5 272,41 245,17 6 470,73 423,65 7 747,49 672,74 8 1115,79 1004,21 9 1588,70 1429,83 10 2179,28 1961,35 11 2900,63 2610,56 12 3765,80 3389,22 13 4787,88 4309,10 14 5979,95 5381,96 42

Kecepatan angin Nilai daya Nilai luaran (m/s) (watt) daya (watt) 15 7355,08 6619,57 Untuk perhitungan daya yang diekstraksi turbin angin dari udara yaitu dengan melihat nilai koefisien daya atau C P untuk tip speed ratio 7 dan jumlah sudu 2 buah sebesar 0,37, nilai massa jenis udara ρ sebesar 1,225 kg/m 3 untuk daerah di atas pantai, dan luas bidang putar sudu dengan diameter sudu 3,5 m sebesar 9,61625 m 2. Tabel di atas menunjukkan bahwa daya maksimum yang terkandung pada angin dan dapat diekstraksi oleh sudu rotor dengan asumsi: tidak ada losses, tidak terjadi efek wake, tidak ada turbulensi, dan efek perubahan luas area diabaikan. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa pada kecepatan angin 5 m/s, daya maksimum yang terkandung pada angin dan dapat diekstraksi oleh rotor sebesar 272,41 watt. Jika terjadi efisiensi secara mekanika dan elektrika pada generator sebesar 90%, daya yang dapat dihasilkan oleh generator hanya sebesar 245,17 watt. Namun pada kenyataannya, daya yang diekstraksi oleh rotor dan dihasilkan oleh generator kurang dari angka tersebut karena banyak faktor yang tidak dilibatkan dalam perhitungan. Perhitungan ini hanya sebagai gambaran kasar perkiraan hubungan kecepatan angin dengan daya yang dihasilkan. 43