BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA INDEKS PRESTASI KUMULATIF DAN NILAI UJI KOMPETENSI DOKTER INDONESIA PADA DOKTER LULUSAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA

Kerangka Hasil Ujian

KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN PERILAKU DAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA FK USU TAHUN ANGKATAN DALAM MENGHADAPI UJI KOMPETENSI.

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. seorang perawat harus memiliki sertifikat kompetensi (DEPKES, 2014).

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

Standard Operating Procedure. PELAKSANAAN Objective Structured Clinical Examination (OSCE) NASIONAL

Dr. dr. Ratna Sitompul, Sp.M(K) Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan menjadi pilar pembangunan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum setiap individu membutuhkan pendidikan. Tahapan. pendidikan formal yang ditempuh setiap individu adalah TK-SD-SMP-SMA-

Sertifikat Kompetensi diterbitkan oleh Kolegium (Dokter Gigi Indonesia) melalui Uji Kompetensi

Sistematika Presentasi

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN 2014 SILABUS

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA TENTANG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan seseorang berbuat sesuatu (Purwanto, 1998). Motivasi

Daftar Pokok Bahasan. Lampiran 4 SKDI. Pokja Standar Pendidikan Dokter Indonesia. Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun

BAB I. Pendahuluan. lebih kompetitif ( Pemerintah Indonesia khususnya

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB V EVALUASI KEBERHASILAN

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap.

Kolegium Dokter Gigi Indonesia Rencana Pengembangan

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

PANDUAN PENDAFTARAN UJI KOMPETENSI SEBAGAI EXIT EXAM

RTL Pendidikan Dokter Indonesia

2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN WORKSHOP ITEM REVIEW OSCE KEDOKTERAN

Hubungan Bimbingan Belajar UKMPPD dengan Kelulusan UKMPPD Computer Bassed Test Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Periode Mei 2017

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA RUMAH SAKIT UMUM KELAS D KOJA Jl. Walang Permai No. 39 Jakarta Utara PANDUAN ASESMEN PASIEN TERMINAL

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme koping adalah suatu cara yang digunakan individu dalam

BAB II KAJIAN TEORETIS. mencapai sesuatu yang dicita - citakan.. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang

Evaluasi Uji Coba OSCE UKDI. Forum Dekan AIPKI HPEQ Project Komponen 2 31 Agustus 1 September 2012

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Kedokteran Indonesia (KKI) pada tahun 2006 dan telah digunakan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjawab kebutuhan kesehatan masyarakat di Indonesia (KKI, 2012).

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dikeluarkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan

PERATURAN AKADEMIK PENDIDIKAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

LAPORAN WORKSHOP REGIONAL PASIEN STANDAR KEDOKTERAN WILAYAH I KOMPONEN 2 PROYEK HPEQ

PEDOMAN PELAKSANAAN REMEDIASI PEMBELAJARAN RETAKER UKDI

Kerangka Acuan Kerja. Pelatihan Pembimbing Retaker UKDI

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi 2, yakni :

KERANGKA SISTEM UJI KOMPETENSI DOKTER INDONESIA. Komite Bersama Uji Kompetensi Dokter Indonesia

PEMBELAJARAN ILMU FARMASI KEDOKTERAN DI FK UNIVERSITAS TARUMANAGARA DENGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI. Oentarini Tjandra

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi

BAB I PENDAHULUAN. afektif. Kompetensi kognitif, keterampilan, dan afektif harus diuji dengan

Pengaruh Kelelahan Emosional Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika. Meilantifa

Bab II TINJAUAN PUSTAKA

STANDAR PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH SARAF

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

BAB I PENDAHULUAN. yang dididik secara formal dan diberikan wewenang untuk menerapkan ilmu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM REGISTRASI DAN PERIJINAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN

BAB II LANDASAN TEORI

INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP) STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT EDISI 1 EFEKTIF TANGGAL 1 JANUARI 2018

BAB II TINJUAN PUSTAKA

Sub-komponen pada Komponen 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya

Setiawan Komite Bersama Uji Kompetensi Dokter Indonesia

Metodologi Asuhan Keperawatan

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS (...) NOMOR :002/RSTAB/PER-DIR/VII/2017 TENTANG PANDUAN EVALUASI STAF MEDIS DOKTER BAB I DEFINISI

2017, No Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tingg

NASKAH AKADEMIK UJI KOMPETENSI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

BAB II. Kajian Teori dan Kerangka Pemikiran

Materi Uji Kompetensi. Endang W. Jakarta,

Prinsip dalam Pembelajaran

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN

INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ujian merupakan suatu rangkaian persoalan, pertanyaan-pertanyaan,

LEMBAGA PENGEMBANGAN UJI KOMPETENSI (LPUK)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB II LANDASAN TEORI. Asisted Learning (PAL). PAL merupakan tindakan atau proses. a. Peer Teaching and Learning (belajar dan saling mengajari

PERKEMBANGAN AFEKTIF

BAB I DEFINISI Proses Keredensial (Credentialing): Proses Re- Kewenangan klinis (clinical privilege) : Surat Penugasan (clinical Appointment) Tenaga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN 2014 SILABUS

BAB II LANDASAN TEORITIS

memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari

HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UMS SKRIPSI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENERBITAN REKOMENDASI PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN PROGRAM STUDI DOKTER

HUBUNGAN PEMBIMBINGAN DARI INSTITUSI DAN LEMBAGA BIMBINGAN TERHADAP KELULUSAN UJIAN COMPUTER BASED TEST

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

Transkripsi:

4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uji Kompetensi 2.1.1. Pengertian Uji Kompetensi Uji kompetensi adalah bentuk standarisasi lulusan kedokteran sebelum mahasiswa lulus dan menyandang gelar dokter. Bentuk standarisasi ini berupa uji pengetahuan dan uji keterampilan untuk mendapatkan mahasiswa yang berkompeten berdasarkan nilai batas kelulusan. Soal atau materi yang diujikan tidak berasal dari masing-masing fakultas kedokteran, tetapi sudah distandarisasi dan seragam untuk tingkat nasional (Dikti, 2013). Uji kompetensi adalah suatu proses untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap tenaga kesehatan sesuai dengan standar propesi (Primadi, 2012). Dengan adanya uji kompetensi ini diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas yang bertujuan untuk meningkatkan mutu tenaga kesehatan baik dibidang kognitif, afektif, maupun psikomotor. Merujuk pada Surat Ederan ketua AIPKI, pentingnya untuk mempertahankan academic professional environtment, dan pengalaman baik dari pelaksanaan UKDI selama ini, maka dapat diketahui bahwa uji kompetensi dapat dilaksanakan pada akhir pendidikan sebelum dilakukan sumpah dokter sebagai exit exam. Implementasi uji kompetensi sebagai exit exam akan mengurangi dampak negative dari banyaknya jumlah peserta yang belum lulus (retaker) saat ini, karena persiapan uji kompetensi serta pembinaan retaker akan dilakukan langsung dibawah tanggung jawab fakultas kedokteran atau program studi pendidikan dokter. Dengan demikian langkah pencegahan terhadap praktik dokter secara illegal (tanpa Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik) dapat diwujudkan, sehingga kualitas pelayanan semakin meningkat. Kebijakan uji kompetensi sebagai exit exam, tercantum pada Surat Edaran Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Nomor 88/E/DT/2013 pada Februari 2013. Pada surat itu dinyatakan bahwa dalam

5 rangka penjaminan mutu kelulusan pendidikan tinggi khususnya pendidikan tinggi kedokteran secara merata, maka diperlukan standarisasi lulusan melalui uji kompetensi. Untuk itu, perlu diimplementasikan uji kompetensi yang merupakan bagian dari proses evaluasi pembelajaran yang terintegrasi dalam sistem pendidikan, sehingga pelaksanaan uji kompetensi dilaksanakan sebelum kelulusan peserta didik. Sehubungan dengan itu, terhitung mulai periode Uji Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) I tahun 2013 (periode Februari 2013), diberlakukan ketentuan sebagai berikut : a) Bidang Kedokteran memerlukan uji kompetensi dengan standar nasional sebagai bagian dari sistem pejaminan mutu yang bertujuan pada penjaminan keselamatan pasien b) Uji kompetensi dilaksanakan pada tahap akhir pendidikan profesi sebagai exit exam, dengan mempertimbangkan : Pentingnya academic professional environment. Peran uji kompetensi sebagai feedback mutu proses pembelajaran Mendukung integrasi sistem pendidikan-pelayaran c) Uji kompetensi memerlukan metode yang tepat dalam menguji attitude, knowledge, dan skill, melalui Computer Based Testing (CBT) dan Objective Structured Clinical Examination (OSCE). d) Uji kompetensi dengan metode CBT dan OSCE berlaku sejak Periode UKDI I Tahun 2013 (Februari 2013). Bagi peserta uji kompetensi yang belum lulus sebelum tahun 2013, hanya diwajibkan mengikuti uji kompetensi dengan metode CBT. Sedangkan untuk para peserta uji yang belum lulus pada uji kompetensi Periode I tahun 2013, wajib mengulang uji kompetensi (dengan metode CBT dan OSCE) pada periode uji selanjutnya hingga dinyatakan lulus. Pada peserta UKDI I dan II 2013 (Februari dan Mei), OSCE masih bersifat formatif. Bagi peserta didik yang telah lulus uji kompetensi berhak mendapatkan ijazah dan sertifikat kompetensi. e) Pembiayaan uji kompetensi masuk dalam pembiayaan pendidikan.

6 f) Hasil uji kompetensi akan dipublikasikan sebagai bentuk akuntabilitas publik serta memberikan umpan balik bagi institusi pendidikan dalam perbaikan proses pembelajaran. Jadi dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa uji kompetensi adalah kebutuhan akan standarisasi lulusan kedokteran, sehingga dengan dilaksanakannya uji kompetensi sebagai uji nasional pada tahap akhir program pendidikan sebelum mengambil sumpah sebagai dokter maka pengetahuan dan keterampilan lulusan dokter akan terstandar secara nasional. 2.1.2. Maksud dan Tujuan Uji Kompetensi Maksud dan tujuan dilaksanakan uji kompetensi pada Surat Edaran Dirjen Dikti No.88/E/DT/2013 untuk lulusan pendidikan tinggi kesehatan adalah : 1) Uji kompetensi ditujukan untuk menjamin lulusan pendidikan tinggi kesehatan yang berkompeten dan terstandar secara nasional sehingga bisa melindungi masyarakat. 2) Uji kompetensi untuk menguji pengetahuan dan keterampilan sebagai dasar untuk praktik kedokteran dan mendorong pembelajaran sepanjang ayat. 3) Uji kompetensi sebagai asesmen kompetensi dalam pengelolaan pasien yang aman dan efektif. 2.1.3. Uji Kompetensi sebagai Uji Nasional Uji kompetensi sebagai uji nasional dilaksanakan pada tahap akhir program pendidikan. Uji kompetensi sebagai sistem penjaminan mutu lulusan dokter telah diatur secara tersurat dalam Undang-Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktik kedokteran, yang menjelaskan tentang sertifikat kompetensi sebagai tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang dokter atau dokter gigi untuk menjalankan praktik kedokteran seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi yang dikeluarkan oleh kolegium terkait (Dikti,2013).

7 Uji kompetensi sebagai uji kelulusan akhir program pendidikan profesi dokter dilaksanakan dengan mekanisme sebagai berikut : 1) Uji kompetensi dilaksanakan pada tahap akhir pendidikan sebelum dilakukan sumpah dokter. 2) Uji kompetensi dilaksanakan secara nasional oleh Panitia Nasional yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi. 3) Uji kompetensi dilaksanakan berdasarkan blueprint yang mengacu pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia. 4) Uji kompetensi dilaksanakan dengan melibatkan fakultas kedokteran atau program studi pendidikan dokter sebagai kompartemen ujian sebagaimana diatur dalam pedoman pelaksanaan CBT dan OSCE. 5) Soal ujian disiapkan oleh Panitia Nasional dan akan dibawa oleh petugas khusus yang telah ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Ketua Panitia Nasional. 6) Panitia Nasional uji kompetensi tahun 2013 adalah Panitia Uji Kompetensi IDI-KDPI-AIPKI, hingga terbentuknya lembaga nasional yang berwenang. 7) Penentuan kelulusan uji kompetensi melalui proses standard setting secara nasional dan hasilnya disampaikan kepada peserta melalui fakultas kedokteran atau program studi pendidikan dokter masingmasing. 2.1.4. Persyaratan Peserta dan Batasan Keikutsertaan Uji kompetensi berlaku setiap calon lulusan pendidikan profesi dokter dengan persyaratan sebagai berikut (Dikti,2013) : 1) Mahasiswa pendidikan profesi dokter yang telah menyelesaikan dan lulus tahap kepaniteraan klinik dibuktikan dengan surat keterangan oleh Dekan/Ketua Program Studi Profesi Dokter. 2) Memenuhi persyaratan administratif sebagaimana ditetapkan oleh Panitia Nasional. 3) Persyaratan khusus bagi peserta retaker:

8 a) Telah mengikuti program remediasi yang dibuktikan dengan Surat Keterangan dari institusi pendidikan pelaksana program remediasi. b) Belum melampaui batas maksimal keikutsertaan uji kompetensi. Sedangkan batasan keikutsertaan semua calon lulusan pendidikan dokter dengan ketentuan : 1) Calon lulusan dokter yang belum lulus pada uji kompetensi pada periode uji tertentu tidak diperkenankan untuk mendapatkan sertifikat kompetensi ataupun melakukan sumpah dokter. 2) Calon lulusan pendidikan dokter yang belum lulus pada uji kompetensi pada periode uji tertentu diwajibkan mengikuti uji kompetensi pada periode uji selanjutnya hingga dinyatakan lulus. 3) Calon lulusan pendidikan dokter dapat mengikuti uji kompetensi maksimal hingga 2 (dua) kali masa studi pendidikan profesi normal sesuai dengan peraturan akademik yang berlaku pada masing-masing institusi. 2.1.5. Materi dan Metode Uji Kompetensi Materi uji kompetensi merujuk pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia yang ditetapkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia. Uji kompetensi dilaksanakan dengan menggunakan metode yang tepat dalam menguji sikap (attitude), pengetahuan (knowledge), dan keahlian (skills). Materi uji kompetensi disusun berdasarkan cetak biru (blueprint). Masingmasing metode baik untuk metode uji CBT maupun uji OSCE memiliki blueprint yang selanjutnya menjadi dasar dalam pelaksanaan uji kompetensi dokter (Dikti, 2013). 1) Blueprint Uji CBT dibagi dalm 7 (tujuh) tinjauan sebagai berikut: a) Tinjauan 1: Standar Kompetensi Profesi Dokter Dalam tinjauan ini aspek yang dinilai meliputi: Ketrampilan dasar klinis

9 Aplikasi biomedis, behavior, clinical, & epidemiologi pada kedokteran keluarga Komunikasi efektif Manajemen masalah kesehatan primer Penelusuran, kritisi, dan manajemen informasi Profesionalisme, moral, dan etika praktik kedokteran Kesadaran, pemeliharaan, dan pengembangan personal b) Tinjauan 2: Kognitif, Psikomotor, Konatif Dalam tinjauan ini aspek yang dinilai meliputi: Kognitif Procedural knowledge Konatif c) Tinjauan 3: Recall & Application Dalam tinjauan ini aspek yang dinilai meliputi: Recall Reasoning d) Tinjauan 4: Aspek perjalanan penyakit Dalam tinjauan ini aspek yang dinilai meliputi: Saraf dan perilaku Kepala dan leher Endokrin dan Metabolisme Saluran cerna, hepatobilier, dan pancreas Saluran pernapasan Ginjal dan saluran kemih Jantung, pembuluh darah dan sistem limfatik Darah dan sistem kekebalan tubuh Kulit, otot, tulang dan jaringan lunak Reproduksi e) Tinjauan 5: Organ sistem/struktur organ

10 Dalam tinjauan ini aspek yang dinilai patogenesis penyakit meliputi: Pertumbuhan, perkembangan, dan degenerasi Kelainan genetik dan congenital Penyakit Infeksi dan Imunologi Penyakit neoplasma Penyakit akibat trauma atau kecelakaan f) Tinjauan 6: Tindakan layanan kesehatan yang dilakukan Dalam tinjauan ini aspek yang dinilai meliputi: Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit Penapisan/Diagnosis Manajemen/Terapi Rehabilitasi Aspek hukum dan etika g) Tinjauan 7: Tingkat layanan kesehatan yang dilakukan Dalam tinjauan ini aspek yang dinilai meliputi: Individu Keluarga Masyarakat 2) Blueprint OSCE Secara garis besar blueprint terdiri atas 2 (dua) tinjauan meliputi: a) Berdasarkan kompetensi Dalam tinjauan ini aspek yang dinilai meliputi: Anamnesis Pemeriksaan fisik Melakukan tes/prosedur klinik atau interpretasi data untuk menunjang diagnosis banding/diagnosis Menentukan diagnosis atau diagnosis banding Tatalaksana non farmakoterapi dan farmakoterapi Komunikasi dan edukasi pasien

11 Perilaku professional b) Berdasarkan sistem organ dan lokasi tubuh Dalam tinjauan ini aspek yang dinilai meliputi: Endokrin dan metabolism Hematologi dan onkologi Psikiatri Sistem gastrointestinal Sistem kardiovaskuler Sistem musculoskeletal Sistem genitourinaria Sistem pengindraan Sistem reproduksi Sistem respirasi Sistem saraf Kepala leher Lain-lain Pelaksanaan UKDI menggunakan metode Computed Based Testing (CBT) dan Objective Structured Clinical Examination (OSCE). Metode CBT untuk menguji pengetahuan berupa pertanyaan sedangkan OSCE digunakan untuk menguji keterampilan klinik. 2.1.6. Waktu Pelaksanaan dan Pembiayaan Uji Kompetensi Uji kompetensi dilaksanakan secara periodik sebanyak 4 (empat) kali dalam setahun, yaitu pada bulan Februari, Mei, Agustus, dan November. Untuk tanggal yang pasti, dapat kita lihat di internet http://uk.aipki-kdpi.org/ (Dikti, 2013). Sedangkan pembiayaan uji kompetensi sudah menjadi bagian dari pembiayaan pendidikan yang berlaku sejak periode uji kompetensi tahun 2014 dan masuk dalam biaya pendidikan untuk ajaran tahun 2013/2014 (Dikti, 2013).

12 Besarnya biaya uji kompetensi yang dikelola oleh Panitia Nasional untuk uji kompetensi tahun 2013 sebesar : CBT : Rp 400.000 per peserta ujian. OSCE : Rp 600.000 per peserta ujian. Biaya yang dikelola oleh Panitia Nasional untuk uji kompetensi ini meliputi biaya dalam metode uji CBT dan metode uji OSCE. 2.1.7. Tindak Lanjut Uji Kompetensi Hasil uji kompetensi akan diumumkan secara terbuka dapat dilihat pengumumannya dalam bentuk online melalui website Panitia Nasional yang akan tercantum nama dan institusi serta hasil ujian dan diumumkan 1 (satu) bulan setelah pelaksanaan uji kompetensi. Ini berguna untuk diketahui masyarakat dan sebagai umpan balik bagi institusi pendidikan terutama untuk evaluasi dan perbaikan dalam proses pendidikan (Dikti, 2013). Peserta uji kompetensi yang belum lulus dalam ujian tersebut akan diberlakukan program penanganan retaker yang menjadi tanggung jawab institusi pendidikan dan wajib mengikuti program remediasi. Dalam pelaksanaan program remediasi, retakerakan dibimbing oleh pembimbing dengan rasio pembimbing dan retaker maksimal 1:5 (satu berbanding lima) dan sama-sama harus mengisi buku log sesuai dengan panduannya secara lengkap dan pengisian buku log harus bisa mencerminkan tahapan kegiatan dan kemajuan proses remediasi pembelajaran retaker. Frekuensi bimbingan minimal 1 (satu) minggu 1 (satu) kali. Pada akhir proses bimbingan remediasi, keseluruhan instrument yang telah diisi dikumpulkan kepada koordinator pembimbingan yang akan dibuat laporan hasil kegiatan kepada dekan. Dekan akan menyampaikan hasil laporan pembimbingan kepada AIPKI Wilayah serta membuat surat pengantar yang menyatakan retaker tersebut telah menyelesaikan program remediasi sehingga bisa mengikuti uji pada periode terkait.

13 2.2. Perilaku 2.2.1. Pengertian Perilaku Menurut Skiner (1938) dalam buku Notoatmodjo (2010) merumuskan bahwa motivasi merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian perilaku manusia terjadi melalui proses stimulus lalu mempengaruhi organisme dan diakhiri dengan bentuk respon, sehingga teori Skiner ini disebut teori S-O-R (stimulus-organismerespon). Berdasarkan teori S-O-R tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokan menjadi dua, yakni: a. Perilaku tertutup (covert behavior) Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk perilaku yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap. Contoh : Mahasiswa FK tahu uji kompetensi diadakan sebelum sumpah dokter, yang merupakan pengetahuan (knowledge). Kemudian mahasiswa tersebut bertanya kepada dosen tentang perihal uji kompetensi itu, yang selanjutnya disebut sikap. b. Perilaku terbuka (overt behavior) Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar. Contoh : seseorang mahasiswa melihat contoh-contoh soal uji kompetensi, dalam bentuk tindakan atau praktik. Aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Secara singkat aktivitas manusia tersebut dikelompokkan menjadi 2 (dua) yakni: a) Aktivitas-aktivitas yang dapat diamati oleh orang lain, misalnya: berjalan, bernyanyi, tertawa, dan sebagaimana. b) Aktivitas yang tidak dapat diamati orang lain (dari luar) misalnya: berpikir, berfantasi, bersikap, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

14 Menurut MdM (2009), pengetahuan adalah seperangkat pemahaman, pengetahuan, dan ilmu pengetahuan, lalu sikap adalah posisi yang terpusat kepada kecenderungan dan yang terakhir praktek adalah perilaku yang diamati atau tindakan individu dalam menanggapi stimulus. 2.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku. Dari uraian-uraian sebelumnya telah disebutkan bahwa perilaku itu terbentuk didalam diri seseorang dari dua faktor utama yakni stimulus merupakan faktor dari luar diri seseorang tersebut (faktor eksternal), dan respon merupakan faktor dari dalam diri orang yang bersangkutan (faktor internal). Faktor eksternal atau stimulus adalah merupakan faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, dan nonfisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Dari penelitian-penelitian yang ada faktor eksternal yang paling besar perannya dalam membentuk perilaku manusia adalah faktor sosial dan budaya dimana seseorang tersebut berada. Misalnya seorang dosen memberikan suatu arahan tentang bagaimana persiapan menghadapi uji kompetensi. Sedangkan faktor internal yang menentukan seseorang itu memberi respon terhadap stimulus dari luar adalah perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti, dan sebagainya. Misalnya mahasiswa akan memperhatikan dosennya apabila diberikan arahan tentang uji kompetensi (Notoatmodjo, 2010). 2.2.3. Aspek perilaku Meskipun perilaku dibedakan antara perilaku tertutup (covert), maupun perilaku terbuka (overt) seperti telah diuraikan sebelumnya, tetapi sebenarnya perilaku adalah totalitas yang terjadi pada orang yang bersangkutan. Dengan perkataan lain, perilaku adalah merupakan keseluruhan pemahaman dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara faktor internal dan eksternal tersebut (Notoatmodjo, 2010). Notoatmodjo membagi perilaku menjadi 3 tingkat yaitu:

15 2.2.3.1. Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindaraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. 2.2.3.2. Sikap Sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baiktidak baik dan sebagainya). Notoatmodjo (2010) mengatakan bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain. 2.2.3.3. Tindakan atau Praktik (Practice) Seperti telah disebutkan diatas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Seorang mahasiswa sudah tahu bahwa uji kompetensi merupakan syarat kelulusan dalam pendidikan fakultas kedokteran maka mahasiswa itu ada niat (sikap) untuk lebih giat belajar. Agar sikap ini meningkat menjadi tindakan, maka mahasiswa itu belajar sungguh-sungguh serta melatih diri agar siap dalam uji kompetensi tersebut.

16 2.3. Motivasi Belajar 2.3.1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi dalam bahasa latin disebut motivum. Artinya, alasan yang meyebabkan sesuatu bergerak. Menurut Woolfolk (2007) menyebutkan bahwa motivasi adalah suatu keadaan internal yang dapat membangkitkan semangat, mengarahkan dan memelihara suatu prilaku. Motivasi belajar adalah keinginan, perhatian, kemauan individu dalam belajar. Wloodkowski (2007) menyebutkan bahwa motivasi belajar adalah arah dan tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah goyah untuk mencapai sukses, meskipun dihadang banyak kesulitan. Komponen utama motivasi belajar adalah kebutuhan, dorongan dan tujuan belajar. Kebutuhan belajar terjadi bila individu merasakan ketidakseimbangan antara yang dimiliki dan yang diharapkan. Dorongan belajar merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan dalam belajar. Dorongan berorientasi pada tujuan belajar. Tujuan belajar inilah yang menjadi inti motivasi belajar. Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh sesorang individu. Tujuan belajar mengarahkan perilaku belajar individu. Motivasi mahasiswa dapat dilihat dari perilakunya. Seorang mahasiswa yang memiliki motivasi yang tinggi dapat dilihat dari minat, perhatian, dan kemauan yang kuat untuk ikut serta dalam proses belajar. Sedangkan mahasiswa yang memiliki motivasi yang rendah malah sebaliknya, kurang minat, kurang perhatian, dan kurang kemauan untuk ikut serta dalam proses belajar itu. Uno (2003) menjelaskan lebih jauh bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Motivasi belajar adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk

17 mencapai tujuan (Mc Donald dalam Milfayetty, 2014). Dalam rumusan tersebut ada tiga unsur yang saling berkaitan, sebagai berikut: a) Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan tersebut terjadi disebabkan oleh perubahan tertentu pada sistem neurofisiologis dalam organ manusia, misalnya mahasiswa yang sedang belajar tiba-tiba merasa lapar, maka ia akan langsung mencari makanan. b) Motivasi ditandai oleh timbulnya perasaan (affective arousal). Mula-mula berupa ketegangan psikologis, lalu berupa suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan tingkah laku yang sebagai dorongan. Perubahan ini dapat diamati pada perbuatannya. Contohnya pada sesorang mahasiswa terlibat dalam suatu diskusi, dia tertarik pada masalah yang sedang dibicarakan, maka dia akan bersuara/mengemukakan pendapatnya. c) Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang termotivasi memberikan respon-respon kearah suatu tujuan tertentu. Respon-respon itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Contohnya apabila mahasiswa ingin dapat lulus uji kompetensi, maka harus lebih giat lagi belajar. 2.3.2. Aspek-Aspek Motivasi Aspek-aspek motivasi menurut Santrock (2006) terdiri atas 2 (dua) macam yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik yaitu menujukkan penentuan nasib sendiri dengan melakukan sesuatu untuk kepentingan sendiri. Berarti, motivasi instrinsik ini dipengaruhi oleh keputusan diri sendiri untuk memenuhi kebutuhan demi kepentingan pribadi dalam belajar. Motivasi ini sering disebut motivasi murni atau motivasi yang sebenarnya (Hama, 2008), yang berasal dari dalam diri sendiri atau internal, misalnya keinginan untuk mendapatkan keterampilan tertentu, menambah pengetahuan, pemahaman dan

18 mengembangkan sikap, untuk mendapatkan status sosial yang baik, agar dapat diterima oleh orang lain, dan sebagainya. Meningkatnya motivasi instrinsik apabila mereka diberikan beberapa pilihan pribadi. Jadi berarti diri sendirilah yang menentukan seberapa besar tingkat motivasi yang berasal dari dalam diri tersebut terhadap kebutuhan yang diinginkan. Dalam hal ini, motivasi instrinsik tidak dipengaruhi dengan adanya pujian/hadiah dan hukuman. Motivasi ekstrinsik yaitu melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain. Berarti, motivasi ekstrinsik ini dipengaruhi oleh faktorfaktor dari luar situasi belajar seperti dengan adanya pujian/hadiah dan hukuman. Dengan adanya pujian/hadiah, maka seseorang akan terdorong atau termotivasi untuk mendapatkan itu. Begitu pula sebaliknya agar menghindari hukuman, maka seseorang akan berusaha untuk menghindai hukuman itu. Contohnya saja pada seseorang mahasiswa yang tidak tahu jawaban atas pertanyaan dosennya, sehingga dosennya menyuruh untuk mencari jawaban tersebut dan besoknya akan ditanya kembali oleh dosennya, apabila tidak dapat jawaban, maka tidak akan diperbolehkan untuk ikut ujian. Maka dari contoh diatas mahasiswa tersebut akan termotivasi untuk mencari jawaban agar terhindar dari hukuman tersebut. Motivasi ekstrinsik ini adalah dorongan terhadap perilaku individu yang bersumber dari luar dirinya atau eksternal. Motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik biasanya dapat bersamaan.dalam situasi tertentu. Dalam motivasi ekstrinsik biasanya dapat berubah menjadi motivasi instrinsik. Perbedaan esensial motivasi instrinsik dan motivasi seseorang adalah alasan orang tersebut bertindak. Artinya, apakah letak penyebab tindakan itu berada didalam dan diluar dirinya. Bila letaknya internal, motivasinya instrinsik dan bila letaknya eksternal maka motivasinya ekstrinsik. Maka dari itu, keduanya sangat saling berhubungan dan saling mempengaruhi dalam proses belajar baik itu berupa motivasi extrinsik maupun motivasi yang instrinsik.

19 Pada penelitian yang dilakukan oleh Lepper (2005) mengatakan bahwa hubungan motivasi pada anak baik instrinsik maupun ekstrinsik menghasilkan korelasi yang negatif yang artinya saling bertentangan. 2.3.3. Komponen-Komponen Motivasi Belajar Keller dan kopp mengemukakan empat komponen motivasi belajar yang disebutnya sebagai model ARCS. Yaitu, attention (perhatian), relevansi (relevansi), confidence (kepercayaan diri) dan satisfaction (kepuasan) (Milfayetty, 2014). (a) Attention (perhatian) pelajar terhadap pelajaran didorong oleh rasa ingin tahu. (b) Relevansi, menunjukan adanya hubungan materi pelajaraan dengan kondisi pelajar. Motivasi belajar akan terpelihara apabila mereka menganggap pelajaran yang dipelajarinya akan memenuhi kebutuhan pribadinya, bermanfaat untuk dirinya serta sesuai dengan nilai yang dianutnya. (c) Confidence (percaya diri) yaitu perasaan mampu dalam diri mahasiswa yang merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungannya. Hal ini berhubungan dengan keyakinan pelajar bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu agar mencapai keberhasilan. Motivasi ini akan meningkat seiring dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Harapan ini dipengaruhi oleh pengalaman sukses dimasa lalu. (d) Satisfaction (kepuasan). Usaha belajar yang dilakukan pelajar dipengaruhi hasil yang diterimanya. Hasil yang diterima sesuai dengan tingkat usaha dan ketekunan pelajar yang memberikan kepuasan. Selanjutnya kepuasan ini menjadi dorongan dan termotivasi untuk mendapatkan hasil yang serupa. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dikatakan bahwa attention (perhatian), relevansi (relenvansi), confidence (kepercayaan diri), dan

20 satisfaction (kepuasan) adalah komponen penting yang berpengaruh terhadap motivasi belajar. 2.3.4. Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Mahasiswa Motivasi belajar merupakan faktor psikologis yang mengalami perkembangan, dipengaruhi kondisi fisiologis serta kematangan psikologis mahasiswa. Beberapa unsur yang mempengaruhinya menurut Dimyati (2002) dalam buku psikologi pendidikan adalah cita-cita atau aspirasi mahasiswa, kemampuan mahasiswa, kondisi mahasiswa, kondisi lingkungan mahasiswa, unsur-unsur dianamis dalam belajar dan pembelajaran serta upaya dosen dalam membelajarkan mahasiswa. 1) Cita-cita atau aspirasi mahasiswa untuk menjadi seseorang akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan prilaku belajar. Seorang mahasiswa fakultas kedokteran untuk menjadi dokter akanberusaha untuk rajin membaca buku kedokteran, melatih skill, sering bertanya ke dosen, diskusi, dan tekun belajar. Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar instrinsik dan ekstrinsik. 2) Kemampuan mahasiswa berpengaruh terhadap motivasi belajar. Seorang mahasiswa yang percaya akan kemampuannya akan dengan senang hati belajar karena sudah dari dalam diri merasa mampu agar mendapatkan pujian. Sedangkan mahasiswa yang kemampuan masih kurang, juga akan termotivasi untuk meningkatkan kemampuan, dalam hal ini untuk menghindari hukuman. 3) Kondisi mahasiswa yang meliputi kesehatan jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi mahasiswa. Mahasiswa yang sedang sakit, akan sulit untuk belajar. Mahasiswa yang marah akan sulit untuk memusatkan perhatiannya dalam belajar. 4) Kondisi lingkungan mahasiswa seperti keadaan alam, tempat tinggal, pergaulan sebaya, kehidupan masyarakat, organisasi sekolah yang diikuti mahasiswa juga mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa.

21 Lingkungan yang aman, tentram, nyaman, tertib, indah akan memperkuat semangat dan motivasi belajar mahasiswa. 5) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran Banyak yang mempengaruhi dalam belajar salah satunya yaitu unsur dinamis seperti perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran mahasiswa yang akan mengalami perubahan dalam proses belajar. Jika seseorang merasa senang dalam pembelajaran itu, maka akan lebih mudah untuk belajar, sedangkan mahasiswa yang banyak yang dipikirkannya, maka susah untuk memusatkan perhatian kepelajaran. 6) Upaya dosen dalam pembelajaran mahasiswa. Dengan adanya dosen, maka sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar mahasiswa. Upaya dosen dalam pembelajaran mahasiswa akan memberi pengaruh terhadap motivasi belajar mahasiswa. Dengan adanya pembinaan dari dosen, pengawasan, penyelenggaraan tata tertib dan peraturan sekolah maka mahasiswa secara tidak langsung diajarkan untuk termotivasi dalam kegiatan pembelajaran. Dari uraian diatas, diketahui bahwa banyak aspek-aspek yang berpengaruh terhadap motivasi belajar baik motivasi ektrinsik maupun instrinsik. Aspek-aspek ini sangat berpengaruh pada mahasiswa yang dapat dilihat dari perilaku dan usaha-usaha yang dilakukan mahasiswa untuk mencapai tujuan belajar. 2.3.5. Pentingnya Motivasi Belajar Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, motivasi belajar penting bagi mahasiswa dan dosen (Dimyati, 2002). Bagi mahasiswa motivasi belajar sangat penting sebagai upaya awal kegiatan pembelajaran agar terwujud apa yang menjadi tujuan. Selain itu motivasi belajar pada mahasiswa dapat menginformasikan tentang perbandingan kekuatan motivasi dalam belajar dengan teman sebaya. Informasi ini dapat digunakan untuk mengarahkan kegiatan belajar, membesarkan semangat belajar dan menyadarkan tentang

22 adanya perjalanan belajar dan usaha belajar yang berkesinambungan (Wilfayetty, 2014). Motivasi dianggap penting dalam upaya belajar dan pembelajaran dilihat dari segi fungsi dan nilainya atau manfaatnya. Uraian diatas menunjukan bahwa motivasi mendorong timbulnya tingkah laku dan mempengaruhi serta mengubah tingkah laku. Fungsi motivasi adalah: 1) Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar. 2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan 3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukanh cepat atau lambatnya suatu pekerjaan. 2.4. Perilaku dan Motivasi Belajar Mahasiswa FK Menghadapi Uji Kompetensi Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa perilaku itu terbentuk didalam diri seseorang dari dua fakor utama yakni stimulus dan respon. Jadi uji kompetensi disini sebagai stimulus atau rangsangan kepada mahasiswa yang akan memberikan respon terhadap uji kompetensi tersebut baik dalam bentuk pengetahuan, sikap, maupun tindakan. Perilaku yang dilihat tentu saja akan berbeda-beda tiap masing-masing pribadi dan diharapkan dengan adanya uji kompetensi tersebut dapat mempengaruhi perilaku mahasiswa kedokteran. Motivasi terdiri atas dua aspek yaitu motivasi intrinsik yang berasal dari dalam diri dan motivasi ekstrinsik yang berasal dari luar diri. Uji kompetensi termasuk kedalam aspek motivasi ekstrinsik karena ujian kompetensi ini sebagai pemicu motivasi yang berasal dari luar diri dan secara tidak langsung merangsang mahasiswa fakultas kedokteran untuk belajar lebih giat.

23 Uji kompetensi ini sangat penting untuk mahasiswa kedokteran yang mana untuk dinyatakan lulus dari institusi pendidikan maka mahasiswa harus lulus dalam uji kompetensi itu, dalam artian uji kompetensi itu adalah ujian terakhir atau ujian kelulusan (exit exam) pada pendidikan profesi. Jika mereka tidak lulus, maka mereka tidak dapat melakukan sumpah dokter dan tidak akan menerima sertifikat kompetensi sebagai persyaratan registrasi. Demi mencapai cita cita menjadi dokter dan dengan adanya peserta dari tahun-tahun sebelumnya yang banyak tidak lulus, maka dapat mempengaruhi perilaku mahasiswa baik pengetahuan, sikap dan tindakan serta dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa untuk mempersiapkan diri menghadapi uji kompetensi itu, agar dapat lulus pada uji kompetensi itu. Ujian kompetensi ini merangsang mahasiswa untuk mengetahui apaapa saja yang akan dipersiapkan untuk ujian itu, baik bidang yang akan diujikan, maupun pengetahuan dan keterampilan yang akan dipersiapkan. Salah satunya dengan cara bertanya pada dosen. Dengan bertanya pada dosen maka secara langsung sudah merangsang mahasiswa dalam bentuk ketertarikan. Apabila dosen tersebut membangkitkan semangat mahasiswa, maka motivasi mahasiswa terhadap uji kompetensi itu akan meningkat. Mahasiswa akan mencari informasi tentang ujian itu dengan cara bertanya kepada peserta yang telah ikut ujian itu, dan membaca buku-buku tentang uji kompetensi beserta kumpulan soal-soalnya yang merupakan tindakan dalam berperilaku.. Dari sana akan mempengaruhi pikiran, sikap dan tindakan mahasiswa terhadap uji kompetensi itu dan akhirnya uji kompetensi itu menjadi kebutuhan bagi mahasiswa tersebut. Motivasi ekstrinsik dapat berubah menjadi motivasi instrinsik. Dengan adanya unsur-unsur diluar diri seperti adanya uji kompetensi sebagai pemicu dan dengan adanya konsekuensi terhadap ujian tersebut, maka akan menimbulkan motivasi ekstrinsik sedangkan ketertarikan akan menimbulkan motivasi instrinsik yang berupa perilaku dalam menanggapi uji kompetensi tersebut. Berarti, motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik dapat berjalan bersamaan dalam situasi tertentu.

24 Ronald M. Epstein (2007) mengatakan dalam jurnalnya yang berjudul Assessment in Medical Education yakni kompetensi bukanlah prestasi melainkan kebiasaan untuk belajar seumur hidup. Kompetensi adalah konstektual yang mencerminkan hubungan antara kemampuan seseorang dan tugas dia sebagai dokter dalam situasi tertentu di dunia. Kompetensi juga merupakan perkembangan, kebiasaan dalam berpikir dan berprilaku, dan praktek dapat diperoleh melalui praktek yang disengaja maupun refleksi dari pengalaman. Mahasiswa lulusan diharapkan dapat berkompetensi, tapi jika kompetensi itu pada dokter yang belum berpengalaman, mungkin sangat rentan terhadap pengaruh stress.