FAKTOR RISIKO UPAYA MENGHINDARI GIGITAN NYAMUK TERHADAP KEJADIAN DBD DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG MAKASSAR

dokumen-dokumen yang mirip
*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI PUSKESMAS GOGAGOMAN KOTA KOTAMOBAGU.

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

Kata kunci: DBD, Menguras TPA, Menutup TPA, Mengubur barang bekas

Public Health Perspective Journal

PENGARUH PENGGUNAAN KELAMBsU, REPELLENT,

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN GIGITAN NYAMUK DENGAN KEBERADAAN KASUS MALARIA DI PUSKESMAS BONTOBAHARI

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANAWANGKO

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

HUBUNGAN KEBERADAAN JENTIK PADA TEMPAT PENAMPUNGAN AIR DAN PRAKTIK 3M PLUS DENGAN KEJADIAN DBD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GENUK SEMARANG TAHUN 2014

PENYULUHAN KESEHATAN RUTIN PUSKESMAS UNTUK MENCEGAH SEKOLAH DASAR DENGAN KEJADIAN DBD DI KOTA MADIUN TAHUN 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIK)

Keyword : PSN, Dengue hemorrhagic fever.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA MAKASSAR TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

BAB I PENDAHULUAN. (DHF) merupakan penyakit infeksi tropik yang disebabkan oleh virus dengue dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT DBD PADA PASIEN ANAK-ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE MARET - JUNI

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

Kata Kunci : Demam Berdarah Dengue (DBD), Sanitasi lingkungan rumah, Faktor risiko

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dan dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit jenis ini masih

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

HUBUNGAN ANTARA TINDAKAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK AEDES

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBEDAAN MANIFESTASI KLINIS DAN LABORATORIS ANTARA PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DENGAN IgM+IgG+ DAN PASIEN DBD DENGAN IgM-IgG+ SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya semakin meluas. DBD disebabkan oleh virus Dengue dan

BAB I PENDAHULUAN. tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GOGAGOMAN KECAMATAN KOTAMOBAGU BARAT KOTA KOTAMOBAGU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP DENGUE HEMORRHAGIC FEVER DI KELURAHAN KARANG MEKAR CIMAHI TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo pada bulan 30 Mei 13 Juni Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan

FAKTOR KEBERADAAN BREEDING PLACE DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar

LAMPIRAN I DOKUMENTASI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue dengan gambaran klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) sampai saat ini merupakan

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD), merupakan penyakit yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL JANUARI DESEMBER 2011

BAB I LATAR BELAKANG

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER

I. PENDAHULUAN. aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat. kejadian luar biasa atau wabah (Satari dkk, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Dengue, keduanya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit. chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya.

Fajarina Lathu INTISARI

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif

HUBUNGAN PELAKSANAAN PSN 3M DENGAN DENSITAS LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD MAKASSAR

ABSTRAK. Pembimbing II : Kartika Dewi, dr., M.Kes., Sp.Ak

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. banyak penyakit yang menyerang seperti dengue hemoragic fever.

IQBAL OCTARI PURBA /IKM

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dengue dengan tanda-tanda tertentu dan disebarkan melalui gigitan

Prevalensi Dengue pada Mahasiswa Universitas Surabaya. Prevalence of Dengue at Universitas Surabaya s Students

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) dan ditularkan oleh nyamuk

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

ABSTRAK PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH FAKTOR PRILAKU PENDUDUK TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBELANG KECAMATAN TOULUAAN SELATAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit

Putri Pratiwi *), Suharyo, SKM, M.Kes**), Kriswiharsi Kun S, SKM, M.Kes**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD. Asep Irfan (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP DEMAM BERDARAH PADA MASYARAKAT DI CIMAHI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk betina Aedes aegypti

HUBUNGAN PERILAKU 3M DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK DI DUSUN TEGAL TANDAN, KECAMATAN BANGUNTAPAN, KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 3 tahun berturut turut. Berdasarkan laporan yang masuk dari rumah sakit dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada anak-anak. Indonesia merupakan negara dengan tingkat kejadian DBD

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA KUMPEH KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Penyakit demam berdarah adalah penyakit menular yang di

BAB I PENDAHULUAN. penghujan disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan ke manusia melalui vektor nyamuk

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

Transkripsi:

FAKTOR RISIKO UPAYA MENGHINDARI GIGITAN NYAMUK TERHADAP KEJADIAN DBD DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG MAKASSAR Risk Factor of Efforts to Avoid the Mosquito Bites Towards DHF Events in Pattingalloang Health Centre Makassar Sumarni Muchlis, Hasanuddin Ishak, Erniwati Ibrahim Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (amimuchlissima@ymail.com, hishak@pascaunhas.net, erwin_kael@yahoo.co.id, 081355089706) ABSTRAK Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat, jumlah pasien serta penyebarannya semakin luas. Penelitian ini bertujuan mengetahui besar risiko faktor upaya menghindari gigitan nyamuk Aedes aegypti terhadap kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Pattingalloang pada tahun 2011. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan menggunakan metode survey dan wawancara dengan pendekatan case kontrol study dan menggunakan perbandingan 1:1. Sampel pada penelitian ini berjumlah 116 terdiri atas 58 penderita DBD sebagai kasus dan 58 bukan penderita sebagai kontrol. Kasus merupakan keseluruhan penderita DBD yang tercatat sebagai pengunjung Puskesmas Pattingalloang selama tahun 2011, dan kontol merupakan penduduk yang berisiko terhadap DBD, dengan kesamaan umur, aktivitas, dan kesamaan aktivitas di pagi hari. Hasil penelitian terhadap empat faktor risiko upaya menghindari gigitan nyamuk, ditemukan bahwa yang merupakan risiko tinggi, yakni penggunaan obat anti nyamuk (OR = 4,800; 95% CI = 2,044-11,274) dan penggunaan kawat kasa (OR = 4,104; 95% CI = 1,648-10,235), sedangkan yang merupakan faktor risiko rendah, yakni penggunaan pakaian panjang (OR = 2,208; 95% CI = 0,705-6,921) dan penggunaan kelambu (OR = 1,600; 95% CI = 0,484-5,293). Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak menggunakan obat anti nyamuk dan tidak menggunakan kawat kasa merupakan faktor risiko tinggi terhadap kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Pattingalloang kota makassar tahun 2011. Kata Kunci : DBD, gigitan nyamuk, risiko ABSTRACT Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) or Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is today one of the public health problem in Indonesia is likely to increase, the number of patients as well as the more widely spread. This study aimed to determine the major risk factor of efforts to avoid mosquito bites Aedes aegypti on the incidence of dengue in the region of Pattingalloang Health Center in 2011. This research is an observational study using surveys and interviews with case kontrol study approach and using a ratio of 1:1. The sample in this study consists of 58 numbered 116 DHF patients as cases and 58 non-sufferers as kontrols. An overall DHF cases were recorded as visitors Pattingalloang Health Center in 2011, and dick is a population at risk of dengue, with similar age, activity, and the similarity of activity in the morning. The study of the four risk factors avoid mosquito bites effort, it was found that the higher is the risk that the use of anti-mosquito drugs (OR = 4.800, 95% CI = 2.044 to 11.274) and the use of wire netting (OR = 4.104, 95% CI = 1.648-10,235), while the lower is the risk factor that the use of long underwear (OR = 2.208, 95% CI = 0.705 to 6.921) and the use of bed nets (OR = 1.600, 95% CI = 0.484 to 5.293). The conclusion of this study is not to use mosquito repellent and do not use wire netting are high risk factors on the incidence of dengue in the region of Makassar city Pattingalloang Health Center in 2011. Keywords: Dengue fever, a mosquito bite, risk 1

PENDAHULUAN Demam Dengue adalah penyakit febris akut, sering kali disertai dengan sakit kepala, nyeri tulang, atau sendi dan otot, ruam, dan leucopenia sebagai gejalanya. Demam berdarah dengue ditandai oleh empat manifestasi klinis utama, yakni demam tinggi, fenomena hemorragik, sering dengan hepatomegali, dan pada kasus berat tanda-tanda kegagalan sirkulasi. Pasien ini dapat mengalami syok hipovolemik yang diakibatkan oleh kebocoran plasma. Syok ini di sebut dengan sindrom syok dengue dan dapat menjadi fatal. 1 Hasil studi epidemiologi menunjukkan bahwa Demam Berdarah Dengue (DBD) menyerang kelompok umur balita sampai dengan umur sekitar 15 tahun. Kejadian Luar Biasa (KLB) dengue biasanya terjadi di daerah endemik dan berkaitan dengan datangnya musim hujan, sehingga terjadi peningkatan aktivitas vektor dengue pada musim hujan yang dapat menyebabkan terjadinya penularan penyakit DBD pada manusia melalui vektor Aedes aegypti. 2 Hingga pada tahun 2010 DBD masih menduduki peringkat kedua golongan penyakit rawat inap di rumah sakit di seluruh provinsi di Indonesia dengan jumlah 59.115 dan meninggal 325 (CFR = 0,55 %). Penyakit DBD di Provinsi Sulawesi Selatan, merupakan jenis penyakit yang banyak menimbulkan kematian. Angka kesakitan dan kematian akibat penyakit DBD di Kota Makassar selama tiga tahun terakhir, yaitu periode tahun 2007 sampai 2009 cenderung meningkat. Selama tahun 2011 penderita yang dinyatakan suspect DBD di Puskesmas Pattingalloang berjumlah 62 orang penderita. 3 Menurut Nadesul, ada beberapa cara untuk menghindari gigitan nyamuk Aedes, yaitu tidur dengan kelambu, membaluri kulit badan dengan obat anti nyamuk (repellent), memasang kawat nyamuk ( berukuran 18 mesh) pada jendela dan lubang-lubang ventilasi lainnya. 4 Menurut Yatim, ada beberapa cara untuk menghindari gigitan nyamuk di lingkungan rumah khususnya pada siang hari, yaitu Memakai pakaian yang cukup tebal atau longgar, menggunakan racun nyamuk, menghindari tidur siang, menggunakan kelambu pada saat tidur, meningkirkan pakaianpakaian di balik pintuk di dalam kamar, membersihkan dan lancarkan aliran air (got) yang tersumbat, dan menggunakan kawat kasa pada ventilasi rumah. 5 Hasil penelitian Pristi menunjukkan adanya hubungan antara kejadian DBD dengan beberapa kebiasaan masyarakat dalam mencegah penyakit DBD diantaranya pemasangan kawat kasa pada ventilasi, penggunaan obat anti nyamuk pada pagi dan sore hari, dan kebiasaan menguras Tempat Penampungan Air (TPA). 6 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Susanna 2

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Malaria di Kecamatan Kampar Kiri Tengah Kabupaten Kampar Tahun 2005/2006 menemukan adanya hubungan antara penggunaan kawat kasa, kelambu dan obat anti nyamuk dengan kejadian DBD. 7 Sedangkan pada hasil penelitian Wiastuti mengenai perilaku petugas kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Daya dan Puskesmas Tamalanrea dalam upaya menghindari gigitan nyamuk Aedes aegypti menunjukkan upaya yang dilakukan oleh responden, yaitu 57,5% - 63 %. 8 Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor risiko upaya menghindari gigitan nyamuk terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar. BAHAN DAN METODE Jenis penelitian yang dilakukan adalah observasional dengan pendekatan case control study. Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Pattinggalloang yang meliputi 4 kelurahan, yakni Kelurahan Pattingalloang, Kelurahan Pattingalloang Baru, Kelurahan Cambayya, dan Kelurahan Camba Berua selama bulan April 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk berisiko sebesar 18.298 jiwa. Sampel penelitian berjumlah 116, yang terdiri atas 58 sample kasus penderita DBD dan 58 sampel kontrol. Sampel kontrol ditentukan dengan cara random sampling. Data yang dikumpulkan diolah menggunakan komputer. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan analisis univariat dan bivariate dengan uji chisquare. Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. HASIL Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan (69.8%) dengan kelompok umur terbesar 21-30 (23.3%) dengan tingkat pendidikan SD (46.6 %) dan pekerjaan sebagai pelajar (53.4%). Sedangkan distribusi tingkat pengetahuan responden tentang upaya menghindari gigitan nyamuk mencapai 93,10 % dan upaya yang paling banyak dilakukan untuk menghindari gigitan nyamuk adalah dengan menggunakan obat anti nyamuk (62,06 %). Hasil menunjukkan bahwa yang tidak menggunakan pakaian berlengan panjang pada kelompok kasus sebanyak 53 responden (91,4%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 48 responden (82,8%) sedangkan yang menggunakan pakaian berlengan panjang pada kelompok kassus sebanyak 5 responden (8,6%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 10 responden (17,2%). Dari hasil uji diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 2,208 (Lower 0,705, Upper 3

6,921) yang berarti bahwa penggunaan pakaian panjang merupakan faktor risiko rendah terhadap kejadian DBD. (Tabel 1) Pada variabel penggunaan anti nyamuk menunjukkan bahwa responden yang tidak menggunakan obat anti nyamuk pada kelompok kasus sebanyak 48 responden (82,8%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 29 responden (50%) sedangkan responden yang tidak menggunakan obat anti nyamuk pada kelompok kasus sebanyak 10 responden (17,2%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 29 responden (50%). Hasil analisis diperoleh nilai OR = 4,800 (Lower Limit = 2,044, Upper 11,274) yang artinya penderita yang tidak menggunakan obat anti nyamuk mempunyai risiko mengalami penyakit DBD sebesar 4,800 kali. (Tabel 2) Sedangkan yang tidak menggunakan kelambu di siang hari pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol sebanyak 42 responden. Sedangkan yang menggunakan kelambu di siang hari pada kelompok kasus sebanyak 5 responden (10,6%) dan pada kelompok control sebanyak 8 responden (16,0%). Dari hasil analisis diperoleh nilai OR = 1,660 (Lower 0,484, Upper 5,293) maka yang berarti bahwa kebiasaan menggunakan kelambu merupakan faktor risiko rendah terhadap kejadian DBD. (Tabel 3) Pada variabel penggunaan kasa, menunjukkan bahwa jumlah responden yang tidak menggunakan kasa pada ventilasi pada kelompok kasus sebesar 50 responden (86,2%) dan pada kelompok control sebanyak 35 responden (60,3%), sedangkan responden yang menggunakan kasa pada ventilasi rumah pada kelompok kasus sebanyak 8 responden (13,8%) dan pada kelompok control sebanyak 23 responden (39,7%). Dari hasil analisis diperoleh nilai OR = 4,107 (Lower 1,648, Upper 10,235) yang menunjukkan bahwa tidak menggunakan kasa pada ventilasi rumah berisiko 2,064 kali lebih besar untuk terjadinya penyakit DBD. (Tabel 4) PEMBAHASAN Dari hasil penelitian di lapangan ditemukan bahwa 5 responden biasa menggunakan pakaian panjang karena senang menggunakan pakaian panjang, dan 10 lainnya memiliki alasan diantaranya terbiasa menggunakan pakaian panjang, menggunakan pakaian panjang untuk menghindari matahari, ataupun menggunakan pakaian panjang karena menggunakan hijab/jilbab. Sedangkan dari 79 responden yang tidak terbiasa menggunakan pakaian panjang pada siang hari memiliki alasan diantaranya 22 responden menyatakan tidak senang menggunakan pakaian panjang, dan 79 diantaranya menyatakan merasa panas/gerah jika menggunakan pakaian 4

panjang. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pakaian berlengan panjang pada siang hari tidak digemari karena menyebabkan panas dan gerah. Hal ini menunjukkan penggunaan kelambu masih kurang dilaksanakan sebagai upaya pencegahan gigitan nyamuk pada siang hari oleh masyarakat, disebabkan karena banyak beraktifitas pada siang hari. Dari hasil penelitian di lapangan ditemukan, dari 39 responden yang menggunakan obat anti nyamuk, dengan jenis anti nyamuk bakar, anti nyamuk semprot, anti nyamuk lotion/oles, dan anti nyamuk elektrik. Sedangkan responden yang tidak menggunakan obat anti nyamuk memiliki alasan takut keracunan, tidak mempunyai uang untuk membeli dan menganggap obat anti nyamuk mahal, tidak terbiasa, hanya menggunakan pada malam hari, menganggap tidak efektif, biasa batuk, atau bau yang menyengat. Diantara keempat variabel, penggunaan obat anti nyamuk merupakan upaya yang paling banyak dilaksanakan oleh masyarakat. Hal ini menunjukkan penggunaan obat anti nyamuk dianggap sebagai upaya pencegahan gigitan nyamuk pada siang hari oleh masyarakat dianggap sangat efektif. Hasil penelitian penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Andriani, menemukan bahwa adanya resiko kebiasaan tidak menggunakan obat anti nyamuk dengan terjadinya infeksi virus dengue di Semarang sebanyak 5,6 kali lebih besar ( OR = 5,6 ; 95% CI = 1,8 17,5). Diantara keempat variabel, penggunaan obat anti nyamuk merupakan upaya yang paling banyak dilaksanakan oleh masyarakat. Hal ini menunjukkan penggunaan obat anti nyamuk dianggap sebagai upaya pencegahan gigitan nyamuk pada siang hari oleh masyarakat dianggap sangat efektif. 10 Dari 84 responden yang ditemukan tidak menggunakan kelambu pada saat tidur siang, dengan berbagai alasan diantaranya karena 58 responden (69,04%) merasa kepanasan pada saat menggunakan kelambu selama tidur siang, 24 responden (28,57%) merasa tidak senang dan tidak terbiasa menggunakan kelambu, dan 2 responden (2,38%) mengahu tidak memiliki kelambu. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Anggraeni yang menyatakan tidak ada hubungan antara kebiasaan penggunaan kelambu pada saat tidur siang dengan kejadian DBD di kelurahan Mappala Kecamatan Rappocini Kota Makassar, dimana penelitian dilakukan terhadap 127 responden, dengan hasil 119 responden tidak biasa menggunakan kelambu pada saat tidur siang (93,7%) dan ada 8 responden yang biasa menggunakan kelambu pada saat tidur siang (6,3%) (p = 0,627), hal ini menunjukkan bahwa kurangnya masyarakat yang menggunakan kelambu sebagai upaya mencegah gigitan nyamuk. 9 5

Dari hasil penelitian di lapangan ditemukan bahwa 14 responden responden menggunakan kawat kasa dengan alasan untuk menghindari gigitan nyamuk, 10 responden memiliki alasan menggunakan kawat kasa adalah untuk mencegah masuknya serangga ke dalam rumah, dan 7 responden lainnya menggunakan kawat kasa untuk mencegah masuknya debu ke dalam rumah. Sedangkan 85 responden yang tidak menggunakan kawat kasa memiliki alasan, diantaranya 52 responden mengaku tidak mengetahui mengenai kawat kasa, 6 responden mengaku tidak memiliki uang untuk membeli kawat kasa, dan 27 lainnya memiliki alasan tidak mengetahui cara memasang, tidak ada kesempatan membeli, dan menganggap tidak efektif. Dari hasil observasi yang dilakukan terhadap 20 responden yang memiliki kawat kasa, 16 diantaranya menggunakan kawat kasa yang terbuat dari kawat, dan 4 diantaranya menggunakan fiber sebagai kasa. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang lakukan oleh Pristi mengenai analisis resiko lingkungan terhadap kejadian DBD di kota Malang dalam bentuk penelian observasi analitik menemukan bahwa salah satu variabel yang memiliki pengaruh adalah penggunaan kasa pada ventilasi dengan OR = 3,613. 6 KESIMPULAN Penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor risiko upaya menghindari gigitan nyamuk dengan penggunaan pakaian panjang dan penggunaan kelambu merupakan faktor risiko rendah. Sedangkan tidak menggunakan obat anti nyamuk dan kawat kasa pada ventilasi merupakann faktor risiko tinggi. Disarankan kepada Dinas Kesehetan Kota Makassar melalui Puskesmas Pattingalloang perlu memberikan perhatian terhadap pengetahuan dan upaya masyarakat mencegah DBD khususnya dengan mengadakan upaya perlindungan diri ataupun upaya pencehan gigitan nyamuk. Perlu pula diadakan sosialisasi dan penyuluhan terhadap masyarakat tentang pentingnya upaya menghindari gigitan nyamuk, baik dengan menggunakan obat anti nyamuk, penggunaan kasa, penggunaan pakaian panjang, dan penggunaan kelambu, khususnya pada siang hari agar dapat terhindar dari gigitan nyamuk penyebab DBD. DAFTAR PUSTAKA 1. World Health Organization. Demam Berdarah Dengue, Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan, dan Pengendalian. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta;1999. 6

2. Djunaedi D. Demam Berdarah Dengue (Dengue DBD) Epidemiologi, Imunopatologi, Patogenesis, Diagnosis, dan Penatalaksanaannya. Malang: UMM Press; 2006. 3. Depkes RI. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapa Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. Jakarta; 2010. 4. Nadesul H. 100 pertanyaan + Jawaban Demam Berdarah. Jakarta: Penerbit Buku Kompas; 2004. 5. Yatim F. Macam-Macam Penyakit Menular dan Pencegahannya. Jakarta: Pustaka Pupoler Obor; 2001. 6. Pristi A. Analisis Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Tembalang Kota Semarang Tahun 2010 [Skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2010. 7. Susanna D. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Malaria di Kecamatan Kampar Kiri Tengah Kabupaten Kampar Tahun 2005/2006. Makara Kesehatan. 2006: 10 (2); 64-70. 8. Wiastuti I. Perilaku Petugas Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Daya dan Puskesmas Tamalanrea dalam Upaya Menghindari Gigitan Nyamuk Aedes Aegypti Makassar Tahun 2011[Skripsi]. Makassar: Universitas Hasanuddin; 2011. 9. Indri Anggraeni. Hubungan upaya pencegahan gigitan nyamuk Ae. Aegypti dengan kejadian demam berdarah dengue di kelurahan Mappala Kecamatan Rappocini Kota Makassar tahun 2011 [Skripsi]. Makassar: Universitas Hasanuddin; 2011. 10. Andriani Sri. Perilaku Pencegahan Terhadap Gigitan Nyamuk Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Infeksi Virus Dengue Di Kota Semarang [Thesis]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2012. 7

Tabel 1. Analisis Faktor Risiko Penggunaan Pakaian Berlengan Panjang Terhadap Kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Pattingalloang Tahun 2011 Penggunaan Kelompok DBD Pakaian Total Kasus Kontrol OR CI Berlengan Panjang n % n % n % Tidak Menggunakan 53 91,4 48 82,8 101 87,1 Menggunakan 5 8,6 10 17,2 15 12,9 Jumlah 58 100 58 100 116 100 Sumber : Data Primer, 2012 2,208 Lower 0,705 Upper 6,921 Tabel 2. Analisis Faktor Risiko Penggunaan Obat Anti Nyamuk Terhadap kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Pattingalloang Tahun 2011 Kelompok DBD Penggunaan Obat Total Kasus Kontrol OR CI Anti Nyamuk n % n % n % Tidak Menggunakan 48 82,8 29 50,0 77 66,4 Menggunakan 10 17,2 29 50,0 39 33,6 Jumlah 58 100 58 100 116 100 Sumber : Data Primer, 2012 4,800 Lower 2,044 Upper 11,274

Tabel 3. Analisis Faktor Risiko Penggunaan Kelambu di Siang Hari Terhadap Kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Pattingalloang Tahun 2011 Kelompok DBD Penggunaan Total Kelambu di Siang Kasus Kontrol OR CI Hari n % n % N % Tidak Menggunakan 42 89,4 42 84,0 84 86,6 Menggunakan 5 10,6 8 16,0 13 13,4 Jumlah 47 100 50 100 97 100 Sumber : Data Primer, 2012 1,600 Lower 0,484 Upper 5,293 Tabel 4. Analisis Faktor Risiko Penggunaan Kasa pada Ventilasi Rumah Terhadap Kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Pattingalloang Tahun 2011 Kelompok DBD Total Penggunaan Kasa Kasus Kontrol OR CI n % n % n % Tidak Menggunakan 50 86,2 35 60,3 85 73,3 Menggunakan 8 13,8 23 39,7 31 26,7 Jumlah 58 100 58 100 116 100 Sumber : Data Primer, 2012 4,107 Lower 1,648 Upper 10,235