BAHAN PERS RELEASE PUSLITBANG HORTIKULTURA. 1. Pengembangan Varietas Kentang Prosesing Mendukung Industri Potato Chips di Indonesia.

dokumen-dokumen yang mirip
V. STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

Varietas Unggul Baru (VUB) Kentang Menjawab Kebutuhan Bahan Baku Olahan

Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS JERUK. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

PEKAN SEREALIA NASIONAL I JULI 2010

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JERUK. Edisi Kedua

PENGEMBANGAN ALSINTAN PENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL KENTANG

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

DISEMINASI VARIETAS KENTANG UNGGUL RESISTEN Phytophthora infestans (Mont.) de Bary

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

BAB I PENDAHULUAN. pertanian haruslah merupakan tujuan utama dari setiap pemerintah sedang berkembang.

KERANGKA ACUAN WORKSHOP DUKUNGAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI CABAI DAN BAWANG MERAH. BOGOR, 28 Juli 2015

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TEKNOLOGI PRODUKSI BAWANG MERAH OFF-SEASON MENGANTISIPASI PENGATURAN IMPOR PRODUK B. MERAH. S u w a n d i

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris, dimana sektor pertanian dalam tatanan

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran,

Investasi Industri Perbenihan Kentang Menguntungkan (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi)

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG

PENGEMBANGAN UNIT DESA BINAAN Zaenaty Sannang

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

1. PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Upaya yang dilakukan antara lain dengan meningkatkan

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

BAB I PENDAHULUAN. lagi sayuran dan buah buahan, karena kedua jenis bahan makanan ini banyak

[ nama lembaga ] 2012

LAPORAN AKHIR PENYULUHAN DAN PENYEBARAN INFORMASI HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN TEMU INFORMASI TEKNOLOGI TERAPAN

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI

Kajian Produksi Benih Sumber Padi UPBS BPTP Kalimantan Tengah

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

Tahun Bawang

1. Pengembangan Komoditas Unggulan 2. Pengembangan Kawasan dan Sentra Produksi 3. Pengembangan Mutu Produk 4. Pengembangan Perbenihan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

No. 03 Hasil Penelitian Tahun Anggaran 2010

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

PELUANG PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK MENDUKUNG KEMANDIRIAN PETANI DI KOTA PONTIANAK DAN KABUPATEN KUBURAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROGRAM DUKUNGAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS 2015

AGRIBISNIS BAWANG MERAH

PENDAMPINGAN KAWASAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN BANTAENG

PERAN UNIT PENGELOLA BENIH SUMBER DALAM PENGUATAN SISTEM PERBENIHAN DI KALIMANTAN TENGAH

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS BAWANG MERAH. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan di

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN HORTIKULTURA 2016

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg)

VIII. ANALISIS KEBIJAKAN ATAS PERUBAHAN HARGA OUTPUT/ INPUT, PENGELUARAN RISET JAGUNG DAN INFRASTRUKTUR JALAN

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang

SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

VARIETAS BAWANG MERAH LEMBAH PALU, DAPAT MENUMBUHKAN PEREKONOMIAN KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH

I. PENDAHULUAN. dengan topografi berbukit dan bergelombang pada koordinat

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EFEKTIVITAS PENYEBARAN INOVASI T PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU JAGUNG MELALUI DEMONSTRASI TEKNOLOGI DI KABUPATEN LUWU

STRUKTUR ORGANISASI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN TAHUN 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Komoditi jagung memiliki peranan cukup penting dan strategis dalam pembangunan

Meinarti Norma Setiapermas, Widarto, Intan Gilang Cempaka dan Muryanto

POTENSI PENGEMBANGAN PRODUSEN/PENANGKAR BENIH KEDELAI BERSERTIFIKAT DI JAWA TENGAH ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

I. PENDAHULUAN. komoditas utama penghasil serat alam untuk bahan baku industri Tekstil dan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pengembangan usaha agribisnis hortikultura termasuk komoditas sayuran

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Transkripsi:

BAHAN PERS RELEASE PUSLITBANG HORTIKULTURA 1. Pengembangan Varietas Kentang Prosesing Mendukung Industri Potato Chips di Indonesia. Pengembangan industri potato chips di Indonesia terhambat oleh langkanya ketersediaan kentang prosesing sebagai bahan baku. Satu-satunya industri potato chips di Indonesia, PT Indofood Fritolay, harus mengimpor sekitar 75% dari bahan baku yang dibutuhkan. Ada 3 jenis varietas kentang yang diintroduksi oleh beberapa perusahaan swasta yang dicoba diusahakan melalui skema kemitraan petani yaitu Panda, Columbus, dan Atlantic. Namun sampai saat ini yang masih ditanam oleh petani hanya Atlantic, walaupun varietas ini agak peka terhadap penyakit busuk daun dan hasilnya rendah yaitu sekitar 12 ton/ha. Pada tahun 200-2003 Balitsa berusaha mencari varietas baru kentang prosesing yang lebih baik atau paling tidak sama kualitasnya dengan varietas Atlantic. Varietas tersebut diseleksi dari 44 klon introduksi asal the International Potato Center (CIP) yang ada dalam koleksi Balitsa. Melalui pendekatan penelitian partisipatif yang melibatkan petani (n=70), konsumen (n=112), industri kripik tradisional (n=2), supplier bahan baku (n=2) dan PT Indofood Fritolay serta dikombinasikan dengan penelitian multilokasi (10 lokasi) maka pada akhir tahun 2003 ditemukan 5 calon varietas kentang unggul yang disukai petani, konsumen, dan pabrik. Kelima calon varietas tersebut yaitu Tenggo, Fries, Erika, Balsa dan Krespo telah diajukan untuk dilepas sebagai varietas baru pada tahun akhir 2003. Khususnya Balsa dan Krespo, standar mutunya telah diuji di PT. Indofood Fritolay dan dinyatakan memenuhi persyaratan sebagai bahan baku potato chips (tabel 1.). Dibandingkann dengan atlantic, kedua varietas ini hasilnya lebih tinggi yaitu sekitar 20 t/ha dan lebih tahan penyakit busuk daun. Dengan menggunakan kedua calon varietas ini saja maka produksi benih dan umbi bahan baku industri potato chips dapat dilakukan di Indonesia tanpa harus membayar royalty seperti halnya jika menggunakan varietas Atlantic yang masih memiliki property right, sehingga kedepan impor bahan baku potato chips tidak diperlukan lagi. Sampai dengan akhir Pebruari 2005 ini, sudah ada 3 (tiga) perusahaan swasta yang datang ke Balitsa dan menyatakan keinginannya untuk mengembangkan dan mengkomersialkan varietas Balsa. Salah satunya bahkan berkeinginan untuk mengembangkan Balsa, Fries, dan Tenggo setelah mengevaluasi sendiri dengan penanaman dan pengujian mutu selama dua musim tanam. 1

2. Rencana Pengembangan Varietas Cabai Merah Tanjung- 2 Di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat Komoditas cabai merah saat ini merupakan salah satu andalan petani sayuran di Indonesia. Berdasarkan hasil analisis dari Direktorat Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, kebutuhan akan cabai merah pada tahun 2005 diperkirakan sebesar 788.544 ton/tahun, sehingga diperlukan luas tambah tanam sekitar 5.000 ha/bulan. Sementara itu, peningkatan permintaan untuk cabai merah yang mencapai 7.5% per tahunnya merupakan peluang besar bagi Indonesia dalam usaha agribisnis cabai merah. Salah satu keberhasilan agribisnis cabai merah adalah pemilihan varietas unggul yang tahan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan berproduksi tinggi. Sampai sejauh ini, varietas unggul cabai merah masih banyak diimpor dari luar negeri, karena jumlah varietas yang dihasilkan di dalam negeri masih terbatas dan belum memenuhi preferensi pengguna. Oleh karena itu Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) telah menghasilkan 3 varietas cabai merah yaitu Tanjung-1, Tanjung-2, dan Lembang-1 yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian pada tahun 2001. Satu diantara ketiga varietas tersebut yang banyak diminati dan sudah berkembang di petani adalah adalah Tanjung-2. Varietas ini telah dikomersialisasikan oleh KP KIAT melalui kerjasama dengan UD Riawan Tani. Keunggulan Tanjung 2 antara lain : memiliki daya adaptasi cukup luas; dapat di tanam di dataran rendah sawah (tanam pada akhir musim penghujan) dan lahan kering (tanam pada awal musim penghujan); toleran terhadap penyakit antraknos; produktivitas mencapai 12 t/ha; dan mempunyai kandungan capsaicin serta antocianin yang cukup tinggi, warna tidak berubah setelah diproses dan lebih bagus dibanding dengan Hot Beauty. Pengembangan agribisnis cabai melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yaitu merupakan suatu strategi atau model pengelolaan tanaman dalam peningkatan produksi tanaman melalui integrasi teknologi yang memiliki efek sinergisme. Kabupaten Ciamis, Jawa Barat merupakan salah satu lokasi pengembangan PTT cabai merah dengan menggunakan varietas Tanjung-2 mendapat respon yang sangat baik dari petani peserta PTT maupun petani bukan peserta PTT. Ini disebabkan karena varietas Tangjung 2 memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh varietas cabai lainnya yang sudah ada di pasaran, yaitu : (1) harga jual varietas Tanjung 2 lebih mahal Rp. 1.000 sampai Rp. 3.000 per kg; (2) waktu panen lebih singkat;(3) tingkat kematangan buah lebih serempak; (4) frekuensi panen lebih sedikit; (5) harga benih relatif murah ( Tanjung-2 ± Rp. 20.000/10 g sedangkan varietas lainnya ± Rp. 70.000/10 g ); (6) lebih disukai konsumen; (7) warna merah lebih menarik dan mudah digerus; (8) jumlah buah per kg lebih banyak;(9) lebih tahan terhadap hama dan penyakit; serta (10) bisa di benihkan sendiri. Melalui penerapan teknologi PTT tersebut para petani cabai merah di Kabupaten Ciamis dapat 2

menghemat penggunaan input produksi seperti pupuk dan pestisida sebesar 50 % dan pendapatan petani meningkat sebesar Rp.8.000.000,- Seiring dengan meningkatnya minat petani cabai merah di kabupaten Ciamis untuk menanam cabai merah varietas Tanjung 2, maka dalam tahun 2005 direncanakan akan dikembangkan penanaman cabai merah varietas Tanjung 2 di kabupaten Ciamis Jawa Barat seluas lebih kurang 430 ha. 3. Pekan Melon dan Semangka Nasional 2005 Sejak lima tahun terakhir produsi melon dan semangka meningkat sangat tajam. Meningkatnya minat petani akan usahatani melon dan semangka karena menguntungkan dan umur panennya relatif singkat. Tetapi sampai saat ini kebutuhan benih melon dan semangka tidak didukung oleh ketersediaan varietas dan dukungan sistem perbenihan domestik yang memadai sehingga laju perkembangan budidaya kedua komoditas ini hampir 100% masih tergantung pada benih impor. Untuk menjawab fenomena tersebut Puslitbang Hortikultura melalui Balai Penelitian Tanaman Buah telah menyelenggarakan Seminar Nasional dan Temu Bisnis Melon pada tangal 17-18 September 2004. Pada kesempatan tersebut telah dilakukan lelang 6 varietas calon hibrida unggul melon yang ditawarkan kepada 9 pengusaha benih swasta nasional, dan memperoleh respon yang sangat baik. Dari 6 calon varietas hibrida melon yang dilelang, 4 varietas telah diminati untuk dikembangkan oleh 3 perusahaan benih swasta nasional yang selanjutnya disiapkan pengalihan sistem royalty varietas tersebut. Untuk tahun 2005, Puslitbang Hortikultura akan mengadakan Pekan Melon dan Semangka Nasional yang akan diselenggarakan pada bulan Desember 2005. Pada kesempatan tersebut akan di ekspos melon dan semangka hibrida unggul hasil penelitian Balitbu dalam bentuk pertanaman di lapang sehingga pihak swasta dapat langsung melihat dan mengevaluasi keunggulannya. Akan ditawarkan 9 calon varietas hibrida semangka unggul kepada perusahaan-perusahaan benih swasta nasional dan peminat lainnya untuk pengembangan lebih lanjut. 4. Techno-expo Hortikultura Indonesia 2005 (Indonesia Horticulture Techno-expo 2005) Pengembangan agribisnis hortikultura di Indonesia belum sepenuhnya didukung oleh inovasi teknologi hasil penelitian sehingga tidak memiliki daya saing kuat di era pasar global. Di sisi lain, banyak inovasi teknologi yang telah dihasilkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan institusi penelitian lainnya yang belum dimanfaatkan sepenuhnya oleh para pelaku agribisnis hortikultura. Salah satu penyebab lambatnya proses desiminasi dan alih inovasi teknologi adalah kurangnya promosi yang dilakukan oleh Badan Litbang Pertanian dan instansi terkait lainnya terhadap hasil penelitian. 3

Puslitbang Hortikultura akan menyelenggarakan TECHNOEXPO HORTIKULTURA INDONESIA 2005 dengan tema Meningkatkan daya saing produk agribisnis hortikultura melalui pemanfaatan inovasi teknologi, di Loka Penelitian Tanaman Jeruk dan Hortikultura Subtropik (Lolitjeruk) di Batu, Jawa Timur, pada tangga 21 23 Juli 2005. Tujuan o Menginformasikan inovasi teknologi agribisnis hortikultura hasil penelitian o Menghimpun tanggapan dan umpan balik inovasi teknologi sebagai upaya penyempurnaan program penelitian hortikultura di masa depan o Mensinergiskan pengambil kebijakan, peneliti dan pelaku agribisnis hortikultura Peserta Peserta berasal dari Balit/Lolit lingkup Puslitbanghorti, BPTP Propinsi, Perguruan Tinggi, Ditjen Hortikultura, Ditjen terkait lainnya: Perindustrian dan Perdagangan, Perbankan, Koperasi, Pengusaha, eksportir/importir, Asosiasi, Organisasi profesi, Petani dan Pelaku agribisnis hortikultura dan masyarakat hortikultura lainnya. Kegiatan o Lomba Karya Ilmiah. Lomba diperuntukkan terutama bagi para mahasiswa dan yang berminat di seluruh Indonesia yang pelaksanaannya bekerjasama dengan Masyarakat Jeruk Indonesia (MJI) o Seminar Jeruk Nasional. Pembicara dari beberapa negara maju di agribisnis jeruk dan pembicara utama nasional dengan makalah pendukung hasil penelitian/pengkajian. o Kontes Jeruk Keprok Nasional. Diikuti oleh seluruh daerah sentra jeruk keprok di Indonesia guna memilih jeruk keprok unggulan nasional. o Gelar Inovasi Teknologi. Merupakan kegiatan promosi inovasi teknologi yang ditampilkan di dalam stand dan langsung di lapang, bisa berupa varietas baru, teknologi inovatif, produk baru dan informasi penting lainnya. o Temu Wicara dan Temu Bisnis Bersama Menteri Pertanian. Temu wicara dilaksanakan guna mengakomodasikan keinginan dan kebutuhan petani, pengusaha, eksportir/importir dan pelaku agribisnis hortikultura lainnya o Lomba lainnya. Meliputi lomba buah pamelo berukuran paling besar, lomba merangkai bunga tropika, dan lomba lainnya. 4

5. Agroklinik Jeruk Berbasis Web ( Menerobos kemacetan alur diseminasi inovasi teknologi agribisnis jeruk) Jeruk masih merupakan komoditas buah yang sangat menguntungkan untuk diusahakan saat kini karena mempunyai prospek pasar dalam dan luar negeri yang sangat menjanjikan. Kegitan agribisnis jeruk dikawasan sentra produksi saat ini masih terpencar di kantong-kantong produksi yang sempit, dikelola dengan teknologi yang belum standar dan maju (Standar Prosedur Operasional), pengelolaan pasca panen yang sekedarnya, pemasaran yang belum berpihak ke petani dan kelembagaan petani yang masih lemah sehingga nampak belum sepenuhnya didukung oleh inovasi teknologi hasil penelitian. Salah satu penyebab lambatnya proses desiminasi dan alih teknologi hasil penelitian ke pihak pengguna adalah belum adanya jaringan informasi yang memungkinkan proses tersebut berlangsung dengan optimal selain peran tenaga PPL yang terbatas karena alasan kelembagaan. Agroklinik jeruk telah dibangun di sentra produksi di Kabupaten Karo - Sumatera Utara, Kabupaten Sambas - Kalimantan Barat, Kabupaten Timor Tengah Selatan NTT dan Kabupaten Ponorogo Jawa Timur. Agroklinik jeruk berfungsi sebagai (1) Sumber informasi inovasi teknologi spesifik lokasi Pengelolaan Terpadu kebun Jeruk Sehat dan agribisnis jeruk regional dan nasional, (2) Tempat konsultasi petani dan pelaku agribisnis jeruk lainnya dengan petugas jaga yang terlatih, (3) Tempat melaksanakan koordinasi dan diskusi bagi petugas lapang, dan (4) Sarana pelatihan bagi para petugas lapang dan petani. Agroklinik jeruk yang berbasis teknologi informasi ini dilengkapi dengan dua demo plot, yaitu tanaman jeruk belum berproduksi dan yang sudah berproduksi sebagai contoh penerapan teknologi anjuran. Agroklinik jeruk yang ada sekarang dan yang akan dibangun di beberapa sentra produksi jeruk dalam operasionalnya dikoordinasikan oleh Lolitjeruk melalui jaringan Informasi Inovasi Teknologi Jeruk (JIITJ) dengan website: www.citrusindo. Org. Jika dalam melakukan kegiatan konsultasi dengan petani, pengelola agroklinik ( dokter jaga ) menemui kesulitan teknis, maka selanjutnya dapat mengirimkan permasalahannya ke JIITJ yang akan dijawab pada setiap hari Jum at. Pada tahun 2005, selain akan ditingkatkan sarana, prasarana dan SDM untuk pengelolaan agroklinik yang sudah ada,i juga akan diinisiasi beberapa lokasi agroklinik baru di sentra produksi jeruk seperti di Sulawesi Selatan, Jawa Tengah dan Sumatera Barat. 5