BAB II KAJIAN TEORI. yaitu procrastinare. Kata procrastinare memiliki awalan pro yang berarti. menunda-nunda menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. guna mengembangkan bakat serta kepribadian siswa. Mulyasa (2011)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik.

BAB II LANDASAN TEORI. atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik. seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll.

BAB II LANDASAN TEORI. Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi Akademik. pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran crastinus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PROKRASTINASI AKADEMIK

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jika

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi. Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dari kata pro yang

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. siswa. Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Inggris yaitu procrastination yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastinasi dengan awalan

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Tindakan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PREDIKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA. Amrul Aysar Ahsan Dosen Psikologi IAIN Palopo

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016

BAB III METODE PENELITIAN. Salatiga Tahun Ajaran 2013/2014 adalah penelitian inferensial. Analisis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi. Penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangkan kualitas produknya. Karyawan merupakan harta terpenting bagi

BAB I PENDAHULUAN. non-formal dan informal. Setiap jenis pendidikan tersebut memiliki tujuan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ternyata berhubungan dengan penurunan resiko terkena penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk membagi waktunya dengan baik dalam menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Pada dekade belakangan ini gaya hidup manusia semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tugas. Terkadang manusia merasa semangat untuk melakukan sesuatu namun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prayogi Guntara, 2014 Pengaruh Recovery Aktif Dengan Recovery Pasif Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap harinya manusia dihadapkan dengan berbagai macam tugas, mulai

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA. hanya kadang kadang (Sapadin & Maguire, 1996:4). Prokrastinasi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Faktor umur harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini memerlukan

sebagainya. Menurut Susan M Sawyer et al, 2012 masa remaja merupakan salah satu fase kehidupan saat fungsi fisik hampir mencapai puncaknya.

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. waktu yang telah ditentukan sering mengalami keterlambatan, mempersiapkan

HUBUNGAN KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA IPA MAN MALANG I KOTA MALANG

LAMPIRAN. PDF created with FinePrint pdffactory Pro trial version

Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa yang Bekerja

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu yang dimiliki. Artinya, seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu

TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu syarat tercapainya Sumber Daya

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

PENDAHULUAN Mahasiswa yang telah menyelesaikan seluruh mata kuliahnya sesuai dengan program akademis dalam arti bahwa mahasiswa tersebut telah menempu

BABI PENDAHULUAN. Dalam sebuah perguruan tinggi, perkuliahan merupakan kegiatan yang wajib

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan dapat bertanggung jawab di dunia sosial. Mengikuti organisasi

PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING/KONSELOR DALAM MENGURANGI TINGKAT PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA DI SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988)

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad ke-21 ini, telah memasuki suatu rentangan waktu yang

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk

I. PENDAHULUAN. Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Sehat adalah keadaan

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA. Wheny Ervita Sari Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Andalas dengan beban sebesar empat satuan kredit semester (SKS),

PANDUAN KESEHATAN OLAHRAGA

KONSEP Latihan kebugaran jasmani

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengerjakan tugas-tugas studi, baik itu yang bersifat akademis maupun non

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Prokrastinasi Akademik 2.1.1 Pengertian Prokrastinasi Akademik Menurut Ferrari (dalam Zhella), prokrastinasi berasal dari bahasa Latin yaitu procrastinare. Kata procrastinare memiliki awalan pro yang berarti bergerak maju ke depan dan akhiran crastinus yang berarti kepunyaan hari esok. Istilah prokrastinasi ini pertama-tama dikemukakan oleh Brown dan Holtzman (dalam Rizvi, 1996) untuk menunjuk pada suatu kecenderungan menunda-nunda menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan. Ellis dan Knaus (dalam Zhella, 2012) mengemukakan bahwa prokrastinasi adalah kebiasaan penundaan yang tidak bertujuan dan proses penghindaran tugas, yang hal itu sebenarnya tidak perlu dilakukan seseorang karena adanya ketakutan untuk gagal, serta adanya pandangan bahwa segala sesuatu harus dilakukan dengan benar. Penundaan telah menjadi respon tetap atau kebiasaan dapat dipandang sebagai suatu kebiasaan (trait) prokrastinasi. Berdasarkan pendapat dari para tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi adalah suatu tindakan menunda untuk menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan yang tidak bertujuan dan memperlambat pekerjaan sampai titik kenyamanan yang dialaminya.

Prokrastinasi merupakan suatu penundaan yang dilakukan seseorang dalam berbagai bidang. Salah satunya adalah bidang akademik. Prokrastinasi akademik adalah penundaan yang dilakukan secara sengaja dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan, baik memulai maupun menyelesaikan tugas yang berhubungan dengan bidang akademik. Solomon dan Rothblum (dalam Ilfiandra, 2006) secara jelas membagi kinerja tugas akademik dalam beberapa area yang lebih spesifik, yaitu: a. Tugas mengarang meliputi penundaan melaksanakan tugas menulis makalah, laporan atau tugas mengarang lainnya. b. Tugas belajar menghadapi ujian meliputi penundaan belajar ketika menghadapi ujian tengah semester, akhir semester atau kuis. c. Tugas membaca meliputi menunda membaca buku, jurnal, referensi yang berkaitan dengan tugas akademik. d. Tugas administratif meliputi menyalin catatan kuliah, mendaftarkan diri dalam presensi, daftar praktikum. e. Menghadiri pertemuan akademik meliputi penundaan atau keterlambatan menghadiri kuliah, praktikum, dan lain-lain. f. Kinerja akademik secara keseluruhan meliputi menunda kewajiban mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas akademik secara keseluruhan. Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja tugas akademik diantaranya tugas mengarang, tugas belajar menghadapi ujian, tugas administratif, menghadiri pertemuan akademik, dan kinerja akademik keseluruhan. Penundaan atau prokrastinasi yang sering dilakukan akibat banyaknya tugas akademik yang harus dipenuhi. 2.1.2 Indikator Prokrastinasi Akademik Menurut Schouwenburg (dalam Yemima Husetiya, 2010) mengemukakan indikator prokrastinasi akademik adalah sebagai berikut:

(a) Penundaan pelaksanaan tugas-tugas akademik, (b) Kelambanan dan keterlambatan dalam mengerjakan tugas akademik, (c) Ketidaksesuaian antara rencana dengan performansi aktual, dan (d) Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan. Menurut Yemima Husetiya (2010) indikator prokrastinasi akademik adalah terlambat mengerjakan tugas, tidak melaksanakan tugas dengan sengaja, menyelesaikan tugas namun tidak tuntas, mengulur waktu dalam mengerjakan tugas, menyelesaikan tugas namun tidak sesuai rencana, dan mengerjakan tugas dalam waktu yang lama. 2.1.3 Jenis-jenis Prokrastinasi Akademik Menurut Ferrari (dalam Ilfiandra, 2006) bentuk-bentuk prokrastinasi ada dua yaitu: (a) Prokrastinasi Fungsional dan (b) Prokrastinasi Disfungsional. Prokrastinasi fungsional merupakan penundaan mengerjakan tugas dengan tujuan memperoleh informasi lengkap dan akurat. Sedangkan prokrastinasi disfungsional merupakan penundaan menyelesaikan tugas yang merupakan prioritas tinggi tanpa didasari oleh alasan yang masuk akal. Ferrari (dalam Zhella, 2012) mengemukakan bahwa ada dua bentuk prokrastinasi disfungsional berdasarkan tujuan dalam melakukan penundaan, yakni: a. Decisional Procrastination Decisional Procrastination adalah suatu penundaan dalam mengambil keputusan. Bentuk prokrastinasi ini merupakan sebuah anteseden

kognitif dalam menunda untuk mulai melakukan suatu kerja dalam menghadapi situasi yang dipersepsikan penuh stres (Ferrari dalam Rizvi, 1997). Decisional Procrastination berhubungan dengan kelupaan, kegagalan, proses kognitif, akan tetapi tidak berkaitan dengan intelegensi seseorang. b. Avoidance Procrastination Avoidance Procrastination atau Behavioral Procrastination adalah suatu penundaan dalam perilaku yang tampak. Penundaan dilakukan sebagai suatu cara untuk menghindari tugas yang dirasa tidak menyenangkan dan sulit untuk dilakukan. Avoidance Procrastination berhubungan dengan tipe Self Presentation, keinginan untuk menjauhkan diri dari tugas yang menantang, dan implusiveness. Berdasarkan pemaparan tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa bentuk prokrastinasi dibagi menjadi dua yakni prokrastinasi fungsional dan disfungsional. Sedangkan prokrastinasi disfungsional sendiri dibedakan menjadi dua yakni Decision Procrastination dan Avoidance Procrastination. Menurut Wyk (dalam Ilfiandra, 2010) terdapat tiga karakteristik prokrastinasi yaitu: 1) vocious cycles, 2) unrealistic sense of time, 3) dependence of inspiration. 1. Vocious cycles (lingkaran setan), artinya prokrastinasi merupakan sebuah siklus yang diawali oleh penolakan terhadap tugas karena alasan malu atau mengkritik diri, kemudian menyebabkan pekerjaan terlantar yang akhirnya juga meningkatkan rasa malu, dan umpan balik negatif terhadap pekerjaan juga akhirnya meningkatkan penundaan. 2. Pandangan yang tidak realistik terhadap waktu (unrealistic sense of time), hasil studi menunjukkan bahwa para procrastinator memandang waktu secara berlebihan atau mengabaikan waktu sehingga rencana yang dibuat sering tidak realistis. 3. Mengandalkan inspirasi (dependence of inspiration), para prokrastinator sering berpikir tommorow I will be in better mood. Terdapat dua kesalahan dari pikiran semacam ini, yaitu seseorang akan dapat bekerja dengan baik kalau sudah terinspirasi dan kalau dikerjakan besok akan lebih terinspirasi.

Berdasarkan pemaparan tokoh, dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga karakteristik prokrastinasi yakni 1) vocious cycles, 2) unrealistic sense of time, 3) dependence of inspiration. 2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik Stell (dalam Ilfiandra, 2010) mengemukakan empat faktor prokrastinasi, yaitu: 1. Anxiety, fear of failure, perfectionism Seseorang melakukan prokrastinasi terhadap tugas karena takut dan stress. Konsekuensinya adalah seseorang yang rentan terhadap stress cenderung mengalami prokrastinasi. Terdapat sejumlah kondisi yang menyebabkan seseorang cemas, diantaranya adalah keyakinan tak rasional, seperti takut gagal dan selalu ingin kesempurnaan. 2. Self handicapping Seseorang mengalami prokrastinasi ketika menempatkan hambatan sebagai penghalang dari kinerja terbaik. Motivasi dalam self handicapping adalah untuk mempertahankan harga diri dengan mencari-cari alasan eksternal. 3. Rebeliousness Menurut literatur klinis (dalam Ilfiandra, 2006), penentangan (rebeliousness), permusuhan (hostility), dan ketidaksetujuan (disagreeableness) merupakan motivasi utama untuk prokrastinasi. Seseorang yang memiliki ciri kepribadian seperti ini memandang bahwa tuntutan ekspternal merupakan sesuatu yang mengancam sehingga perlu dijauhi. 4. Discounted expectancy theory Seseorang akan melakukan terlebih dahulu sesuatu yang lebih menyenangkan atau tujuan yang lebih dekat. Konsekuensinya seseorang cenderung prokrastinasi terhadap tugas-tugas yang sulit. Menurut pemaparan tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi prokrastinasi yakni Anxiety; fear of failure;perfectionism, Self handicapping, Rebeliousness, dan Discounted expectary theory.

Menurut Gufron (dalam Ilfiandra, 2006) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal, yaitu faktor dari individu yang meliputi kondisi fisik dan psikologis. Kondisi fisik dan kesehatan yang mempengaruhi munculnya prokrastinasi adalah fatigue. Tingkat intelegensi tidak mempengaruhi perilaku prokrastinasi, walaupun prokrastinasi sering disebabkan oleh keyakinan tak rasional seseorang. Trait psikologi yang turut mempengaruhi munculnya prokrastinasi adalah self regulation dan tingkat kecemasan dalam berhubungan sosial. Besarnya motivasi juga mempengaruhi prokrastinasi akademik secara negatif, semakin tinggi motivasi ekstrinsik maka semakin rendah kecenderungan prokrastinasi. Faktor kontrol diri yang rendah juga menjadi penyebab prokrastinasi akademik. Faktor eksternal, yaitu gaya pengasuhan orang tua dan lingkungan yang kondusif. Hasil penelitian Ferrari dan Ollivete menemukan bahwa gaya pengasuhan ayah yang otoriter menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi, sedangkan gaya pengasuhan otoritatif tidak menyebabkan prokrastinasi. Ibu yang memiliki kecenderungan melakukan avoidance procrastination menyebabkan anak wanita yang juga memiliki kecenderungan untuk melakukan avoidance procrastination pula. Prokrastinasi akademik lebih banyak dilakukan pada lingkungan yang rendah dalam pengawasan dari pada lingkungan yang penuh pengawasan. Tingkat,

jenjang sekolah, lokasi sekolah tidak mempengaruhi perilaku munculnya perilaku prokrastinasi akademik seseorang. Berdasarkan teori di atas, dalam pengambilan data akan menggunakan teori yang dikemukakan oleh Gufron. Teori tersebut menyatakan bahwa faktor yang menyebabkan prokrastinasi adalah faktor internal dan eksternal. 2.1.5 Penanganan Prokrasinasi Akademik Boice (dalam Ilfiandra, 2006) mengemukakan sepuluh prinsip dasar efikasi diri untuk membantu prokrastinator, yaitu: 1) Bersikap tenang dan sabar sebelum menulis. 2) Sebelum merasa siap menulis, kumpulkan informasi, susun dan buat kerangka gagasan. 3) Rinci tugas ke dalam aktivitas harian. 4) Berhenti dan lakukan istirahat ketika diperlukan. 5) Seimbangkan antara kerangka gagasan dengan kerja aktual. 6) Cermati pikiran dan kebiasaan negatif selama mengerjakan tugas. 7) Kelola emosi selama bekerja dengan cara menghindari sikap tergesa-gesa dan supervisial. 8) Hindari melibatkan emosi yang terlalu berlebihan dalam pekerjaan. 9) Ijinkan orang lain mengkritisi hasil pekerjaan. 10) Hindari upaya menghamburkan energi, seperti bekerja sampai kelelahan dan tidak toleran terhadap kritik. Berdasarkan pemaparan tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa ada sepuluh prinsip dasar efikasi diri untuk membantu prokrastinator dalam upaya lepas dari prokrastinasi. 2.2 Olahraga 2.2.1 Pengertian Olahraga Giriwijoyo (2012) mengemukakan bahwa olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak (yang

berarti mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (yang berarti meningkatkan kualitas hidup). Depkes (2014) mengemukakan olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulangulang dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Berdasarkan dari kedua teori tersebut olahraga adalah suatu bentuk aktivitas yang terencana dan terstruktur yang bertujuan memelihara gerak dan meningkatkan kemampuan gerak. 2.2.2 Manfaat Olahraga Olahraga dilakukan oleh masyarakat tidak memandang usia, baik anak-anak, dewasa maupun lanjut usia. Banyaknya peminat untuk berolahraga tentunya tidak terlepas dari manfaat yang mereka peroleh. Berikut ini dijelaskan beberapa manfaat berolahraga. Menurut Depkes (2014) manfaat olahraga adalah: 1. Meningkatkan kerja dan fungsi jantung, paru dan pembuluh darah. 2. Meningkatkan kekuatan otot dan kepadatan tulang. 3. Meningkatkan kelenturan (fleksibilitas) pada tubuh sehingga dapat mengurangi cedera. 4. Meningkatkan metabolisme tubuh untuk mencegah kegemukan dan mempertahankan berat badan ideal. 5. Mengurangi resiko terjadinya berbagai penyakit. 6. Meningkatkan sistem hormonal melalui peningkatan sensitifitas hormon terhadap jaringan tubuh. 7. Meningkatkan aktivitas sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit melalui peningkatan pengaturan kekebalan tubuh.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan mengenai manfaat kegiatan olahraga, diantaranya olahraga sangat baik bagi kesehatan, dan memberi kesegaran jasmani. 2.2.3 Jenis dan Komponen Olahraga Olahraga terdiri dari dua jenis. Menurut Depkes (2014), olahraga terdiri dari olahraga aerobik dan anaerobik. Aerobik adalah olahraga yang dilakukan secara terus-menerus dimana kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh. Misalnya: jogging, senam, renang, bersepeda. Anaerobik adalah olahraga dimana kebutuhan oksigen tidak dapat dipenuhi seluruhnya oleh tubuh. Misalnya: angkat besi, lari sprint 100 M, tenis lapangan, bulu tangkis. Menurut Bompa (dalam Devi Tirtawirya, 2012), olahraga terdiri dari beberapa komponen yakni intensitas, volume, density, complexity, recovery, dan interval. Keenam hal itu merupakan hal yang harus dipahami seseorang dalam melakukan kegiatan olahraga supaya tujuan olahraga dapat tercapai. a) Intensitas Menurut Bompa (dalam Devi Tirtawirya, 2012) intensitas merupakan komponen kualitatif kerja atlet dalam waktu tertentu juga merupakan komponen penting dari pelatihan. Senada dengan itu menurut Sukadiyanto (dalam Devi Tirtawirya, 2012) intensitas adalah ukuran yang menunjukkan kualitas suatu rangsang atau pembebanan. Semakin tinggi intensitas, seorang atlet harus lebih melakukan kerja per satuan waktu. lntensitas adalah fungsi dari kekuatan impuls saraf atlet bekerja saat latihan. Kekuatan stimulus tergantung pada kecepatan, beban kinerja, dan variasi interval atau istirahat di antara pengulangan. Kerja otot dan keterlibatan Sistem Syaraf Pusat menentukan intensitas konsentrasi maksimum selama pelatihan atau kompetisi. Penting untuk mengakui elemen psikologis latihan dan mengakui bahwa event olahraga yang

membutuhkan aktivitas fisik rendah, seperti menembak, memanah, dan catur memiliki tingkat intensitas tertentu. b) Volume Menurut Bompa (dalam Devi Tirtawirya, 2012) volume adalah komponen utama pelatihan volume adalah prasyarat kuantitatif untuk piestasi teknis, taktis, dan fisik yang tinggi. Volume latihan, kadangkadang tidak akurat disebut durasi pelatihan, karena yang disebut volume adalah sebagai berikut: a. Waktu atau durasi Pelatihan b. Jarak yang ditempuh atau berat angkatan per unit waktu c. Pengulangan dari latihan atau elemen teknis atlet melakukan dalam waktu tertentu. Volume dapat diartikan jumlah aktivitas total dalam latihan, artinya bahwa jumlah total aktivitas yang dihitung dari durasi, jarak tempuh maupun pengulangan dalam latihan. Volume juga mengacu pada jumlah pekerjaan yang dilakukan selama latihan atau fase latihan. Di dalam latihan olahraga volume dibedakan menjadi dua jenis antara lain Relative volume dan absolute volume. Volume relatif mengacu pada jumlah total waktu kelompok atlet atau tim selama proses pelatihan khusus atau fase pelatihan. Volume absolute mengukur jumlah pekerjaan dan performa atlet individu per unit waktu, biasanya dinyatakan dalam menit. c) Density Bompa (dalam Slamet Widodo, 2010) menyatakan bahwa densitas merupakan suatu frekuensi dimana atlet dihadapkan pada sejumlah rangsang persatuan waktu. Densitas berkaitan erat dengan frekuensi dan waktu latihan. Rasio antara frekuensi latihan dan interval istirahat menunjukkan densitas dari latihan. d) Complexity Kerumitan bentuk latihan yang dilaksanakan dalam satu latihan. Bompa (dalam Devi Tirtawirya, 2012) mengemukakan, kompleksitas dari suatu keterampilan membutuhkan 18 koordinasi, dapat menjadi penyebab yang penting dalam menambah intensitas latihan. Keterampilan teknik yang rumit atau sulit, mungkin akan menimbulkan permasalahan dan akhirnya akan menyebabkan tekanan tambahan terhadap otot, khususnya selama tahap dimana koordinasi syaraf otot berada dalam keadaan lemah. Semakin sulit bentuk latihan semakin besar juga perbedaan individual serta efisiensi mekanismenya. e) Recovery Menurut Bompa (dalam Devi Tirtawirya, 2012) recovery adalah waktu yang diperlukan untuk pemulihan/recovery antara periode pembebanan latihan. setiap individu membutuhkan waktu recovery yang berbeda, tergantung dari kemampuan kardiovasculer dari masing-masing individu.

semakin baik kardiovascular maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk recovery. f) Interval Menurut Bompa (dalam Devi tirtawirya 2012) interval beban merupakan waktu antara pembebanan yang satu dengan pembebanan berikutnya. Interval beban sering juga diartikan yaitu waktu istirahat yang diberikan setelah pembebanan. Menurut Suharno (1993) interval merupakan serentetan latihan yang diselingi dengan istirahat tertentu. Interval dilakukan secara berulang-ulang sesuai dengan masa latihannya. Menurut Bompa (dalam Devi Tirtawirya, 2012), interval dalam latihan diperlukan untuk: a. Menghilangkan kelelahan b. Melaksanakan proses adaptasi sendiri c. Proses kompensasi untuk mendapatkan efek latihan positif 2.2.4 Kelelahan dan Overtraining dalam Olahraga Menurut Giriwijoyo (2012) kelelahan merupakan kondisi menurunnya kapasitas kerja yang disebabkan oleh melakukan pekerjaan. Kelelahan dapat menurunkan kinerja dari individu. Jika kinerja individu menurun akan menyebabkan penundaan pengerjaan tugas yang dimilikinya (prokrastinasi). Kelelahan dibagi menjadi 2 tipe, yaitu kelelahan mental dan kelelahan fisik. Kelelahan mental adalah kelelahan yang merupakan akibat dari kerja mental, kelelahan ini disebabkan oleh kejemuan sebab kurangnya minat. Sedangkan kelelahan fisik disebabkan oleh kinerja fisik atau kerja otot. Giriwijoyo (2012) mengemukakan penyebab kelelahan adalah: 1. Sumber daya habis atau tidak dapat diperoleh. 2. Tertimbunnya sampah olahdaya di dalam tubuh. 3. Terganggunya keseimbangan elektrolit/asam-basa didalam cairan tubuh. 4. Terganggunya keseimbangan pemasukan dan pengeluaran air didalam tubuh.

Berdasarkan pemaparan tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa ada empat penyebab kelelahan yakni habisnya berkurangnya cairan dalam tubuh secara drastis dan habisnya sumber daya. Menurut Giriwijoyo (2012) overtraining adalah bentuk kronis dari kelelahan patologis dalam olahraga. Overtraining disebabkan oleh harapan yang berlebihan, yang melebihi kapasitas fungsional otak menjadi pemicu terjadinya neurosis (overtraining) ini. Harapan yang berlebihan ini disebabkan oleh: 1. Proses perangsangan yang berlebihan yang disebabkan oleh karena volume, intensitas, dan kompleksitas latihan dari olahraga-olahraga tersebut. 2. Proses penghambatan yang berlebihan dari gerakan-gerakan yang tidak diperlukan pada saat membentuk gerakan-gerakan baru dan halus, atau oleh terjadinya pengaruh diferensiasi rangsangan. 3. Mobilitas proses syaraf yang berlebihan atau perubahan-perubahan pada stereotype yang dinamis. Berdasarkan pemaparan tokoh di atas dapat disimpulkankan bahwa pemicu overtraining adalah proses perangsangan yang belebihan, proses penghambat yang berlebihan, dan mobilitas syaraf yang berlebihan. Semua proses-proses ini akan menyebabkan terjadinya exhaustion (kelelahan) dari otak setelah melakukan olahraga yang berlebihan secara tersendiri maupun dalam kaitannya dengan faktor-faktor lain. Sports neurosis (kelelahan saraf) dapat juga terjadi bila ada depresi terhadap fungsi cortex cerebri, yang merupakan dampak dari peran panjang fisik yang sedang dilakukan yang menyebabkan stress saraf.

2.3 Pengaruh Kegiatan Olahraga terhadap Prokrastinasi Akademik Proses olahraga yang dilakukan secara rutin dan teratur, akan meningkatkan kebugaran jasmani seseorang. Hal ini akan menyebabkan seorang menjadi terampil, kuat dan efisien dalam gerakannya. Namun semakin rutin melakukan olahraga maka akan berdampak pada kelelahan pada tubuh. Kelelahan pada tubuh akan menimbulkan bergesernya waktu untuk kegiatan akademik. Tugas banyak, deadline, ulangan harian, bahkan harus membagi semuanya itu dengan beristirahat. Kadang siswa juga merasa tidak yakin akan kemampuan yang dimilikinya, kondisi yang demikian membuat mereka tidak berani untuk meminta bantuan atau pendapat kepada orang lain. Rasa lelah setelah berolahraga, banyaknya beban tugas, serta perasaan takut gagal akan meningkatkan motivasi untuk melakukan prokrastinasi akademik. 2.4 Hasil Penelitian yang Relevan Berdasarkan penelitian yang dilakukan Andika Desma Prastya Dinata (2012) mengenai Perbedaan Prokrastinasi Akademik Antara Mahasiswa yang Aktif dengan yang Tidak Aktif dalam Organisasi Lembaga Kemahasiswaan di Kalangan Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana dengan sampel sebanyak 139 mahasiswa aktif. Hasil yang diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.342 (p>0,05) yang artinya tidak terdapat perbedaan prokrastinasi akademik yang

signifikan antara mahasiswa yang aktif dengan yang tidak aktif dalam organisasi Lembaga Kemahasiswaan di kalangan mahasiswa Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana. Penelitian yang dilakukan oleh Pradita Windra Sukmono (2009) dengan subjek 112 mahasiswa. Sebaran data subjek untuk prokrastinasi akademik menunjukkan (KS-Z = 0,512 p = 0,956), sedangkan untuk sebaran data keaktifan dalam lembaga kemahasiswaan menunjukkan (KS-Z = 0,753; p = 0,622), keduanya menunjukkan sebaran data normal. Sebaran data linier juga ditunjukkan oleh data keaktifan dalam lembaga kemahasiswaan dan prokrastinasi akademik (F = 2,423 dan p= 0,124). Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data Pearson Correlation. Hasilnya menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara keaktifan dalam lembaga kemahasiswaan dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang aktif dalam kegiatan lembaga kemahasiswaan yang ada di Universitas Islam Indonesia (r =-0,151 dengan p = 0,056). 2.5 Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Ada pengaruh yang signifikan kegiatan olahraga terhadap prokrastinasi akademik siswa kelas XI Teknik Permesinan 3 SMK Muhammadyah Kota Salatiga Tahun Ajaran 2013/2014.