PREDIKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA. Amrul Aysar Ahsan Dosen Psikologi IAIN Palopo

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PREDIKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA. Amrul Aysar Ahsan Dosen Psikologi IAIN Palopo"

Transkripsi

1 Volume 3 No. 1 Juni 2015 PREDIKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA Amrul Aysar Ahsan Dosen Psikologi IAIN Palopo 8 Abstrak: Hal utama yang menjadi pembahasan pada tulisan ini adalah prokrastinasi akademik pada Mahasiswa. Prokrastinasi akademik yang dimaksud meliputi tugas menulis paper, tugas belajar, tugas membaca, menghadiri pertemuan ilmiah, dan tugas-tugas akademik secara umum. Prokrastinasi akademik dalam tulisan ini akan dibahas dalam sudut pandang prediktor-prediktor seperti gaya pengambilan keputusan intuitif, pesimisme, dan motivasi berprestasi yang rendah. Kata kunci: Prokrastinasi, Pesimisme, Motivasi Pendahuluan Kualitas sumber daya manusia yang baik adalah salah satu elemen terpenting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Berbagai macam usaha diselenggarakan dalam pencapaian hal tersebut salah satunya melalui jalur pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu representasi usaha melalui jalur pendidikan diharapkan dapat menjadi tempat bagi semua eleman yang terlibat untuk bersinergi positif sehingga nantinya dapat memberikan sumbangan berupa sumber daya manusia yang sangat berkualitas. Mahasiswa merupakan salah satu bagian yang terlibat dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan di perguruan tinggi adalah yang diharapkan mampu menjadi sumber daya yang siap pakai untuk terlibat dalam pembangunan bangsa. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka seorang mahasiswa harus fokus dalam pencapaian penguasaan bidang ilmu yang digelutinya sehingga setelah berhasil lulus dengan meraih gelar kesarjanaan, ia benar-benar mampu menjadi manusia berkualitas yang dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama kuliah dalam lingkungan yang lebih luas yaitu lingkungan sosial masyarakat. Namun demikian, untuk sampai kepada tahapan tersebut, diperlukan usaha yang fokus dan konsisten. Tidak sedikit hambatan dan tantangan yang menguji kekonsistenan dan fokus dalam usaha tersebut. Ada berbagai prediktor yang berkorelasi kuat dan positif dalam mencapai titik keberhasilan tersebut diantaranya adalah gaya belajar yang cocok, motivasi berprestasi yang tinggi, intelegensi yang cukup, dan dukungan sosial termasuk dukungan keluarga dan teman-teman sekelilingnya. Sebaliknya, ada pula beberapa prediktor yang bisa menjadi penghalang dan penentu kegagalan dalam usaha mencapai keberhasilan tersebut. Seperti gaya belajar yang kurang dapat menyesuaiakan, motivasi yang tidak konsisten, kurang fokus, dan kebiasaan buruk dalam studi seperti menunda-nunda dalam menyelesaikan tugas akademik. Perilaku menunda-nunda untuk menyelesaikan tugas-tugas atau pekerjaan dalam psikologi disebut sebagai procrastination atau prokrastinasi (Solomon dan Rothblum,1984). Beberapa penelitian para ahli menemukan bahwa prokrastinasi merupakan suatu masalah substansial yang kerap dijumpai pada mahasiswa, juga pada orang awam. dalam kaitannya dengan prokrastinasi akademik, mahasiswa

2 Jurnal Pendidikan IQRA yang tidak konsisten dalam menyelesaikan tugas perkuliahan dengan menundanunda hampir dapat ditemukan di semua perguruan tinggi. Indikatornya adalah setiap tahun, sejumlah mahasiswa yang menyelesaikan studi lebih lama dari waktu normal atau waktu rata-rata yang ditempuh oleh mahasiswa dalam satu angkatan dapat kita jumpai. Prokrastinasi dapat menimbulkan kerusakan pada kinerja akademik termasuk di dalamnya kebiasaan belajar yang buruk, motivasi belajar menurun, nilai akademik jelek, bahkan membawa pelakunya pada kegagalan yang fatal atau drop-out. Disamping itu juga dapat berakibat terhadap afeksi seperti depresi dan kecemasan yang tinggi (Semb, Glick, dan Spencer dalam Rizvi, 1997). Prokrastinasi juga dapat menggerogoti kebahagiaan seseorang. Orang dapat mengalami perasaan bersalah yang terus mengganggunya dan jika terus berlanjut dapat berpengaruh pada kesehatan psikologisnya. Prokrastinasi yang sudah melekat menjadi kebiasaan akan terus terbawa oleh individu hingga dewasa. Berkurangnya sumber daya siap pakai juga akan dialami, padahal bangsa dan negara ini sangat membutuhkan bibit-bibit berkualitas untuk memajukan bangsa dan negara. Begitu banyak kerugian yang dialami oleh para pelaku prokrastinasi dan juga orang lain di sekitarnya. Oleh karena itu, masalah prokrastinasi sangatlah penting untuk segera ditangani. Untuk itu para ahli berusaha menemukan faktorfaktor yang berkaitan dengan prokrastinasi yang diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam penanggulangan perilaku tersebut. Prokrastinasi Akademik Prokrastinasi berasal dari bahasa latin yaitu pro yang berarti maju, ke depan, dan lebih menyukai; sedangkan crastinus yang berarti besok (stell, 2006). Jadi asal kata prokrastinasi bisa diartikan lebih suka menyelesaikan tugasnya besok. Prokrastinasi dalam ilmu Psikologi bisa diartikan menunda dengan sengaja kegiatan yang diinginkan walaupun mengetahui bahwa penundaannya dapat menghasilkan dampak yang buruk. Ferrari et al (1995) menyimpulkan bahwa pengertian prokrastinasi dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Prokrastinasi adalah perbuatan yang dilakukan untuk menunda pengerjaan tugas tanpa mempermasalahkan tujuan dan alasan penundaan. 2) prokrastinasi adalah suatu pola kebiasaan yang mengarah kepada trait dan penundaan yang dilakukan merupakan sebuah respon yang menetap pada seseorang dalam menghadapi tugas dan biasanya disertai dengan keyakinan yang irrasional. 3) prokrastinasi adalah suatu trait kepribadian, tidak hanya sesederhana perilaku menunda, tetapi sudah masuk kepada kompleksitas keterkaitan yang melibatkan struktur mental. Di bidang akademik, kita dapat menjumpai sejumlah mahasiswa yang melakukan prokrastinasi. Menurut Ferrari et al (1995), perilaku prokrastinasi dapat dijabarkan kedalam beberapa indikator seperti 1) penundaan untuk memulai penyelesaian tugas yang dibebankan. 2) keterlambatan dalam menyelesaikan tugas karena melakukan hal-hal lain yang tidak dibutuhkan. 3) kesenjangan waktu antara rencana yang telah direncanakan dengan usaha yang dilakukan untuk merealisasikannya. 4) melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan 9

3 Volume 3 No. 1 Juni 2015 daripada menyelesaikan tugas yang seharusnya lebih diproritaskan penyelesaiannya. Secara khusus, Solomon dan Rothblum (1984) mengemukakan bahwa prokrastinasi akademik merupakan penundaan terhadap tugas-tugas akademik yang meliputi enam bidang tugas akademik. Enam bidang tugas akademik tersebut adalah tugas menulis paper, belajar untuk menghadapi ujian, tugas bacaan mingguan, menyelesaikan tugas-tugas administratif, menghadiri pertemuan, dan menyelesaikan tugas-tugas akademik secara umum. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi akademik adalah kecenderungan atau kebiasaan menunda-nunda pada diri mahasiswa yang dilakukan secara berulang-ulang dalam mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas akademik, meliputi tugas menulis paper, tugas belajar, tugas membaca, tugas-tugas administratif, menghadiri pertemuan, dan tugas-tugas akademik secara umum. Unsur-unsur Prokrastinasi Akademik Solomon dan Rothblum (1984) membagi unsur-unsur prokrastinasi akademik menjadi enam bidang tugas akademik yaitu: a. Tugas menulis, meliputi penundaan dalam melaksanakan kewajiban menulis makalah, laporan, atau tugas menulis lainnya. b. Belajar menghadapi ujian, mencakup penundaan belajar untuk menghadapi ujian tengah semester atau kuis-kuis lain. c. Membaca, yaitu menunda membaca buku atau referensi yang berkaitan dengan tugas akademik yang diwajibkan. d. Kinerja tugas administratif. Penundaan mengerjakan dan menyelesaikan tugastugas administratif seperti menyalin catatan kuliah, mendaftarkan diri dalam presensi kehadiran, atau daftar peserta praktikum. e. Menghadiri pertemuan. Penundaan atau keterlambatan menghadiri kuliah, praktikum, dan pertemuan-pertemuan lain. f. Kinerja akademik secara keseluruhan, yaitu menunda kewajiban mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas akademik lainnya secara keseluruhan. Berdasarkan keterkaitan antar beberapa bidang tugas akademik di atas, maka tulisan mengacu pada pendapat Natanieliem (2001) yang merangkum bidang tugas akademik Solomon dan Rothblum (1984) menjadi empat bidang tugas akademik yaitu: a. Belajar menghadapi ujian. Bidang ini mencakup penundaan dalam belajar untuk menghadapi kuis,ujian tengah semester, dan ujian akhir semester. b. Tugas kuliah. Bidang ini meliputi tugas menulis (makalah, laporan, dan sebagainya) dan tugas membaca (buku, referensi). c. Kinerja tugas administratif. Termasuk dalam bidang ini adalah penundaan pengerjaan dan penyelesaian tugas-tugas administratif seperti menyalin catatan kuliah, mengisi daftar kehadiran kuliah, daftar peserta praktikum, keterlambatan melakukan registrasi ulang dan sebagainya. 10

4 Jurnal Pendidikan IQRA d. Menghadiri pertemuan. Bidang ini meliputi penundaan atau keterlambatan menghadiri kuliah, praktikum, dan pertemuan-pertemuan lainnya. Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa unsur-unsur prokrastinasi akademik terdiri atas empat bidang tugas akademik yaitu belajar menghadapi ujian, tugas kuliah, kinerja tugas administratif, dan menghadiri pertemuan. Macam-macam Prokrastinasi Akademik Ferrari (dalam Utama, 1999) membagi prokrastinasi menjadi dua yaitu: a. Prokrastinasi fungsional, yaitu penundaan untuk mengerjakan tugas yang dilakukan dengan tujuan memperolah informasi yang lebih lengkap dan akurat. Contohnya: seorang mahasiswa yang menunda untuk mengerjakan tugasnya karena masih memerlukan referensi lain sebagai pelengkap tugas tersebut. b. Prokrastinasi tidak fungsional, yaitu penundaan yang tidak memiliki tujuan sehingga berakibat buruk. Penundaan ini dilakukan tanpa adanya alasan atau secara sengaja dilakukan karena merasa tidak mampu menyelesaikannya, atau bahkan karena sikap malas. Bruno (1998), secara garis besar membagi prokrastinasi menjadi lima bagian yaitu: a. Penundaan fungsional. Salah satu pengertian menunda-nunda adalah menangguhkan atau mengulur waktu. Hal ini disebabkan oleh kurangnya informasi-informasi yang dibutuhkan. Menunda dalam hal ini tidak berarti tidak bertanggungjawab, malas, atau tidak memberi perhatian. b. Penundaan disfungsional. Penundaan ini merupakan sikap menunda-nunda yang tidak berguna. Akibatnya adalah tugas terbengkalai dan kesempatan pun hilang. Penundaan ini merugikan diri sendiri. c. Penundaan jangka pendek. Jangka pendek bisa berlaku untuk beberapa jam atau beberapa hari, misalnya menunda untuk menghadapi ujian beberapa jam sebelum ujian berlangsung atau menunda belajar dalam menghadapi ujian sampai menjelang satu hari sebelum ujian. d. Penundaan jangka panjang. Pengertiannya adalah menunda dalam jarak waktu yang cukup lama misalnya merencanakan ingin bepergian jauh tetapi sampai tahun demi tahun terlewati, rencana tersebut belum juga terlaksana. Contoh lainnya: menunda mengerjakan tugas dari kampus sampai menjelang ujian akhir semester padahal tugas tersebut sudah diberikan di awal perkuliahan. e. Penundaan kronis, yaitu sikap menunda-nunda yang telah menjadi kebiasaan yang sulit dihentikan, sudah merupakan masalah,dan telah menjadi bagian dari hidup. Dari lima jenis prokrastinasi tersebut di atas sebenarnya dapat digolongkan menjadi dua bagian yang penting yaitu penundaan yang fungsional dan penundaan yang tidak fungsional. Penundaan yang tidak fungsional meliputi penundaan jangka pendek, penundaan jangka panjang, dan penundaan kronis. Tulisan ini lebih dibatasi pada prokrastinasi yang tidak fungsional. Menurut Jenis dan Mann (dalam Utama, 1999) prokrastinasi yang tidak fungsional terbagi menjadi dua, yaitu : 11

5 Volume 3 No. 1 Juni 2015 a. Prokrastinasi pengambilan keputusan, maksudnya penundaan membuat keputusan yang merupakan anteseden kognitif yang dipersepsikan penuh stress. Banyaknya tugas-tugas yang dihadapi individu secara kognitif dapat menimbulkan kelelahan pikiran atau sikap stress sehingga timbul pengambilan keputusan untuk menunda. b. Prokrastinasi perbuatan, artinya kecenderungan menunda tugas sehari hari sehingga prokrastinasi ini merupakan perilaku yang tampak. Contoh: menunda belajar setelah pulang dari kampus, memunda untuk merapikan kamar yang berantakan sehingga menimbulkan rasa malas untuk belajar. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi terdiri dari prokrastinasi yang fungsional dan prokrastinasi tidak fungsional. Prokrastinasi yang tidak fungsional terbagi lagi menjadi dua yaitu prokrastinasi pengambilan keputusan dan prokrastinasi perbuatan. Dalam tulisan ini, yang menjadi fokus adalah prokrastinasi yang tidak fungsional. Prokrastinasi tidak fungsional dipandang sebagai penundaan yang tidak berguna, banyak menimbulkan akibat negatif pada diri seseorang, dan merugikan diri sendiri sehingga penting diketahui hal-hal yang terkait dengan prokrastinasi jenis ini. Prediktor Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Ada beberapa prediktor prokrastinasi akademik pada mahasiswa, yaitu: 1. Gaya pengambilan Keputusan Intuitif Salah satu pengertian penting berkaitan dengan masalah pengambilan keputusan ini, yaitu dalam aktifitas sehari-hari manusia tidak bisa terlepas dari proses pengambilan keputusan (Matlin, 1998). Pengertian penting lainnya yaitu berkaitan dengan keunikan atau keanekaragaman pengambilan keputusan antara individu yang satu dengan individu yang lain. Dalam hal mengambil keputusan, antar individu yang satu dengan individu yang lain melakukan pendekatan dengan cara yang tidak sama. Jadi ada gaya yang berbeda-beda antar individu yang satu dengan yang lain dalam melakukan pengambilan keputusan (Brigham Young University, 1999). Gaya pengambilan keputusan dipahami sebagai cara respon yang dipelajari atau dibiasakan dimana melaluinya individu melakukan pendekatan dan melakukan pengambilan keputusan (Bruce & Scott, 1999). Batasan yang lain menyatakan bahwa gaya pengambilan keputusan adalah cara-cara unik yang dilakukan seseorang di dalam membuat keputusan-keputusan penting dalam hidupnya (Harren, 1980). Dalam penjelasan berikutnya, Harren (1980) juga menyatakan bahwa tanpa memperhatikan keputusan-keputusan yang dibuatnya, tiap-tiap orang mempunyai cara unik untuk mengambil keputusan. Tidak ada satupun cara terbaik yang dapat berlaku bagi semua orang. Setiap orang belajar mengandalkan suatu cara terbaik yang berlaku atas dirinya sesuai pengalamannya. Berdasarkan batasan-batasan tentang gaya pengambilan keputusan ini, maka diketahui bahwa gaya pengambilan keputusan ini bersifat individual, yaitu terkait dengan kondisi masing-masing individu. Harren, dkk. (1978) membedakan pengambilan keputusan ke dalam dua gaya pengambilan keputusan yang berseberangan yaitu gaya rasional dan intuitif. Dalam kaitannya dengan prokrastinasi akademik, pengambilan keputusan untuk 12

6 Jurnal Pendidikan IQRA menunda penyelesaian tugas akademik lebih mengarah kepada gaya pengambilan keputusan intuitif. Yaitu gaya pengambilan keputusan yang lebih mengandalkan perasaan, kesadaran emosional, fantasi, kadang-kadang bersifat impulsif, cepat mengambil keputusan (Harren, dkk., 1978). Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ferrari et al (1995) yang menyatakan bahwa prokrastinasi adalah suatu pola kebiasaan yang mengarah kepada trait dan penundaan yang dilakukan merupakan sebuah respon yang menetap pada seseorang dalam menghadapi tugas dan biasanya disertai dengan keyakinan yang irrasional. 2. Pesimisme Pesimisme, pada dasarnya dapat diartikan sebagai cara pandang seseorang terhadap suatu masalah dengan memusatkan perhatian pada sisi negatifnya dan mengharapkan hasil yang negatif. Scheier dan Carver (dalam Räikkönen dkk,1999) menyataan bahwa orang yang pesimis cenderung tidak efektif dalam menghadapi kehidupan sehari-hari, mengharapkan hasil yang negatif, dan tidak berharap akan sukses dalam mengatasi masalahnya. Menurut Seligman (1990), pesimisme dan optimisme dapat dilihat dari cara atau gaya yang menjadi kebiasaan seseorang dalam menjelaskan kepada diri sendiri mengapa suatu peristiwa terjadi. Cara atau gaya penjelasan ini dinamakan explanatory style. Gaya penjelasan terdiri dari tiga aspek yaitu permanence, pervasiveness, dan personalization. Permanence, merupakan gaya penjelasan masalah yang berkaitan dengan waktu yaitu apakah suatu kegagalan atau kejadian bersifat sementara atau permanen. Orang yang pesimis akan menjelaskan kegagalan atau kejadian yang menekan dengan mengatakan bahwa kejadian tersebut bersifat permanen atau menetap. Pervasiveness, adalah gaya penjelasan yang berkaitan dengan dimensi ruang lingkup, dibedakan menjadi spesifik dan universal. Orang yang pesimis akan mengungkapkan pola pikir dalam menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan dengan cara universal, sedangkan orang yang optimis dengan cara spesifik. Dalam menghadapi peristiwa yang menyenangkan orang optimis melihatnya secara universal sedangkan orang yang pesimis memandang peristiwa menyenangkan disebabkan oleh faktor-faktor tertentu saja. Personalization, yaitu gaya penjelasan yang berkaitan dengan sumber penyebab yang bersifat internal dan eksternal. Orang yang optimis memandang masalah-masalah yang menekan dari sisi lingkungan (eksternal) dan memandang peristiwa yang menyenangkan berasal dari dirinya (internal). Sebaliknya, orang yang pesimis memandang masalah-masalah yang menekan bersumber dari dalam dirinya (internal) dan menganggap keberhasilan sebagai akibat dari situasi di luar dirinya (eksternal). Berdasarkan gaya penjelasan atau explanatory style di atas, Seligman (1990) selanjutnya menyatakan bahwa ciri pokok yang membedakan pesimisme dan optimisme adalah orang yang pesimis ketika menghadapi suatu masalah cenderung berkeyakinan bahwa masalah yang dihadapi akan berlangsung lama dan mengacaukan sisi-sisi kehidupan lainnya. Orang pesimis berpikir bahwa masalah timbul akibat kesalahannya sendiri. Sebaliknya, ketika menghadapi masalah atau kegagalan, orang optimis akan berpikir bahwa hal itu tidak akan berlangsung lama dan tidak membuat seluruh segi kehidupannya menjadi 13

7 Volume 3 No. 1 Juni 2015 bermasalah. Orang optimis juga percaya bahwa lingkungan turut memberi andil atas peristiwa yang dialami. Dari berbagai uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa pesimisme merupakan cara pandang seseorang atas berbagai peristiwa, terutama peristiwa yang tidak mengenakkan dengan memusatkan perhatian pada sisi negatif dan tidak bisa berharap mendapatkan hasil yang terbaik dari suatu situasi. 3. Motivasi Berprestasi Motivasi berprestasi yang tinggi adalah keinginan untuk mencapai sukses dengan melakukan usaha secara terus menerus dan memegang tanggung jawab yang hasilnya dapat dipuji atau dapat dihargai, McClelland, (dalam Miner, 1988). Atkinson dan McClelland (dalam Slavin, 1997) mengungkapkan motivasi berprestasi yang tinggi adalah kecenderungan umum untuk berusaha meraih kesuksesan dan memiliki orientasi tujuan, aktivitas sukses atau gagal. McClelland, (dalam Miner, 1988) menyatakan bahwa motivasi berprestasi itu merupakan keinginan untuk mencapai sukses dan seseorang yang ingin sukses akan melakukan usaha yang gigih sehingga hasilnya mendapatkan sesuatu yang bisa dihargai. Dalam kaitannya dengan prokrastinasi akademik, Mahasiswa yang melakukan penundaan penyelesaian tugas menunjukkan indikator yang bertentangan dengan motivasi berprestasi yang tinggi. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ferrari et al (1995), perilaku prokrastinasi dapat dijabarkan kedalam beberapa indikator seperti 1) penundaan untuk memulai penyelesaian tugas yang dibebankan. 2) keterlambatan dalam menyelesaikan tugas karena melakukan hal-hal lain yang tidak dibutuhkan. 3) kesenjangan waktu antara rencana yang telah direncanakan dengan usaha yang dilakukan untuk merealisasikannya. 4) melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada menyelesaikan tugas yang seharusnya lebih diproritaskan penyelesaiannya. DAFTAR PUSTAKA Birgham Young University Career and Major : Decision Making. Utah BirghamUniversity. cision.htm. Bruce, R.A. ; Scott, S.G The Moderating Effect of Decision Making Style on The Turnover Process : An Extention of Previous Research. Bruno, F.J Stop Procrastinating..Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Harren, V.A Assesment of Carrer Decision Making. Los Angelos : Western Harren, V.A.; Kass, R.A.; Trusky,H.E.A. & Moreland, J.R Influence of sex role attitude and cognitive style on career decision making. Journal of Counselling Psychology. 25, Matlin, M.W Cognition. New York : Holt, Rinehart and Winston, Inc. 14

8 Jurnal Pendidikan IQRA Miner. J.B Industrial / Organizational Psychology. McGraw-Hill International Edition Natanieliem, F Hubungan antara Harga Diri Akademik dengan Penundaan Akademik pada Mahasiswa. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM. Rizvi, A Pusat Kendali dan Efikasi Diri terhadap Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Seligman, M.E.P Learned Optimism. How to Change Your Mind and Your Life. New York: Simon and Schuster. Solomon, L.J., dan Rothblum, E.D Academic Procrastination: Frequency and Cognitive-Behavioral Correlates. Journal of Counseling Psychology. 31 (4), Utama, A.W Hubungan Kecemasan dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi UMS. 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi Akademik. pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran crastinus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi Akademik. pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran crastinus 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik. Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin yaitu pro atau forward

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki era teknologi dan globalisasi, manusia dituntut untuk menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting (Husetiya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prokrastinasi Akademik 2.1.1 Pengertian Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia, melalui upaya pengajaran dan pelatihan, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini sedang memasuki era baru yaitu era globalisasi dimana hampir

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini sedang memasuki era baru yaitu era globalisasi dimana hampir BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia saat ini sedang memasuki era baru yaitu era globalisasi dimana hampir semua bidang kehidupan berkembang sangat pesat. Berkembangnya berbagai bidang kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan. Orang rela membayar mahal untuk dapat mengecap pendidikan di perguruan tinggi. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan pembangunan di berbagai bidang kehidupan, seperti pendidikan, ekonomi, teknologi dan budaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. siswa. Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. siswa. Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa terdiri dari dua kata yaitu maha yang berarti besar dan siswa yang berarti orang yang sedang melakukan pembelajaran, jadi mahasiswa merupakan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut manusia untuk bisa bertindak dan menghasilkan karya. Mahasiswa sebagai anggota dari suatu lembaga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB II LANDASAN TEORI. Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Prokrastinasi Akademik 2.1.1 Pengertian prokrastinasi Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik. seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll.

BAB II LANDASAN TEORI. atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik. seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jejaring Sosial Facebook 2.1.1 Pengertian Jejaring Sosial Facebook Pengertian jejaring sosial menurut Wikipedia (2012) adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Banyak sekali BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada keseharian, ada berbagai peran yang dijalani oleh individu, salah satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Banyak sekali pekerjaan, tantangan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Tindakan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Tindakan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tindakan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa 2.1.1. Pengertian Prokrastinasi Para ahli mempunyai pandangan yang berbeda mengenai prokrastinasi. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah.

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah. BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi mengenai gambaran dari penelitian secara keseluruhan. Isi dalam bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, serta seni menciptakan persaingan yang cukup ketat dalam dunia pendidikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Definisi Self Efficacy Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk berhasil melakukan tugas tertentu (Bandura, 1997).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu yang dimiliki. Artinya, seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu yang dimiliki. Artinya, seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan yang dihadapi mahasiswa dalam menyelesaikan studi adalah pengelolaan waktu atau disiplin waktu. Mengelola waktu berarti mengarah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh manusia. Pendidikan bisa berupa pendidikan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016

1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan keaslian penelitian 1.1 Latar Belakang Memasuki era perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan kualitas sumber daya manusia Indonesia tidak terlepas dari dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu bidang yang penting dan perlu mendapatkan perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga mahasiswa dapat memilih perguruan tinggi yang hendak mereka masuki. Dalam memilih perguruan

Lebih terperinci

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa dalam Peraturan Pemerintah RI No. 30 tahun 1990 adalah: Peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Mahasiswa akhir program S1 harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah jenjang pendidikan pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di Indonesia, SMP berlaku sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan dan merupakan kunci utama untuk mencapai kemajuan suatu bangsa. Pendidikan dapat memotivasi terciptanya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana ( S1 ) Psikologi Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian dalam bidang tertentu. Semakin tinggi penguasaan seseorang terhadap suatu bidang, semakin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jika BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan dapat bertanggung jawab di dunia sosial. Mengikuti organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan dapat bertanggung jawab di dunia sosial. Mengikuti organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi merupakan lembaga pendidikan yang memberikan pengetahuan akademik bagi mahasiswanya. Mahasiswa tidak hanya dituntut secara akademik, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Salah satu aspek yang penting dalam kehidupan adalah kesuksesan atau kegagalan di bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa merupakan sekelompok individu yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan mendapatkan pelajaran dan pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang sering didengungkan oleh para pendidik. Hal ini menekankan pentingnya pendidikan bagi setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku prokrastinasi itu sendiri membawa dampak pro dan kontra terhadap

BAB I PENDAHULUAN. perilaku prokrastinasi itu sendiri membawa dampak pro dan kontra terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Prokrastinasi akademik merupakan masalah serius yang membawa konsekuensi bagi pelakunya (Gunawinata dkk., 2008: 257). Konsekuensi dari perilaku prokrastinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. heran bila kesadaran masyarakat awam tentang pentingnya pendidikan berangsurangsur

BAB I PENDAHULUAN. heran bila kesadaran masyarakat awam tentang pentingnya pendidikan berangsurangsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Membicarakan tentang pendidikan memang tidak ada habisnya. Tidaklah heran bila kesadaran masyarakat awam tentang pentingnya pendidikan berangsurangsur menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi 1. Pengertian Prokrastinasi Secara bahasa, istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendukung maju atau bergerak

Lebih terperinci

juga kelebihan yang dimiliki

juga kelebihan yang dimiliki 47 1. Pengertian Optimisme Seligman (2005) menjelaskan bahwa optimisme adalah suatu keadaan yang selalu berpengharapan baik. Optimisme merupakan hasil berpikir seseorang dalam menghadapi suatu kejadian

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI PADA MAHASISWA PROKRASTINATOR YANG MENGONTRAK SKRIPSI 1 Siti Qadariah, 2 Sukarti Hilmi Manan, 3

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap harinya manusia dihadapkan dengan berbagai macam tugas, mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap harinya manusia dihadapkan dengan berbagai macam tugas, mulai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap harinya manusia dihadapkan dengan berbagai macam tugas, mulai dari tugas rumah tangga, tugas dari kantor ataupun tugas akademis. Banyaknya tugas yang diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di Universitas X Bandung didirikan berdasarkan pertimbangan praktis, yakni melengkapi syarat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang secara formal

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang secara formal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang secara formal diserahi tugas dan tanggung jawab mempersiapkan mahasiswa sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi sekarang ini, manusia dituntut untuk dapat menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting, namun sampai sekarang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi. Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dari kata pro yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi. Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dari kata pro yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi 1. Pengertian Prokrastinasi Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dari kata pro yang artinya maju, ke depan, bergerak maju dan crastinus yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan peserta didik yang terdaftar dan sedang menempuh proses pendidikan di Perguruan Tinggi. Pada umumnya mahasiswa berusia antara 18-24 tahun

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan salah satu bagian atau unsur dari universitas atau

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan salah satu bagian atau unsur dari universitas atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan salah satu bagian atau unsur dari universitas atau perguruan tinggi. Sebagai mahasiswa tidak cukup apabila mengandalkan ilmu yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastinasi dengan awalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastinasi dengan awalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastinasi dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA. Wheny Ervita Sari Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA. Wheny Ervita Sari Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA Wheny Ervita Sari Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu perubahan yang dialami oleh individu dalam masa emerging

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu perubahan yang dialami oleh individu dalam masa emerging BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki perguruan tinggi setelah lulus dari sekolah menengah, merupakan salah satu perubahan yang dialami oleh individu dalam masa emerging adulthood ( remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dianggap penting. Melalui pendidikan, individu dapat belajar. pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. dianggap penting. Melalui pendidikan, individu dapat belajar. pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pendidikan telah menjadi suatu kebutuhan dan dianggap penting. Melalui pendidikan, individu dapat belajar mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FIP UNJ

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FIP UNJ Hubungan Antara Self Efficacy Dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan... HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap perkembangan remaja akhir (18-20 tahun)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkompetensi dalam berbagai bidang, salah satu indikator kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. yang berkompetensi dalam berbagai bidang, salah satu indikator kompetensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman semakin dibutuhkan pula individu yang berkompetensi dalam berbagai bidang, salah satu indikator kompetensi individu tercermin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Procrastination 1. Pengertian Procrastination Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan awalan pro yang berarti mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan sangat dibutuhkan baik bagi anak

Lebih terperinci

GAMBARAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA ANGKATAN 2007 YANG SEDANG SKRIPSI DI PROGRAM STUDI PG PAUD. Hj. Shofiyanti Nur Zuama

GAMBARAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA ANGKATAN 2007 YANG SEDANG SKRIPSI DI PROGRAM STUDI PG PAUD. Hj. Shofiyanti Nur Zuama GAMBARAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA ANGKATAN 2007 YANG SEDANG SKRIPSI DI PROGRAM STUDI PG PAUD Hj. Shofiyanti Nur Zuama Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran prokrastinasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA REGULASI DIRI DANGAN PROKRASTINASI MENYELESAIKAN TUGAS PADA ASISTEN MATA KULIAH PRAKTIKUM NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA REGULASI DIRI DANGAN PROKRASTINASI MENYELESAIKAN TUGAS PADA ASISTEN MATA KULIAH PRAKTIKUM NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA REGULASI DIRI DANGAN PROKRASTINASI MENYELESAIKAN TUGAS PADA ASISTEN MATA KULIAH PRAKTIKUM NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh: Evita Tri Purnamasari F 100 100 145 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam suatu pendidikan formal, seperti SMA/SMK terdapat dua kegiatan yang tidak dapat terpisahkan yaitu belajar dan pembelajaran. Kedua kegiatan tersebut melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa ini remaja memiliki kecenderungan untuk tumbuh berkembang guna mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat BAB II LANDASAN TEORI Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat gambaran prokrastinasi pada mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara. Landasan teori ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktivitas yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Pendidikan itu sendiri tidak dapat dipisahkan dari istilah belajar karena pada dasarnya

Lebih terperinci

PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING/KONSELOR DALAM MENGURANGI TINGKAT PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA DI SEKOLAH

PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING/KONSELOR DALAM MENGURANGI TINGKAT PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA DI SEKOLAH PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING/KONSELOR DALAM MENGURANGI TINGKAT PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA DI SEKOLAH Dosi Juliawati Institut Agama Islam Negeri Kerinci e-mail: dosi@konselor.org Abstrak Prokrastinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan mahasiswa. Masalah menyontek selalu terjadi dalam dunia pendidikan dan selalu terkait dengan tes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu fenomena yang kerap terjadi di kalangan mahasiswa adalah prokrastinasi akademik. Menurut Lay (LaForge, 2005) prokrastinasi berarti menunda dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2005: 11). Unsur-unsur dalam dakwah adalah subjek (da i), objek (mad u), materi,

BAB I PENDAHULUAN. 2005: 11). Unsur-unsur dalam dakwah adalah subjek (da i), objek (mad u), materi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dakwah menurut Al-Bahy Al-Khauly adalah usaha mengubah situasi kepada yang lebih baik dan sempurna, baik dalam individu maupun masyarakat (Awaludin Pimay, 2005: 11).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya.

BAB I PENDAHULUAN. bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan anak selalu ada kebutuhan untuk dikasihi dan merasakan bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya. Keluarga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengerjakan tugas-tugas studi, baik itu yang bersifat akademis maupun non

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengerjakan tugas-tugas studi, baik itu yang bersifat akademis maupun non BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan subjek yang menuntut ilmu diperguruan tinggi memiliki tanggung jawab pada saat kuliah berlangsung dan menyelesaikan kuliahnya. Mahasiswa

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEMALASAN SOSIAL DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK. S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

HUBUNGAN ANTARA PEMALASAN SOSIAL DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK. S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 HUBUNGAN ANTARA PEMALASAN SOSIAL DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Oleh : DANU UTOMO F 100 060 039 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN OPTIMISME YANG TIDAK REALISTIK TENTANG MASA DEPAN DENGAN PROKRASTINASI SAAT MENYUSUN SKRIPSI MAHASISWA

HUBUNGAN OPTIMISME YANG TIDAK REALISTIK TENTANG MASA DEPAN DENGAN PROKRASTINASI SAAT MENYUSUN SKRIPSI MAHASISWA HUBUNGAN OPTIMISME YANG TIDAK REALISTIK TENTANG MASA DEPAN DENGAN PROKRASTINASI SAAT MENYUSUN SKRIPSI MAHASISWA Hartono Santi Esterlita Purnamasari Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana yang sangat membantu dalam meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini pemerintah berupaya meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. non-formal dan informal. Setiap jenis pendidikan tersebut memiliki tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. non-formal dan informal. Setiap jenis pendidikan tersebut memiliki tujuan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh manusia. Pendidikan dapat berupa pendidikan formal, non-formal

Lebih terperinci

Pengaruh Prokrastinasi Terhadap Kecurangan Akademik Pada Mahasiswa Yang Bekerja

Pengaruh Prokrastinasi Terhadap Kecurangan Akademik Pada Mahasiswa Yang Bekerja Pengaruh Prokrastinasi Terhadap Kecurangan Akademik Pada Mahasiswa Yang Bekerja OLEH: Nama : Rurialita NPM : 18513134 Kelas : 3PA12 Dosen Pembimbing : Mimi Wahyuni BAB I. PENDAHULUAN Mahasiswa Yang Bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu syarat tercapainya Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu syarat tercapainya Sumber Daya BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara. Maju tidaknya suatu negara dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

Prokrastinasi Akademik Mahasantri Ma had Al Jami ah IAIN Kerinci

Prokrastinasi Akademik Mahasantri Ma had Al Jami ah IAIN Kerinci Jurnal Fokus Konseling, Volume 4, No. 1 (2018), 19-26 ISSN Cetak : 2356-2102 ISSN Online : 2356-2099 DOI: https://doi.org/10.26638/jfk.485.2099 Prokrastinasi Akademik Mahasantri Ma had Al Jami ah IAIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di suatu lembaga sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai masa remaja.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. ProkrastinasiAkademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastinare, dari kata pro yang artinya maju, ke depan, bergerak maju, dan crastinus yang berarti besok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pada umumnya dalam menyokong pembangunan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pada umumnya dalam menyokong pembangunan suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang dan masyarakat pada umumnya dalam menyokong pembangunan suatu negara. Namun, pada saat ini banyak

Lebih terperinci

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG Nindya Prameswari Dewi dan Y. Sudiantara Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy Self efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. Konsep self efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Dalam sebuah perguruan tinggi, perkuliahan merupakan kegiatan yang wajib

BABI PENDAHULUAN. Dalam sebuah perguruan tinggi, perkuliahan merupakan kegiatan yang wajib BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah perguruan tinggi, perkuliahan merupakan kegiatan yang wajib untuk diikuti oleh setiap mahasiswa. Dalam perkuliahan ada bermacam-macam kegiatan yang wajib

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PROKRASTINASI AKADEMIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PROKRASTINASI AKADEMIK BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PROKRASTINASI AKADEMIK 1. Pengertian prokrastinasi Prokrastinasi merupakan suatu fenomena yang seringkali terjadi saat ini terlebih dikalangan pelajar. Milgram (Ferrari, dkk

Lebih terperinci

PROKRASTINASI AKADEMIK DITINJAU DARI EFIKASI DIRI AKADEMIK DAN LAMA STUDI PADA MAHASISWA JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

PROKRASTINASI AKADEMIK DITINJAU DARI EFIKASI DIRI AKADEMIK DAN LAMA STUDI PADA MAHASISWA JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO PROKRASTINASI AKADEMIK DITINJAU DARI EFIKASI DIRI AKADEMIK DAN LAMA STUDI PADA MAHASISWA JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Adelia Dyah Pratiwi, Dian Ratna Sawitri Fakultas Psikologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyelesaikan Tugas Akhir (TA) atau skripsi, skripsi merupakaan karya ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyelesaikan Tugas Akhir (TA) atau skripsi, skripsi merupakaan karya ilmiah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa Strata 1 (S1) memiliki tujuan diakhir masa studinya untuk menyelesaikan Tugas Akhir (TA) atau skripsi, skripsi merupakaan karya ilmiah yang berupa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dibahas sejumlah teori yang berhubungan dengan permasalahan penelitian ini. Bagian pertama menerangkan tentang prilaku prokrastinasi akademik, bagian kedua menerangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai generasi muda penerus bangsa sangat diharapkan dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap kemajuan bangsa, juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan. Jenjang pendidikan tertinggi

BAB I PENDAHULAN. adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan. Jenjang pendidikan tertinggi 1 BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Seiring dengan hal globalisasi yang tidak dapat diprediksi, peningkatan sumber daya mansia sangat dibutuhkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilatarbelakangi oleh cita-cita mereka, di antaranya adalah untuk menguasai ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilatarbelakangi oleh cita-cita mereka, di antaranya adalah untuk menguasai ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan individu yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi. Keinginan mahasiswa untuk mengenyam pendidikan tinggi adalah karena dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk membagi waktunya dengan baik dalam menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk membagi waktunya dengan baik dalam menyelesaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai subyek menuntut ilmu di perguruan tinggi tidakakan terlepas dari keaktivan belajar dan mengerjakan tugas. Salah satu kriteria yang menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI BAB 2 TINJAUAN REFERENSI Dalam bab ini, penulis akan membahas variabel tunggal penelitian yaitu prokrastinasi akademik, kemudian bahasan mengenai definisi prokrastinasi akademik, definisi kegiatan ekstrakurikuler,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Andalas dengan beban sebesar empat satuan kredit semester (SKS),

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Andalas dengan beban sebesar empat satuan kredit semester (SKS), BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skripsi adalah muatan lokal pada kurikulum pendidikan dokter di Universitas Andalas dengan beban sebesar empat satuan kredit semester (SKS), berupa karangan asli, dan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran optimism pada mahasiswa Fakultas Psikologi yang sedang mengerjakan Usulan Penelitian Lanjutan di Universitas X di kota Bandung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Tuhan yang diberi berbagai kelebihan yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia adalah akal pikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalani jenjang pendidikan di universitas atau sekolah tinggi (KBBI, 1991). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. menjalani jenjang pendidikan di universitas atau sekolah tinggi (KBBI, 1991). Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani jenjang pendidikan di universitas atau sekolah tinggi (KBBI, 1991). Dalam peraturan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KESABARAN DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENGERJAKAN SKRIPSI

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KESABARAN DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENGERJAKAN SKRIPSI NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KESABARAN DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENGERJAKAN SKRIPSI Oleh: WIWIT ATININGSIH QUROTUL UYUN FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Mahasiswa yang telah menyelesaikan seluruh mata kuliahnya sesuai dengan program akademis dalam arti bahwa mahasiswa tersebut telah menempu

PENDAHULUAN Mahasiswa yang telah menyelesaikan seluruh mata kuliahnya sesuai dengan program akademis dalam arti bahwa mahasiswa tersebut telah menempu Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Prokrastinasi pada Mahasiswa yang Menyusun Skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Sarah Devina Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAK Kecerdasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia terdapat beberapa jenjang pendidikan, mulai dari Play Group

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia terdapat beberapa jenjang pendidikan, mulai dari Play Group BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia terdapat beberapa jenjang pendidikan, mulai dari Play Group (pra-tk), Taman Kanak-kanak (TK), SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangkan kualitas produknya. Karyawan merupakan harta terpenting bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangkan kualitas produknya. Karyawan merupakan harta terpenting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karyawan merupakan aset bagi perusahaan, setiap perusahaan membutuhkan karyawan untuk dapat melangsungkan kegiatan dan mengembangkan kualitas produknya. Karyawan

Lebih terperinci