1.1.2 Realita Kakao Kini, Tantangan ke Depan dan Motivasi Kakao Berkelanjutan

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN TANAMAN KAKAO KABUPATEN JEMBRANA

5.1. Pertanian Komoditas Tanaman Pangan

POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG POS KESEHATAN DESA ( POSKESDES ) DI KABUPATEN JEMBRANA

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

5.1. Pertanian. Profil Kabupaten Jembrana Tahun 2012

KATA PENGANTAR. Samarinda, September 2015 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP

KATA PENGANTAR. Samarinda, Juli 2016 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP

Spirit Untuk Berbagi Salam dari Bali Dalam Harmony Untuk Dunia..

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten di bagian barat dari

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. DESKRIPSI KEGIATAN

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

Boks 1 PELAKSANAAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN KAKAO DI SULAWESI TENGGARA

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL KABUPATEN JEMBRANA TAHUN

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Standar waktu maksimal adalah 1 (satu) hari kerja terhitung permohonan diterima di pelayanan umum dengan persyaratan lengkap.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN BERDASARKAN RPJMD TAHUN 2017 DINAS PERKEBUNAN. Indikator

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengelolaan Kakao di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl.PB.Sudirman 90 Jember 68118

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

DINAS PERTANIAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KUPANG 09 SEPTEMBER 2013

BAB VI PEMBAHASAN. tumpang sari dengan jenis tanaman yang lainnya. Tanaman tumpangsari di daerah

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

[ nama lembaga ] 2012

KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI

POLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA. di KAB. SUMBA TIMUR

Pe n g e m b a n g a n

VI. DAYA DUKUNG WILAYAH UNTUK PERKEBUNAN KARET

Disampaikan pada: RAPAT KOORDINASI TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TAHUN 2018 Jakarta, Januari 2017

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber

I. PENDAHULUAN. komoditas utama penghasil serat alam untuk bahan baku industri Tekstil dan

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

MASTERPLAN KAWASAN PERKEBUNAN NASIONAL KOPI DAN KAKAO ACEH. Kerjasama Dinas Perkebunan Aceh dan Fakultas Pertanian Unsyiah 2015

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

BAB II RENCANA KINERJA DAN PERJANJIAN KINERJA

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

PROGRAM PENGEMBANGAN KELAPA BERKELANJUTAN DI PROVINSI JAMBI

BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

ANALISIS PERKEMBANGAN KAKAO RAKYAT PADA TIGA KABUPATEN SENTRA PRODUKSI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak.

DINAMIKA DAN RISIKO KINERJA TEBU SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI GULA DI INDONESIA

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

I B M KELOMPOK TANI KOPI RAKYAT

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yaitu dimana sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di segala

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMODITAS PERKEBUNAN STRATEGIS

V. KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. tantangan, baik dari faktor internal maupun eksternal. Masalah kesenjangan dan

DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BADUNG

Transkripsi:

Bagian 1 1.1. Latar Belakang 1.1.1 Spirit dan Apresiasi Petani Kakao Jembrana Kakao adalah hidup saya..., bait kalimat sederhana ini muncul dari seorang petani I Ketut Suartika, petani kakao anggota Subak Amerta Nadhi, Desa Yeh Embang ini menyampaikan apresiasi dan harapan mewakili ratusan petani di Kabupaten Jembrana yang tanpa kenal lelah berharap akan komoditi ini agar tetap berkelanjutan. Ini adalah sebuah harapan akan makna lestari dalam sektor kakao. Sederhananya, bagaimana komoditi kakao senantiasa ada dan tetap bisa menjadi bagian dari aktivitas keseharian di Bumi Mekepung Jembrana, sebagai sebuah potensi warisan kepada generasi penerus yang tidak akan punah oleh waktu. Bukan hal yang berlebihan kiranya harapan tersebut disampaikan, jika melihat potensi yang ada. Kakao dan Jembrana merupakan dua hal yang memiliki keterkaitan sangat kuat. Seiring perjalana waktu, sebuah realita yang tak terbantahkan, terbukti bahwa komoditi kakao telah memberikan banyak hal kepada masyarakat Jembrana, mulai dari pendidikan, kesehatan, hunian yang layak bahkan ketahanan pangan bagi masyarakat. 1.1.2 Realita Kakao Kini, Tantangan ke Depan dan Motivasi Kakao Berkelanjutan Produk kakao Indonesia sangat tergantung pada pasar ekspor sehingga -mau tidak mauindustri kakao kita harus beradaptasi dengan semua perkembangan yang terjadi di dunia Internasional. Sejak tingkat kesadaran konsumen meningkat, tuntutan pasar komoditi pertanian mengalami perubahan yang signifikan. 1

Konsumen tidak hanya mengutamakan kualitas yang baik untuk produk yang mereka beli namun juga menuntut perhatian lebih pada sustainability (untuk aspek-aspek ekonomi, sosial dan juga lingkungan) melalui manajemen rantai pasokan. Dengan kondisi demikian, sudah selayaknya para produsen dilibatkan dalam setiap program pengembangan sektor kakao menuju sustainability/berkelanjutan. Tetapi pada kenyataannya, sampai saat ini sektor kakao Indonesia hanya memiliki sebagian kecil produk yang telah bersertifikasi. Berpijak dari kendala tersebut bukan berarti tidak ada harapan bagi Indonesia untuk menembus pasar komoditi kakao berkelanjutan. Atas dasar inisiasi inilah hadir program kakao berkelanjutan atau kakao lestari dalam kerangka sertifikasi. Kerangka sertifikasi ini dipilih sebagai upaya untuk melengkapi/menyempurnakan program-program yang ada selama ini, baik yang di-inisiasi oleh pemerintah, swasta maupun pihak lainnya. Mulai tahun 2011, program ini dibangun, dijalankan dan diperkuat bersama dalam bingkai saling berbenah dan antar komponen mulai dari petani, pemerintah, koperasi, legislatif, swasta, pendamping dan pihak donor program. Aspek hulu hilir menjadi konsentrasi utama program. Selain penguatan di tingkat petani, pranata sosial Subak Abian, dan Koperasi sebagai pemegang sertifikat juga mendapatkan proses penguatan kapasitas, sehingga mampu memberikan nuansa pembelajaran akan proses pemberdayaan menjadi semakin riil dan kuat. Kerja keras dengan tantangan yang tidak mudah...kalimat ini belum cukup untuk mewakili proses yang harus dibangun dengan segala keterbatasan dan dinamika yang menyertai perjalanan program. Keterbatasan SDM, sumber pendanaan, membangun ICS sebagai sebuah system dan team, proses improvement di tingkat petani (P) dan di tingkat koperasi (C) merupakan sederetan tantangan yang menyertai perjalanan program. Semangat perubahan untuk peningkatan kwantitas, kwalitas biji kakao, proses pemberdayaan kelompok/subak Abian, membangun sistem penjualan bersama dan harapan adanya peningkatan pendapatan petani atas reward, penghargaan dalam bentuk harga premium, merupakan sederetan motivasi petani untuk mengimplementasikan program kakao berkelanjutan di Kabupaten Jembrana. Hal lain yang tidak kalah penting adalah filosofi dasar dari makna lestari/berkelanjutan dalam kerangka sertifikasi, yang menjadi media gerakan penyadaran akan penting nya komoditi ini tumbuh dan berkembang lestari di Kabupaten Jembrana. 2

1.1.3 Semangat Perubahan dan Proses Evaluasi Proses perbaikan senantiasa dilakukan seiring berjalannya proses sertifikasi dari tahun ke tahun. Tahun 2013, koperasi telah berhasil kembali mempertahankan sertifikat UTZ di tahun ke 2. Ini berarti tantangan semakin besar, terutama upaya membangun mekanisme pasar yang mampu menghargai kerja keras petani dalam melakukan perubahan. Proses perbaikan dan penyempurnaan tiada henti untuk dilakukan. Aspek hulu hilir yang telah dibangun senantiasa menjadi bahan evaluasi untuk perbaikan. Proses pembelajaran yang telah dipetik dalam perjalanan program, semaksimal mungkin dapat dibagi kepada petani lain untuk semakin banyak menemukan local champion yang akan menjadi agen perubahan bagi petani lainnya. Inovasi, improvisasi dan kreatifitas pendamping dalam menterjemahkan prinsip-prinsip dasar Code Of Conduct yang cenderung dalam bahasa langit/tinggi harus mampu diterjemahkan, diterima dan diimplementasikan dalam bahasa yang lebih membumi oleh petani. Berbagai upaya inovatif dalam implementasi program seperti pembuatan demplot partisipatif, Good Manufacturing Practices (GMP), Good Handling Practices (GHP) dan berbagai proses peruman /diskusi intensif di tingkat subak maupun individu dilakukan secara paralel. Hasilnya mendatangkan perubahan, perbaikan dan perhatian dari beberapa subak baru yang merapat ke dalam barisan program kakao berkelanjutan untuk samasama berbagi spirit perubahan. Dari 18 subak abian akhirnya berkembang menjadi 22 subak abian dalam tahun 2014 ini. Namun seiring proses, berbagai kendala realita di lapangan mewarnai pelaksanaan program yang juga menjadi catatan tantangan. Dari 145 subak abian yang ada di Kabupaten Jembrana, hanya baru memasuki angka 22 subak yang tergabung dalam program. Alih fungsi vegetasi dari tanaman kakao ke tanaman keras, seperti sengon, jabon, jati dan tanaman keras lainnya juga marak terjadi di beberapa subak lain diluar peserta program. Tumpang tindihnya beberapa program dari berbagai dinas yang secara tidak langsung berdampak pada program, juga turut memberikan warna terhadap jalannya program. 3

Pemetaan lokasi untuk menunjukkan potensi penyebaran kakao di masing-masing kecamatan juga belum ada kejelasan data/informasi, lengkap dengan penyebaran dan kondisi peremajaan dan sebaran hama dan penyakit. Kondisi ini menjadi penting untuk dianalisa berkenaan dengan terjadinya pergeseran musim panen sebagai dampak dari perubahan iklim. Data ini penting kiranya untuk dijadikan rekomendasi kepada petani sehingga secara perlahan para petani dapat melakukan upaya terhadap adaptasi iklim (climate adaptation) sebagai bagian dari keberlanjutan program. Data yang tidak kalah penting lainnya adalah : informasi detail untuk mengetahui relevansi antara penerapan praktek GAP dan peningkatan produksi selama 2 tahun terakhir. Perubahan ini patut untuk direkam dalam rapid assisment kepada beberapa subak dan petani kunci di beberapa subak untuk dijadikan sebagai catatan pembelajaran penting bagi petani lainnya dalam melakukan perubahan di tingkat kebun. Semua data/informasi ini akan ditangkap dalam sebuah proses Participatory Action Research (PAR) atau Riset Aksi Partisipatif sebagai sebuah metoda, PAR merupakan penelitian yang melibatkan secara aktif semua pihak-pihak yang relevan (stakeholders) dalam mengkaji tindakan yang sedang berlangsung (dimana pengamalan mereka sendiri sebagai persoalan) dalam rangka melakukan perubahan dan perbaikan ke arah yang lebih baik. Untuk itu, komponen harus melakukan refleksi kritis terhadap konteks perjalanan program. PAR dilakukan sebagai salah satu harapan untuk mendapatkan perubahan yang diinginkan oleh semua pihak. PAR merupakan sebuah siklus yang didalamnya mencakup kegiatan intervensi (oleh karenanya dinamakan action research). Faktor penting lainnya adalah tingkat keterlibatan mitra/petani kakao, sehingga tujuan melakukan penelitian PAR (yaitu melakukan perbaikan) dapat dicapai melalui pembelajaran bersama. Semua komponen yang terlibat dalam program, dudk bersama untuk sharing dan membangun solusi bersama sehingga dapat dilakukan intervensi untuk perbaikan. Metoda PAR ini akan dipergunakan sebagai salah satu metoda dalam penggalian informasi yang terkait dengan perkembangan program kakao lestari melalui berbagai proses FGD atau pebligbagan dengan anggota subak dan beberapa komponen relevan lainnya. 4

1.2 Tujuan Program penggalian dan pemetaan kondisi pelaksanaan program kakao lestari melalui metoda PAR untuk menggali kebutuhan, persoalan dan perkembangan yang ada di lapangan melalui pendekatan aksi intervensi, sehingga hasil riset dapat ditindaklanjuti. 1.3 Manfaat Hasil riset dapat dipergunakan sebagai rekomendasi bagi semua komponen yang terlibat dalam program. Riset partisipasi ini juga dapat memberikan informasi perkembangan dan pemetaan program secara lebih riil. 5

Ide, Rencana & Aksi Perbaikan Harus dibangun dari Dalam Latar Belakang Tahapan Kegiatan Pemetaan Rencana Aksi Strategis Semangat perubahan Evaluasi dampak berbasis masyarakat Kakao lestari dan pembelajaran terus menerus/berkelanjutan (Continous Listening) Pemetaan awal & penentuan komponen riset Pemetaan Partisipatif (FGD,Diskusi Subak,Paruman) Penyusunan rencana aksi strategi Subak dan anggota subak Koperasi KSS Dinas Perkebunan Dinas Koperasi DPRD Komponen lainnya Strategi dukungan masing-masing komponen Mempertegas dukungan,peran & tugas masingmasing komponen Membangun sinergitas program secara berkelanjutan Promosi Program untuk pembelajaran Membangun & memperkuat program dengan pendekatan kesetaraan gender Rencana kerja sistematik dalam tiap 6

Bagian 2 2.1 Gambaran Umum Wilayah Secara geografis Kabupaten Jembrana terletak membentang dari arah Barat ke Timur 08 0 09 30-08 0 28 02 LS dan 114 0 26 28-115 0 51 28 BT. Kabupaten Jembrana merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Bali yang terletak di bagian barat dengan batas wilayah sebagai berikut : Utara berbatasan dengan Kabupaten Buleleng Timur berbatasan dengan Kabupaten Tabanan Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia Barat berbatasan dengan Selat Bali Peta 1. Orientasi Wilayah Kabupaten Jembrana Sumber : Bappeda Kabupaten Jembrana 7

2.1.1. Sumber Daya Manusia (SDM) dan Kelembagaan Subak Penduduk Kabupaten Jembrana yang bermata pencaharian di sektor pertanian berjumlah 53.294 jiwa atau 37,34% dari jumlah angkatan kerja sebanyak 150.000 orang. Kelembagaan di Tingkat Petani untuk pendukung pembangunan pertanian ada tiga macam yaitu kelompok tani/subak Abian 145 kelompok, Subak Sawah 84 Kelompok, Kelompok Wanita Tani (KWT) 26 kelompok. Khusus dalam program Kakao Lestari di Kabupaten Jembrana, peranan dan kiprah subak sangat besar dalam implementasi program. Subak sebagai lembaga sosio kultur pertanian, saat ini sudah mengalami perkembangan yang cukup signifikans. Subak telah mampu mengakomodir kebutuhan petani (krama) dari sisi ekonomi produktif. Jika dilihat dari konsep Tri Hita Karana, peran subak dari sisi palemahan dan pawongan (ekonomi produktif dan kesejahteraan anggota) sudah mulai meningkat. Khusus untuk pemberdayaan subak dalam program kakao lestari, memiliki peran yang sangat strategis (secara spesifik dapat dilihat dalam diagram tata niaga/pemasaran produk biji kakao kering UTZ Certifikasi). Subak telah terbukti mampu mewadahi kebersamaan anggotanya untuk melakukan pengolahan bersama dengan manfaat yang dapat dinikmati bersama. 2.2. Komoditi Kakao Indonesia adalah penghasil biji kakao ketiga terbesar di dunia setelah Ghana dan Pantai Gading. Tiga negara ini yang mendominasi lebih dari 75% pasar kakao di di dunia pada tahun 2010. Dalam lingkup nasional, Bali menempati posisi 5 besar bersama dengan NTB dan NTT. Menjadi khusus, karena Jembrana dalam hal ini Koperasi Kerta Semaya Samaniya sebagai koperasi pertama di Indonesia menjadi pemegang sertifikasi untuk komoditi kakao berkelanjutan. 8

Table 1. Profile Kakao Indonesia 2012 Lokasi Luas (ha) Produksi Nasional Produksi (ton) (%) 1. Sulawesi 988.309 58,92% 448.344 2. Sumatera 377.032 22,47% 166.609 3. Maluku & Papua 107.641 6,42% 33.568 4. Jawa 92.435 5,51% 31.453 5. NTT NTB Bali 68.637 4,09% 18.121 6. Kalimantan 43.201 2,58% 14.136 Sumber: Puslit Koka, World Cocoa Overview, 2014 Grafik 1. Profile Kakao Indonesia 2012 1,800,000 1,600,000 1,400,000 1,200,000 1,000,000 800,000 600,000 Total area Produksi (ton) Produktivitas (g/ha) 400,000 200,000-2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber: Puslit Koka, World Cocoa Overview, 2014 9

Perkembangan kakao di Indonesia dilihat dari sisi pengupayaan atas lahan, budidaya kakao oleh petani (smallholder) terus mengalami peningkatan. Spirit ini terlihat secara nyata di Kabupaten Jembrana, karena hampir seluruhnya kepemilikan lahan adalah petani. Penanganan hama dan penyakit yang secara massal terjadi di beberapa sentra penghasil kakao di Indonesia, perlahan-lahan mendapatkan penanganan yang baik, meskipun jujur harus diakui belum efektif di semua tempat, tetapi minimal kondisi ini telah memberikan spirit baru di tingkat petani. Grafik peningkatan jumlah kepemilihan lahan dan pengolahan oleh petani dapat dilihat dalam grafik berikut : Grafik 2. Perkembangan kepemilikan lahan petani kakao Indonesia 2012 400000 350000 300000 250000 200000 150000 Series2 100000 50000 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: Puslit Koka, World Cocoa Overview, 2014 10

2.3. Kakao Lestari dan Jembrana Gambar 1. Tanaman Kakao Varietas Lindak Lokasi Kebun Pak Agus Desa Tuwed (kiri) Lokasi Kebun Pak Tawa (kanan) Kakao tidak dapat dipisahkan dari Bumi Mekepung Jembrana. Penghasil kakao terbesar di Bali adalah Kabupaten Jembrana. Kabupaten Jembrana memiliki luas areal perkebunan umum seluas 17.267,50 ha. Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2 dibawah. Potensi biji kakao kering, tercatat tahun 2013 sebanyak 2.928,825 ton (sumber Statistik Dinas Perkebunan Kabupaten Jembrana, 2013) dengan jumlah petani secara keseluruhan 13.040 kk yang tersebar di 145 subak abian. Luas area budidaya kakao mencapai 6.226,96 Ha dengan sebaran lahan paling luas di Kecamatan Mendoyo. Potensi ini sangat besar untuk dikembangkan secara lebih maksimal, dengan dibantu dukungan subak abian dan sentuhan kebijakan dari pemerintah, niscaya mampu membawa kakao menjadi komoditi lestari dan memberikan kebanggaan terhadap masyarakatnya. Sementara, yang baru terfasilitasi oleh program Kakao Lestari hanya 22 subak abian dengan 1.200 petani. Sangat kecil memang tetapi sebagai langkah awal untuk membawa sebuah perubahan, angka ini diharapkan dapat memberikan semangat virus positif kepada petani dan subak lainnya. 11

Tabel 2. Luas Lahan Menurut Penggunaannya Dirinci Per Desa Kabupaten Jembrana Tahun 2012 No KECAMATAN DESA Sawah Tegal/ Perke Peka Jumlah Tambak Lainnya Jml luar Hutan Jumlah Huma bunan rangan (4+5+6) Kawasan (7+8+9) (10+11) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 MELAYA 1 Manistutu 144.00 88.00 87.00 65.00 240.00-17.00 257.00 1,950.00 2,351.00 2 Tukadaya 280.00 124.00 161.00 60.00 345.00-42.00 387.00 1,433.10 2,100.10 3 Tuwed 121.00 121.00 528.00 72.00 721.00 18.00 30.00 769.00-890.00 4 Candikusuma 32.00 134.00 459.00 47.00 640.00-7.00 647.00-679.00 5 Warnasari 170.00 44.00 119.00 70.00 233.00-40.00 273.00-443.00 6 Ekasari 197.00 266.00 129.00 123.00 518.00-61.00 579.00 4,316.72 5,092.72 7 Nusasari 285.00 19.00 24.00 398.00 441.00-62.00 503.00-788.00 8 Belimbingsari - 17.00 278.00 68.00 363.00-30.00 393.00 1,895.00 2,288.00 9 Melaya 40.00 330.00 915.00 180.00 1,425.00-109.00 1,534.00 1,980.70 3,554.70 10 Gilimanuk - - - - - - 71.00 71.00 2,205.20 2,276.20 Jumlah 1,269.00 1,143.00 2,700.00 1,083.00 4,926.00 18.00 469.00 5,413.00 13,780.72 20,462.72 NEGARA 1 BB Agung 176.00 125.40 229.80 241.90 597.10-23.90 621.00 600.00 1,397.00 2 Berangbang 200.00 275.90 581.30 207.50 1,064.70-48.30 1,113.00 1,250.00 2,563.00 3 Kaliakah 520.00 108.80 779.60 338.90 1,227.30-51.70 1,279.00-1,799.00 4 Banyubiru 443.00 81.70 199.00 130.50 411.20-84.80 496.00-939.00 5 Baluk 75.00 215.00 405.20 293.60 913.80-66.20 980.00-1,055.00 6 Cupel - 162.70 290.00 179.40 632.10-7.90 640.00-640.00 7 Tegal Bdng Barat 74.00 88.10 152.50 69.00 309.60-18.40 328.00-402.00 8 Tegal Bdng Timur 104.00 132.60 163.50 152.70 448.80-48.20 497.00-601.00 9 Pengambengan 56.50 266.50 399.60 167.80 833.90 81.00 58.60 973.50-1,030.00 10 Lelateng 175.00 92.50 77.30 145.00 314.80 120.00 19.20 454.00-629.00 11 Banjartengah - - - 211.60 211.60-286.40 498.00-498.00 12 Loloan Barat - - - 69.50 69.50-77.50 147.00-147.00 Jumlah 1,823.50 1,549.20 3,277.80 2,207.40 7,034.40 201.00 791.10 8,026.50 1,850.00 11,700.00 JEMBRANA 1 Perancak 25.00 106.50 142.20 50.70 299.40 14.40 35.20 349.00-374.00 2 Airkuning - 53.30 69.50 89.70 212.50 2.70 55.80 271.00-271.00 3 Yehkuning 99.00 119.30 101.70 65.40 286.40-35.60 322.00-421.00 4 Dangintukadaya 105.00 180.20 533.90 233.40 947.50-41.50 989.00-1,094.00 5 Sangkaragung 114.00 29.40 185.20 139.60 354.20 17.00 41.80 413.00-527.00 6 Budeng 66.00 12.10 53.60 97.20 162.90 270.00 97.10 530.00-596.00 7 Dauhwaru 327.00 72.20 134.30 223.00 429.50-119.50 549.00 1,500.00 2,376.00 8 Batuagung 70.00 158.70 296.90 301.50 757.10-50.90 808.00 1,365.59 2,243.59 9 Pendem 68.00 267.10 281.50 432.90 981.50-172.50 1,154.00 630.00 1,852.00 10 Loloan Timur 104.00 89.60 100.40 96.40 286.40 13.40 30.20 330.00-434.00 Jumlah 978.00 1,088.40 1,899.20 1,729.80 4,717.40 317.50 680.10 5,715.00 3,495.59 10,188.59 MENDOYO 1 Mendoyo Dh Tkd 124.00 18.00 319.00 129.00 466.00-24.00 490.00 296.00 910.00 2 Mendoyo Dng Tk 150.00-71.00 77.00 148.00-16.00 164.00-314.00 3 Pohsanten 57.00-728.00 215.00 943.00-21.00 964.00 740.00 1,761.00 4 Pergung 86.00 9.00 489.00 191.00 689.00-19.00 708.00 690.00 1,484.00 5 Tgl cangkring 282.00 49.00 606.00 192.00 847.00-17.00 864.00 1,180.00 2,326.00 6 Delodbrawah 129.00 16.00 53.00 54.00 123.00 2.00 15.00 140.00-269.00 7 Penyaringan 716.00 32.00 1,039.00 317.00 1,388.00 33.00 22.00 1,443.00 2,645.00 4,804.00 8 Yehembang Kauh 53.00-1,326.00 148.00 1,474.00-22.00 1,496.00 2,100.00 3,649.00 9 Yehembang 299.00-515.00 256.00 771.00-22.00 793.00 3,258.08 4,350.08 10 Yehembang Kngn 193.00-432.00 151.00 583.00 2.00 25.00 610.00 4,000.00 4,803.00 11 Jehsumbul 224.00 12.00 711.00 153.00 876.00-19.00 895.00 606.00 1,725.00 Jumlah 2,313.00 136.00 6,289.00 1,883.00 8,308.00 37.00 222.00 8,567.00 15,515.08 26,395.08 PEKUTATAN Penggunaan Lahan (HA) 1 Medewi 213.50 15.00 97.00 97.50 209.50-137.00 346.50 1,425.00 1,985.00 2 Pulukan 74.00 807.00 509.00 135.00 1,451.00-300.00 1,751.00 1,940.88 3,765.88 3 Pekutatan 34.00 483.00 930.00 100.50 1,513.50-114.00 1,627.50-1,661.50 4 Pangyangan 104.75 246.50 35.00 60.75 342.25 12.00 180.00 534.25 34.00 673.00 5 Gumbrih 51.00 240.50 267.00 65.50 573.00-208.00 781.00 700.00 1,532.00 6 Pengeragoan 102.00 285.50 553.00 86.50 925.00-254.00 1,179.00 1,300.00 2,581.00 7 Asahduren - 50.00 305.00 18.00 373.00-145.00 518.00 425.00 943.00 8 Manggisari - 18.00 405.50 30.50 454.00-146.00 600.00 841.00 1,441.00 Jumlah 579.25 2,145.50 3,101.50 594.25 5,841.25 12.00 1,484.00 7,337.25 6,665.88 14,582.38 T O T A L 6,962.75 6,062.10 17,267.50 7,497.45 30,827.05 585.50 3,646.20 35,058.75 41,307.27 83,328.77 Sumber : Statistik Kab Jembrana Thn 2004, kolom 11 (hutan) sumber data Dinas Hutbun 12

Luas areal dan produksi komoditas perkebunan di Kabupaten Jembrana dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3. Luas Areal dan Produksi Komoditas Perkebunan Kabupaten Jembrana Tahun 2012 LUAS AREAL ( Ha ) JUMLAH PRODUKSI JUMLAH NO KOMODITAS JUMLAH JUMLAH RATA2 PETANI T.B.M T.M TT/TR 3 + 4 + 5 (Ton) Kg/Ha (K.K.) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 KELAPA DALAM 677.60 15,699.20 347.95 16,724.75 18,370.32 1,170 16,530 2 KELAPA DERES - 99.68 4.00 103.68 739.03 7,414 772 3 KELAPA HIBRIDA - 139.80-139.80 90.35 646 5,381 4 KELAPA GENJAH 59.95 281.06 0.70 341.71 295.99 1,053 9,539 5 KOPI ROBUSTA 94.47 998.69 123.59 1,216.75 267.41 268 6,577 6 CENGKEH 8.60 3,232.45 205.80 3,446.85 75.02 23 8,659 7 PANILI 73.96 142.76 11.70 228.42 40.19 282 2,453 8 KAKAO 1,180.10 4,531.46 514.51 6,226.95 2,489.14 549 13,040 9 KAPOK - 5.00-5.00 - - 321 10 LADA - 7.80-7.80 - - 163 11 KEMIRI - 3.23-3.23 - - 370 12 KENANGA - 26.71-26.71 0.62 23 882 13 PINANG 4.45 15.35-19.80 - - 630 14 KAPAS - - - - - - - 15 TEMBAKAU - - - 2.00 3,264.00 1,632,000 1 Sumber : Statistik Perkebunan Jembrana, Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab Jembrana Potensi kakao di Jembrana terlihat dalam Tabel 3. Berdasarkan data statistik perkebunan tersebut 36% dari luas perkebunan di Jembrana merupakan perkebunan kakao yaitu seluas 6.226,96 Ha. Sedangkan komoditas lainnya tidak mencapai 1% dan maksimal 19% dari total luas wilayah perkebunan di kabupaten Jembrana. Hal ini menunjukkan pengembangan kakao sangat berpotensi di kabupaten ini. Pada tabel 4 dibawah ini menunjukkan perkembangan produksi komoditas perkebunan selama 8 tahun terakhir, tercatat peningkatan produksi kakao yang cukup signifikan. 13

Tabel 4. Produksi Komoditas Perkebunan 8 (Delapan) Tahun Terakhir NO KOMODITAS Luas Areal PRODUKSI ( TON ) Rata Produksi Jlh petani 2013 ( Ha ) 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Th. 2013/Kg/Ha th. 2013 1 KAKAO 6,226.96 3,260.78 2,932.51 2,818.16 3,377 2,886.24 1,934.38 2,483.625 2,928.830 630 13,040 2 KELAPA DALAM 3,502.00 17,590.55 17,911.95 18,150.23 18,349 18,348.65 18,370.32 18,374.335 18,298.902 1,146 16,530 3 KELAPA GENJAH 335.71 182.99 152.95 201.96 209.93 209.93 295.99 229.392 255.205 926 9,545 4 KOPI ROBUSTA 1,216.75 264.40 274.02 265.01 278.60 278.60 267.41 294.544 263.340 264 6,577 5 CENGKEH 3,446.85 462.45 937.32 920.14 648.37 648.37 75.02 1,255.648 772.336 239 8,659 6 PANILI 137.42 3.42 8.73 8.41 10.48 10.48 40.19 43.756 2,261.000 39 2,202 7 TEMBAKAU 10.30 2,400.00 3,264.00 7.500 12.010 1,166 67 8 PALA 431.00 10.500 14.100 364 1,739 9 NILAM 5.00 3.600 8.000 1,600 34 Sumber : Statistik Komoditas Perkebunan Tahun 2013 Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kab. Jembrana 14

Rata-rata produksi kakao pada tahun 2013 mencapai 630 kg/ha/th yang pada tahun sebelumnya hanya 549 kg/ha/th (tabel3). Terjadi peningkatan 12,9% dan ada 13.040 petani yang terlibat didalamnya dari jumlah penduduk 71.144 KK (18,33%). Hal ini menunjukkan penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak dalam perkebunan kakao dan dapat membantu peningkatan pendapatan masyarakat Jembrana. Perkembangan produksi kakao di Kabupaten Jembrana dari tahun ke tahun dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Gambar 1. Grafik Produksi Kakao Kabupaten Jembrana GRAFIK PRODUKSI KAKAO KABUPATEN JEMBRANA 4,000.00 3,500.00 3,000.00 2,500.00 2,000.00 1,500.00 1,000.00 500.00 0.00 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Prod uksi (Ton) PRODUKSI KAKAO TAHUN TON 2005 3,672.54 2006 3,260.78 2007 2,932.51 2008 2,818.16 2009 3,376.50 2010 2,886.24 2011 1,934.38 2012 2,483.62 2013 2,928.83 Sumber : Statistik Komoditas Perkebunan Tahun 2013 Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kab. Jembrana Mulai tahun 2005, produksi kakao mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh umur tananaman yang semakin tua dan serangan dari hama PBK (Penggerek Buah Kakao) terus menyebar. Melihat permasalahan ini pemerintah bergerak memberikan bantuan untuk meningkatkan produktivitas petani kakao di Jembrana. Kemudian meningkat pada tahun 2009, namun karena sanitasi kurang, tanaman tua dan kurang penanganan pemangkasan serangan helopeltis dan PBK semakin meluas. 15

Pada tahun 2011 terjadi penurunan produksi secara drastis akibat serangan PBK yang semakin meluas dan anomali iklim sejak tahun 2009. Musim kering yang berkepanjangan pada tahun 2009, kemudian disusul hujan yang tinggi pada tahun 2010 yang menyebabkan gagal bunga, kondisi kebun sangat lembab karena jarang mendapat perlakuan pemangkasan dan sanitasi lainnya, tanaman terlalu tinggi sehingga sulit terjangkau untuk ditangani. Hal ini mengakibatkan hama helopeltis dan PBK semakin menyebar luas. Mulai dari Kecamatan Melaya dan Negara yang berada di daerah dataran rendah dan memiliki karakteristik tanaman yang homogen, kemudian menyebar ke wilayah pegunungan yaitu Kecamatan Jembrana, Mendoyo dan Pekutatan. Akibat serangan hama yang merata di seluruh wilayah, seluruh stakeholder terkait untuk menjalankan berbagai program untuk peningkatan produksi kakao untuk kesejahteraan petani kakao. Program tersebut diantaranya adalah Sekolah Lapang oleh dinas kabupaten dan propinsi, menjalankan program Gertakdal (Gerakan Serentak Pengendalian) PBK, Gernas (Gerakan Nasional) Kakao dan program sertifikasi sebagai pelengkap dari seluruh tahapan proses yang telah dilakukan sebelumnya oleh komponen lain terkait. Usaha yang dilakukan untuk peningkatan mutu dan produksi sangat membantu proses recovery di setiap wilayah khusus program sertifikasi yang memiliki masa program terpanjang dibanding program lainnya. Tingkat serangan di wilayah Jembrana jika diurutkan dari yang terparah adalah Melaya, Negara, Jembrana, Mendoyo dan Pekutatan. Namun berdasarkan urutan itu juga yang memiliki proses recovery tercepat. Wilayah Melaya dan Negara berada di wilayah dataran rendah/datar, cenderung cepat mendapat penanganan dan karakteristik tanaman yang homogen mempercepat penanganan dan pemulihan dari serangan hama. Sedangkan wilayah Kecamatan Jembrana, Mendoyo dan Pekutatan merupakan dataran tinggi dan proses recovery/penanganan di wilayah ini lebih lambat. Kebun di wilayah tersebut lebih luas dan cenderung lambat ditangani karena berada di pegunungan yang sulit dijangkau dan kondisi lingkungan cenderung lebih lembab yang mendukung perkembangan PBK. Sehingga pada akhir tahun 2012 wilayah Melaya dan Negara sudah pulih dari serangan sedangkan wilayah Jembrana, Mendoyo dan Pekutatan di pertengahan tahun 2013 baru pulih. 16

Berbagai usaha yang dilakukan dapat memberikan manfaat berupa peningkatan produksi secara signifikan khususnya program sertifikasi yang berkelanjutan (telah berjalan selama 3 tahun berturut-turut sampai saat ini). Peningkatan produksi kakao terlihat perkembangan kakao di Kabupaten Jembrana mengalami peningkatan selama 3 tahun terakhir setelah terjadi penurunan produksi secara drastis pada tahun 2010-2011. Serangan hama meluas di Kabupaten Jembrana sejak tahun 2009. Dengan berbagai cara pemerintah, LSM dan berbagai pihak terkait bangkit membangun Kabupaten Jembrana dari keterpurukan dengan berbagai bantuan dan pendampingan yang akhirnya dapat terlihat peningkatan produksi kakao secara signifikan. Potensi kakao ini tersebar di 5 kecamatan, masing-masing: Kecamatan Melaya 1.935,83 ha, Kecamatan Negara 514,68 ha, Kecamatan Jembrana 559,01 ha, Kecamatan Mendoyo 2.144,01 ha dan Kecamatan Pekutatan 1.073,43 ha. Pada Akhir LUAS AREA (Ha) PRODUKSI Triwulan S.D. TRIWULAN LAPORAN Pada TRW.Laporan S.D. TWR Laporan Jumlah NO KECAMATAN Lalu Jumlah Rata2 Jumlah Rata2 Petani T.B.M T.M TT/TR Ha (Ton) Kg/Ha (Ton) Kg/Ha (K.K.) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 MELAYA 1,935.82 501.22 1,295.89 138.71 221.925 171 715.956 552 3,627 2 NEGARA 514.69 221.83 273.97 18.00 124.482 454 164.349 600 1,981 3 JEMBRANA 559.00 232.82 272.62 53.57 104.478 383 175.146 642 588 4 MENDOYO 2,144.01 122.28 1,782.47 239.26 370.701 208 796.233 447 4,725 5 PEKUTATAN 1,073.43 101.94 906.52 64.98 233.840 258 637.458 703 2,119 JUMLAH 6,226.95 1,180.10 4,531.46 514.51 1,055.426 233 2,489.142 549 13,040 1,935.83 123.90 1,409.40 402.53 57.748 41 898.187 637 3,627 Sumber : Statistik Komoditas Perkebunan Tahun 2012 Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kab. Jembrana Tabel 6. Luas Areal dan Produksi Komoditas Perkebunan Kabupaten Jembrana Tahun 2013 Pada Akhir LUAS AREAL (Ha) PRODUKSI Triwulan S.D. TRIWULAN LAPORAN Pada TRW.Laporan S.D. TWR Laporan Jumlah NO KECAMATAN Lalu Jumlah Rata2 Jumlah Rata2 Petani T.B.M T.M TT/TR Ha (Ton) Kg/Ha (Ton) Kg/Ha (K.K.) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 MELAYA 1,935.83 123.90 1,409.40 402.53 57.748 41 898.187 637 3,627 2 NEGARA 514.68 208.00 278.43 58.25 35.218 126 167.780 603 1,981 3 JEMBRANA 559.01 232.82 272.62 53.57 33.104 121 173.688 637 588 4 MENDOYO 2,144.01 122.28 1,782.47 239.26 179.620 101 1,110.795 623 4,725 5 PEKUTATAN 1,073.43 101.94 906.52 64.98 57.577 64 578.376 638 2,119 JUMLAH 6,226.96 788.94 4,649.44 818.59 363.267 78 2,928.826 630 13,040 Sumber : Statistik Komoditas Perkebunan Tahun 2013 Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kab. Jembrana 17

Pada tabel 5 dan tabel 6 dapat dilihat peningkatan produksi kakao di masing-masing kecamatan di Kabupaten Jembrana pada tahun 2012 sampai 2013. Peningkatan produktifitas yang paling signifikan terlihat pada Kecamatan Mendoyo yaitu 447 kg/ha/th (2012) menjadi 623 kg/ha/th (2013) atau 28,3%. 18

2.4. Koperasi Kerta Semaya Samaniya dan Perjalanan Program Potensi ini harus didukung untuk mengupayakan keberlanjutan sektor kakao di Kabupaten Jembrana. Potensi ini menjadi spesifik dan memiliki peluang serta tantangan besar dengan keberadaan kelembagaan koperasi Kertha Semaya Samaniya yang telah memulai aktivitas nya dalam memfasilitasi petani kakao di Kabupaten Jembrana. Dengan segala dinamika yang mengiringi keberadaan koperasi ini, posisi dan kapasitasnya akan semakin diperkuat sebagai bagian dari rangkaian proses sertifikasi, karena posisi koperasi yang strategis sebagai pemegang sertifikat. Ini yang membuat proses sertifikasi di Kabupaten Jembrana semakin memiliki warna dan kekuatan yang berbeda dengan proses sertifikasi lainnya di Indonesia karena proses pemegang sertifikat ada pada koperasi (komunitas) bukan pada buyer (private). Fenomena ini membawa posisi koperasi bukan hanya sebagai pemegang sertifikat (di tingkat primer/petani) tetapi juga memfasilitasi sampai dengan tingkat pengolahan sekunder (produk olahan). Bukan hanya sebagai sebuah pembenaran menyebutkan bahwa proses sertifikasi ini dari hulu sampai dengan hilir dilakukan di tingkat komunitas/koperasi, sebagai yang pertama di Indonesia dan Kabupaten Jembrana adalah pilihan terbaik. Selama 3 (tiga) tahun perjalanan program Kakao Lestari di Kabupaten Jembrana, teriring berbagai cerita, dinamika dan pembelajaran yang penting dijadikan sebagai evaluasi internal maupun menjadi spirit yang akan sangat menginspirasi petani lain, jika cerita ini dibagi. 19

Puncak harapan dari upaya peningkatan kualitas dan posisi tawar terhadap harga, terbukti pada saat koperasi berhasil membangun komunikasi dan kerjasama pemasaran dengan PT. Papandayan Cocoa Industry Barry Callebaut. Premium price/harga premium yang selama ini hanya bisa di baca dalam COC UTZ, akhirnya menjadi nyata dan dapat diterima dalam genggaman petani. Pengiriman perdana kakao biji kering bulan agustus 2013 telah menjadi bukti bahwa petani dalam hal ini koperasi mampu mandiri dan berjuang untuk kesejahteraan anggotanya khususnya petani peserta program UTZ Sertifikasi Kakao Lestari. 30 Agustus 2013, adalah bukti bahwa karena kebersamaan dan semangat yang tanpa kenal lelah untuk berjuang telah mengantarkan pada proses pengiriman perdana Kakao Lestari UTZ Certified. Proses ini merupakan puncak dari seluruh rangkaian proses hulu hilir pendampingan program. Manfaat untuk Koperasi Kertha Semaya Samaniya sebagai pemegang sertifikat : pembenahan manajemen koperasi dilakukan secara bertahap, terencana dengan baik dan telah diatur dengan agenda program yang disusun bersama anggota koperasi (Subak Abian dalam hal ini). Pemenuhan standart-standart yang tertuang dalam COC UTZ Certified dari tahun ke tahun telah menjadi salah satu acuan dalam peningkatan peran koperasi dalam kerangka program certifikasi. Posisi tawar koperasi terhadap harga dan pilihan pasar menjadi lebih kuat. Koperasi tidak bergantung dengan hanya satu pasar. Proses seleksi pasar yang berkomitmen memberikan penghargaan dalam bentuk premi kepada petani, masih terus dan terus diperjuangkan. Koperasi saat ini telah mampu menjadi rujukan untuk tujuan studi komprehensif dari berbagai daerah di Indonesia, yang tentunya mampu memberikan semangat untuk memperbaiki sistem secara berkelanjutan. 20

Gambar 2. Proses penandatanganan MOU antara Bapak Bupati Jembrana dengan Marketing Manager PT. Papandayan Cocoa Industry Barry Callebaut Pelepasan perdana Kakao UTZ Certifikasi 30 Agustus 2013 21

Peta Wilayah Program UTZ Sertifikasi Kakao Lestari Tahun 2013 22

Tabel 7. Rekap Peserta Sertifikasi UTZ Komoditas Kakao Tahun ke 3 (2013-2014) Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 8 Melaya Negara Jembrana Mendoyo Pekutatan Desa Subak Abian Kode Registrasi Melaya Sari Mumbul KSS-I.01.1 4 360 1,867 1,220 Nusasari Padma Sari KSS-I.02.1 8 589 5,201 3,488 Candikusuma Taman Sari KSS-I.03.1 12 850 4,756 3,108 // Moding Sari KSS-I.03.2 10 1,900 12,333 8,108 // Sari Buana KSS-I.03.3 17 830 6,272 4,099 Tuwed Sari Bumi KSS-I.04.1 5 600 4,456 3,000 Kaliakah Carang Sari KSS-II.01.1 17 1,500 16,661 11,526 Baler Bale Agung Manggala Sari KSS-II.02.1 23 1,285 5,878 3,958 Kel Pendem Merta Nadi KSS-III.01.1 14 950 8,025 4,401 Kel Batu Agung Sari Mertha KSS-III.02.1 11 1,160 6,842 4,607 Poh Santen Pala Werdi KSS-IV.01.1 5 430 3,950 1,200 // Dwi Mekar KSS-IV.01.2 22 2,928 14,904 9,776 Yehembang Kauh Amerta Nadi KSS-IV.02.1 105 12,433 54,145 36,236 // Anggrek Wangi KSS-IV.02.2 13 1,536 8,273 5,428 // Merta Pala KSS-IV.02 3 59 6,115 33,788 22,952 // Sekar Wangi KSS-IV.02.4 33 3,952 23,431 15,315 // Lokasari KSS-IV.02.5 41 3,310 21,060 13,571 Yehembang Kangin Amerta Taman Sari KSS-IV.03.1 67 3,745 16,715 10,876 // Udiana Sari KSS-IV.03.2 26 3,032 18,841 12,381 Pulukan Karya Dharma Bakti KSS-V.01.1 10 1,175 6,646 4,475 Pekutatan Kerta Laksana KSS-V.02.1 10 590 4,539 2,522 Gumbrih Merta Nadi KSS-V.03.1 18 2,775 13,515 8,905 5 Kec 14 Desa 22 SA 530 52,045 292,097 191,154 Sumber : Koperasi Kertha Samaya Samaniya Kab. Jembrana 2013-2014 Jumlah Anggota Luas Lahan (Are) Σ Pohon Kakao Estimasi Produksi Kering (Kg/Tahun) 23

Bagian 3 3.1. Pemetaan Awal dalam Rangkaian Program PAR Bagian dari pelaksanaan penggalian input dan evaluasi dari program yang sudah berjalan dan rencana aksi bersumber dari dalam, maka beberapa proses menuju capaian tersebut dibangun dalam kerangka tahapan PAR yang diawali dengan pelaksanaan pemetaan awal dan penentuan komponen riset. Proses pemetaan awal dengan beberapa komponen kunci yang terdiri dari : perwakilan 22 subak abian peserta program sertifikasi, Dinas Perkebunan, Dinas Koperasi, Komisi B DPRD Kabupaten Jembrana, pengurus Koperasi Kerta Semaya Samaniya. Tema diskusi disepakati dan dibagi menjadi beberapa sub pembahasan sehingga proses perumusan komponen dasar riset menjadi lebih detail. Tema tersebut adalah sebagai berikut : 1. Menyepakati pentingnya peran PAR sebagai salah satu penentu input/masukan dalam keberlanjutan program UTZ Certifikasi Kakao karena intinya perbaikan program harus dibangun dari dalam sehingga menjadi penting proses diskusi harus partisipatif. 2. Capaian perkembangan program selama 3 tahun perjalanan program UTZ Certifikasi Kakao Lestari 3. Review fungsi dan peran masing-masing komponen yang telah terlibat dari awal dalam program UTZ Certifikasi Kakao Lestari 4. Penentuan stakeholder lain yang harus digali sumber informasinya dalam memperkuat hasil PAR 5. Kendala dan tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan program UTZ Certifikasi Kakao Lestari 6. Harapan perbaikan pelaksanaan program sebagai bentuk aksi bersama dari pelaksanaan PAR 24

Untuk membangun dinamika diskusi menjadi aktif dan partisipatif, penyampaian informasi, input dan pendapat, disampaikan dalam bentuk kertas metaplan yang diisi oleh masing-masing peserta diskusi tanpa terkecuali. Untuk gambaran tentang perkembangan program saat ini dan segala tantangannya terbagi ke dalam 3 (tiga) hal yaitu : 25

Tabel 8 Perkembangan Capaian Program UTZ Certifikasi Kakao di Kabupaten Jembrana Selama 3 (tiga) Tahun No On Farm Off Farm Kelembagaan 1 Implementasi GAP secara intensif di tingkat petani terbukti mampu menekan serangan PBK mulai 2 tahun terakhir. Pelatihan GAP di masing-masing subak telah menjadi agenda rutin dalam program Sertifikasi Kakao Lestari dalam setiap tahunnya. GAP memberikan peran Sudah dilakukan sortasi biji basah di tingkat petani, sehingga proses fermentasi dapat dilaksanakan dengan baik Secara kelembagaan, subak dan UPH menjadi semakin kuat dan solid dalam memfasilitasi pengolahan fermentasi dan pemasaran bersama 2 Terjadi peningkatan produksi dari tahun 2012 ke tahun 2013 dari 400 kg kering/tahun/ha menjadi 670 kg kering/ha/tahun Sudah dilakukan proses pengolahan bersama di tingkat UPH (Unit Pengolahan Hasil) yang terdiri dari proses fermentasi dan sortasi biji kering tahap pertama. Beberapa subak abian belum pernah melakukan proses pengolahan bersama sebelumnya seperti : Subak Abian Merta Pala, Subak Abian Moding Sari, Subak Abian Amerta Nadi (tempek Badung). Terbangun beberapa UPH baru yang terfasilitasi secara langsung dalam program Kakao Lestari. UPH Merta Pala, Tempek Badung Subak Abian Amerta Nadi dan kemandirian subak abian Moding Sari dan Subak Abian Sari Buana, yang awalnya masih bergabung dengan subak induk Taman Sari 26

3 Beberapa subak sudah menerapkan system sanitasi kebun secara berkelompok, yang sebelumnya masih dilakukan secara individu (Subak Merta Nadi Gumrih, Subak Sari Buana Candikusuma). Dilakukan pemasaran bersama dengan mekanisme : anggota subak subak abian UPH Koperasi. Proses ini terbangun sejak terlaksananya program sertifikasi. Sebelumnya, proses pemasaran dilakukan secara individu dalam jumlah yang kecil sehingga posisi tawar petani terhadap harga menjadi lemah. Team ICS yang semakin kuat dan solid serta peranan beberapa PPL sebagai team ICS, terbukti riil memberikan kontribusi besar dalam melakukan pendampingan secara intensif bersama koperasi di tingkat subak. Proses pemasaran bersama terbangun, bukan saja karena merupakan bagian dari program Kakao Lestari tetapi karena spirit anggota dan koperasi untuk dapat meningkatkan posisi tawar petani terhadap kuantitas, kualitas dan harja jual. 4 Tradisi masyarakat Bali yang pada umumnya memelihara ternak di kebun (kambing, sapi, babi) sangat membantu dalam memberikan input pupuk pada tanaman kakao. Terdapat temuan menarik di beberapa subak abian (Amerta Nadi, Anggrek Wangi dan Merta Pala) dengan menempatkan kandang kambing secara Peningkatan pemahaman pengolahan pasca panen. Proses pelatihan GMP bersama dari subak abian peserta program Kakao Lestari telah memberikan dampak positif terhadap kualitas biji kakao kering yang dapat dihasilkan. Satu prestasi yang telah dibuktikan adalah semua persyaratan/spesifikasi biji kakao dari buyer telah dipenuhi denga baik, Koperasi Kerta Semaya Samaniya telah membuktikan eksistensi secara kelembagaan dalam membangun kerjasama pemasaran secara langsung. Bukti nyata dari hal ini adalah terbangunnya kerjasama antara koperasi dengan PT. Papandayan Cocoa Industry Barry Callebaut dengan pengiriman biji 27

berpindah-pindah di areal kebun sesuai dengan kebutuhan, sehingga efisien dari sisi pengangkutan pupuk kandang. tanpa ada claim. kakao kering perdana tanggal 30 Agustus 2013. 5 Proses peremajaan tanaman (bagian dari program GERNAS) cukup memberikan andil dalam peningkatan produksi. Peremajaan dan kemudahan dalam sanitasi kebun merupakan bagian penting dari prinsip GAP yang selalu dikampanyekan dalam program kakao lestari Manfaat dari sisi pendapatan petani telah dinikmati secara langsung, salah satu nya dalam bentuk pemberian harga premium untuk produk kakao lestari/utz sertifikasi. Secara nyata premi yang dapat diperoleh 70 U$D/MT. 6 Pengurangan input kimia yang dipersyaratkan dalam program UTZ Sertifikasi, mampu memberikan dampak positif dalam perawatan kebun. Inovasi penerapan musuh alami seperti sarang semut, terbukti cukup efektif dalam peningkatan produksi. Sumber : Hasil Analisa 28

Tabel 9 Review kembali peran dan fungsi masing-masing komponen No Dinas/Instansi/Lembaga dan Komponen lainnya Peran yang telah terbangun 1 Petani kakao/anggota subak Sasaran utama program, peran yang telah diberikan : pelaksana seluruh tahapan program kakao lestari, implementasi/pelaksana proses GAP, GMP, dalam tata rantai pemasaran bersama, melakukan panen, sortir dan penyetoran biji basah ke subak/uph Melakukan proses pencatatan seluruh aktivitas kebun dan panen dituangkan dalam buku catatan kebun/farm diary Pendukung utama dan mengambil peran yang paling strategis dalam tata rantai pemasaran bersama di bawah payung kordinasi koperasi. 2 Subak dan UPH Secara kelembagaan memiliki peran strategis dalam memfasilitasi/mengorganisasi petani untuk melakukan perubahan secara bertahap maju Subak secara kelembagaan mulai berbenah terutama dari sisi peranannya dalam palemahan (ekonomi produktif), salah satu indikasi nyata adalah mulai dibangun dan diperkuat berbagai aktivitas unit usaha (koperasi, olah fermentasi ataupun unit simpan pinjam) UPH (Unit Pengolahan Hasil) memberikan kontribusi besar selama proses pelaksanaan program dalam olah fermentasi (peningkatan kualitas), proses sortasi, penguatan UPH dalam berbagai proses pelatihan dan menanamkan pondasi semangat bersama. Pelaksana kemampu telusuran di tingkat subak/uph 3 Koperasi Kerta Semaya Sebagai pemegang sertifikat (certification holder) Samaniya (KSS) Pemegang kendali seluruh administrasi/dokumen di tingkat C Sesuai fungsinya sebagai pemegang sertifikat, koperasi selama ini telah mengambil peran untuk membangun 29

kerjasama pemasaran langsung dengan pihak pabrik (PT. Papandayan Cocoa Industry Barry Callebaut) Memberikan informasi terkait dengan pelaksanaan program sertifikasi meliputi informasi tentang GAP, GMP, GHP dan pengolahan pasca panen yang baik dan benar Membangun komunikasi yang intensif dengan berbagai pihak eksternal (pemerintah, DPRD dan berbagai pihak lain yang relevan terhadap pelaksanaan program). 4 Dinas Perkebunan Kabupaten Jembrana Memfasilitasi pelaksanaan demplot kebun di 22 subak peserta sertifikasi Memfasilitasi berbagai pelatihan di tingkat subak dan petani Memberikan dukungan pendanaan untuk survailance untuk tahun ke 3 Membangun komunikasi yang intensif dengan dinas/instansi terkait lainnya (Bappeda, Dinas Koperasi, Ekbangsos dll) 4 Dinas Koperasi Kabupaten Jembrana Memfasilitasi masalah perijinan dan administrasi lainnya terkait dengan aspek legalitas koperasi Memberikan pelatihan terkait dengan manajemen koperasi Memfasilitasi Koperasi Kerta Semaya Samaniya dalam membangun akses perbankan/permodalan 5 Dinas Perkebunan Provinsi Bali Memfasilitasi berbagai pelatihan di tingkat petani yang berkaitan dengan GAP, GMP dan GHP Memberikan dukungan pendanaan untuk survailance di tahun ke 2 Membangun komunikasi intensif dengan Departemen Pertanian dalam pengembangan program kakao lestari secara berkelanjutan. Sumber : Hasil Analisa 30

Tantangan yang dihadapi selama ini dalam pelaksanaan program UTZ Sertifikasi Kakao Lestari. Berdasarkan pemetaan terkait dengan beberapa tantangan yang dihadapi oleh semua komponen peserta diskusi adalah : No Tahapan Proses Tantangan 1 GAP Jumlah petani dampingan yang cukup banyak, memberikan tantangan tersendiri untuk proses GAP di lapangan terutama sanitasi tanaman dan lingkungan (pemangkasan, pemanenan buah kakao yang hitam). Umur tanaman yang sudah kurang produktif (rata-rata di atas 20 tahun) Belum semua petani mau dan mampu melakukan sambung samping atau proses peremajaan tanaman yang sudah tua, sehingga berpengaruh terhadap hasil. Belum maksimal nya input pupuk sehingga berpengaruh pada bean count 2 Pasca Panen (khusus Rendahnya input pupuk sehingga berdampak pada kurang proses fermentasi biji maksimalnya kualitas bean count terutama pada saat kakao basah), GMP dan GHP. panen tahap akhir, sehingga hal ini berdampak pada terputusnya proses olah fermentasi di panen ke dua (akhir tahun) Belum semua produksi kakao basah dari petani dapat diolah di tingkat UPH/subak Beberapa petani masih memiliki keterikatan hutang dengan tengkulak, sehingga kakao basah belum bisa diserahkan sepenuhnya ke subak/uph Masih belum maksimalnya pemahaman petani tentang proses sortasi biji kering tahap akhir sesuai dengan standart SNI/spesifikasi pabrik. Hal ini mewajibkan koperasi harus melakukan proses control kualitas tahap akhir untuk meminimalisasi pengurangan margin. Pendanaan untuk pelaksanaan pelatihan GMP secara kontinyu setiap tahunnya untuk memastikan semua subak peserta program sertifikasi dapat memahami spesifikasi kualitas dengan baik Proses kemamputelusuran tata niaga/tata alir produk biji 31

kakao basah maupun kering belu dapat dilakukan secara maksimal sehingga perlu proses pendampingan dan pelatihan yang intensif 4 Kelembagaan (subak dan koperasi) Ketersediaan modal di tingkat subak dan koperasi belum maksimal untuk membeli biji kakao basah maupun kering dari petani atau subak/uph Penguatan kelembagaan Subak dan koperasi harus dilakukan secara berkelanjutan Proses kemamputelusuran tata niaga/tata alir produk biji kakao basah maupun kering belum dapat dilakukan secara maksimal sehingga perlu proses pendampingan dan pelatihan yang intensif Penguatan Subak/UPH dari sisi pengembangan ekonomi produktif (palemahan dan pawongan, jika dilihat dari Konsep Tri Hita Karana). 5 Alih fungsi vegetasi Alih fungsi vegetasi/tanaman kakao dengan tanaman keras (sengon, jati, kajimas dll) menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan program Meskipun alih fungsi vegetasi saat ini mencapai 10% dari sebaran lahan secara keseluruhan, tetapi kondisi ini patut untuk diantisipasi agar tidak meluas Terkait dengan trend alih fungsi vegetasi ini, tantangan paling besar saat ini bagaimana upaya membangun kegairahan petani kakao untuk merawat kembali kebun sebagai tabungan abadi/lestari. 6 Keterlibatan perempuan Peranan perempuan dalam proses budidaya/ on farm sampai dengan pasca panen, sangat tinggi. Tetapi peranan perempuan dalam pengambilan keputusan di tingkat subak, masih sangat rendah. Dalam struktur kepengurusan subak/uph, posisi perempuan belum menunjukkan posisi yang strategis. Eksistensi perempuan petani kakao selama ini terfasilitasi dari lembaga KWT (Kelompok Wanita Tani) yang arahnya lebih pada proses diversifikasi produk olahan, peran inilah yang harus diperkuat sehingga mampu memberikan posisi tawar keterlibatan perempuan dalam posisi yang strategis. Upaya-upaya membangun akses keterlibatan perempuan dalam team ICS dan team strategis lainnya dalam program 32

kakao lestari wajib untuk diperkuat 7 Membangun komunikasi yang intensif Sumber : Hasil Analisa Membangun komunikasi yang intensif antar dinas/instansi terkait perlu dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Membangun korelasi program yang sinergis merupakan salah satu harapan dari program ini, sehingga terbangun kekuatan besar untuk memberikan dukungan yang kuat dalam mendorong tumbuh dan berkembangnya komoditi kakao di Kabupaten Jembrana. Secara riil harus diakui bahwa, alih vegetasi di beberapa lahan produktif petani kakao merupakan salah satu indikasi bahwa komunikasi antar dinas teknis belum terbangun dengan baik. Beberapa catatan penting yang menjadi pembahasan utama dalam diskusi ini oleh segenap stakeholder yang hadir adalah : 1. Pentingnya keberlanjutan program kakao lestari, sehingga kebutuhan akan pendampingan juga menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari perjalanan program. 2. Upaya untuk melanjutkan program dengan membangun komunikasi yang intensif dengan berbagai komponen baik pemerintah, swasta, lembaga donor internasional, lembaga perbankan dan lembaga terkait lainnya. 3. Pentingnya dukungan yang berlanjut dari para pimpinan daerah (pengambil kebijakan) dalam memberikan dukungan kebijakan untuk kebelanjutan program 4. Komunikasi yang intensif harus dibangun dengan dinas/instansi terkait lainnya. Misalnya jika dilihat dalam kasus maraknya tingkat alih fungsi vegetasi dari pohon kakao ke tanaman keras lainnya, kesepahaman dan dukungan program harus dibangun secara sinergis dengan Dinas Kehutanan Kabupaten Jembrana. 5. Komitmen dan dukungan dari subak abian dan petani dalam membangun keberlanjutan pemasaran bersama juga menjadi hal penting lainnya. 33

3.2 Pemetaan Partisipatif Pengumpulan data secara partisipatif dilakukan melalui proses FGD di tingkat subak terkait dengan perkembangan kakao lestari. Berdasarkan data-data yang berkaitan dengan non spasial dan data spasial yang terkait dengan sebaran potensi kakao dan digali kembali dalam proses FGD maka dihasilkan kesimpulan sebagai berikut : Dalam proses FGD dihasilkan transek alur perjalanan program yang disajikan dalam tabel dibawah ini. Secara umum hasil yang dibahas adalah bagaimana proses GAP dapat berjalan dengan baik sehingga harapan peningkatan hasil produksi dan pendapatan dapat meningkat secara bertahap maju. Subak Abian Dwi Mekar Proses FGD dilaksanakan dengan melibatkan perwakilan dari anggota subak dan perwakilan dari kelompok perempuan. Hasil dari masing-masingsubak terangkum dalam tabel alur perkembangan kakao dan analisa peta/spasial. Subak Abian Merta Pala Proses FGD terselenggara dengan balutan nuansa adat. Beberapa hal penting yang muncul dari proses FGD adalah : alur sejarah perkembangan komoditi kakao dan ketegasan pemerintah dalam membatasi alih fungsi lahan dan konversi tanaman kakao menjadi tanaman keras lainnya. Subak Abian Manggala Sari Diskusi yang berkembang berkaitan dengan harapan keberlanjutan program. 34

Merta Nadi Pendem Sebagai subak abian yang baru tergabung dalam program Kakao Lestari, diskusi/fgd banyak berkembang berkaitan dengan transek alur perkembangan kakao da harapan terkait dengan keberlanjutan program kakao lestari Pala Werdi Secara detail hasil FGD tertuang dalam tabel dan analisa peta secara spasial. Sebagai subak abian yang baru tergabung dalam program Kakao Lestari, diskusi/fgd banyak berkembang berkaitan dengan transek alur perkembangan kakao da harapan terkait dengan keberlanjutan program kakao lestari Sari Buana Sebagai subak abian yang baru tergabung dalam program Kakao Lestari, diskusi/fgd banyak berkembang berkaitan dengan transek alur perkembangan kakao da harapan terkait dengan keberlanjutan program kakao lestari Sari Bumi Tuwed Sebagai subak abian yang baru tergabung dalam program Kakao Lestari, diskusi/fgd banyak berkembang berkaitan dengan transek alur perkembangan kakao dan harapan program 35

Sari Merta Sebagai subak abian yang baru tergabung dalam program Kakao Lestari, diskusi/fgd banyak berkembang berkaitan dengan transek alur perkembangan kakao. 36

Tabel10 TRANSEK ALUR SEJARAH PERKEMBANGAN KOMODITI KAKAO DI KABUPATEN JEMBRANA Kecamatan Desa Subak Abian Perjalanan Program 1 2 3 4 Melaya Sari Mumbul Nusasari Padma Sari Melaya Candikusuma Taman Sari Tuwed Sari Bumi Candikusuma Moding Sari Candikusuma Sari Buana Negara Jembrana Kaliakah Kel Pendem Carang Sari Merta Nadi Baler Bale Agung Kel Batu Agung Manggala Sari Sari Mertha Mendoyo Poh Santen Poh Santen Yehembang Kauh Yehembang Kauh Yehembang Kauh Yehembang Kauh Yehembang Kauh Yehembang Kangin Pala Werdi Dwi Mekar Amerta Nadi Anggrek Wangi Merta Pala Sekar Wangi Lokasari Amerta Taman Sari Mulai menanam kakao tahun 1980an. Pertumbuhan pesat sampai tahun 1999, serangan hama dan penyakit tidak terlalu tinggi. Kakao mencapai masa puncak pada tahun ini dan mapu memberikan sumber penghidupan yang tinggi bagi masyarakatnya. Tahun 1982, kakao dianjurkan oleh Dinas Perkebunan. Pertumbuhan sangat pesat, tidak ada serangan penyakit hingga puncaknya di tahun 1999. Memasuki tahun 2000, mulai muncul penyakit, serangan PBK. Petani masih bertahan, dibantu pihak dinas dan LSM. PBK menyerang selama ± 3 tahun berturut-turut. Semakin lama mulai ada anjuran dan pelatihan untuk melakukan pemeliharaan kakao. Sehingga tahun 2005, setelah ada pemeliharaan, produksi mulai meningkat lagi dan bertahan. Disaat diberikan pupuk, hasil lebat. Namun akibat serangan hama terus menerus, umur tanaman semakin tua dan kurang pemupukan karena kekurangan modal, tanaman belum pulih total dari penyakit dan masih rentan penyakit. Produksi menurun kembali. Sejak tahun 2009 terjadi anomali iklim, perubahan cuaca ekstrim. Musim panas yang terlalu panjang kemudian disusul hujan yang sangat tinggi. Serangan PBK semakin meluas dan banyak bakal buah yang busuk, gagal bunga. Penurunan hasil yang drastis hingga tahun 2011. Pada tahun 2011, digalakkan Gertakdal, Gernas dan program sertifikasi. Bantuan dari dinas berupa alat dan rumah semut yang akan merupakan predator alami untuk hama helopeltis dan PBK. Program sertifikasi ini program terpanjang yaitu 4 tahun berturut-turut, perbaikan cara penanganan kakao dari hulu sampai hilir dan menjamin pasar dengan harga yang tinggi sesuai kualitas hasil. Penyakit semakin berkurang ± 50 %. Peningkatan produksi berangsur meningkat secara signifikan sampai saat ini. Akibat serangan hama yang terus menerus, ada juga beberapa kelompok petani yang beralih fungsi vegetasi sejak tahun 2006. Jenis yang ditanam adalah tanaman keras seperti sengon, jimas dan jati jumlahnya ± 10 %. Biasanya daerah-daerah yang tidak cocok untuk kakao seperti daerah miring dan tidak terjangkau untuk kakao ditanami tanaman keras tersebut. Yehembang Kangin Udiana Sari Pekutatan Pulukan Pekutatan Gumbrih Karya Dharma Bakti Kerta Laksana Merta Nadi 5 Kec 14 Desa 22 SA Sumber : hasil Analisa Serangan PBK ke arah timur (Kecamatan Pekutatan) lebih lambat dibandingkan dengan wilayah barat. Beberapa faktor yang menyebabkan adalah gugusan pegunungan yang membentang ke arah Buleleng, menyebabkan iklim mikro sedikit lebih lembab. Serangan PBK cukup tinggi dan proses recovery cukup lambat di kecamatan ini. Topografi yang curam, usia tanam yang sudah tidak/tua, sangat berpengaruh terhadap upaya recovery. Rendahnya kesadaran petani untuk melaksanakan GAP dengan baik juga sebagai faktor andil akan lambatnya penanganan serangan PBK dan penyakit lainnya. 37

Bagian 4 Rencana Aksi Diskusi rencana aksi ini dimaksudkan untuk menyusun rencana besar Program Kakao Lestari Kabupaten Jembrana dan pembangunan perkebunan khususnya komoditas kakao di Kabupaten Jembrana. Dengan demikian siapapun nantinya yang akan meneruskan kepemimpinan Jembrana ke depan sudah memiliki arah kebijakan / direction dalam mengembangkan sektor unggulan/ komoditi unggulan Kabupaten Jembrana. Dengan demikian harapan untuk mewujudkan Kakao Lestari dan Berkelanjutan dapat tercapai, terjaga dan kongkrit terbangun kontribusi dari semua komponen Penyampaian Review Hasil Diskusi Pemetaan Awal Penyampaian beberapa hasil diskusi sebelumnya sebagai bahan untuk proses diskusi lebih lanjut sehingga terbangun kesatuan program yang sinergi. Point penting yang banyak diulas adalah tentang komitmen keberlanjutan dari semua pihak yang terlibat sejak awal program Kakao Lestari sampai dengan tahap ini. Untuk selanjutnya, sebelum melakukan dan membuat rencana aksi perlu disepakati bersama dari beberapa tema (on farm, kelembagaan, off farm serta market dan distribusi) dan table Tantangan yang dihadapi seiring perjalanan program, menjadi 2 (titik) kunci dalam pembahasan rencana aksi. 38

Pembagian Kelompok berdasarkan tantangan yang dihadapi (hasil diskusi pada saat pemetaan awal) : Kelompok GAP, GMP dan GHP No Tahapan Proses Tantangan 1 GAP Jumlah petani dampingan yang cukup banyak, memberikan tantangan tersendiri untuk proses GAP di lapangan terutama sanitasi tanaman dan lingkungan (pemangkasan, pemanenan buah kakao yang hitam). Umur tanaman yang sudah kurang produktif (rata-rata di atas 20 tahun) Belum semua petani mau dan mampu melakukan sambung samping atau proses peremajaan tanaman yang sudah tua, sehingga berpengaruh terhadap hasil. Belum maksimal nya input pupuk sehingga berpengaruh pada bean count 2 Pasca Panen (khusus proses fermentasi biji kakao basah), GMP dan GHP. Rendahnya input pupuk sehingga berdampak pada kurang maksimalnya kualitas bean count terutama pada saat panen tahap akhir, sehingga hal ini berdampak pada terputusnya proses olah fermentasi di panen ke dua (akhir tahun) Belum semua produksi kakao basah dari petani dapat diolah di tingkat UPH/subak Beberapa petani masih memiliki keterikatan hutang dengan tengkulak, sehingga kakao basah belum bisa diserahkan sepenuhnya ke subak/uph Masih belum maksimalnya pemahaman petani tentang proses sortasi biji kering tahap akhir sesuai dengan standart SNI/spesifikasi pabrik. Hal ini mewajibkan koperasi harus melakukan proses control kualitas tahap akhir untuk meminimalisasi pengurangan margin. Pendanaan untuk pelaksanaan pelatihan GMP secara kontinyu setiap tahunnya untuk memastikan semua subak peserta program sertifikasi dapat memahami spesifikasi kualitas dengan baik Proses kemamputelusuran tata niaga/tata alir produk biji kakao basah maupun kering belu dapat dilakukan secara maksimal sehingga perlu proses pendampingan dan pelatihan yang intensif Hasil diskusi dengan kelompok GAP di capai beberapa input/masukan menarik untuk dijalankan secara bersama-sama dalam rencana aksi. No Tantangan Rencana Aksi 1 Jumlah petani dampingan yang cukup banyak, memberikan tantangan tersendiri untuk proses GAP di lapangan terutama sanitasi tanaman dan lingkungan (pemangkasan, pemanenan buah kakao yang hitam). Optimalisasi peran ICS dan Kelihan (Ketua) Subak dalam proses pendampingan di tingkat petani Surat penegasan/penunjukkan tentang peran PPL dalam memfasilitasi program Kakao Lestari Evaluasi rutin team ICS, Dinas Perkebunan, koperasi dan pedamping, minimal aktivitas ini dilaksanakan 1 bulan sekali Mempertegas evaluasi pelaksanaan demplot agar mampu memberikan dampak riil terhadap 39

2 Umur tanaman yang sudah kurang produktif (rata-rata di atas 20 tahun) 3 Belum semua petani mau dan mampu melakukan sambung samping atau proses peremajaan tanaman yang sudah tua, sehingga berpengaruh terhadap hasil. 4 Belum maksimal nya input pupuk sehingga berpengaruh pada bean count minat petani untuk mengimplementasikan GAP dengan baik. Dampak demplot, secara visual dapat dilihat oleh petani lain sehingga mampu memberikan motivasi. Cara ini cukup efektif untuk menyadarkan pentingnya sanitasi untuk meningkatkan hasil (jika dikaitkan dengan COC, beberapa pasal krusial tentang sanitasi pasal 7, 12 dapat diadopsi oleh petani dengan baik). Membangun gerakan penyadaran pentingnya peremajaan tanaman melalui sambung pucuk dan sambung samping. Pentingnya pelatihan dan pendampingan yang intensif Pelatihan GAP, optimalisasi SL dan pendampingan intensif oleh semua pihak Input pupuk kandang sangat optimal dilakukan, melihat kultur petani kakao di Jembrana hampir sebagian besar memelihara ternak di areal kebun masing-masing. Pelatihan input pupuk yang benar sesuai dengan dosis yang disarankan menjadi kebutuhan penting dalam pelatihan GAP, demikian pula halnya dengan pelatihan GMP dan GHP terkait dengan upaya subak/uph dan koperasi akan melakukan kerjasama pemasaran secara berkelanjutan. 40

No Tahapan Proses Tantangan 1 Kelembagaan (subak dan koperasi) Ketersediaan modal di tingkat subak dan koperasi belum maksimal untuk membeli biji kakao basah maupun kering dari petani atau subak/uph Penguatan kelembagaan Subak dan koperasi harus dilakukan secara berkelanjutan Proses kemamputelusuran tata niaga/tata alir produk biji kakao basah maupun kering belum dapat dilakukan secara maksimal sehingga perlu proses pendampingan dan pelatihan yang intensif Penguatan Subak/UPH dari sisi pengembangan ekonomi produktif (palemahan dan pawongan, jika dilihat dari Konsep Tri Hita Karana). 2 Keterlibatan perempuan Peranan perempuan dalam proses budidaya/ on farm sampai dengan pasca panen, sangat tinggi. Tetapi peranan perempuan dalam pengambilan keputusan di tingkat subak, masih sangat rendah. Dalam struktur kepengurusan subak/uph, posisi perempuan belum menunjukkan posisi yang strategis. Eksistensi perempuan petani kakao selama ini terfasilitasi dari lembaga KWT (Kelompok Wanita Tani) yang arahnya lebih pada proses diversifikasi produk olahan, peran inilah yang harus diperkuat sehingga mampu memberikan posisi tawar keterlibatan perempuan dalam posisi yang strategis. Upaya-upaya membangun akses keterlibatan perempuan dalam team ICS dan team strategis lainnya dalam program kakao lestari wajib untuk diperkuat Hasil diskusi dengan kelompok kelembagaan, beberapa input/masukan menarik untuk dijalankan secara bersama-sama dalam rencana aksi. No Tantangan Rencana Aksi 1 Ketersediaan modal di tingkat subak dan koperasi belum maksimal untuk membeli biji kakao basah maupun kering dari petani atau subak/uph Penguatan kelembagaan Subak dan koperasi harus dilakukan secara berkelanjutan Proses kemamputelusuran tata niaga/tata alir produk biji kakao basah maupun kering belum dapat dilakukan secara maksimal sehingga perlu Riil sangat diperlukan pelatihan manajemen kemampu telusuran khusus untuk administrasi tingkat subak/uph dan koperasi Tahun 2014 penguatan modal dari Bank BPD untuk dukungan koperasi harus terealisasi Merger/proses penggabungan beberapa UPH yang selama ini belum efektif dan optimal dengan UPH yang stabil sehingga terjadi proses pembelajaran. 41

proses pendampingan dan pelatihan yang intensif Penguatan Subak/UPH dari sisi pengembangan ekonomi produktif (palemahan dan pawongan, jika dilihat dari Konsep Tri Hita Karana). 2 Peranan perempuan dalam proses budidaya/on farm sampai dengan pasca panen, sangat tinggi. Tetapi peranan perempuan dalam pengambilan keputusan di tingkat subak, masih sangat rendah. Dalam struktur kepengurusan subak/uph, posisi perempuan belum menunjukkan posisi yang strategis. Eksistensi perempuan petani kakao selama ini terfasilitasi dari lembaga KWT (Kelompok Wanita Tani) yang arahnya lebih pada proses diversifikasi produk olahan, peran inilah yang harus diperkuat sehingga mampu memberikan posisi tawar keterlibatan perempuan dalam posisi yang strategis. Upaya-upaya membangun akses keterlibatan perempuan dalam team ICS dan team strategis lainnya dalam program kakao lestari wajib untuk diperkuat Penambahan team ICS khusus perempuan, terbukti selama 3 tahun proses ditemukan beberapa local champion perempuan yang cukup tangguh dalam menyuarakan perubahan di tingkat GAP dan GMP (Bu Luh Sri Kareni, Ni Komang Nandri) Pendampingan dan pelatihan untuk peningkatan kapasitas KWT dalam pengembangan ekonomi produktif Mengembangkan kebun demplot yang dikelola sepenuhnya oleh perempuan, sebagai sebuah pembelajaran tentang keseimbangan peran Membentuk team kelompok perempuan (gabungan dari beberapa subak) untuk membentuk team perempuan penggerak perubahan strong women, strong nation. Perempuan ini akan mendapatkan akses yang sama terhadap semua pelatihan. Diskusi menarik di Subak Moding Sari telah memberikan spirit baru bahwa perempuan memerlukan pelatihan teknis seperti sambung samping dan sambung pucuk untuk dapat memberikan kontribusi riil minimal di kebun sendiri maupun berpartisipasi dalam programprogram yang lebih luas. 42

No Tahapan Proses Tantangan 1 Alih fungsi vegetasi Alih fungsi vegetasi/tanaman kakao dengan tanaman keras (sengon, jati, kajimas dll) menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan program Meskipun alih fungsi vegetasi saat ini mencapai 10% dari sebaran lahan secara keseluruhan, tetapi kondisi ini patut untuk diantisipasi agar tidak meluas Terkait dengan trend alih fungsi vegetasi ini, tantangan paling besar saat ini bagaimana upaya membangun kegairahan petani kakao untuk merawat kembali kebun sebagai tabungan abadi/lestari. 2 Membangun komunikasi yang intensif Membangun komunikasi yang intensif antar dinas/instansi terkait perlu dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Membangun korelasi program yang sinergis merupakan salah satu harapan dari program ini, sehingga terbangun kekuatan besar untuk memberikan dukungan yang kuat dalam mendorong tumbuh dan berkembangnya komoditi kakao di Kabupaten Jembrana. Secara riil harus diakui bahwa, alih vegetasi di beberapa lahan produktif petani kakao merupakan salah satu indikasi bahwa komunikasi antar dinas teknis belum terbangun dengan baik. Hasil diskusi dengan kelompok sinergitas program, beberapa input/masukan menarik untuk dijalankan secara bersama-sama dalam rencana aksi. No Tantangan Rencana Aksi 1 Alih fungsi vegetasi/tanaman kakao dengan tanaman keras (sengon, jati, kajimas dll) menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan program Meskipun alih fungsi vegetasi saat ini mencapai 10% dari sebaran lahan secara keseluruhan, tetapi kondisi ini patut untuk diantisipasi agar tidak meluas Terkait dengan trend alih fungsi Satu-satu nya cara untuk menekan alih fungsi lahan dan alih vegetasi adalah membuat komoditi ini menjadi bergengsi dan menarik dari sisi harga. Cara yang paling tepat adalah membangun akses pasar langsung (direct market) dengan pabrik sehingga dapat diperoleh harga tinggi. Kerjasama pasar yang sudah dibangun saat ini, wajib untuk dipertahankan dan dilanjutkan. Pengembangan klon-klon unggulan setempat 43

vegetasi ini, tantangan paling besar saat ini bagaimana upaya membangun kegairahan petani kakao untuk merawat kembali kebun sebagai tabungan abadi/lestari. 2 Membangun komunikasi yang intensif antar dinas/instansi terkait perlu dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Membangun korelasi program yang sinergis merupakan salah satu harapan dari program ini, sehingga terbangun kekuatan besar untuk memberikan dukungan yang kuat dalam mendorong tumbuh dan berkembangnya komoditi kakao di Kabupaten Jembrana. sangat dibutuhkan Sinkronisasi program dan kordinasi antar dinas terkait untuk membangun program yang sinergis. Komunikasi ini dapat dibangun dengan diskusi, evaluasi, kordinasi sinergitas program. Secara riil harus diakui bahwa, alih vegetasi di beberapa lahan produktif petani kakao merupakan salah satu indikasi bahwa komunikasi antar dinas teknis belum terbangun dengan baik. 44

Tambahan input penting lainnya yang dapat dirangkum dalam diskusi rencana aksi ini adalah : 1. Pentingnya proses pembelajaran secara terus menerus (continous learning) antara petani, antara lembaga dan antar pelaku program. 2. Pentingnya dokumentasi/publikasi sebagai bukti rekam jejak proses perjuangan petani kakao, subak, koperasi, pendamping, pemerintah dan pihak lain yang telah membantu pelaksanaan proses selama ini. Publikasi diperlukan bukan dalam rangka pamer program tetapi lebih pada semangat berbagi proses pembelajaran penting yang telah digali, dijalani dan dirasakan manfaatnya oleh petani dan koperasi selama ini (lesson learn). Ide yang tercetus dari proses tersebut adalah rencana pelaksanaan Jembrana Kakao Festival, sebuah ajang festival dari petani, oleh petani dan untuk sesama petani. Sebuah wadah dimana spirit kakao akan dibangun dan setiap insan petani kakao masih memiliki sisa kebanggaan bahkan membangun kembali kebanggaan akan komoditi kakao agar lestari di bumi Jembrana dan bumi nusantara pada umumnya. Proses perjuangan petani kakao Jembrana selama 3 (tiga) tahun perlu diapresiasi dalam momemt special namun sarat akan nuansa berbagi. 3. Terkait dengan rencana Jembrana Kakao Festival dan proses evaluasi serta pembelajaran yang terus menerus (continous learning), diperlukan metoda khusus untuk merekam dan menganalisa perubahan yang terjadi terutama pada petani kakao sebagai sasaran utama pelaksanaan program. Perubahan tersebut nyata adanya dan dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran untuk petani itu sendiri dan petani kakao lainnya. Foto atau visual secara riil menggambarkan perubahan yang dapat terekam. A Picture tells a thousand word..sebuah gambar dapat menceritakan ribuan kata. Harapan besar dengan ribuan kata dan perpaduan warna dapat memberikan inspirasi untuk petani lain dalam melakukan perubahan. Foto perubahan ini diharapkan dapat menjadi bagian dari pelaksanaan festival sehingga petani kakao dapat menjadi actor dalam kerya mereka sendiri. 45

Beberapa penegasan informasi dan membangun kesepakatan dan kesepahaman program terutama berkaitan dengan tata niaga/pemasaran bersama juga dibangun dalam diskusi ini. Pemahaman kemamputelusuran erat kaitannya dengan pemahaman tata alur pemasaran. Beberapa diagram dibawah ini merupakan bagian dai rencana aksi yang harus dibangun secara terus menerus dengan petani, subak maupun UPH sehingga terbangun pola pemahaman yang sama dalam memandang pelaksanaan program,. 46

SKEMA ALUR PROSES PRODUK KAKAO SERTIFIKASI UTZ PADA KOPERASI KERTA SEMAYA SAMANIYA DI KABUPATEN JEMBRANA Petani peserta sertifikasi UTZ kakao, menyetor hasil kakao basah ke masing-masing subak abian. Penyetoran hasil biji kakao basah dilakukan secara kolektif dengan pengaturan jadwal setor yang disesuaikan dengan jadwal pengolahan kakao fermentasi di masing-masing UUP yang ditunjuk yang dikoordinasi oleh subak abain. Biji kakao basah di sortasi untuk memilih biji kakao basah yang baik dan berkualitas. Selanjutnya Subak Abian secara kolektif menyerahkan biji kakao basah ke UUP (Unit Usaha Produktif) yang ditunjuk berdasarkan lokasi/area terdekat untuk dilaksanakan proses fermentasi. Pada Proses ini dilakukan pencatatan asal biji kakao (nama petani), kuantitas biji beserta harganya. Di UUP, proses fermentasi dilakukan dengan pengawasan yang ketat sesuai dengan standar teknis pengolahan dan code of conduct dari sertifikasi UTZ. Pada Proses inipun dilakukan pencatatan asal biji kakao basah (nama subak abian), kuantitas biji basah beserta harganya. Dan hasil biji kakao fermentasi tersebut, dicatat berdasarkan subak abian beserta kuantitasnya untuk disetor ke Koperasi Kakao Kerta Samaya Samaniya. Koperasi Kerta Samaya melakukan penimbangan, sortasi biji fermentasi dan pengemasan produk berlabel UTZ. Pada Proses ini dilakukan pencatatan asal biji kakao fermentasi (nama UUP) kuantitas kakao fermentasi beserta harganya. Proses Kakao Sertifikasi UTZ harus keluar lewat satu pintu yaitu Koperasi Kerta Samaya Samaniya selaku pemegang sertifikasi (Sertification Holders) PETANI PESERTA SERTIFIKASI UTZ PETANI PESERTA SERTIFIKASI UTZ PETANI PESERTA SERTIFIKASI UTZ PETANI PESERTA SERTIFIKASI UTZ SUBAK ABIAN A SUBAK ABIAN B UNIT USAHA PRODUKTIF (UUP) 1 Berada di subak abian yang telah memiliki usaha pengolahan fermentasi KOPERASI KAKAO KERTA SEMAYA SAMANIYA sekaligus juga berperan sebagai PETANI PESERTA SERTIFIKASI UTZ PETANI PESERTA SERTIFIKASI UTZ SUBAK ABIAN C UNIT USAHA PRODUKTIF (UUP) 2 UNIT USAHA PRODUKTIF (UUP) 3 PETANI PESERTA SERTIFIKASI UTZ SUBAK ABIAN D 47

SKEMA UNIT USAHA YANG DILAKUKAN KOPERASI KAKAO KERTA SEMAYA SAMANIYA PETANI PESERTA SERTIFIKASI UTZ PETANI PESERTA SERTIFIKASI UTZ PETANI PESERTA SERTIFIKASI UTZ PETANI PESERTA SERTIFIKASI UTZ SUBAK ABIAN A SUBAK ABIAN B UNIT USAHA PRODUKTIF Berada di subak abian yang telah memiliki usaha pengolahan fermentasi KOPERASI KAKAO KERTA SAMAYA SAMANIYA sekaligus juga berperan sebagai Produk Olahan Primer dengan nilai tambah yang tinggi. Kakao Fermentasi Sertifikasi UTZ di jual ke buyer dengan harga premium PETANI NON SERTIFIKASI PETANI NON SERTIFIKASI PETANI NON SERTIFIKASI PETANI NON SERTIFIKASI SUBAK ABIAN A SUBAK ABIAN B Garis pemisah produk kakao UNIT USAHA PRODUKTIF UNIT USAHA PRODUKTIF (UUP) KAKAO FERMENTASI NON SERTIFIKASI Kakao Fermentasi Non Sertifikasi di olah menjadi produk olahan sekunder. 1. Bubuk Coklat 2. Minuman Coklat 3. Aneka kue Coklat 4. Permen Coklat PETANI NON SERTIFIKASI Produk Olahan sekunder yang juga memiliki nilai tambah yang tinggi. 48

SKEMA EKONOMI PRODUKTIF PETANI KAKAO DESA NUSASARI KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA POTENSI SUMBER DAYA ALAM (Tanaman Perkebunan Kakao) PETANI KAKAO (Penyediaan Bahan Baku) SUBAK ABIAN PADMA SARI (Quality control kakao petani) KOPERASI KAKAO KERTA SAMAYA SAMANIYA (Proses Pengolahan Fermentasi) PENGOLAHAN PRIMER (Bahan Baku Kakao Fermentasi) Fermentasi Sertifikasi UTZ Fermentasi Non Sertifikasi UTZ Penjualan Bahan Baku Kakao Fermentasi sertifikasi UTZ dengan HARGA PREMIUM PENGEMBANGAN EKONOMI PRODUKTIF 1. Menumbuhkan semangat petani untuk meningkatkan hasil (kuantitas dan kualitas). 2. Mendapatkan harga bahan baku premium. 3. Meningkatkan pendapatan masyarakat petani kakao di Desa Nusasari. PENGOLAHAN SEKUNDER (Produk Olahan Kakao Fermentasi) PENGEMBANGAN EKONOMI PRODUKTIF 1. Pemasaran hasil produk olahan kakao. 2. Pembuatan aneka makanan/kue dan minuman berbahan baku coklat. 3. Pengembangan Desa Nusasari sebagai pusat sentra penghasil coklat, mulai dari hulu sampai hilir. Dari budidaya tanaman kakao sampai kepada produk jadi siap saji berbahan baku coklat. 4. Desa Nusasari merupakan desa penghubung dengan Desa Wana Wisata Ekasari, sehingga hal ini menjadi potensi yang besar untuk memasarkan produk kakao khas Jembrana. 5. Meningkatkan pendapatan masyarakat secara umum di Desa Nusasari 49

SUBAK ABIAN PADMASARI (KSS.015) SUBAK ABIAN TAMAN SARI (KSS.014) SUBAK ABIAN MANGGALA SARI (KSS.013) SUBAK ABIAN CARANGSARI (KSS.018) UPH KOPERASI KSS UPH TAMAN SARI UPH CARANG SARI SUBAK ABIAN DWI MEKAR (KSS.012) SUBAK ABIAN AMERTA NADI (KSS.001) SUBAK ABIAN ANGGREK WANGI SUBAK (KSS.002) ABIAN MERTA PALA (KSS.003) SUBAK ABIAN SEKAR WANGI (KSS.004) SUBAK ABIAN LOKASARI (KSS.006) SUBAK ABIAN AMERTA SARI (KSS.007) SUBAK ABIAN NYIWI AMERTA (KSS.008) SUBAK ABIAN AMERTA TAMAN SARI (KSS.009) SUBAK ABIAN MERTA MUMBUL (KSS.010) SUBAK ABIAN UDIANA SARI (KSS.011) UPH DWI MEKAR UPH AMERTA NADI UPH MERTA PALA UPH SEKAR WANGI UPH LOKASARI SUBAK ABIAN MERTA NADI (KSS.017) SUBAK ABIAN KERTA LAKSANA (KSS.016) UPH MERTA NADI KOPERASI KAKAO KERTA SAMAYA SAMANIYA BUYERS (PEMBELI) 50