BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki standar mutu pelayanannya. Dengan adanya peningkatan mutu

dokumen-dokumen yang mirip
INDIKATOR KINERJA UTAMA

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan masyarakat untuk melindungi bayi sebelum, selama dan sesudah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, maka tuntutan

LAPORAN KINERJA TRIWULANAN RSUD LAWANG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan keunggulan masing-masing agar bisa bertahan. Rumah sakit

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan jasa kesehatan. Keberhasilan sebuah rumah sakit dinilai dari mutu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Obyek yang dipilih dalam penelitian ini adalah Rumah Sakit Graha Husada

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN PROTAP PERAWATAN LUKA POST OPERASI DI RUANG CENDANA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan sebagai organisasi yang bergerak

INDIKATOR KINERJA UTAMA

RENCANA KINERJA TAHUNAN RSUD PLOSO KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 RUMUS/ FORMULA. tahun = Jumlah pasien rawat inap + Jumlah pasien rawat jalan

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

BAB I PENDAHULUAN. Penyedia pelayanan kesehatan dimasyarakat salah satunya adalah rumah sakit. Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta,

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidaknyamanan yang berkepanjangan sampai dengan kematian. Tindakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

Penampilan rumah sakit dapat diketahui dari beberapa indikator antara lain : a. Cakupan dan mutu pelayanan dilihat melalui indikator :

BAB 1 PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Kriteria pasien dikatakan mengalami infeksi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, hal itu disebabkan karena semakin tingginya kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Rekam Medis menurut Huffman EK, diagnosa dan pengobatan serta merekam hasilnya. (6)

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan dengan fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesehatan dan. mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan merupakan salah satu bentuk kinerja nyata untuk mendapatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. of Hospital Care yang dikutip Azwar (1996) mengemukakan beberapa

Penilaian pelayanan di RSUD AM Parikesit menggunakan indikator pelayanan kesehatan, adapun data indikator pelayanan dari tahun yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini perhatian terhadap infeksi nosokomial di sejumlah rumah sakit di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN PENERAPAN PROSEDUR TETAP PEMASANGAN INFUS DI RUANG RAWAT INAP RSDM SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 : PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Selain itu,

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan non profit, yaitu unit usaha yang bertujuan tidak untuk mencari

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PRAKTIK PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DIRUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

INDIKATOR KINERJA UTAMA RSUD Dr.ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat, baik kuratif maupun preventif, rumah sakit juga

BAB 1 PENDAHULUAN. melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana

BAB I PENDAHULUAN. penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (health service). Sarana Pelayanan Kesehatan merupakan tempat

BAB 1 PENDAHULUAN. mewujudkan penyembuhan dan pemulihan kesehatan secara menyeluruh.

BAB 1 : PENDAHULUAN. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nursalam, Manajemen Keperawatan, Ed 3, Salemba Medika, Jakarta, Hal : 295

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1204/Menkes/SK/X/2004. pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. (14) 340/MENKES/PER/III/2010

GAMBARAN EFFISIENSI PENGGUNAAN TEMPAT TIDUR RUANG PERAWATAN KELAS III DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TASIKMALAYA TAHUN 2011 DAN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.

2 Sumber daya manusia medis dan non medis merupakan kunci keberhasilan rumah sakit, karena rumah sakit adalah suatu bentuk organisasi yang berfungsi s

INDIKATOR KINERJA UTAMA

ANALISIS PELAKSANAAN MANAJEMEN MUTU PELAYANAN DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT ISLAM MALAHAYATI MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. obat-obatan dan logistik lainnya. Dampak negatif dapat berupa kecelakaan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi adalah Healthcare-associated Infection (HAIs). HAIs

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 1 : PENDAHULUAN. Tahun Pemerintah berkewajiban mengupayakan tersedianya pelayanan

TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI : BERKUALITAS DI SEMUA LINI PELAYANAN MISI TUJUAN SASARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari tenaga medis, tenaga paramedis dan tenaga non medis. Dari

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu proses pekerjaan yang berlangsung untuk mencapai hasil kerja

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan nasional untuk peningkatan mutu dan kinerja pelayanan. kuantitas. Tenaga keperawatan di rumah sakit merupakan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. (Sumber: diakses pada 25/04/2014 pukul WIB)

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009). Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan kesehatan,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di

Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ISSN: X, Vol.1, No.2, Oktober 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. sehat. Namun saat ini rumah sakit bukan hanya sebagai fasilitas sarana kesehatan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan

NOTULEN. Peserta rapat : Tim Akuntabilitas Kinerja: - Kepala Bagian - Kepala Bidang - Kasubag - Kasi KEGIATAN RAPAT

BAB 1 PENDAHULUAN. mengutamakan pelaksanaannya melalui upaya penyembuhan pasien, rehabilitasi dan pencegahan gangguan kesehatan. Rumah sakit berfungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat menjadi lebih selektif dalam memilih jasa pelayanan dari suatu rumah

NAMA SKPD VISI MISI TUGAS POKOK FUNGSI. a. Penyelenggaraan pelayanan medis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman modernisasi seperti sekarang ini Rumah Sakit harus mampu

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern ini kondisi persaingan antar rumah sakit di Indonesia semakin tinggi, setiap rumah sakit saling berpacu untuk memperbaiki standar mutu pelayanannya. Dengan adanya peningkatan mutu pelayanan akan meningkatkan kepuasan pasien sehingga rumah sakit akan memiliki lebih banyak pasien. Rumah sakit selaku unit pelayanan medis harus mengetahui bahwa semakin banyak pasien maka rumah sakit akan semakin sulit memberikan pelayanan kesehatan secara komprehensif. Rumah sakit yang mampu bersaing adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan medis yang berkualitas. Oleh karena itu, rumah sakit dituntut untuk terus melakukan perbaikan terutama pada kualitas pelayanannya. Hal ini dimaksudkan agar seluruh pelayanan kesehatan yang diberikan dapat meningkatkan kepuasan pasien (Herlambang dan Murwani, 2012). Standar mutu pelayanan di rumah sakit harus diperbaiki untuk meningkatkan kepuasan pasien, rumah sakit harus mempunyai standar pelayanan mutu rumah sakit. Indikator mutu pelayanan rumah sakit dapat mengacu pada indikator yang relevan berkaitan dengan struktur, proses, dan outcomes. Sebagai contoh, indikator struktur : tenaga kesehatan profesional (dokter, perawat, dan tenaga penunjang lainnya), anggaran biaya yang tersedia untuk operasional dan lain-lain, perlengkapan dan peralatan kedokteran termasuk obat-obatan, metode berupa adanya standar operasional prosedur masing-masing unit, dan sebagainya. Indikator proses berupa memberikan petunjuk tentang pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan, prosedur asuhan

2 yang ditempuh oleh tenaga kesehatan dalam menjalankan tugasnya, apakah sesuai dengan prosedur, diagnosa, pengobatan, dan sebagainya. Indikator outcomes merupakan indikator hasil daripada keadaan sebelumnya, yaitu input dan proses seperti BOR (Bed Occupancy Rate), ALOS (Average Length of Stay), TOI (Turn Over Interval), BTO (Bed Turn Over) unit cost untuk rawat jalan, jumlah penderita yang mengalami dekubitus, jumlah penderita yang jatuh dari tempat tidur dan indikator klinis seperti: angka kesembuhan penyakit, angka infeksi nosokomial, kematian pasca bedah, kematian ibu melahirkan (Maternal Death Rate), kematian bayi baru lahir (Infant Death Rate) dan sebagainya. Berbagai indikator klinis, standar mutu pelayanan kesehatan khususnya keperawatan di rumah sakit yang dapat meningkatkan kepuasan pasien adalah penilaian terhadap upaya pencegahan infeksi nosokomial yang menjadi tolak ukur mutu pelayanan suatu rumah sakit dan menjadi standar penilaian akreditasi (Tietjen, 2004). Perawat sebagai praktisi kesehatan yang dihasilkan dari pendidikan tinggi harus mampu mengetahui, mengerti dan memahami terhadap ketrampilan perawatan professional diantaranya adalah mencegah dan mengurangi kejadian infeksi nosokomial. Perawat yang sehari-hari selalu kontak dengan penderita, harus menyadari bahwa perawat adalah media perantara penularan sekaligus sebagai sumber penularan. Tindakan yang ceroboh dalam menangani material dan instrumen agar terbebas dari mikroba patogen serta ceroboh dalam menangani pasien akan berakibat merugikan pasien (Kusnanto, 2004). Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit dan menyerang penderita-penderita yang sedang dalam proses asuhan

3 keperawatan. Infeksi nosokomial terjadi karena adanya transmisi mikroba patogen yang bersumber dari lingkungan rumah sakit dan perangkatnya (Darmadi, 2008). Pengetahuan mengenai hal pencegahan infeksi nosokomial ini sangat penting bagi seluruh petugas kesehatan khususnya di rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya yang hal tersebut merupakan sarana umum yang sangat berbahaya, dalam artian rawan, untuk terjadi infeksi. Kemampuan dalam hal mencegah transmisi infeksi di rumah sakit, dan upaya pencegahan infeksi adalah tingkatan pertama dalam pemberian pelayanan kesehatan dan juga pelayanan keperawatan yang bermutu. Salah satu strategi yang sudah terbukti bermanfaat dalam pencegahan infeksi nosokomial adalah dengan cara meningkatkan pengetahuan setiap petugas kesehatan dalam metode Universal Precautions atau dalam bahasa kita adalah Kewaspadaan Universal yaitu suatu cara penanganan baru untuk meminimalkan pajanan darah dan cairan tubuh dari semua pasien, tanpa memperdulikan status infeksi (Marwoto, 2007). Perilaku pencegahan infeksi nosokomial sangat penting selain untuk mencegah transmisi infeksi di rumah sakit dan upaya pencegahan merupakan tingkatan pertama dalam pemberian pelayanan yang bermutu. Perawat berperan dalam pencegahan infeksi nosokomial, hal ini disebabkan perawat merupakan salah satu anggota tim kesehatan yang berhubungan langsung dengan klien dan bahan infeksius di ruang perawatan. Perawat juga bertanggung jawab menjaga keselamatan klien di rumah sakit melalui pencegahan infeksi nosokomial yang terjadi di rumah sakit (Nurmatono, 2005).

4 Saat ini kejadian infeksi nosokomial telah dijadikan salah satu tolok ukur mutu pelayanan rumah sakit. Izin operasional sebuah rumah sakit bisa dicabut karena tingginya kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit. Bahkan pihak asuransi tidak mau membayar biaya yang ditimbulkan akibat infeksi nosokomial sehingga pihak pasien sangat dirugikan. University Hospital Gent Belgium pada tahun (2003) menemukan pasien yang mengalami infeksi nosokomial dengan pemakaian infus dapat mengalami komplikasi gagal ginjal sebanyak 20.000 dan menghabiskan biaya lebih dari 4,5 milliar dollar pertahun. Terjadinya komplikasi gagal ginjal karena bakteri masuk melalui pembuluh darah dan difiltrasi oleh ginjal, kemudian bakteri merusak glomerulus pada ginjal. Para ahli berpendapat bahwa infeksi nosokomial merupakan infeksi yang sangat berbahaya apabila tidak dilakukan pencegahan khususnya tim kesehatan disaat melakukan tindakan medis dan perawat yang berada dengan pasien selama 24 jam (Hoste, 2003). University of Geneva Hospitals pada tahun (2006) menemukan bahwa infeksi nosokomial dapat menyerang saluran pernafasan dengan pasien yang menggunakan ventilator. Sejumlah 366 pasien yang mengalami infeksi saluran pernafasan mencapai 144 pada saat perawatan (Hugonnet, 2006) Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2012) bahwa pengetahuan perawat tentang kontrol infeksi dengan perilaku baik 72,3% sedangkan buruk 27,7%, sikap perawat tentang perilaku pencegahan infeksi nosokomial dengan perilaku positif 80,2% sedangkan perilaku negatif 19,8%, kemudian tentang pencegahan infeksi nosokomial oleh perawat dengan prosentase baik 87,8% dan buruk 12,2% (Sari, 2012).

5 Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 13 Maret 2013, didapatkan hasil bahwa data di Rumah Sakit Daerah Banyuwangi pada tahun (2012) ditemukan kejadian infeksi nosokomial yaitu infeksi vaskuler sebanyak (19%) dari 9120 pasien keseluruhan, infeksi saluran kemih sebanyak (1,7%) dari 720 pasien keseluruhan, infeksi luka operasi sebanyak (0,69%) dari 70 pasien keseluruhan, infeksi luka non operasi sebanyak (5%) dari 10235 pasien keseluruhan, infeksi saluran pernafasan sebanyak (0,35%) dari 70 pasien keseluruhan. (Medical Record Rumah Sakit daerah Banyuwangi, 2012) Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Perilaku Perawat tentang Pencegahan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Daerah Banyuwangi. 1.2 Rumusan Masalah Apakah ada hubungan pengetahuan perawat dengan perilaku perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit daerah banyuwangi? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan perawat dengan perilaku perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit daerah banyuwangi. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mendeskripsikan gambaran pengetahuan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit daerah banyuwangi.

6 2. Mendeskripsikan gambaran perilaku perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit daerah banyuwangi. 3. Menganalisis hubungan pengetahuan perawat dengan perilaku perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit daerah banyuwangi 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti Dapat Mengaplikasikan riset untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan perawat dengan perilaku perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial di Ruang Interna Rumah Sakit Daerah Banyuwangi. 1.4.2 Bagi Ruang Interna Terpadu Sebagai bahan evaluasi dan tambahan informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi perawat yang bekerja dalam praktek keperawatan agar meningkatkan pengetahuan dan menunjukkan perilaku yang positif dalam pencegahan infeksi nosokomial. 1.4.3 Bagi Program Studi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang Hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan pengembangan ilmu keperawatan tentang pencegahan infeksi nosokomial, dan dapat meningkatkan pengetahuan tentang infeksi nosokomial dalam praktik pencegahan infeksi nosokomial yang lebih baik lagi untuk bekal mahasiswa keperawatan yang akan melakukan praktek di rumah sakit.

7 1.5 Definisi Istilah 1. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Pengetahuan merupakan hasil dari suatu produk sistem pendidikan dan akan diperoleh pengalaman yang nantinya akan memberikan suatu tingkat pengetahuan dan kemampuan tertentu (Notoatmodjo, 2003). 2. Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2007). 3. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit dan menyerang penderita-penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan. Infeksi nosokomial terjadi karena adanya transmisi mikroba patogen yang bersumber dari lingkungan rumah sakit dan perangkatnya (Darmadi, 2008). 4. Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati (Darmadi, 2008). 5. Perilaku Pencegahan adalah Upaya yang dilakukan untuk mengurangi resiko infeksi dan penularan penyakit (Chairuddin, 2001). 1.6 Batasan Penelitian Batasan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel independen yang di teliti adalah pengetahuan perawat sedangkan variabel dependennya adalah perilaku perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial.

8 2. Responden adalah perawat yang berada di Ruang Interna Rumah Sakit Daerah Banyuwangi. 1.7 Keaslian Penelitian Berdasarkan dari hasil kajian pustaka beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan hubungan pengetahuan perawat dengan perilaku perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial, namun penelitian yang memiliki kemiripan pernah dilakukan seperti tercantum sebagai berikut : Hasil penelitian yang dilakukan oleh Habni (2009), Jurusan Keperawatan, Fakultas Kedokteran,Universitas Sumatera Utara menunjukkan bahwa Berdasarkan hasil metode deskriptif didapatkan hasil penelitian tentang perilaku perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial sebesar 10%, tingkat pengetahuan kurang sebesar 1%, penelitian sikap positif sebesar 84,3%, sikap negative sebesar 15,7%, sedangkan untuk ketrampilan baik sebesar 4%, ketrampilan sedang sebesar 78,4%, ketrampilan kurang sebesar 17,6%. Penelitian ini menggunakan metode descriptive untuk mengetahui frekuensi, persentase, dan hasil penelitian disajikan dengan tabel distribusi frekuensi dan metode sampling yang digunakan adalah Cluster sampling. Perbedaan penelitian Habni (2009) dengan penelitian ini terletak pada variabel, metode penelitian, Tekhnik Sampling dan tempat yang akan digunakan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini menggabungkan kedua faktor penyebab kejadian infeksi nosokomial yaitu : Pengetahuan perawat sebagai variabel independen dan perilaku perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial sebagai variabel dependen. Tempat Penelitian yang digunakan adalah Rumah Sakit di Daerah Banyuwangi. Metode yang digunakan menggunakan Deskriptif Analitis. Tekhnik Sampling yang digunakan total sampling. Sedangkan Kesamaan dengan penelitian

9 Habni (2009) adalah variabel yang digunakan yaitu Perilaku perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari (2011), Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Islam Sultan Agung Semarang. Dalam penelitiannya tentang Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawat Tentang Kontrol Infeksi Terhadap Pencegahan Infeksi Nosokomial Di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Subjek Penelitian adalah Perawat di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan angket observasi. Jumlah sampel 148 responden dari jumlah populasi 235 perawat yang bekerja di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Pengambilan sampel dengan tekhnik proportional stratified random sampling. Data yang diperoleh diolah secara statistik dengan SPSS menggunakan uji regresi berganda. Hasil: Tidak ada hubungan antara pengetahuan perawat tentang control infeksi terhadap pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang (p >0,05, dimana p=0,0308). Ada Hubungan antara sikap perawat tentang kontrol infeksi terhadap pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang (p<0,05,dimana p=0,019). Perbedaan antara penelitian Sari (2011), dengan penelitian yang saya lakukan adalah terletak pada variabel, metode penelitian, Tekhnik Sampling dan tempat yang akan digunakan. Variabel yang digunakan yaitu pengetahuan perawat sebagai variabel independen dan perilaku perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial sebagai variabel dependen. Tempat Penelitian yang digunakan adalah Rumah Sakit di Daerah Banyuwangi. Metode yang digunakan menggunakan Deskriptif Analitis. Tekhnik Sampling yang digunakan total sampling.

10 Sedangkan Kesamaan dengan penelitian Sari (2011) adalah variabel yang digunakan mendasari terjadinya pencegahan infeksi nosokomial yaitu pengetahuan dan perilaku perawat.