LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN TAHUN 2013

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN KINERJA BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN TAHUN 2014

RENCANA KINERJA TAHUN 2013 BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN

LAPORAN KINERJA BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN TAHUN 2016

LAPORAN TAHUNAN BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN

SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN

LAPORAN KINERJA BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUN 2012 BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN. SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, Juli 2011

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

RENCANA KERJA (RENJA)

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ( LKIP ) Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN TAHUN 2011

Renstra Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Soppeng i

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

Kata Pengantar. Oleh karena itu agar langkah dimaksud dapat menjadi prioritas program lima tahun pembangunan kepegawaian ke depan menyongsong ii

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BKD KABUPATEN GRESIK 1

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik

RENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI. Oleh Opong Sumiati. Dasar Hukum

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah ( Renstra SKPD )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71...TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010

RENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA BAGIAN ADM. PEMERINTAHAN SETDAKAB. JOMBANG. Tahun 2015 B A G I A N A D M I N I S T R A S I P E M E R I N T A H A N

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat :

Kata Pengantar. Kerja Keras Kerja Lebih Keras Kerja Lebih Keras Lagi 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2011

Rencana Kerja Tahunan Kecamatan Rancasari Tahun

KATA PENGANTAR. Alhamdulillaah,

KATA PENGANTAR. Tebing Tinggi, Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM Kabupaten Empat Lawang,

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI

Jambi, Januari 2017 INSPEKTUR KOTA JAMBI, Drs. H. HAFNI ILYAS. Pembina Utama Muda. NIP

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

KECAMATAN UJUNGBERUNG KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan Berdasar Tugas Dan Fungsi Pelayanan SKPD

laporan akuntabilitas KinErja (lakip) Biro hukum dan informasi PuBliK Tahun anggaran 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAKIP INSPEKTORAT 2012 BAB I PENDAHULUAN. manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PELAYANAN PAJAK KOTA BANDUNG TAHUN 2014

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

RENCANA KINERJA TAHUN 2011 BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN. SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, Mei 2010

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA BATU

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

KATA PENGANTAR INSPEKTUR, Drs. Zat Zat Munazat, M.Si NIP Inspektorat Kabupaten Garut

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 72 Tahun : 2016

RENCANA KERJA (RENJA) PEMBANGUNAN DINAS PU. PENGAIRAN KABUPATEN MUSI RAWAS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014

TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

2 Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusya

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2016

1 KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2017 a.n Kepala Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan, Kepala Bidang Sinkronisasi Kebijakan

profesional, bersih dan berwibawa.

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai

RINGKASAN EKSEKUTIF menjadi unit kerja yang mampu mewujudkan pelayanan administrasi dan manajemen yang tertib, cepat, transparan dan akuntabel.

User [Pick the date]

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS TAHUN PENGADILAN AGAMA KOTABUMI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

L A P O R A N K I N E R J A

WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS BADAN DAERAH

REFORMASI BIROKRASI. Pengantar

RENCANA STRATEGIS SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RENSTRA-SKPD) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS

RENCANA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2015

REFORMASI BIROKRASI. (Presentasi Materi Subtansi Instansi) Jakarta, 18 Juli 2017

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013 KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu SDM harus dibina dengan baik agar terjadi peningkatan efesiensi,

RENSTRA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA TAHUN

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2009

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

Governance), baik dari tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pada tahap BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN TAHUN 2013 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN Jakarta, Januari 2014

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah Nya Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Biro Organisasi dan Kepegawaian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Tahun 2013 ini dapat tersusun tepat waktu. Laporan ini disusun sebagai wujud akuntabilitas dan transparansi dari penyelenggaraan pemerintahan yang baik (Good Governance). Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang akuntabiltas Kinerja Instansi Pemerintahan, setiap Unit Kerja Eselon II dan Unit Kerja Mandiri (UPT) setiap tahun wajib membuat Laporan Akuntanbilitaas Kinerja Instansi Pemerintahan (LAKIP). Laporan tersebut merupakan perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan visi misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan melalui pertanggungjawaban secara periodik. Sebagai suatu unit kerja setingkat eselon II, Biro Organisasi dan Kepegawaian berusaha mematuhi kewajiban tersebut dengan membuat Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Biro Organisasi dan Kepegawaian Tahun 2010 dengan berpedoman pada Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Pedoman Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan dan Permenpan Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Biro Organisasi dan Kepegawaian Tahun 2013 bertitik tolak dari Rencana Strategis Tahun 2010-2014 dan Penetapan Kinerja Tahun 2013 Biro Organisasi dan Kepegawaian yang memuat sasaran, kegiatan, dan indikator kinerja Satker Biro Organisasi dan Kepegawaian. Akhirnya ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak yang selama ini telah berkoordinasi dan bekerjasama dengan kami. Tidak lupa kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan kinerja yang lebih baik lagi. Semoga Allah SWT berkenan memberikan perlindungan dan ridho-nya atas semua upaya yang kita kerjakan bersama. Kepala Biro Organisasi dan Kepegawaian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian TTD Ir. Winarhadi, MM NIP. 19550826 198303 1 001 i

RINGKASAN EKSEKUTIF Pembangunan pertanian yang berorientasi pada sistem dan usaha agribisnis merupakan pembangunan yang sangat kompleks yang melibatkan sub-sub sistem, mulai dari hulu sampai dengan hilir. Sedangkan dilihat dari aspek-aspeknya, pembangunan pertanian juga merupakan pembangunan yang mempunyai cakupan aspek yang luas, mulai dari sumber daya (modal, lahan, sumber daya manusia, teknologi, dsb) sampai dengan sistem administrasi dan manajemen. Pembangunan pertanian yang saat ini diselenggarakan dilakukan dalam suatu kondisi masyarakat yang lebih kritis dengan tuntutan pelayanan dan perhatian pemerintah yang lebih tinggi, iklim demokratisasi yang mulai berkembang, serta membanjirnya produk-produk pertanian dari luar negeri. Sedangkan dalam sistem pemerintahan nasional juga terjadi perubahan yang cukup mendasar yakni otonomi daerah. Otonomi daerah dilaksanakan berdasarkan Ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber daya Nasional yang Berkeadilan serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan republic Indonesia, yang kemudian ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah. Otonomi daerah telah merubah paradigma sentralistis menjadi desentralistis, yang ditandai dengan dilaksanakannya otonomi daerah sebagaimana ditetapkan. Pelaksanaan otonomi daerah tersebut, telah membawa perubahan yang cukup signifikan dalam tatanan pemerintahan yang disebabkan oleh terjadinya peralihan urusan/kewenangan, yaitu dari Pemerintah Pusat kepada Propinsi atau Kabupaten/Kota, dan Propinsi kepada Kabupaten/Kota. Pembangunan Pertanian yang modern, tangguh dan efisien dengan orientasi pada sistem agribisnis sebagaimana diuraikan diatas hanya bisa diwujudkan apabila didukung oleh sumber daya manusia (SDM) aparatur pertanian dan sistem administrasi dan manajemen pembangunan pertanian yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, pembangunan SDM Aparatur Pertanian dan sistem Administrasi dan Manajemen Pembangunan Pertanian ini sangat diperlukan dan bahkan merupakan bagian yang tak terpisahkan (condition sine quanon) dari pembangunan pertanian itu sendiri (to develop the administration in order to administrate the development efficiency) ii

Upaya untuk mewujudkan suatu SDM Aparatur Pertanian dan sistem administrasi dan manajemen pembangunan pertanian yang handal secara konsisten terus menerus dilakukan, yang meliputi upaya untuk mewujudkan suatu kelembagaan pertanian yang kokoh dan professional, penyusunan sistem dan prosedur yang efektif dan efisien, dan pengembangan jabatan fungsional Rumpun Ilmu Hayat sebagai bagian dari peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur pertanian yang professional, pengembangan budaya kerja serta pelayanan administrasi kepegawaian yang efektif dan efisien. Perkembangan lingkungan strategis tersebut diatas baik domestik maupun internasional secara tidak langsung telah menempatkan Biro Organisasi dan Kepegawaian yang secara operasional bertanggung jawab dalam pembangunan sistem administrasi dan manajemen pada kedudukan yang penting dan strategis, khususnya dalam pembentukan kelembagaan yang kokoh dan professional, penyusunan sistem dan prosedur yang dapat menjamin efektifitas dan efisiensi dalam pembangunan pertanian, serta peningkatan profesionalisme SDM aparatur pertanian, yang kesemuanya sangat dibutuhkan dalam mendukung pembangunan sistem dan usaha agribisnis. Dalam tahun 2013, program kerja Biro Organisasi dan Kepegawaian diletakkan dalam kerangka mendukung pelaksanaan Reformasi Birokrasi di lingkungan Kementerian Pertanian, Penataan Organisasi Kementerian Pertanian, Pembinaan Jabatan Fungsional, Pembinaan dan Pengembangan SDM Aparatur Pertanian serta kegiatan kegiatan penunjang lainnya. iii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... RINGKASAN EKSEKUTIF... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... i ii iv v BAB I. PENDAHULUAN Pendahuluan... 1 BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA A. Rencana Strategis... 4 1. Visi... 4 2. Misi... 4 3. Tujuan... 5 4. Sasaran Strategis... 5 5. Cara Pencapaian Tujuan Sasaran... 6 B. Rencana Kinerja dan Penetapan Kinerja Tahun 2013... 17 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA A. Pengukuran Kinerja... 26 B. Evaluasi Kinerja... 91 BAB IV. PENUTUP Penutup... 98 LAMPIRAN Penetapan Kinerja Tahun 2013 Matrik Pengukuran Kinerja Tahun 2013 iv

DAFTAR TABEL Tabel 1. Rencana Kinerja Tahun 2013... 17 Tabel 2. Penetapan Kinerja Tahun 2013... 25 Tabel 3. Sasaran Strategis, Rincian Kinerja, dan Evaluasi Kinerja Tahun 2013 dan 2012... 91 v

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, menyelenggarakan fungsi pembinaan dan penyelenggaraan organisasi dan tatalaksana, kerja sama, dan hubungan masyarakat Kementerian Pertanian. Dalam hal pengorganisasian, ketatalaksanaan dan pengelolaan kepegawaian secara operasional fungsi tersebut merupakan tanggung jawab Biro Organisasi dan Kepegawaian yang berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian tersebut, Biro Organisasi dan Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan penyempurnaan organisasi dan ketatalaksanaan, perencanaan dan pengembangan pegawai, serta mutasi pegawai. Dalam rangka pembangunan pertanian, Biro Organisasi dan Kepegawaian mempunyai peranan yang penting dan strategis terutama dalam upaya mengembangkan sistem administrasi dan manajemen pembangunan pertanian yang proporsional, profesional, efektif dan efisien, yang merupakan salah satu aspek yang sangat diperlukan dalam good governance pada pelaksanaan pembangunan sistem dan usaha agribisnis tersebut. Sebagai unit kerja yang bertanggung jawab atas pembinaan administrasi dan manajemen di lingkungan Kementerian Pertanian, menempatkan Biro Organisasi dan Kepegawaian pada suatu kedudukan yang spesifik yaitu sebagai in house consultant management di lingkungan Kementerian Pertanian. Peran dan kedudukan Biro Organisasi dan Kepegawaian menjadi sangat penting dan strategis sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang telah disempurnakan dengan Undang-Undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, khususnya dalam rangka mengkoordinasikan penyiapan pembagian urusan pemerintah, propinsi dan kabupaten/kota, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria yang sangat diperlukan dalam rangka operasionalisasi urusan pemerintahan yang dilimpahkan kepada Daerah. Selain itu, saat ini kedudukan Biro Organisasi dan Kepegawaian menjadi semakin penting, sejalan dengan kebijakan reformasi birokrasi sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/15/M.PAN/7/2008 tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi, yang telah dicabut dengan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi Nasional Tahun 2010-2025, dan Peraturan MENPAN dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi Nasional 2010-2014, yang mengharuskan setiap Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah untuk melaksanakannya. Dalam hal ini, Biro Organisasi dan Kepegawaian berkedudukan sebagai unit kerja yang mengkoordinasikan pelaksanaan reformasi birokrasi pada Kementerian Pertanian. 1

Bab I. Pendahuluan Untuk melaksanakan tugas tersebut diatas, Biro Organisasi dan Kepegawaian menyelenggarakan fungsi: a. Koordinasi dan penyempurnaan organisasi, dan pengembangan jabatan fungsional serta pengembangan budaya kerja; b. Koordinasi dan penyempurnaan tata laksana dan fasilitasi reformasi birokrasi; c. Pelaksanaan perencanaan dan pengembangan pegawai; d. Pelaksanaan mutasi pegawai Kementerian Pertanian; dan e. Pelaksanaan urusan tata usaha Biro Organisasi dan Kepegawaian. Sedangkan susunan organisasi Biro Organisasi dan Kepegawaian yang secara substantif menyelenggarakan tugas dan fungsi tersebut, berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, terdiri dari: a. Bagian Organisasi; b. Bagian Tata Laksana dan Reformasi Birokrasi; c. Bagian Perencanaan dan Pengembangan Pegawai; d. Bagian Mutasi; dan e. Kelompok Jabatan Fungsional. 2

Bab I. Pendahuluan 3

Bab II. Perencanaan dan Perjanjian Kerja BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA Akuntabilitas dalam pelaksanaan tugas dan fungsi suatu instansi pada dasarnya diukur dari seberapa besar rencana kinerja yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien dengan tetap berorientasi pada outcome. Oleh karena itu ketersediaan rencana strategis (Renstra) dan penetapan kinerja (perjanjian kinerja) sebagai tolok ukur pengukuran dan penilaian kinerja mutlak adanya. A. RENCANA STRATEGIS Rencana Strategis merupakan suatu bentuk perencanaan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 5 tahun. Rencana Strategis Biro Organisasi dan Kepegawaian Tahun 2010-2014 ini merupakan pelaksanaan program yang diamanatkan dalam Rencana Strategis Seketariat Jenderal Tahun 2010 2014, dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau mungkin timbul. Rencana Strategis Biro Organisasi dan Kepegawaian disusun dengan berdasarkan pada tugas dan fungsi. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/- 10/2010, Biro Organisasi dan Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan penyelenggaraan organisasi dan tatalaksana, serta pengelolaan kepegawaian. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Biro Organisasi dan Kepegawaian menyelenggarakan fungsi: a. Koordinasi dan penyempurnaan organisasi, dan pengembangan jabatan fungsional, serta pengembangan budaya kerja; b. Koordinasi dan penyempurnaan tatalaksana dan fasilitasi reformasi birokrasi; c. Pelaksanaan perencanaan dan pengembangan pegawai; d. Pelaksanaan mutasi pegawai Kementerian Pertanian; dan e. Pelaksanaan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan. Dengan memperhatikan tugas dan fungsi tersebut di atas, maka ditetapkanlah visi, misi, tujuan, dan sasaran, sebagai berikut: 1. V I S I Menjadi Agen Pembaharu (The Development Agent) dalam mewujudkan kelembagaan, ketatalaksanaan dan sumberdaya manusia aparatur yang profesional, efektif, efisien, dan amanah. 2. M I S I Sesuai visi tersebut di atas, dapat dirumuskan misi Biro Organisasi dan Kepegawaian : a. Mewujudkan kelembagaan birokrasi pertanian dengan visi, misi, tugas pokok dan fungsi yang jelas, serta sesuai dengan beban tugasnya. b. Mengupayakan terciptanya tertib administrasi pembangunan pertanian berdasarkan prinsip-prinsip manajemen moderen. 5 4 4

Bab II. Perencanaan dan Perjanjian Kerja c. Membudayakan pelayanan yang prima kepada stakeholders (pelaku pembangunan pertanian). d. Mewujdkan sumberdaya manusia aparatur pertanian yang professional, bersih dan berwibawa serta sejahtera. e. Mengupayakan terciptanya tertib pelayanan administrasi kepegawaian. 3. TUJUAN Dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsinya, maka tujuan jangka panjang Biro Organisasi dan Kepegawaian : a. Mewujudkan organisasi birokrasi pertanian (Deptan, UPT Deptan, Dinas/Lembaga Teknis Daerah) yang proporsional. b. Mewujudkan ketatalaksanaan (sistem, prosedur dan tata kerja) yang dapat mendukung pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan pertanian secara efetif dan efisien, tertib dan bebas dari praktek-praktek korupsi, kolusi dan nepotisme, menuju terwujudnya kepemerintahan yang baik (good governance) di bidang pertanian. c. Meningkatkan mutu pelayanan publik di bidang pertanian (pelayanan prima kepada stakeholders). d. Meningkatkan kinerja dan akuntabilitas birokrasi pertanian dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. e. Meningkatkan mutu penyelenggaraan otonomi daerah di bidang pertanian oleh Pemerintah Daerah Propinsi dan Kabupaten/Kota sesuai kewenangannya. f. Meningkatkan kualitas dan kesejahteraan sumberdaya manusia aparatur pertanian. g. Meningkatkan kualitas pelayanan administrasi kepegawaian. 4. SASARAN STRATEGIS Berdasarkan tujuan tersebut diatas, sasaran strategis yang ingin dicapai adalah sebagai berikut : a. Terwujudnya organisasi birokrasi pertanian dengan visi, misi, tugas dan fungsi yang jelas dan dengan struktur yang proporsional dengan beban tugasnya. b. Terwujudnya profesionalisme pegawai melalui pengembangan jabatan fungsional. c. Terwujudnya pelayanan prima dalam penyelenggaraan pelayanan publik pada unit kerja pelayanan publik bidang pertanian, dan budaya kerja. d. Terwujudnya sistem, prosedur dan tata kerja yang menjamin efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaan tugas dan fungsi, serta reformasi birokrasi. e. Meningkatnya kualitas perencanaan, pembinaan, pengembangan dan kesejahteraan pegawai. f. Terwujudnya pelayanan prima dalam bidang administrasi kepegawaian (pengangkatan, kenaikan pangkat, pemberhentian, pensiun dan mutasi lainnya). g. Meningkatnya kualitas pembinaan pegawai melalui organisasi kedinasan. 5

Bab II. Perencanaan dan Perjanjian Kerja 5. CARA PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN Dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dengan memperhatikan sumberdaya organisasi yang dimiliki Biro Organisasi dan Kepegawaian, dan kondisi lingkungan strategis yang terjadi, telah ditetapkan cara atau strategi pencapaian tujuan dan sasaran yang meliputi penetapan kebijaksanaan, yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk program operasional dan kegiatan, yang secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut : a. Kebijakan Dalam rangka pencapaian visi, misi serta tujuan dan sasaran, maka dengan memperhatikan kondisi sumberdaya yang dimiliki, arah kebijakan yang ditempuh dalam rangka pembinaan aparatur pertanian adalah kebijakan peningkatan kualitas kelembagaan, ketatalaksanaan, SDM aparatur pertanian, dan pelayanan publik serta otonomi daerah bidang pertanian. b. Strategi Dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan tersebut di atas, dengan memperhatikan sumberdaya organisasi dan kondisi lingkungan strategis yang terjadi, telah ditetapkan cara (strategi) pencapaian tujuan dan sasaran yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk program dan kegiatan. Strategi yang ditempuh Biro Organisasi dan Kepegawaian dalam jangka waktu 5 (lima) tahun yakni dari tahun 2010 2014 sebagai berikut : 1) Stream lining organisasi melalui penajaman visi, misi, tugas pokok dan fungsi guna memperoleh bentuk organisasi birokrasi yang profesional sesuai dengan beban tugasnya. 2) Penyempurnaan ketatalaksanaan (sistem, prosedur dan tata kerja) agar tercapai koordinasi dan sinkronisasi yang setepat-tepatnya antar unit kerja lingkup Deptan dan dengan instansi terkait. 3) Peningkatan profesionalisme sumberdaya manusia aparatur pertanian melalui pengembangan jabatan fungsional dan penyelenggaraan pendidikan dan latihan. 4) Meletakkan landasan yang kokoh bagi terselenggaranya otonomi daerah di bidang pertanian secara efektif dan efisien. 5) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang mutakhir dalam penyelenggaraan administrasi dan manajemen pembangunan pertanian. 6) Penyelenggaraan pengurusan administrasi kepegawaian secara lebih terkoordinasi antara instansi terkait (misalnya : kerja satu atap). 5 c. Kegiatan Sesuai dengan kebijakan reformasi perencanaan dan anggaran, khususnya terkait dengan pengukuran kinerja unit kerja, capaian program dalam bentuk outcome menjadi tanggung jawab Kementerian dan Unit Kerja Eselon I, sedangkan pada tingkatan unit kerja eselon II dan Unit Kerja Mandiri bertanggung jawab pada 6 6

Bab II. Perencanaan dan Perjanjian Kerja capaian kegiatan dalam bentuk output. Sehubungan dengan itu kegiatankegiatan Biro Organisasi dan Kepegawaian dilakukan untuk mencapai kinerja program Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian, yaitu Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Pertanian. Mengacu pada program Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian tersebut di atas, nama kegiatan Biro Organisasi dan Kepegawaian adalah Peningkatan Kualitas Kelembagaan, Ketatalaksanaan dan Kepegawaian. Kegiatan tersebut kemudian dijabarkan dalam bentuk output-output kegiatan. Output dan indikator kinerja output strategis Biro Organisasi dan Kepegawaian yang akan dilakukan pada kurun waktu 2010 2014, berdasarkan pendekatan tugas, pokok, dan fungsi meliputi: Penataan Kelembagaan Fenomena krisis kepercayaan masyarakat terhadap birokrasi dalam era globalisasi dan perdagangan bebas yang menghendaki birokrasi bekerja lebih profesional, sehingga mengakibatkan perlu adanya usaha yang sungguhsungguh untuk mengkaji kembali peran, posisi, bentuk, besaran dan struktur organisasi pemerintah. Gerakan reformasi birokrasi yang telah dilancarkan sejak tahun 2008, tepatnya sejak penetapan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/15/M.PAN/7/2008 tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi, hingga saat ini masih terasa sangat kuat getarannya dan menjadi harapan oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia, yang mencakup semua aspek dan sendi-sendi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. sejalan dengan penetapan Peraturan Presiden RI Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 2025 dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010 2014. Tuntutan akan adanya reformasi birokrasi pada awalnya didasari pada kenyataan bahwa saat itu kondisi pemerintahan sedemikian parahnya karena dinilai tidak transparan dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan. Hal ini dirasakan terdapatnya pelayanan publik yang memerlukan birokrasi yang berbelit-belit, panjang, dengan waktu lama. Kondisi ini dikarenakan masih belum maksimalnya peran lembaga pemerintahan. Kelembagaan pemerintah pada masa lalu dibangun tidak berdasarkan prinsip-prinsip organisasi yang efisien, efektif, dan proporsional sesuai dengan kebutuhan, hanya didasarkan pada kepentingan sekelompok orang atau memenuhi kepentingan politik tertentu, sehingga pelaksanaan reformasi birokrasi belum terwujud dengan baik. Namun demikian upaya pemerintah dalam mewujudkan reformasi birokrasi saat ini telah dimulai, dengan diterbitkannya peraturan perundang-undangan bidang kelembagaan tentang pembentukan, penyempurnaan dan pengusulan kelembagaan pemerintah sebagai dasar bagi Kementerian untuk menata dan 7

Bab II. Perencanaan dan Perjanjian Kerja meyempurnaan organisasi, termasuk pada Kementerian Pertanian. Adapun peraturan perundang-undangan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, yang membatasi jumlah kementerian paling banyak 34 (tiga puluh empat). Artinya jumlah kementerian tidak dimungkinkan melebihi jumlah yang ditentukan, dan diharapkan akan terjadi pengurangan. 2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara. Yang menetapkan terbentuknya kementerian negara berjumlah 34 (tiga puluh empat) diantaranya Kementerian Pertanian, dalam Peraturan Presiden tersebut mengatur kedudukan, tugas, fungsi dan susunan organisasi kementerian negara dan mengamanatkan kepada setiap Kementerian dalan jangka waktu 6 (enam) bulan setelah Keputusan Presiden itu ditetapkan agar telah selesai melakukan penataan organisasi; 3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara. Sebagai tindak lanjut dari Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tersebut Kementerian Pertanian telah melakukan penataan organisasi dan telah ditetapkan dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian. Untuk itu agar pelaksanaan tugas dan fungsi dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar, untuk mendukung program yang telah ditetapkan Menteri Pertanian maka disusun rincian tugas pekerjaan eselon IV lingkup Kementerian Pertanian. Kemudian sebagai dampak dari perubahan/penggeseran/penambahan tugas, dan fungsi Organisasi Kementerian Pertanian karena ditetapkannya Peraturan Menteri Pertanian 61/Permenta/OT.140/10/2010 tersebut diatas maka perlu juga menyusun organisasi Unit Pelaksana Teknis (UPT) melalui pengkajian, penyempurnaan dan penataan Organisasi dan Tata Kerja UPT di lingkungan Kementerian Pertanian sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Hal ini dilakukan dalam rangka penguatan kelembagaan UPT Kementerian Pertanian. 5 Sejalan dengan penataan organisasi Kementerian Pertanian tersebut agar program pembangunan pertanian dapat sejalan dan diterima serta sejalan dengan pelaksanaan pembangunan didaerah maka diperlukan pemantauan dan evaluasi kelembagaan daerah bidang pertanian agar organisasi dan tata kerjanya dapat selaras dan serasi dengan organisasi dan tata kerja Kementerian Pertanian, sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pemantauan dan evaluasi kelembagaan daerah bidang pertanian diharapkan mampu sebagai salah satu sumber referensi bagi pemerintah daerah dalam menyempunakan kelembagaan di bidang pertanian sehingga terjadinya pipeline yang jelas 8 8

Bab II. Perencanaan dan Perjanjian Kerja antara kelembagaan bidang pertanian di pusat dan daerah, dengan demikian akan menimbulkan sinergi program pembanguan pertanian secara nasional, sehingga semua daerah dapat berperan aktif dalam mewujudkan pembangunan pertanian secara nasional. Untuk itu Kementerian Pertanian sebagai instansi pembina di bidang pertanian berkewajiban memberikan saran pendapat tentang susunan organisasi satuan kerja perangkat daerah yang sesuai dengan susunan organisasi dan tata kerja Kementerian Pertanian. Peningkatan Kualitas Jabatan Fungsional, Pelayanan Publik dan Budaya Kerja Dalam upaya meningkatkan profesionalisme dan pembinaan karier PNS serta peningkatan mutu pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan, telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 juncto Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil. Melalui peraturan tersebut dijelaskan bahwa jabatan fungsional diperlukan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi. Dari penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa pengangkatan PNS dalam jabatan tertentu, merupakan bentuk pengakuan dari pemerintah atas kemampuan seseorang secara intelektual dan emosional. Untuk mewadahi keberadaan dan sekaligus sebagai landasan bagi penetapan jabatan fungsional yang diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan, telah ditetapkan Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil. Didalamnya dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan tugasnya, jabatan fungsional didasarkan pada keahlian dan/atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri namun fungsi dan tugas berkaitan satu sama lain dalam melaksanakan salah satu tugas pemerintahan. Selain hal tersebut juga dijelaskan tentang pengelompokan jenis jabatan fungsional berdasarkan 25 (dua puluh lima) rumpun jabatan. Adapun jabatan fungsional bidang pertanian merupakan bagian dari Rumpun Ilmu Hayat. Dalam melaksanakan kegiatannya, pejabat fungsional memerlukan acuan yang berupa pedoman jabatan fungsional yang bersifat operasional. Selain pedoman, juga disusun dan disiapkan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknisnya. Di dalam pedoman/juklak/juknis tersebut dimuat ruang lingkup kegiatan, butir-butir kegiatan pekerjaan perjenjang jabatan, satuan hasil, dan tatacara menyusun Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK), serta ketentuan lain yang berkaitan dengan pembinaan karir bagi seorang pejabat fungsional serta kewajiban pemangku kepentingan yang terlibat di dalamnya. Pedoman/Juklak/Juknis jabatan fungsional merupakan ketentuan yang dinamis, artinya dapat direvisi (disempurnakan) jika dinilai sudah kurang sesuai dengan kondisi dan dinamika teknis substansi maupun administrasi. Setiap kegiatan penyempurnaan maupun pengembangan jabatan fungsional harus senantiasa dibarengi dengan sosialisasi intensif terhadap seluruh pemangku kepentingan di pusat dan daerah, agar implementasi pedoman/juklak/juknis berlangsung secara optimal dan minim hambatan. 9

Bab II. Perencanaan dan Perjanjian Kerja Salah satu pemangku kepentingan yang memegang peranan penting dalam pelaksanaan jabatan fungsional, yaitu Tim Penilai Jabatan Fungsional. Tim tersebut bertugas membantu pejabat penetap angka kredit dalam proses menilai DUPAK. Peran Tim Penilai sangat sentral, karena output yang dihasilkannya akan berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi dan kinerja pejabat fungsional. Terkait hal tersebut, perlu dilaksanakan pengawalan khusus bagi Tim Penilai agar independensi serta obyektifitasnya dalam proses penilaian senantiasa terjaga. Salah satu metode untuk mencapai hal tersebut, antara lain melalui pelaksanaan bimbingan teknis terhadap Tim Penilai secara konsisten dan berkesinambungan. Sebagai instansi pembina jabatan fungsional rumpun ilmu hayat lingkup pertanian dan instansi pengguna jabatan fungsional non rumpun ilmu hayat, Kementerian Pertanian wajib mengupayakan koordinasi yang sinergis dalam pelaksanaan jabatan fungsional di lingkungannya. Melalui koordinasi yang rutin maka kendala yang dihadapi oleh pemangku kepentingan terkait jabatan fungsional, dapat segera didiskusikan dan diupayakan pemecahannya. Sehubungan implementasi jabatan fungsional memiliki cakupan luas di tingkat pusat dan daerah, maka keragaman persepsi dalam proses implementasi tidak dapat dihindari. Untuk meminimalisir deviasi dalam proses implementasi, sekaligus meluruskan deviasi yang sudah terjadi, maka perlu dilaksanakan pemantauan dan monitoring yang berkesinambungan oleh instansi pembina. Dalam proses pemantauan dan monitoring, Kementerian PAN dan RB serta Badan Kepegawaian Negara akan dilibatkan sebagai instansi yang memiliki fungsi sebagai pembina Aparatur Negara. Diharapkan proses pemantauan dan monitoring akan meminimalisir hambatan yang dihadapi pemangku kepentingan dalam implementasi jabatan fungsional di daerah. Ketatalaksanaan Ketatalaksanaan merupakan metoda atau mekanisme bagi organisasi pemerintah dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya. Ketatalaksanaan berfungsi menggerakkan roda-roda organisasi kearah yang diinginkan. Dalam paradigma baru yang berkembang saat ini maka ketatalaksanaan diartikan sebagai sarana untuk mendorong penguatan mutu pelayanan, pemberdayaan sumberdaya manusia aparatur, peningkatan kinerja organisasi melalui pengembangan manajemen kinerja yang baik. Dalam bidang ketatalaksanaan, penataan pada dasarnya dimaksudkan untuk menciptakan tata kepemerintahan yang baik atau good governance, yang berorientasikan pada peningkatan kinerja satuan kerja dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara tertib, terarah, efektif, efisien dan dapat mencapai hasil yang optimal. Untuk mengimplementasikan tugas pokok dan fungsinya, tentunya setiap unit kerja di lingkungan Kementerian Pertanian memerlukan pengaturan perangkat kerja, sistem kerja, kejelasan mekanisme dan tata kerja internal serta kejelasan pelaksanaan kegiatan untuk 5 10 10

Bab II. Perencanaan dan Perjanjian Kerja mendinamisasikan dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan pembangunan pertanian. Pengaturan perangkat kerja, sistem kerja dan kejelasan mekanisme dan tata kerja internal dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pada setiap unit kerja di lingkungan Kementerian Pertanian, dituangkan kedalam bentuk kegiatan ketatalaksanaan yang terdiri dari : Penyusunan Sistem dan Prosedur; Penyusunan Tata Hubungan Kerja; Pembinaan, Penyusunan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) Bidang Pertanian; Pembinaan dan Koordinasi Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP); dan Desiminasi Pelaksanaan Peningkatan Capacity Building. Reformasi Birokrasi Upaya pemerintah untuk membangun dan mengembangakan kinerja birokrasi pemerintahan guna meningkatkan profesionalisme SDM aparatur dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) perlu dilakukan tindakan yang serius dan bersungguh-sungguh. Mengingat berbagai macam program pemerintah yang dilakukan dalam dasawarsa ini (pasca Reformasi 1998) belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. Untuk itu pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Desain Reformasi Birokrasi dan Permenpan Nomor 20 tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi, mewajibkan kementerian/lembaga/ pemerintah daerah untuk melaksanakan kebijakan tersebut yang pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaruan dan perubahan mendasar terhadap system penyelenggaraan pemerintahan menyangkut aspek-aspek: 1. Kelembagaan (organisasi) 2. Ketatalaksanaan (business process) 3. Sumber daya manusia aparatur 4. Pengawasan 5. Akuntabilitas 6. Pelayanan publik 7. Pola pikir (mindset ) dan budaya kerja (culture set) Aparatur Program Reformasi Birokrasi diarahkan pada upaya-upaya mencegah dan mempercepat pemberantasan korupsi secara berkelanjutan, dalam rangka terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, peningkatan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat, dan peningkatan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi. Dalam penerapan dan implementasinya secara sederhana Reformasi Birokrasi dapat dijabarkan dan didefenisikan sebagai: 1. perubahan mind-set, cara berpikir (pola pikir, pola sikap, dan pola tindak); 2. perubahan paradigma dari penguasa menjadi pelayanan; 3. mendahulukan peranan dari wewenang; 4. tidak berpikir output, tetapi outcome; 5. perubahan manajemen kinerja; dan 11

Bab II. Perencanaan dan Perjanjian Kerja 6. pemantauan percontohan keberhasilan (best practices); Program-program Reformasi Birokrasi tingkat mikro (pada tingkat instansional pada masing-masing Kementerian/Lembaga) yang tertuang dalam Road Map Reformasi Birokrasi, meliputi: 1. Manajemen Perubahan 2. Penataan Peraturan Perundang-undangan 3. Penataan dan Penguatan Organisasi 4. Penataan Tatalaksana 5. Penataan Sistem Manajemen Aparatur 6. Penguatan Pengawasan 7. Penguatan Akuntabilitas Kinerja 8. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik 9. Monitoring, evaluasi, dan pelaporan Perencanaan, Pengembangan, dan Kesejahteraan Pegawai Pembangunan pertanian yang modern, tangguh dan efisien hanya bisa diwujudkan apabila didukung oleh sistem administrasi dan manajemen pembangunan yang efektif, efisien dan sumberdaya manusia aparatur pertanian yang profesional. Oleh karena itu, pembangunan sistem administrasi dan manajemen pembangunan pertanian dan pembinaan sumberdaya manusia aparatur pertanian sangat diperlukan dan bahkan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan pertanian itu sendiri. Pembangunan pertanian memerlukan sumberdaya manusia yang berkualitas, artinya profesional, berkinerja tinggi, akuntabel, mampu dan optimal dalam mengaktualisasikan kemampuan diri untuk mendukung pelaksanaan tugas dalam organisasi dan lapangan pembangunan pada era globalisasi dan era reformasi tentunya era tersebut akan menemukan tantangan dan hambatan yang sangat komplek. Untuk itu sumberdaya manusia perlu dipersiapkan sebagaimana kebutuhan organisasi modern yang sarat akan perubahanperubahan. Oleh karena itu sumberdaya manusia dan proses manajemen kepegawaian yang profesional, transfaran, konsisten dan berkesinambungan merupakan sesuatu yang terus-menerus perlu dilakukan. Sumberdaya manusia perlu dikembangkan secara terus-menerus baik segi pembinaan, kebutuhan tingkat profesionalnya melalui pendidikan dan pelatihan baik untuk calon pegawai negeri melalui prajabatan ataupun bagi pegawai negeri sipil melalui pendidikan dan pelatihan dalam jabatan untuk memposisikan jabatan sebagaiman persyaratan menduduki jabatan harus sudah mengikuti pendidikan dan latihan dalam jabatan yang relevan dengan jabatan. Disamping itu, adanya sanksi sebagaimana aturan disiplin pegawai dan aturan 5 12 12

Bab II. Perencanaan dan Perjanjian Kerja lainnya untuk menjadikan semberdaya manusia dapat lebih konsisten dalam menjalankan tugas dan fungsi organisasi. Pembangunan pertanian memerlukan kesiapan sumberdaya manusia dari berbagai aspek tidak terkesuali apek kesehatan dan keselamatan kerja sebagai bagian dari sistem peningkatan produktifitas kerja. Dalam rangka meningkatkan produktifitas kerja di Lingkungan Kementerian Pertanian, maka perlu dilakukan pembinaan kesehatan dan keselamatan kerja, agar setiap pegawai dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri, masyarakat sekitar serta masyarakat. Untuk menjawab semua kebutuhan tersebut diatas, telah disusun Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010, yang mengatur salah satunya mengenai tugas dan fungsi Bagian Perencanaan dan Pengembangan Pegawai. Bagian Perencanaan dan Pengembangan Pegawai mempunyai tugas untuk melaksanaan perencanaan dan pengembangan pegawai, dan menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan penyusunan rencana kebutuhan, formasi, pola karier, dan evaluasi kinerja pegwai, sera pengelolaan sistem informasi kepegawaian; b. Penyiapan analisis kebutuhan, penyaringan dan pemantauan hasil pendidikan dan pelatihan, pemberian penghargaan, penyesuaian ijazah dan penyusunan petunjuk pelaksanaan peraturan perundang-undangan kepegawaian serta disiplin pegawai; dan c. Pelaksanaan urusan kartu pegawai, kartu isteri, kartu suami, kesejahteraan dan kesehatan pegawai serta kepegawaian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian. Pelayanan Mutasi, Pemberhentian dan Pensiun Pegawai Dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional untuk mewujudkan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil dan bermoral tinggi, diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang merupakan unsur aparatur negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat yang menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan penuh kesetiaan kepada pancasila dan undangundang dasar 1945. Oleh karena itu, diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang berkemampuan melaksanakan tugas secara profesional dan bertanggung jawab dalam menyelenggarakan tugas pemerintah dan pembangunan serta bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Guna mengetahui pelaksanaan tugas dan tanggung jawab serta kinerja Pegawai Negeri Sipil perlu menyelenggarakan manajemen Pegawai Negeri Sipil yang mencakup perencanaan, pengembangan kualitas sumber daya Pegawai Negeri Sipil dan administrasi kepegawaian, pengawasan dan pengendalian, penyelenggaraan dan pemeliharaan informasi kepegawaian, 13

Bab II. Perencanaan dan Perjanjian Kerja mendukung perumusan kebijaksanaan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil serta memberikan bimbingan teknis kepada unit organisasi yang menangani kepegawaian pada instansi pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Untuk itu dalam suatu Kementerian/lembaga, telah disusun Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010, yang mengatur salah satunya mengenai tugas dan fungsi Bagian Mutasi. Adapun tugas Bagian mutasi adalah melaksanakan penyiapan mutasi pegawai Kementerian Pertanian dan melaksanakan fungsi dalam penyelenggaraan administrasi kepegawaian meliputi : a. Penyiapan pengadaan, pengangkatan, kepangkatan dan mutasi pegawai lainnya serta pemberhentian pegawai lingkup Kementerian Pertanian; b. Pelaksanaan pengumpulan data pegawai, monitoring pegawai pusat dan daerah serta sosialisasi peraturan perundang-undangan kepegawaian; c. Pengembangan karier Pegawai Negeri Sipil melalui bimbingan teknis jabatan fungsional serta diklat analis kepegawaian. Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya Pengelolaan Administrasi Kepegawaian yang lebih baik, maka perlu diatur secara menyeluruh dengan menerapkan norma, standar, dan prosedur yang seragam dalam penetapan formasi, pengadaan pegawai, pengembangan, kenaikan pangkat, penetapan gaji, pengisian jabatan struktural/fungsional dan program kesejahteraan pegawai, serta pemberhentian/pensiun yang merupakan unsur dalam manajemen Pegawai Negeri Sipil, baik Pegawai Negeri Sipil Pusat maupun Pegawai Negeri Sipil Daerah. Pembinaan SDM Aparatur Pertanian Melalui Organisasi Kedinasan Didalam suatu organisasi diperlukan manusia yang dapat menggerakan kegiatan-kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. karena manusia berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi, sebagai perencana, pelaku dan penentu terwujudnya tujuan organisasi. Begitu juga pada unit kerja Kementerian Pertanian, tujuan organisasi tidak mungkin terwujud tanpa peran aktif pegawai, bagaimanapun canggihnya alatalat atau sarana prasarana yang dimiliki oleh satuan kerja tersebut. 5 Seperti diketahui bahwa Sumberdaya Manusia (SDM) memerlukan pembinaan secara kontinyu, karena mereka mempunyai latar belakang yang berbeda. Sehingga dengan pembinaan yang baik dan terus menerus akan diperoleh persamaan persepsi dari masing-masing SDM, yang pada gilirannya tujuan organisasi yang diharapkan dapat tercapai. Selain pembinaan, SDM juga mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi. Dengan semakin kompleknya kebutuhan pegawai, maka untuk memenuhi 14 14

Bab II. Perencanaan dan Perjanjian Kerja kebutuhan pegawai dalam menunjang kegiatan pada satuan kerja tersebut perlu disediakan alokasi anggaran yang memadai, agar tugas dan fungsi pada unit kerja yang bersangkutan dapat tercapai sesuai yang diharapkan. Perencanaan dan Pengelolaan Anggaran Setiap satuan kerja pada instansi pemerintah diharuskan untuk menyusun sebuah perencanaan tentang program dan kegiatan apa yang akan mereka laksanakan pada suatu tahun secara komprehensif dan akuntable. Proses penjaringan aspirasi tentang kegiatan kegiatan yang dibutuhkan oleh suatu unit kerja merupakan salah satu bagian dari tata cara perumusan rencana kinerja tahunan. Kegiatan kegiatan yang telah ditetapkan untuk dilaksanakan pada suatu tahun akan didokumentasikan pada suatu dokumen yaitu Dokumen Penetapan Kinerja. Dokumen ini merupakan kontrak kinerja dari Kepala Satuan Kerja Biro Organisasi dan Kepegawaian dengan Kuasa Pengguna Anggaran. Implikasi yang signifikan dari peraturan ini adalah setiap unit kerja pemerintah berkewajiban untuk menyusun rencana kinerja tentang kegiatan kegiatan yang akan dilakukan pada tahun yang akan datang dengan mengacu kepada rencana strategis yang ada. Hal ini dilakukan agar kebijakan-kebijakan yang akan dilaksanakan sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Kegiatan kegiatan yang ada di dalam rencana kinerja suatu satker, tidak semuanya akan direalisasikan. Ada suatu proses penelaahan yang memberikan beberapa pertimbangan, sehingga ada beberapa kegiatan yang akan ditunda pelaksanaannya. Untuk kegiatan kegiatan yang tidak di tunda pelaksanaannya akan ditetapkan dalam sebuah Penetapan Kinerja yang menjadi kontrak kinerja kepala satker dengan kuasa pengguna anggaran. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga adalah salah satu dokumen anggaran yang berisi alokasi dana setiap kegiatan yang akan dilaksanakan oleh setiap unit kerja pemerintah. Pada setiap pengajuan anggaran, setiap unit kerja harus melampirkan data-data pendukung dari kegiatan kegiatan yang telah direncanakan yaitu Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dari setiap kegiatan. Kerangka Acuan Kerja dan Rencana anggaran Biaya akan menjadi sebuah dokumen yang memaparkan tentang konsep kegiatan secara rinci dan komprehensif yang akan dilaksanakan oleh suatu unit kerja. Penganggaran yang menjadi salah satu instrumen pengendalian pemerintah dalam prosesnya dibutuhkan suatu pembatasan sehingga kegiatan yang terlaksana dapat berjalan secara efesien dan efektif. Untuk mewujudkan suatu penganggaran yang efesien dan efektif maka diperlukan suatu penelaahan terhadap rencana kerja dan anggaran, kerangka acuan kerja, dan rencana anggaran biaya pada tiap instansi pemerintah. Oleh sebab itu, Satuan Kerja Biro Organisasi dan Kepegawaian perlu menyusun dan menelaah 15

Bab II. Perencanaan dan Perjanjian Kerja rencana kerja dan anggaran serta seluruh data dukung pengalokasian anggaran yang ada, demi mewujudkan efisien dan efektif serta akuntable. Fasilitasi Urusan Ketatausahaan dan Kerumahtanggaan Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan di sektor pertanian yang menjadi tugas Biro Organisasi dan Kepegawaian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian, maka sesuai dengan Permentan Nomor 61 Tahun 2010 terdapat salah satu tupoksi yaitu Fasilitasi Ketatausahaan dan Kerumahtanggaan. Adapun bentuk kegiatan dari output ini antara lain: 1. Melakukan Perencanaan Program dan Pengukuran Kinerja 2. Melakukan Penyusunan Anggaran dan Pelaporan Kinerja 3. Melaksanakan pekerjaan-pekerjaan teknis administratif dan pelayanan untuk mendukung pencapaian tujuan Biro. 4. Memfasilitasi tersedianya keterangan dan informasi bagi pimpinan Biro, untuk membuat keputusan atau melakukan tindakan yang tepat. 5. Melakukan Pembinaan, Koordinasi dan Sinkronisasi Kegiatan Organisasi ke UPT di Daerah 6. Membantu kelancaran upaya peningkatan kinerja organisasi Biro. 7. Menyusun pertanggungjawaban keuangan lingkup Biro Organisasi dan Kepegawaian yang meliputi Laporan Keuangan dan Laporan Barang Milik Negara 8. Melaksanakan Pengadaan Belanja Modal Mengingat banyak dan beragamnya kegiatan yang akan dilakukan oleh Biro Organisasi dan Kepegawaian serta diperlukannya keselarasan antar berbagai kegiatan tersebut, maka diperlukan adanya upaya Koordinasi dalam hal pembinaan dan pelaporan kinerja, agar berbagai kegiatan Biro Organisasi dan Kepegawaian dapat lebih bersinergi satu sama lain dalam kerangka perbaikan kinerja Biro Organisasi dan Kepegawaian secara keseluruhan. Dikarenakan kegiatan Koordinasi dalam hal pembinaan dan pelaporan kinerja tersebut bersifat lintas institusi (unit kerja) dan lintas kegiatan yang ada di lingkup Biro Organisasi dan Kepegawaian maupun lintas satuan kerja dan lintas instansi pemerintah, maka kegiatan ini sangat penting untuk diselenggarakan pada satuan kerja Biro Organisasi dan kepegawaian agar sistem birokrasi yang ada dapat berjalan secara dinamis dan tepat sasaran. Kegiatan Fasilitasi Urusan Ketatausahaan dan Kerumahtanggaan akan lebih banyak berfungsi dalam memberikan pelayanan dukungan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan mulai dari perencanaan hingga pelaporan dari seluruh kegiatan yang ada pada Biro Organisasi dan Kepegawaian. Oleh karena itu fokus utama kegiatan ini akan lebih diarahkan pada koordinasi dalam rangka pelaksanaan kegiatan dan evaluasi capaian kinerja dari seluruh kegiatan yang ada pada Biro Organisasi dan Kepegawaian. 5 16 16

Bab II. Perencanaan dan Perjanjian Kerja B. RENCANA KINERJA DAN PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 Rencana Strategis tersebut di atas, kemudian dijabarkan secara lebih luas dalam Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Biro Organisasi dan Kepegawaian, yang selanjutnya berdasarkan RKT tersebut disusun penetapan kinerja atau perjanjian kinerja yang berisi sasaran strategis, kegiatan, indikator kinerja dan target berdasarkan ketersediaan anggaran dan prioritas kegiatan. Untuk tahun 2013, Rencana dan penetapan kinerja Biro Organisasi dan Kepegawaian, seperti diuraikan pada tabel di bawah ini. TABEL 1 RENCANA KINERJA TAHUN 2013 SASARAN INDIKATOR TARGET STRATEGIS 1 Terwujudnya organisasi birokrasi pertanian dengan visi, misi, tugas, dan fungsi yang jelas dan dengan struktur yang proporsional dengan beban tugasnya KINERJA 1 2 3 PENATAAN KELEMBAGAAN 1 Penataan Organisasi Kementerian Pertanian 4 DOKUMEN Masukan : Dana 232,860,000 Sumber daya manusia Keluaran : Jumlah Dokumen Penataan Organisasi Kementerian Pertanian 6 Orang 1 Laporan 2 Penataan Organisasi UPT Kementerian Pertanian Masukan : Dana 203,800,000 Sumberdaya manusia (SDM) Keluaran : Jumlah Dokumen Penataan Organisasi UPT Kementerian Pertanian 6 Orang 1 Dokumen 3 Peningkatan Efektivitas Kelembagaan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Bidang Pertanian Masukan : Dana 94,680,000 Sumberdaya manusia (SDM) Keluaran : Jumlah Dokumen Peningkatan Efektivitas Kelembagaan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Bidang Pertanian 6 Orang 1 Laporan 4 Forum Koordinasi UPT Kementerian Pertanian Masukan : Dana 250,548,000 Sumberdaya manusia (SDM) 6 Orang Keluaran : Jumlah Dokumen Pelaksanaan Forum Koordinasi 1 Laporan UPT Kementerian Pertanian 2 Terwujudnya profesionalisme pegawai melalui pengembangan jabatan fungsional PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL 1 Penyusunan Pedoman/ Juklak/ Juknis Jabatan Fungsional Rumpun Ilmu Hayat 3 LAPORAN 17

Bab II. Perencanaan dan Perjanjian Kerja 3 Terwujudnya pelayanan prima dalam penyelenggaraan pelayanan publik pada unit kerja pelayanan publik bidang pertanian dan budaya kerja 4 Terwujudnya sistem, prosedur, dan tata kerja yang menjamin efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaan tugas dan fungsi serta reformasi birokrasi. 2 Masukan : Dana 323,050,000 Sumberdaya manusia (SDM) 6 Orang Keluaran : Jumlah Laporan 1 Dokumen Penyusunan Pedoman/ Juklak/ Juknis Jabatan Fungsional Rumpun Ilmu Hayat 2 Sosialisasi Peraturan Jabatan Fungsional Rumpun Ilmu Hayat Masukan : Dana 267,050,000 Sumberdaya manusia (SDM) 6 Orang Keluaran : Jumlah Laporan 1 Laporan Sosialisasi Peraturan Jabatan Fungsional Rumpun Ilmu Hayat 3 Evaluasi Penilaian DUPAK Jabatan Fungsional RIHP Masukan : Dana 229,150,000 Sumber daya manusia (SDM) 6 Orang Keluaran : Jumlah Laporan Evaluasi Penilaian DUPAK Jabatan 1 Laporan Fungsional RIHP PEMBINAAN PELAYANAN PUBLIK DAN BUDAYA KERJA 1 Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Bidang Pertanian 3 LAPORAN Masukan : Dana 790,000,000 Sumberdaya manusia (SDM) 6 Orang Keluaran : Jumlah laporan peningkatan kualitas 2 Laporan pelayanan publik bidang pertanian 2 Peningkatan Kualitas Budaya Kerja Kementerian Pertanian Masukan : Dana 149,200,000 Sumberdaya manusia (SDM) 6 Orang Keluaran : Jumlah laporan peningkatan kualitas budaya 1 Laporan kerja lingkup Kementerian Pertanian KETATALAKSANAAN 1 Penyusunan Sistem, Prosedur, dan Pembakuan Sarana Kerja 4 LAPORAN Masukan : Dana 301,000,000 Sumberdaya manusia (SDM) 5 Orang Keluaran : Jumlah Laporan Penyusunan Sistem, Prosedur, 1 Laporan dan Pembakuan Sarana Kerja Pembinaan, Evaluasi, dan Pengembangan Standar Operasional Prosedur Masukan : Dana 207,000,000 Sumber daya manusia 5 Orang Keluaran : Jumlah Laporan Pembinaan, Evaluasi, dan 1 Laporan dan Pengembangan Standar Operasional Prosedur 3 Desiminasi Pelaksanaan Peningkatan Capacity Building Masukan : Dana 183,000,000 Keluaran : Sumber daya manusia Jumlah Laporan Desiminasi Pelaksanaan Peningkatan Capacity Building 5 Orang 1 Laporan 5 18 18

Bab II. Perencanaan dan Perjanjian Kerja 4 Fasilitasi Penyusunan NSPK dan Tata Hubungan Kerja Masukan : Dana 236,500,000 Keluaran : 1 Fasilitasi Reformasi Birokrasi Sumber daya manusia Jumlah Laporan Penyusunan NSPK dan Tata Hubungan Kerja REFORMASI BIROKRASI 5 Orang 1 Laporan 4 LAPORAN Masukan : Dana 832,950,000 Sumber daya manusia 5 Orang Keluaran : Jumlah laporan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi 3 Laporan Kementerian Pertanian 2 Penyelenggaraan Bimbingan Teknis di Bidang Manajemen Masukan : Dana 155,000,000 Sumber daya manusia 5 Orang Keluaran : Jumlah Laporan Penyelenggaraan Bimbingan Teknis 1 Laporan di Bidang Manajemen PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN ANGGARAN 1 Penyusunan Rencana dan Penetapan Kinerja 5 DOKUMEN Masukan : Dana 89,000,000 Sumber daya manusia 13 Orang Keluaran : Jumlah Dokumen Rencana Kinerja Tahunan dan 2 Dokumen 2 Pengelolaan Anggaran Dokumen Penetapan Kinerja Masukan : Dana 519,045,000 Sumber daya manusia 13 Orang Keluaran : Jumlah Laporan Pengelolaan Anggaran 1 Laporan 3 Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Masukan : Dana 131,950,000 Keluaran : Sumber daya manusia Jumlah Dokumen Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran KEGIATAN DAN PEMBINAAN 1 Ketatausahaan, Kerumahtanggaan, dan Pelaporan Kinerja 13 Orang 2 Dokumen 7 LAPORAN Masukan : Dana 528,300,000 Keluaran : Sumber daya manusia Jumlah Laporan Ketatausahaan, Kerumahtanggaan, dan Pelaporan Kinerja 2 Koordinasi, Pembinaan, dan Pemantauan Bidang Organisasi, Ketatalaksanaan, dan Kepegawaian 13 Orang 1 Laporan Masukan : Dana 200,000,000 Keluaran : Sumber daya manusia (SDM) Jumlah Laporan Perjalanan Monitoring dan Evaluasi Bidang Organisasi, Ketatalaksanaan, dan Kepegawaian 13 Orang 1 Laporan 19