BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari melalui hortikultura. Hortikultura

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

I. PENDAHULUAN. dengan efektif dan efisien, maka harus memperhatikan penerapan sistem

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar.

BAB I PENDAHULUAN. ( 2012), yang berjudul PEMBERDAYAAN PRODUKSI

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( )

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Jenis Usaha, Nama, Sejarah Perusahaan dan Lokasi Perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

I. PENDAHULUAN. perusahaan jasa boga dan perusahaan pertanian maupun peternakan.

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Blocher (2007:12) Husnanto (2013:1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aneka ragam jenis tanaman sayuran dapat dibudidayakan dan dihasilkan di

I. PENDAHULUAN. komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil menengah dan koperasi serta

BUDIDAYA JAMUR TIRAM. Oleh : NILA ANGGRAENI PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

Prosiding Manajemen ISSN:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dagang selalu mengadakan persediaan (inventory).

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan semakin ketat. Pada jenis perusahaan manufaktur, hanya perusahaan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sangat berperan penting sebagai sumber asupan gizi yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang sering mengalami kemacetan. Awal mula masuknya sepeda ke Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. negara agraris yang sangat kaya dengan hasil bumi, baik yang dilakukan di area

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan terhadap Objek Studi Sejarah CV. Vannisa Gambar 1.1 Logo CV. Vannisa Sumber : CV.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap laba yang diperoleh

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, mengingat. pentingnya kebutuhan pangan untuk mencapai angka kecukupan gizi.

BAB 2 PRODUK 2.1 Spesifikasi Produk Tabel 2.1 Kandungan Gizi JamurTiram No Komposisi Dalam %

Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan peradaban manusia menimbulkan adanya perkembangan

I. PENDAHULUAN. fotosintesis. Oleh karena itu, didalam pertumbuhannya jamur memerlukan zat-zat

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU MIRANTI DENGAN METODE EOQ PADA UD. MAJU JAYA. : Siti Fariza Gita :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Usaha Kuliner Lingkungan Bisnis Keripik Jamur Tiram

PROSPEK TANAMAN PANGAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun

PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK BUDIDAYA JAMUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menempati posisi penting dalam memberikan kontribusi bagi perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan

Analisis Persediaan Jahe Gajah di PT XYX Lembang Jawa Barat

VI. ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

Pemberdayaan Kelompok Tani Usaha Budidaya Jamur Tiram Kelurahan Kambo Kecamatan Mungkajang Kota Palopo. Sapar 1 Muh. Halim Palatte 2 Imran Ukkas 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Era globalisasi saat ini membuat persaingan antar produk yang sejenis

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM

PENDAHULUAN. dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan hortikultura juga

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan. Jenis sediaan yang ada dalam

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai.

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA JAMUR TIRAM

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

STABILISASI HARGA PANGAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pangan pokok saja, tetapi telah berkembang menjadi berbagai jenis bahan makanan

PENDAHULUAN. dikonsumsi. Jenis jamur tiram yang dibudidayakan hingga saat ini adalah jamur

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sebagai makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi seperti saat ini, perkembangan di bidang ilmu teknologi

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KUESIONER PENELITIAN MANAJEMEN RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH USAHA MILIK BAPAK SUKAMTO DI DESA CIPAYUNG, KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR

I. PENDAHULUAN. suatu jenis tanaman yang menghasilkan buah yang dapat dimakan mentah ataupun

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 286 unit, Jawa Timur sebanyak 231 unit, serta Bali sebanyak 225 unit.

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat di indonesia, pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dalam menentukan persediaan perusahan harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas asia atau yang disebut dengan masyarakat ekonomi asia

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

1 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. daerah satu dengan yang lainnya. Menurut konsep geografi yang pernah diuraikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. semakin hari semakin meningkat. Hal ini menjadi peluang bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PELUANG BISNIS JAMUR

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terintegrasi dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer

B I A YA B A H AN A. Perencanaan Bahan Tujuan perencanaan bahan Masalah yang timbul dalam perencanaan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

ABSTRAK. Tabel 1. Luas Tanam, Luas Panen, Hasil dan Produksi Jamur Tiram di Kabupaten Ciamis

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain mengalami pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. dalam penelitian ini. Bagian ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan

VII PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pesat hal ini ditandai dengan besarnya permintaan pasar akan jamur, bahkan bisnis

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keragaman sumber daya alam di Indonesia dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari melalui hortikultura. Hortikultura merupakan proses budidaya pertanian modern dengan bidang kerja yang meliputi pembenihan, pembibitan, produksi tanaman, hama dan penyakit, panen, dan pengemasan. Salah satu budidaya hortikultur yang ada adalah budidaya jamur pangan, lebih khususnya adalah jamur tiram. Budidaya jamur pertama kali berkembang pesat di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Taiwan, RRC, dan negara-negara Eropa. Kesadaran akan pentingnya mengkonsumsi jamur sebagai bahan pangan yang sehat membuat jamur menjadi salah satu komoditi penting di negara-negara tersebut. Di Indonesia, budidaya jamur tiram mulai diperkenalkan dan dirintis oleh para petani di Cisarua, Lembang, Jawa Barat sekitar tahun 1990. Setelah krisis moneter melanda Indonesia pada tahun 1998 silam, masyarakat mulai mencari alternatif untuk mengatasi kesulitan dan mencari penghasilan, karena saking banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada saat itu, mengakibatkan lapangan kerja yang berkurang secara drastis dikarenakan banyaknya perusahaan yang gulung tikar. Sebagai alternatif, masyarakat di Cisarua dan Parongpong

2 mulai banyak yang menjadi pengusaha dan mendirikan berbagai macam usaha, salah satunya adalah budidaya jamur tiram, meski pada saat itu, skala usaha masih pada tahap usaha rumah tangga. Jamur tiram dapat menjadi alternatif bagi masyarakat yang ingin mengurangi konsumsi daging berlemak. Jamur tiram memiliki cita rasa yang mirip dengan daging ayam, sehingga di berbagai macam restoran, jamur tiram diolah dan dimasak layaknya seperti daging ayam atau sapi, salah satu contohnya adalah burger jamur. Disamping itu, harganya yang murah menjadikan jamur tiram komoditas bahan pangan yang banyak dicari oleh masyarakat. Budidaya jamur tiram di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat memiliki pangsa pasar yang jelas. Hampir semua pengusaha jamur tiram memiliki relasi dengan pedagang yang siap menerima hasil produksi dengan harga yang lumayan tinggi bila dibandingkan dengan komoditas sayuran lainnya. CV. CITI MANDIRI AGRITECH merupakan salah satu perusahaan yang membudidayakan dan memproduksi jamur tiram di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat. Alasan mengapa perusahaan memilih untuk membudidayakan jamur tiram karena budidaya jamur tidak mengenal musim sehingga dapat menghasilkan keuntungan sepanjang tahun, dengan perputaran uang yang berlangsung hampir setiap hari. Kesadaran masyarakat akan khasiat jamur tiram membuat permintaan jamur tiram terus meningkat. Selain karena rasanya yang lezat, alasan masyarakat mulai mengkonsumsi jamur disebabkan oleh pertimbangan kesehatan. Sampai saat ini, permintaan pasar terhadap komoditas jamur tiram masih belum dapat

Ton 3 terpenuhi. Hal ini disebabkan karena tingkat permintaan yang tidak sebanding dengan tingkat produksi. Setelah penulis melakukan wawancara dengan pemilik perusahaan, dapat diketahui bahwa rata-rata permintaan jamur tiram mencapai 140 ton per bulan. Perusahaan CV. CITI MANDIRI AGRITECH mencoba untuk memenuhi permintaan jamur tiram tiap bulannya, namun tingkat produksinya fluktuatif, terkadang permintaan terpenuhi dan terkadang tidak karena keterbatasan tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat pada grafik berikut : 160 140 120 100 80 60 40 20 0 permintaan produksi Sumber : Penjualan CV. CITI MANDIRI AGRITECH (diolah,2013) Gambar 1.1 Perbandingan antara Tingkat Permintaan dan Tingkat Produksi Jamur Tiram di CV. CITI MANDIRI AGRITECH Tahun 2012 Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa bila dilihat perbandingan antara tingkat produksi dan permintaan setiap bulannya, perusahaan belum mampu memenuhi permintaan akan kebutuhan jamur tiram seluruhnya. Tingginya tingkat

4 permintaan merupakan suatu peluang yang dimanfaatkan oleh CV.CITI MANDIRI AGRITECH untuk terus berproduksi jamur tiram. Didalam suatu usaha, salah satu faktor utama untuk memulai dan terus mempertahankan proses produksi bergantung dari bagaimana perusahaan tersebut memiliki perencanaan produksi yang tepat. Adapun fungsi dari perencanaan produksi antara lain untuk menetapkan produk yang akan diproduksi agar konsisten terhadap rencana strategis perusahaan, kapan produk tersebut harus selesai dibuat, menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap rencana produksi, dan untuk mengatur persediaan untuk mencapai target produksi. Salah satu tujuan utama dari perencanaan produksi adalah untuk meminimalisir investasi pada persediaan. Tersedianya bahan baku yang sesuai dengan kebutuhan menjadi salah satu unsur penting dan dasar dari semua proses di dalam produksi. Jika bahan baku tidak tersedia, maka perusahaan tidak dapat berproduksi. Berikut ini adalah bahan baku yang dibutuhkan berikut harganya untuk memproduksi jamur tiram di CV. CITI MANDIRI AGRITECH : Tabel 1.1 Harga Bahan Baku Pembuatan Jamur Tiram CV. CITI MANDIRI AGRITECH Bahan-bahan Harga (dalam Rupiah) Satuan Serbuk gergaji 3.500 Karung Dedak 4.200 Kg Kapur 300 Karung Botol bekas 200ml 700 Botol

5 Serbuk jagung 1.500 Kg Sumber : CV. CITI MANDIRI AGRITECH tahun 2012 Untuk proses pembuatannya, jamur tiram bukanlah suatu komoditas yang terbilang rumit untuk dibudidayakan. Adapun bahan dasar dari proses budidaya jamur tiram adalah serbuk gergaji, sedangkan serbuk jagung hanya digunakan sebagai bahan pengganti jika serbuk gergaji sulit untuk didapatkan sehingga pemesanannya pun jarang dilakukan. Serbuk gergaji, dedak, dan kapur dicampurkan ke dalam satu botol bekas berukuran 200ml yang kemudian akan ditransformasikan dari botol ke dalam log untuk kemudian difermentasikan. Dari 1 botol tersebut dapat menghasilkan 12 sampai dengan 35 baglog plastik media tunas jamur tiram. Setelah itu, baglog-baglog tersebut disimpan di dalam ruangan tertutup selama kurang lebih satu bulan sampai tunas-tunas jamur tiram bermunculan dan siap untuk dipanen. Pada habitatnya, jamur tiram tumbuh pada serbuk kayu dan berada pada areal yang sejuk. Oleh karena itu jamur tiram sering disebut juga dengan jamur kayu. Untuk itu, dalam membudidayakan jamur tiram, perlu diperhatikan media tanamnya. Media yang umum dipergunakan untuk membiakkan jamur tiram adalah serbuk gergaji kayu yang merupakan limbah dari penggergajian kayu. Ketersediaan bahan baku serbuk gergaji sebagai bahan dasar pembuatan media tanam sangat menentukan kelangsungan hidup budidaya jamur tiram karena serbuk gergaji memegang persentasi sebesar 75% dari proses produksi. Tanpa tersedianya serbuk gergaji, jamur tiram akan sulit untuk tumbuh pada media

6 tanam yang lain. Oleh karena itu, pembelian serbuk gergaji merupakan suatu kebutuhan pokok dan membutuhkan pengeluaran terbesar bagi perusahaan dari seluruh biaya budidaya jamur tiram. Untuk dapat memproduksi jamur tiram, media tanam yang harus digunakan merupakan serbuk gergaji yang masih memiliki serat-serat kayu karena sesuai dengan di habitat aslinya, jamur tiram tumbuh pada kayu-kayu dan rantingranting pepohonan yang sudah lapuk. Supplier bahan baku CV. CITI MANDIRI AGRITECH merupakan perusahaan yang bergerak dalam pembuatan rotan dan kayu. Sisa-sisa serbuk kayu selanjutnya dikumpulkan untuk kemudian dijual sebagai bahan baku pembuatan jamur tiram. Kegiatan produksi jamur tiram membutuhkan pemakaian serbuk gergaji dengan pemakaian minimal 1500 karung tiap bulannya, dengan rata-rata pemesanan 2000 karung, seperti yang terlihat pada tabel berikut ini : Tabel 1.2 Jumlah Pemesanan dan Persediaan Bahan Baku Serbuk Gergaji CV. CITI MANDIRI AGRITECH Tahun 2010-2012 Tahun Bulan Bahan Baku Pemesanan Persediaan yang Terpakai Persediaan akhir tahun 100 karung Januari 1500 karung 1500 karung 100 karung Februari 1700 karung 1700 karung 100 karung Maret 2000 karung 2000 karung 100 karung April 2000 karung 2200 karung 300 karung 2010 Mei 2500 karung 2400 karung 200 karung Juni 1950 karung 2000 karung 250 karung Juli 1700 karung 1800 karung 350 karung Agustus 1950 karung 1900 karung 300 karung September 2000 karung 2000 karung 300 karung

7 Oktober 1950 karung 2000 karung 350 karung November 2000 karung 1900 karung 250 karung Desember 1800 karung 1800 karung 250 karung Persediaan akhir tahun 250 karung Januari 1900 karung 1900 karung 250 karung Februari 1900 karung 2000 karung 350 karung Maret 2100 karung 2200 karung 450 karung April 2050 karung 2000 karung 400 karung Mei 2000 karung 2000 karung 400 karung 2011 Juni 2300 karung 2300 karung 400 karung Juli 2350 karung 2400 karung 450 karung Agustus 2150 karung 2200 karung 500 karung September 2000 karung 2000 karung 500 karung Oktober 1650 karung 1700 karung 550 karung November 1650 karung 1700 karung 600 karung Desember 1700 karung 1700 karung 600 karung Persediaan akhir tahun 600 karung Januari 1500 karung 1600 karung 700 karung Februari 1550 karung 1600 karung 750 karung Maret 1800 karung 1800 karung 750 karung April 2200 karung 2000 karung 550 karung Mei 2050 karung 2000 karung 500 karung 2012 Juni 2000 karung 2000 karung 500 karung Juli 1850 karung 1900 karung 550 karung Agustus 2000 karung 2000 karung 550 karung September 2000 karung 2200 karung 750 karung Oktober 2000 karung 2400 karung 950 karung November 2200 karung 2100 karung 850 karung Desember 2000 karung 1900 karung 750 karung Persediaan akhir tahun 750 karung Sumber : Data Pemesanan dan Persediaan Serbuk Gergaji pada CV. CITI MANDIRI AGRITECH (diolah,2013) Dari Tabel 1.2 dapat dilihat jumlah pemakaian, pemesanan, dan persediaan bahan baku serbuk gergaji tiap akhir bulan. Tingkat persediaan bahan baku serbuk gergaji dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 terus menerus meningkat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah persediaan tiap akhir tahunnya. Pada akhir tahun 2010 jumlah persediaan serbuk gergaji sejumlah 250 karung, akhir tahun 2011 jumlah persediaan serbuk gergaji meningkat menjadi 600 karung, dan pada akhir tahun

karung 8 2012 meningkat lagi menjadi 750 karung. Terjadinya peningkatan persediaan dari tahun ke tahun tersebut disebabkan karena terkadang terdapat sisa dari penggunaan bahan baku serbuk gergaji yang tidak terpakai sehingga sisa bahan baku bertambah kuantitasnya. Adanya sisa bahan baku disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor sumber daya manusia yang kurang, proses pengerjaan yang memakan waktu, dan pasokan bahan baku dari supplier yang tidak menentu jumlahnya. Karena persediaan serbuk gergaji yang terkadang terbatas jumlahnya dari supplier, menyebabkan perusahaan tidak dapat menentukan secara pasti berapa harus memesan bahan baku. Berikut adalah grafik peningkatan persediaan dari tahun 2010 s/d tahun 2012 : 800 700 600 500 400 300 Tingkat Persediaan 200 100 0 2010 2011 2012 Sumber: Data Persediaan Bahan Baku Serbuk Gergaji CV. CITI MANDIRI AGRITECH (diolah,2013) Gambar 1.2

9 Gambaran Persediaan Bahan Baku Serbuk Gergaji di CV. CITI MANDIRI AGRITECH Tahun 2010-2012 Setelah melakukan wawancara dengan pemilik CV. CITI MANDIRI AGRITECH, salah satu penyebab menumpuknya persediaan adalah pembelian bahan baku serbuk gergaji yang seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan. Tingkat persediaan yang besar menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk persediaan bahan baku cukup besar. Apabila dibiarkan maka arus kas perusahaan akan terganggu karena perusahaan harus menginvestasikan biayanya untuk persediaan saja dalam jumlah yang cukup besar. Kelebihan biaya persediaan dapat menyebabkan perusahaan mengalami kerugian. Biaya persediaan berkaitan dengan biaya produksi pada perusahaan karena biaya persediaan termasuk kedalam biaya produksi. Pada perusahaan ini, kegiatan untuk mengefisiensikan biaya persediaan masih sulit untuk dilakukan. Untuk mengetahui berapa rupiah biaya yang telah dikeluarkan perusahaan untuk persediaan, diperoleh dari biaya pembelian bahan baku perusahaan selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Dapat diketahui bahwa biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk pembelian persediaan pada tahun 2010 adalah Rp81.200.000,00, untuk tahun 2011 sebesar Rp.84.350.000,00, dan untuk tahun 2012 sebesar Rp.82.250.000,00 Rp.81.200.000,00 Rp.84.350.000,00 Rp.82.250.000,00

10 2010 2011 2012 Sumber: Data Keuangan CV. CITI MANDIRI AGRITECH (Diolah,2013) Gambar 1.3 Biaya Pembelian Bahan Baku Serbuk Gergaji Per Akhir Tahun Tahun 2010 2012 Tingkat persediaan bahan baku serbuk gergaji yang berlebih akan mengakibatkan membengkaknya biaya pembelian dan penyimpanan persediaan bahan baku yang dikeluarkan oleh perusahaan dan juga menyebabkan pemborosan bahan baku. Jika bahan baku tersebut tidak digunakan dalam waktu kurang dari tiga hari maka akan mengurangi kualitas dari pertumbuhan jamur tiram karena media yang digunakan sudah lembab. Oleh sebab itu, perusahaan harus mengendalikan persediaan agar biaya persediaan dan pemborosan dapat diminimalisir agar dapat meningkatkan efisiensi biaya persediaan. Perusahaan yang dapat mencapai tingkat efisiensi adalah perusahaan yang dapat menjalankan proses produksi dengan proses yang berlangsung dengan tepat, tidak membuang-buang biaya, waktu, dan tenaga. Kegiatan mengefisiensikan biaya persediaan sulit untuk dilakukan karena memiliki permasalahan dalam mengatur pemesanan bahan baku produksi dengan kuantitas yang datang seringkali berbeda dengan yang dipesan.

11 Di dalam manajemen operasional, salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah pemborosan biaya persediaan adalah dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ). Metode ini telah lama digunakan oleh perusahaan-perusahaan produsen dan jasa. Dengan menerapkan metode tersebut, perusahaan diharapkan dapat meminimumkan biaya berdasarkan kepada jumlah pemesanan yang ekonomis. Pentingnya manajemen persediaan menjadi salah satu faktor penting dalam meminimalkan biaya persediaan dan membantu perusahaan dalam mencapai target produksi. Penulis akan mencoba untuk menghitung pengendalian persediaan dengan metode Economic Order Quantity (EOQ) agar perusahaan dapat mencapai efisiensi biaya persediaan yang paling ekonomis. CV. CITI MANDIRI AGRITECH masih kurang efektif dan efisien dalam melakukan perencanaan penyimpanan bahan baku, oleh sebab itu, penulis akan membahas tentang ini dan diharapkan dapat mencari solusi dari masalah tersebut, agar perusahaan dapat melakukan kegiatan produksinya secara efektif serta dapat menekan pengeluaran biaya untuk persediaan. Guna mendukung penulisan ini, penulis akan membahas lebih dalam mengenai pentingnya melakukan perencanaan kebutuhan bahan baku di perusahaan CV. CITI MANDIRI AGRITECH, dalam bentuk skripsi yang berjudul ANALISIS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PERSEDIAAN PADA CV. CITI MANDIRI AGRITECH.

12 1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah Masalah kualitas dan mutu dari jamur tiram berhubungan dengan bahan baku. Perusahaan dituntut untuk menghasilkan jamur tiram dengan efisien. Hal ini tentu dapat dicapai jika perusahaan memiliki manajemen yang baik. Jika perusahaan tidak menangani bahan baku pembuatan jamur tiram dengan benar, maka produk jamurnya pun akan buruk. Oleh karena itu, perusahaan membutuhkan manajemen persediaan yang baik yang dapat meningkatkan efisien. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya dan melakukan penelitian, penulis menemukan permasalahan seperti, kegiatan pengendalian suplai, pengadaan bahan baku, frekuensi, kuantitas, dan waktu pemesanannya. Jika mampu mengatasi permasalahan diatas maka perusahaan diharapkan dapat mencapai efisiensi biaya persediaan dengan menggunakan metode EOQ. Dengan dicapainya efisiensi biaya persediaan maka dapat mendukung perusahaan untuk mendapatkan keuntungan yang optimal serta mengurangi pemborosan. 1.2.2 Rumusan Masalah Dari hasil penelitian yang dilakukan, terdapat hal-hal yang akan dikaji lebih lanjut yaitu : 1. Bagaimanakah gambaran pengelolaan persediaan bahan baku & biaya persediaan pada CV. CITI MANDIRI AGRITECH saat ini?

13 2. Bagaimanakah gambaran pengelolaan persediaan bahan baku dengan menggunakan metode EOQ & biaya persediaan dengan metode EOQ? 3. Bagaimanakah efektifitas pengelolaan persediaan bahan baku dengan metode EOQ melalui perbandingan biaya persediaan yang dikeluarkan? 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan penulis dengan maksud untuk membuat skripsi ekonomi di dalam bidang manajemen, berdasarkan dari data dan informasi yang telah dikumpulkan selama penelitian, maka penelitian ini termasuk ke dalam ruang lingkup manajemen operasional. Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui gambaran pengelolaan persediaan bahan baku & biaya persediaan pada CV. CITI MANDIRI AGRITECH saat ini. 2. Mengetahui gambaran pengelolaan persediaan bahan baku dengan menggunakan metode EOQ & biaya persediaan dengan metode EOQ. 3. Mengetahui efektifitas pengelolaan persediaan bahan baku dengan metode EOQ melalui perbandingan biaya persediaan yang dikeluarkan. 1.3.2 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian dapat dikelompokkan menjadi kegunaan akademis dan kegunaan praktis.

14 1. Kegunaan akademis Secara akademis diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu manajemen operasional yang berkaitan dengan pengaruh pengelolaan persediaan dengan menggunakan metode Economic Order Quantity terhadap efisiensi biaya persediaan. 2. Kegunaan praktis Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi manajemen perusahaan dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan persediaan dan bahan baku.

15