autologous control yang positif mengindikasikan adanya keabnormalan pada pasien itu sendiri yang disebabkan adanya alloantibody di lapisan sel darah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. darah yang hilang akibat perdarahan, luka bakar, mengatasi shock dan

PEMERIKSAAN RUJUKAN KASUS IMUNOHEMATOLOGY UDD PMI PUSAT TAHUN No. Kasus Jumlah 1 AIHA tipe dingin 33 kasus 2 AIHA Tipe Hangat/dingin 9 kasus

BAB III METODE PENELITIAN. pemeriksaan di Unit Transfusi Darah Cabang Palang Merah Indonesia

b. Serum grouping ( Back Typing)

KASUS INCOMPATIBLE PADA PEMERIKSAAN UJI SILANG SERASI (CROSSMATCHING) PADA LEBIH DARI SATU DONOR DENGAN METODE GELL TEST

BEBERAPA KONDISI DI BAWAH INI DAPAT MENYEBABKAN PEMBENTUKKAN ANTIBODI DALAM TUBUH:

b) Prinsip c) Teori PENGGOLONGAN ABO

Beberapa kondisi di bawah ini dapat menyebabkan pembentukkan antibodi dalam tubuh:

KONSEP GOLONGAN DARAH ABO DAN RHESUS. Ns. Haryati

Golongan darah. Kuliah SP modul HOM 2009

GOLONGAN DARAH. Sejarah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal merupakan sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga

Pemeriksaan Laboratorium Sebelum Transfusi Darah dan Pada Reaksi Transfusi. Efrida 7 Maret 2012

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi cukup besar dan menimbulkan resiko lebih lanjut yang dapat. darah masih saja terjadi.( Soedarmono, S.M.Yuyun, 2008 ).

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan di bidang kedokteran transfusi sudah. berkembang pesat dari sejak ditemukannya golongan darah

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS

TUGAS KELOMPOK TRANSFUSI DARAH GOLONGAN DARAH. Disusun Oleh : Ayu Anulus. Putu Desy Metriani. Natalia Sandra Margasira. Ni Luh Novita Pratami

ALEL GANDA. Oleh ARNI AMIR

KOP DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK BERITA ACARA PEMERIKSAAN PELAYANAN DARAH (UTD)

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar belakang. orang yang sudah meninggal, kegunaan golongan darah lebih tertuju pada

Shabrina Jeihan M XI MIA 6 SISTEM TR A N SFU SI D A R A H

BAB III METODE PENELITIAN. total dalam serum dan plasma pada balita yang dirawat inap di RS.Telogorejo.

PANDUAN PELAYANAN DARAH DI BANK DARAH RUMAH SAKIT SENTRA MEDIKA CIBINONG BAB I

Anemia Hemolitik. Haryson Tondy Winoto,dr,Msi.Med.,Sp.A Bag. IKA UWK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian darah yang berasal dari donor kepada seorang penderita (resipien).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya, berada dalam konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA)

MATERI DAN METODA. Kandang dan Perlengkapannya Pada penelitian ini digunakan dua kandang litter sebesar 2x3 meter yang

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang ilmu pediatri dan ilmu Genetika Dasar.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Hewan coba Metode Penelitian 1 Isolasi dan Produksi Antigen E/S Fasciola gigantica

METODELOGI PENELITIAN

MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Hewan Percobaan Vaksin AI-ND Pakan Kandang dan Perlengkapannya

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH

PEMERIKSAAN RF (RHEUMATOID FACTOR)

2 sampai homogen dan diinkubasi 37o C dalam waterbath selama 1530 menit. Berikutnya tabungtabung dipusingkan 1000 RPM selama 10 menit, supernatan dibu

BAB III BAHAN, ALAT DAN METODA

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

Pendahuluan. Tujuan Penggunaan

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol)

PRAKTIKUM ISOLASI DNA DAN TEKNIK PCR

PENETAPAN GOLONGAN DARAH

TRANSFUSI DARAH. Maimun ZA. Laboratorium Patologi Klinik FKUB-RSSA Malang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia membawa gen penyakit ini. Kalau sepasang dari mereka menikah,

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way

GOLONGAN DARAH Sejarah : Landsteiner (1900) : gol darah A, B, AB, O gol darah lain : Lewis, Duffi, rhesus, Kidd, Lutheran Yang terpenting ; ABO dan rh

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum

ALEL GANDA DAN PEWARISAN GOLONGAN DARAH

PROSEDUR TETAP PENGAMATAN EKSPRESI PROTEIN DENGAN METODE IMUNOSITOKIMIA

BAB I PENDAHULUAN. antigen) yang terkandung di dalam sel darah merah (Fitri, 2007).

PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG

LAPORAN PRAKTIKUM SEROLOGI IMUNOLOGI IMUNODIFUSI GANDA

LAPORAN AKHIR IMUNOSEROLOGI Pemeriksaan kadar C-Reaktif Protein (CRP) pada sampel serum

Golongan Darah. darah donor + resipien. oleh karena terjadi aglutinasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang

Komposisi per liter: Pancreatic digest of casein Enzymatic digest of soya bean Sodium chloride

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Pengaruh Vitamin E (α-tocoferol) Terhadap Kerusakan,

SIFILIS No. Dokumen : No. Revisi :00 Tanggal Terbit : 1 Juli 2015 Halaman : 1

Teknik Identifikasi Bakteri

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Penelitian 3.2 Metode Penelitian Persiapan dan Pemeliharaan Kelinci sebagai Hewan Coba

METODOLOGI PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Agus Yohena Zondha (2010), membahas mengenai

LAMPIRAN. Lampiran 1. Komposisi Media MGMK Padat dan Cara Pembuatannya Bahan: Koloidal kitin 12,5% (b/v) 72,7 ml. Agar 20 g.

PENYAKIT HEMOLITIK PADA NEONATUS MADE SUANDIKA SKEP,NS,MKEP CWCCA

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. Penanaman sel ke 96-wells plate. Uji Viabilitas Sel

II. METODELOGI PENELITIAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL. Tujuan Praktikum Untuk pengambilan sampel yang akan digunakan untuk analisis.

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Alel Ganda Suhardi, S.Pt.,MP

BAB III METODE PENELITIAN

Darah donor dan produk darah yang digunakan pada penelitian medis diperiksa kandungan HIVnya.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Subkultur Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Laut dalam Mendegradasi Glifosat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kegunaan Penentuan Golongan Darah A, B, AB, O

BAB III METODE PENELITIAN. adalah variasi jenis kapang yaitu Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dan

Teknik Pewarnaan Bakteri

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kecepatan pemusingan berbeda yang diberikan pada sampel dalam. pemeriksaan metode pengendapan dengan sentrifugasi.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium

Uji benedict (Semikuantitatif) Tujuan : Menghitung secara kasar kadar glukosa dalam urin. Dasar teori :

LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOLOGI PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH A, B, AB, O & RHESUS DISUSUN OLEH : KELOMPOK V-A/ GANJIL NUR ALIMIN [ ]

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. Forensik Serologi

SKEMA SERTIFIKASI TEKNIK TRANFUSI DARAH LSP BIDANG KETEKNISIAN MEDIK SNI ISO/IEC : 2012

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitianini dilaksanakandaribulanagustus - Desember 2015 di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen, antibodi, panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah

METODE PENELITIAN. Penelitian ini berupa deskriptif pemeriksaan laboratoris. Penelitian dilakukan di

Transkripsi:

SCREENING ANTIBODY Screening antibody test melibatkan pengujian terhadap serum pasien dengan dua atau tiga sampel reagen sel darah merah yang disebut sel skrining/sel panel. Sel panel secara komersial disiapkan dari suspensi sel donor golongan O yang sudah diketahui Ag typingnya selain dari golongan ABO, contohnya : D, C, E, c, e, M,N, S, s, P, Lea, Leb, K, k, Fya, Fyb, dan Jkb.Sebanyak dua atau tiga sel sel skrining diperlukan untuk mendeteksi adanya antibodi dalam uji pra-transfusi.

Sel skrining yang ideal adalah sel darah merah yang homozigot untuk antigen yang signifikan (Rh, Duffy, Kidd) karena antigen yang homozigot akan bereaksi lebih kuat dengan antibodi dibandingkan dengan antigen yang heterozigot yang hanya bereaksi lemah sehingga sulit terdeteksi. Sel skrining juga kadang mengandung antigen yang menimbulkan reaksi yang lemah seperti antigen V, Cw, dan Kpa maka antigen tersebut tidak diperlukan untuk skrining sel

Tujuan Screening Antibody Test Test ini berguna untuk mendeteksi adanya suatu antibody dalam serum selain anti-a atau anti-b yang biasanya dihubungkan dengan reaksi hemolitik non-abo sehingga dapat memastikan persediaan darah yang bebas dari penyebab infeksi-infeksi penyakit dengan cara melacaknya sebelum darah tersebut ditransfusikan. Antibodi ini disebut sebagai unexpected antibody (antibodi tak terduga) karena hanya 0,3 sampai 2% dari kebanyakan orang yang memiliki positif antibody screen. Setelah unexpected antibody tersebut sudah terdeteksi, maka dilakukan skrining identifikasi antibodi untuk menetukan antibodi spesifik.

Autologous Control Autologous Control merupakan bagian dari screening antibody yang dapat dilakukan secara paralel dengan Antibody screen. Autologous Control menggunakan spesimen serum pasien dengan sel darah merah pasien.

Hasil autologous control yang positif mengindikasikan adanya keabnormalan pada pasien itu sendiri yang disebabkan adanya alloantibody di lapisan sel darah merahnya sendiri. Jika demikian biasanya hasil dari Direct Antiglobulin Test (DAT)nyapun positif. Auto-antibodi, yaitu antibodi yang biasanya terbentuk karena obat atau idiopatik dan jika pasien telah ditransfusikan.

Pemeriksaan screening antibody biasanya digunakan untuk : a. Pasien yang membutuhkan transfusi b. Pada ibu hamil c. Pada saat terjadi kasus reaksi transfusi d. Pemeriksaan terhadap darah dan plasma donor Pemeriksaan skrining antibodi menggunakan sel panel kecil karena pada tes ini hanya ingin mengetahui kemungkinan-kemungkinan antibody yang terkandung dalam serum pasien/donor

Lain halnya dengan pemeriksaan identifikasi antibodi yang menggunakan sel panel besar karena pada tes ini berguna untuk mengidentifikasi antibody yang terkandung dalam serum pasien/donor secara spesifik. Skrining antibodi dilakukan apabila hasil dari direct coomb s test negatif Prinsip dari screening test antibody : untuk mengetahui ada atau tidaknya kemungkinan irregular atau regular allo antibodi dalam serum pasien maupun donor secara invitro.

Metoda : aglutinasi tidak langsung (indirek Coomb s test) Alat dan Bahan: a. Sel Panel kecil b. Sel Panel Besar c. Bovine albumin 22 % d. Coomb s Serum (A.H.G) e. Saline Persiapan Reagensia : a. Biarkan reagen pada suhu kamar b. Catat Batch No. dan tanggal Kadaluwarsa Peralatan : a. Inkubator ( Waterbath) 37ᵒC b. Centrifuge c. Mikroskop d. Rak tabung e. Tabung reaksi ukuran 12 x 75 mm f. Pipet pasteur g. Botol semprot h. Slide test i. Beaker glass j. Wadah limbah

Prosedur Kerja Dengan Sel Panel Kecil 1. 2 tetes serum tetes sel panel 1 2. 2 tetes serum Os tetes sel panel 2 3. 2 tetes serum OS tetes suspensi sel OS 5% Medium Saline Medium BA

Medium saline 1. 2 tetes serum tetes sel panel 1 2. 2 tetes serum Os tetes sel panel 2 3. 2 tetes serum OS tetes suspensi sel OS 5% 1.B. Diinkubasi pada sushu 37 ⁰C selama 1 jam 1. A. Diinkubasi 18 ⁰ 20⁰C selma 20 60 menit Atau diinkubasi 20 ⁰C selama 20 menit, kemudian diputar 1000 rpm selama 1 menit 2.A.Dilakukan pembacaan hasil 1 A 2.B.Dilakukan pembacaan hasil 1B

Medium Bovine albumin 1. 2 tetes serum tetes sel panel 1 2. 2 tetes serum Os tetes sel panel 2 3. 2 tetes serum OS tetes suspensi sel OS 5% 1. Ditambahkkan masingmasing 2 tetes bovine albumin 22% dan di homogenkan 2. Kemudian diinkubasi pada suhu 37⁰C selama 15-6menit. 3. Dilakukan pembacaan hasil.

1. Dicuci dengan sebanyak 3x saline 2. Supernatant dibuang hingga bersih. Bila hasil negatif : 3. Pada masing masing tabung diteteskan AHG sebanyak 2 tetes dan dihomogenkan 4. Diputar 3000 rpm selama 15-20 detik. 5. Dilakukan pembacaan hasil sesuai table panel Kecil

Pembacaan Hasil : 1. non aglutinasi : tidak ada irreguler allo antibody 2. aglutinasi : adanya irreguler allo antibody pada serum pasien/donor Uji validasi pekerjaan : 1. bila hasil ICT negative, maka ditambahkan CCC masing-masing 1 tetes pada semua tabung lalu dihomogenkan 2. kemudian dicentrifuge selama 15-20 detik pada kecepatan 3000 rpm 3. pembacaan hasil : a. Positif : reagensia yang dipergunakan dan pekerjaan yang dilakukan valid b. Negatif : reagensia yang dipergunakan dan pekerjaan yang dilakukan invalid Hasil pemeriksaan skrining antibodi yang menunjukkan positif aglutinasi harus dilanjutkan ke pemeriksaan identifikasi antibodi

Beberapa keuntungan yang didapat bila melakukan pemeriksaan skrining antibodi 1. Bagi resipien a. Sebagai persiapan operasi pemeriksaan ini dapat dilakukan terlebih dahulu, sehingga memudahkan mencari darah donor yang kompatibel pada pemeriksaan cocok serasi

b. Pemeriksaan reaksi silang minor dan reaksi antar donor ditiadakan, karena semua donor sudah diketahui tidak mengandung antibodi irreguler. c. Kemungkinan ditemukannya antibodi irreguler lebih besar dibandingkan dengan pemeriksaan cocok serasi. Pemeriksaan skrining antibodi dapat dilakukan bersamasama dengan pemeriksaan reaksi silang. 2. Bagi Donor Antibodi yang ditemukan dapat dicantumkan didalam kartu donor sebagai peringatan bagi UTD, baik pada saat ia mendonorkan darahnya maupun pada saat ia sendiri membutuhkan darah.

3. Bagi UTD a. Kesalahan manusia berupa kesalahan penulis identitas, tetesan maupun tertukarnya tabung-tabung reaksi akibat banyaknya tabung yang digunakan. b. Waktu yang dibutuhkan untuk pemeriksaan Uji Cocok Serasi menjadi singkat sangat menguntungkan saat permintaan darah Cito, karena minor test dan reaksi antar donor ditiadakan. c. Semua darah donor yang telah diuji saring antibodi siap pakai dan telah diketahui bebas dari antibodi irreguler baik tipe dingin maupun tipe hangat. d. Beberapa darah donor yang mengandung antibodi masih dapat digunakan sebagai PRC

Antibody yang terkandung dalam serum akan terjadi pada reaksi dan fase 1. Dari kelas IgM (regular antibody) Antibody ini akan bereaksi optimal sehingga dapat menimbulkan reaksi aglutinasi pada temperatur rendah dan dari medium saline. Contoh antibody yang sering ditemui adalah anti-n,-i dan -P (IgM)

2. Dari kelas IgG 3. Antibody ini akan bereaksi optimal pada Tahap AHG (medium salin dengan penginkubasian 37 C dan medium BA 22%). Contoh antibody yang sering ditemui adalah anti Rh, Kell, Kidd, dan Duffy (IgG). Sedangkan Lewis dan M, contoh antibody yang mungkin terkandung di dalamnya yaitu IgG, IgM, atau campuran keduanya.

Hal-hal yang harus diperhatikan pada pemeriksaan ini 1. 2. Hasil tes harus segera dibaca setelah disentrifugasi jika menunda dalam pembacaan hasil dapat menyebabkan false negatif. Langkah pertama dalam membaca hasil reaksi aglutinasi adalah melihat tanda-tanda hemolisis yang terdapat di supernatan (warna merah atau merah muda).

3. 4. Serum dari pasien dengan multiple myeloma memiliki berat molekul tinggi plasma ekspander (dextran) yang dapat menyebabkan agregasi sel darah merah tidak spesifik, yang disebut sebagai rouleaux. Alloantibodi lain (seperti Anti-M) yang sangat mungkin reaktif hanya pada suhu kamar

IDENTIFIKASI ANTIBODY Tujuan : untuk mengetahui ada tidaknya irregueler allo antibody dalam serum Prinsip : untuk mengetahui ada atau tidaknya irreguler antibodi yang spesifik dalam serum pasien. Metoda : agglutinasi tidak langsung

Prosedur Kerja dengan Sel Panel Besar 1. 2 tetes serum Os tetes sel panel 1 2. 2 tetes serum Os tetes sel panel 2 3. 2 tetes serum Os tetes sel panel 3 4. 2 tetes serum Os tetes sel panel 4 5. 2 tetes serum Os tetes sel panel 5 6. 2 tetes serum Os tetes sel panel 6 7. 2 tetes serum Os tetes sel panel 7 8. 2 tetes serum Os tetes sel panel 8 9. 2 tetes serum Os tetes sel panel 9 10.2 tetes serum Os tetes sel panel 10 Medium Saline Medium BA

1. 2 tetes serum Os tetes sel panel 1 2. 2 tetes serum Os tetes sel panel 2 3. 2 tetes serum Os tetes sel panel 3 4. 2 tetes serum Os tetes sel panel 4 5. 2 tetes serum Os tetes sel panel 5 6. 2 tetes serum Os tetes sel panel 6 7. 2 tetes serum Os tetes sel panel 7 8. 2 tetes serum Os tetes sel panel 8 9. 2 tetes serum Os tetes sel panel 9 10.2 tetes serum Os tetes sel panel 10 Medium saline 1 1. Diinkubasi 18 ⁰ - 20⁰C selma 20 60 menit Atau diinkubasi 20 ⁰C selama 20 menit, kemudian diputar 1000 rpm selama 1 menit 2.Dilakukan pembacaan hasil.

1. 2 tetes serum Os tetes sel panel 1 2. 2 tetes serum Os tetes sel panel 2 3. 2 tetes serum Os tetes sel panel 3 4. 2 tetes serum Os tetes sel panel 4 5. 2 tetes serum Os tetes sel panel 5 6. 2 tetes serum Os tetes sel panel 6 7. 2 tetes serum Os tetes sel panel 7 8. 2 tetes serum Os tetes sel panel 8 9. 2 tetes serum Os tetes sel panel 9 10.2 tetes serum Os tetes sel panel 10 Medium saline 2 1. Diinkubasi 37⁰C selma 60 menit 2.Dilakukan pembacaan hasil.

Medium Bovine albumin 1. 2 tetes serum Os tetes sel panel 1 2. 2 tetes serum Os tetes sel panel 2 3. 2 tetes serum Os tetes sel panel 3 4. 2 tetes serum Os tetes sel panel 4 5. 2 tetes serum Os tetes sel panel 5 6. 2 tetes serum Os tetes sel panel 6 7. 2 tetes serum Os tetes sel panel 7 8. 2 tetes serum Os tetes sel panel 8 9. 2 tetes serum Os tetes sel panel 9 10.2 tetes serum Os tetes sel panel 10 1. Ditambahkkan masingmasing 2 tetes bovine albumin 22% dan di homogenkan 2. Kemudian diinkubasi pada suhu 37⁰C selama 15-60 menit. 3. Dilakukan pembacaan hasil.

1. Dicuci dengan sebanyak 3x saline 2. Supernatant dibuang hingga bersih. Bila hasil negatif 3. Pada masing masing tabung diteteskan AHG sebanyak 2 tetes dan dihomogenkan 4. Diputar 3000 rpm selama 15-20 detik. 5. Dilakukan pembacaan hasil sesuai table panel besar.

Pembacaan Hasil : 1. non aglutinasi : tidak ada irreguler allo antibody 2. aglutinasi : adanya irreguler allo antibody pada serum pasien/donor Uji validasi pekerjaan : 1. bila hasil ICT negative, maka ditambahkan CCC masing-masing 1 tetes pada semua tabung lalu dihomogenkan 2. kemudian dicentrifuge selama 15-20 detik pada kecepatan 3000 rpm 3. pembacaan hasil : a. Positif : reagensia yang dipergunakan dan pekerjaan yang dilakukan valid b. Negatif : reagensia yang dipergunakan dan pekerjaan yang dilakukan invalid Hasil pemeriksaan skrining antibodi yang menunjukkan positif aglutinasi harus dilanjutkan ke pemeriksaan identifikasi antibodi