Budidaya Ikan Nila. Riza Rahman Hakim, S.Pi. Fisheries Department - UMM

dokumen-dokumen yang mirip
f. Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang dan bersih, g. karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan ba

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

BUDIDAYA IKAN NILA MUHAMMAD ARIEF

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

PENGELOLAAN INDUK IKAN NILA. B. Sistematika Berikut adalah klasifikasi ikan nila dalam dunia taksonomi : Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata

KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS. Oleh: Nama : Fandhi Achmad Permana NIM : Kelas : 11-S1TI-11 Judul : Bisnis Budidaya Ikan Nila

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas benih sebar

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah. Subordo : Siluroidae

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah

BUDIDAYA IKAN GURAME (Osphronemus gouramy)

Pematangan Gonad di kolam tanah

BUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK. drh. Adil Harahap dokadil.wordpress.com

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Ikan Nila

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nila adalah jenis ikan air tawar. Nama Binomial ialah Oreochromis

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan nila merah Oreochromis sp.

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

BUDIDAYA IKAN BELUT ( Synbranchus )

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.23/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA NIRWANA II

USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan)

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga. Pendahuluan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Panduan Singkat Teknik Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Disusun oleh: ADE SUNARMA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA IKAN GABUS

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer)

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

: LATIF BERTY ISTIAJI NIP :

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Produksi benih ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

BUDIDAYA IKAN NILA ( Oreochromis niloticus )

PRODUKSI BENIH NILA GIFT (Oreochromis sp) SECARA MONOSEKS

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) NIRWANA III

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Pembesaran udang galah Macrobrachium rosenbergii kini mengadopsi

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial

Produksi ikan patin pasupati (Pangasius sp.) kelas pembesaran di kolam

KARYA ILMIAH MERAIH SUKSES DENGAN BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE

BUDIDAYA IKAN LELE. TUGAS E-BISNIS ( Electronic Business ) disusun oleh

1.Abstrak. 2.Isi/jenis

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SALINA

TEKNIK PRODUKSI INDUK BETINA IKAN NILA. T. Yuniarti, Sofi Hanif, Teguh Prayoga, Suroso

II. TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.48/MEN/2012 TENTANG

BUDIDAYA IKAN LELE DI KOLAM TERPAL

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE

II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Penentuan Betina dan Jantan Identifikasi Kematangan Gonad

Bisnis Ternak Ikan Lele

KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dari Afrika. Tahun 1969, ikan nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Balai

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

BAB III BAHAN DAN METODE

TINJAUAN PUSTAKA. (Geneticaly Improvement of Farmed Tilapia). Klasifikasi ikan nila GIFT menurut. Khoiruman dan Amri (2005) adalah sebagai berikut :

PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

Meningkatkan Wirausaha Budidaya Ikan. Lele Sangkuriang. (Lingkungan Bisnis)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 45/MEN/2006 TENTANG

GAMBARAN UMUM USAHA. Tabel 4. Penggunaan Lahan Pada Kecamatan Bekasi Utara Pada Tahun 2010

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER

Lampiran 1. Pola Tanam Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele. Periode 1 Periode 2 Periode 3. Periode 4.

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN TAWES (PUNTIUS JAVANICUS) JOIS

3 METODOLOGI PENELITIAN

BUDIDAYA IKAN NILA ( Oreochromis niloticus )

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda

Transkripsi:

Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Riza Rahman Hakim, S.Pi Fisheries Department - UMM

Outline I. Pendahuluan II. Teknik Pembenihan III. Teknik Pembesaran

Pendahuluan uua Nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Bogor pd thn. 1969 Pemberian nama nila diambil dari nama spesiesnya, yaitu nilotica Nama nilotica menunjukkan daerah asal ikan ini, i yaitu sungai Nil di Benua Afrika Sedangkan utk nila Gift yg merupakan hasil persilangan dari nila Taiwan, Mesir, Thailand, Ghana, Singapura, Israel, Senegal, dan Kenya, didatangkan ke Indonesia thn. 1994.

Klasifikasi Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Kelas : Pisces Subkelas : Acanthopterigii t ii Ordo : Perciformes Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis Spesies : Oreochromis niloticus Nama Asing : Nile tilapia Nama Lokal : nila Sumber pustaka: Khairuman dan Amri, 2008

Keunggulan Ikan Nila Pertumbuhannya cepat Mudah berkembang biak Pemakan segala (omnivora) Tahan terhadap serangan penyakit Sangat tahan terhadap perubahan lingkungan Toleransi terhadap lingkungan sangat tinggi, dapat hidup pada salinitas 0 s/d 29 promil, suhu 14 s/d 38 0 C dan ph 5 s/d 11 Suhu yang baik untuk berkembang biak berkisar 25 30 0 C, ph 7 8 Dapat memijah sepanjang tahun dan mulai memijah pada umur 6 8 bulan Seekor induk betina ukuran 200 400 gram dapat menghasilkan anak 500 1000 ekor

Jenis Ikan Nila 1. Nila biasa (lokal) 2. Nila GIFT (Genetic Improvement of Farmed Tilapias) 3. Nila merah 4. Nila TA 5. Nila Nirwana Purwakarta 6. Nila Gesit (Genetically Supermale Indonesia Tilapia) Sukabumi

Keunggulan nila gift dibanding nila lokal l Jumlah telurnya lebih banyak 20 30% Berat benihnya mencapai 17,5 gr dan pertumbuhannya lebih cepat 300 400% Pertumbuhan saat pembesaran lebih cepat 100 200% dengan konversi pakan rendah, yaitu berkisar 0,8 1,2 Lebih tahan terhadap lingkungan yg kurang baik dan memiliki toleransi hidup di perairan dengan salinitas 0 15 promil, shg bisa dipelihara di perairan payau.

Perbedaan Nila dan Mujair (Oreochromis mossambicus) Ikan Nila Ikan Mujair perbandingan panjang total perbandingan panjang total dan dan tinggi badan 3 : 1 tinggi badan 2 : 1 terdapat pola garis-garis vertikal yg terlihat sangat jelas di sirip ekor (6 buah) dan sirip tidak ada kepala lebih besar punggung (8 buah) pada umumnya kepalanya kecil

Membedakan Ikan Nila dan Mujair Ikan Nila Ikan Mujair << back Mujair Muda

Teknik Pembenihan Ikan Nila Teknik Pembenihan Pengelolaan Kolam Pemilihan Induk Manajemen Pakan Pemijahan Penetasan Telur Pemeliharaan Larva

Teknik Pembenihan Pengelolaan Kolam Pemilihan Induk Manajemen Pakan Pemijahan Penetasan Telur Pengelolaan Kolam Ekstensif Perataan tanah dasar kolam Pemupukan 250 1000 gr/m 2 Pemijahan dilakukan di kolam seluas 400 600 m 2 Kolam diisi air setinggi 40 60 cm Induk jantan dan betina dimasukkan bersama dengan kepadatan 1 ekor/m 2. perbandingan induk jantan dan betina 1 : 3 Selama pemijahan diberi pakan tambahan berupa pellet dengan dosis 3% dari berat ikan per hari. Panen larva dilakukan dengan cara menangkap larva secara langsung di permukaan air kolam dan langsung ditebar ke kolam pendederan yang sudah disiapkan Intensif Pemijahan dilakukan dalam bak semen/hapa ukuran 24 48 m 2 dan kedalaman air 60 80 cm Induk ditebar bersama-sama dengan kepadatan 3 4 ekor/m 2. perbandingan antara jantan dan betina 1 : 3 Berbeda dengan pembenihan ekstensif, pada pembenihan intensif yang dipanen dari tempat pemijahan bukan larva, tetapi masih dalam bentuk telur. Telur yang dipanen biasanya ada 4 fase, yaitu telur utuh, sudah bermata, sudah bermata dan berekor, serta larva sempurna. Setiap fasenya, ditampung dalam wadah yang berbeda. T l t l t b t k di dit t k d l d h kh penetasan dibuat dari fibreglass, dan diberi aliran air. Biasanya telur ini akan menetas dalam waktu 3-7 hari. Telur yang tidak menetas berwarna putih dan telur tersebut harus dibuang setiap hari dengan cara disiphon Pemeliharaan Larva Telur-telur tersebut kemudian ditetaskan dalam wadah khusus corong << Back

Pemilihan Induk Teknik Ciri-ciri induk yang unggul: Pembenihan Sehat Pengelolaan Kolam Pemilihan Induk Manajemen Pakan Pemijahan Bentuk badan normal Sisik besar dan tersusun rapi Kepala lebih kecil dibandingkan badan Badan tebal dan hitam keabu-abuan Gerakan lincah Respon terhadap pakan tambahan Penetasan Telur Pemeliharaan Larva

Pemilihan Induk Teknik Pembenihan Pengelolaan Kolam Pemilihan Induk Manajemen Pakan Pemijahan Penetasan Telur Pemeliharaan Larva Perbedaan Induk jantan dan betina Nila Jantan Pada alat urogenetalia terdapat 2 buah lubang, yaitu: anus dan lubang sperma merangkap lubang urine Ujung sirip berwarna kemerah-merahan terang dan jelas Warna perut lebih gelap atau kehitam-hitaman Jika perut distriping mengeluarkan cairan sperma. Nila Betina Pada alat urogenetalia terdapat 3 buah lubang, yaitu: anus, lubang pengeluaran telur dan urine Ujung sirip berwarna kemerah-merahan pucat tidak jelas Warna perut lebih putih Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan.

Kriteria Kuantitatif Sifat Reproduksi Kriteria Satuan Jenis Kelamin Jantan Betina 1. Umur Bulan 6-8 6-8 2. Panjang total Cm 16-25 14-20 3. Bobot tubuh g 400-600 300-450 4. Fekunditas Butir/ekor - 1.000 2.000 5. Diameter telur mm - 2,5 3,1 Sumber: SNI 01-6138-1999 Sumber: SNI 01 6138 1999 Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) Kelas Induk Pokok

Padat penebaran, ukuran benih dan jumlah takaran pakan yang diberikan pada pengembangan calon induk ikan nila hitam No Wadah Penebaran Dosis pakan Frekuensi Waktu Pemanenan (%) pemberian pemeliharaan Kepadatan Ukuran SR (%) Berat (kali) (ekor/m3) (gr) (gr) 1 Jaring 10-25 10 5 4 160 80 400-500 2 Kolam 3 10 3 3 160 80 400 Sumber: SNI 01-6139-1999 Produksi Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis h i niloticus Bleeker) Kelas Induk Pokok k

Nila Jantan Nila Betina

Induk Ikan Nila Gift : Membedakan Jantan (atas) dan Betina (bawah) dari bentuk dan warna tubuh

<< Back

Manajemen Pakan Teknik Pembenihan Pengelolaan Kolam Pemilihan Induk Manajemen Pakan Pemijahan Penetasan Telur Pemupukan kolam telah merangsang tumbuhnya fitoplankton, zooplankton, maupun binatang yang hidup di dasar, seperti cacing, siput, jentik-jentik nyamuk dan chironomus (cuk). Semua itu dapat menjadi makanan ikan nila. Namun, induk ikan nila juga masih perlu pakan tambahan berupa pelet yang mengandung protein 30-40% dengan kandungan lemak tidak lebih dan 3%. Pembentukan telur pada ikan memerlukan bahan protein yang cukup di dalam pakannya. Perlu pula ditambahkan vitamin E dan C yang berasal dan taoge dan daun-daunan/sayuran yang duris-iris. Boleh juga diberi makan tumbuhan air seperti ganggeng gg g (Hydrilla). Banyaknya pelet sebagai pakan induk kira-kira 3% berat biomassa per han. - Bahan pakan yang banyak mengandung lemak seperti bungkil kacang dan bungkil kelapa tidak baik untuk induk ikan. Apalagi kalau bahan tersebut sudah berbau tengik. Dedak halus dan bekatul boleh diberikan sebagai pakan. Bahan pakan seperti itu juga berfungsi untuk menambah kesuburan kolam. Pemeliharaan Larva << Back

Pemijahan Teknik Pembenihan Pengelolaan Kolam Pemilihan Induk Manajemen Pakan Pemijahan Penetasan Telur Pematangan gonad dapat dilakukan dlm bak beton atau hapa Luas bak beton yang cukup ideal 20-30 m 2, hapa berukuran p = 6 m, l = 4 m, t = 1 m. Hapa/tempat pematangan gonad min dibuat 6 buah (3 unt jantan &3 unt betina) Hapa I : induk yg sdh dipijahkan, hapa II : induk yg hampir matang gonad, hapa III : induk yg sdh matang gonad atau siap dipijahkan Padat tebar 5 10 ekor/m 2 Pakan diberikan 3% 5% dari BB Pematangan gonad berlangsung selama 14 hari Pemeliharaan Larva

Pemijahan Teknik Pembenihan Pengelolaan Kolam Pemilihan Induk Manajemen Pakan Pemijahan Penetasan Telur Pemeliharaan Larva Pemijahan dilakukan di bak beton berbentuk persegi panjang dgn luas 12 20 m 2 & dlm 1,5 m Pengairan dilakukan paralel dgn debit air 2 4 liter/menit Bak pemijahan diisi air setinggi 75 100 cm Induk jantan & betina dimasukkan scr bersamaan dgn kepadatan 2 4 ekor/m 2, rasio jantan : betina = 1 : 3 Pemijahan biasanya terjadi pd hari ke 7 setelah penebaran induk Telur yg sdh dibuahi dierami dlm mulut induk betina

Kolam pemijahan. Harus dikeringkan dahulu sebelum digunakan kembali agar hama & penyakit dapat ikut terbunuh

Bak pemijahan secara intensif. Penyusunan berderet dengan sistem pengairan paralel

Proses Pemijahan Nila

Lanjutan

<< Back Lanjutan

Penetasan Telur Teknik Pembenihan Pengelolaan Kolam Pemilihan Induk Manajemen Pakan Pemijahan Penetasan Telur Pemeliharaan Larva Pemanenan telur dilakukan pd hari ke-9 hingga ke-10 atau saat telur sdg dierami Mengurangi air scr perlahan shg induk dpt ditangkap dgn mudah Induk yg ditangkap hrs yg sdg mengerami telurnya, tandanya : selalu memisahkan diri dr kelompoknya, gerakannya lambat, mulut selalu tertutup, pd bag bwh operkulum menggembung Stl ditangkap mulut induk dibuka dgn jari tengah & telunjuk, operkulum dibuka dgn ibu jari & kelingking, posisi kepala berada dibwh Sth itu kepalanya disiram dgn air atau dimasukkan dlm air agar telur yg dierami keluar Telur tsb ditampung dlm sekup net & dikumpulkan dlm baskom plastik Pada waktu panen akan diperoleh bbp fase telur : telur utuh, sdh ada mata, sdh ada mata & ekor dan larva sempurna Keempat fase telur dipisahkan pada baskom yg berbeda

Penetasan Telur Teknik Pembenihan Pengelolaan Kolam Pemilihan Induk Manajemen Pakan Pemijahan Penetasan Telur Unit penetasan telur dibuat sistem resirkulasi yg terdiri dr : tempat penampungan air bersih, corong penetasan telur, tempat penampungan larva Corong penetasan berbentuk kerucut, yg umumnya vul 15 liter dgn tinggi 50 cm & diameter bag atas 30 cm Tower dpt berupa bak beton atau tong plastik yg letaknya lbh tinggi dr corong penetasan agar aliran air lbh mudah Tempat penampungan larva dpt berupa bak beton, bak ini dipasang sekup net atau baki unt menampung larva, letaknya harus dibwh corong penetasan Pemeliharaan Larva

Penetasan Telur Teknik Pembenihan Pengelolaan Kolam Pemilihan Induk Manajemen Pakan Pemijahan Penetasan Telur Pemeliharaan Larva << Back

Pemeliharaan Larva Teknik Pada usaha pembenihan, kegiatan yang dilakukan adalah : a) Memelihara dan memijahkan induk ikan untuk Pembenihan menghasilkan burayak (anak ikan). b) Memelihara burayak (mendeder) untuk menghasilkan Pengelolaan Kolam benih ikan yang lebih besar. Usaha pembenihan biasanya menghasilkan benih yang berbeda-beda ukurannya. Hal ini berkaitan dengan lamanya Pemilihan Induk pemeliharaan benih. Benih ikan nila yang baru lepas dan mulut induknya disebut Manajemen Pakan "benih kebul". Benih yang berumur 2-3 minggu setelah menetas disebut benih kecil, yang disebut juga putihan (Jawa Barat). Ukurannya 3-5 cm. Pemijahan Selanjutnya benih kecil dipelihara di kolam lain atau di sawah. Setelah dipelihara selama 3-1 minggu akan Penetasan Telur dihasilkan benih berukuran 6 cm dengan berat 8-10 gram/ekor. Benih ini disebut gelondongan kecil. Benih nila merah. Berumur 2-3 minggu, ukurannya ± 5 cm. Pemeliharaan Larva Gelondongan kecil dipelihara di tempatt lain lagi selama 1-1,5 bulan. Pada umur ini panjang benih telah mencapai 10-12 cm dengan berat 15-20 gram. Benih ini disebut gelondongan besar.

C. Sistem Pembenihan Benih yang berkualitas : Bentuk benih normal Benih harus berasal dari induk yang jelas asal usulnya Terasa lembut bila dipegang, berarti benih tsb masih muda & bila dipelihara dpt tumbuh dgn cepat Benih harus tersedia kontinu sesuai kebutuhan

Benih yang berkualitas

Ikan Nila Gift dipijahkan setelah umur 5 6 bulan Calon induk betina dapat mencapai 200 250 gram, mengandung telur 500 1000 butir, larva 200 400 ekor Calon induk jantan dapat mencapai 250 300 gram Selang waktu pemijahan 3 6 minggu Masa produktif ikan nila gift 1,5 2 tahun

Pembenihan Sistem Intensif Kelebihan sistem pembenihan intensif : Tidak memerlukan lahan luas Proses pemijahan lebih cepat Hasilnya lebih tinggi Benihnya tunggal kelamin (monosex) Yang dipanen bukan larva atau benih, tetapi telur

Intensif Pemijahan dilakukan k dalam bak semen/hapa ukuran 24 48 m 2 dan kedalaman air 60 80 cm Induk ditebar bersama-sama dengan kepadatan 3 4 ekor/m 2. perbandingan antara jantan dan betina 1 : 3 Berbeda dengan pembenihan ekstensif, pada pembenihan intensif yang dipanen dari tempat pemijahan bukan larva, tetapi masih dalam bentuk telur. Telur yang dipanen biasanya ada 4 fase, yaitu telur utuh, sudah bermata, sudah bermata dan berekor, serta larva sempurna. Setiap fasenya, ditampung dalam wadah yang berbeda. Telur-telur tersebut kemudian ditetaskan dalam wadah khusus corong penetasan dibuat dari fibreglass, dan diberii aliran air. Biasanya telur ini akan menetas dalam waktu 3-7 hari. Telur yang tidak menetas berwarna putih dan telur tersebut harus dibuang setiap hari dengan cara disiphon

Lanjutan Dua hari setelah menetas larva dipindahkan ke bak semen (2 x 1 x 0,5) m 3 atau hapa ukuran (2 x 1 x 0,5) m 3 yang dipasang di kolam secara berderet. Dalam satu hapa bisa ditebar larva sebanyak 2000 4000 ekor dan dipelihara 25 30 hari. Selama dalam hapa atau bak diberi pakan berupa pellet halus.

Ekstensif s & Semi Intensif Intensif Kepadatan : 100 200 Kepadatan : 1000 ekor/m 2 ekor/m 2 Proses pemijahan Proses pemijahan memerlukan waktu 10 hari memerlukan waktu 14 Induk betina 500 g, larva hari yg dihasilkan ilk 700 900 Induk betina 500 g, larva ekor yg dihasilkan 500 700 ekor

Tahapan teknik pembenihan intensif ikan nila gift : Pematangan gonad Pemijahan Pemanenan telur Penetasan telur Pengubahan jenis kelamin

Pendederan: Teknik Pembesaran Pendederan ikan nila dilakukan di kolam yang luasnya antara 500 1000 m 2. Kolam tersebut harus disiapkan seminggu sebelum penebaran benih. Persiapan meliputi pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar. Setelah itu kolam dikapur dengan kapur tohor sebanyak 100 200 gr/m 2 dan dipupuk dengan pupuk organik dengan dosis 500 gr/m 2. Bila kolam sudah siap, larva ditebar pada pagi hari dengan kepadatan 100 200 ekor/m 2. Setiap hari diberi pakan tambahan berupa pellet halus atau dedak sebanyak 750 gr/10.000 ekor larva dan diberikan 3 kali per hari Pemeliharaan di kolam pendederan berlangsung selama 3 4 minggu.

Kriteria Kuantitatif Benih Ikan Nila Hitam Kriteria Satuan Larva Kebul Gabar Belo Sangkal 1. Umur maksimal Hari 7 20 40 70 100 2. Panjang total Cm 0,6-0,7 1-3 3-5 5-8 8 12 3. Berat minimal G 0,02 0,1 1,5 3,0 15 4. Keseragaman ukuran 5. Keseragaman warna % 90 90 90 80 80 % 90 90 90 100 100 6. Keseragaman % 80-90 90-100 90-100 90-100 90-100 kelincahan gerak akibat rangsang luar 7. Keseragaman % 80-90 90-100 90-100 90-100 90-100 gerak berenang melawan arus Sumber: SNI 01-6140-1999 Sumber: SNI 01 6140 1999 Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) Kelas Benih Sebar

Sistem ekstenslf (teknologi sederhana) - Sistem ekstensif merupakan sistem pemeliharaan ikan yang belum berkembang. Input produksinya sangat sederhana. Biasanya dilakukan di kolam air tawar. Dapat pula dilakukan di sawah. Pengairan tergantung kepada musim hujan. Kolam yang digunakan biasanya kolam pekarangan yang sempit. Hasil ikannya hanya untuk konsumsi keluarga sendiri. Sistem pemeliharaannya secara polikultur. Sistem ini telah dipopulerkan di wilayah desa miskin. - Pemupukan tidak diterapkan secara khusus. Ikan diberi pakan berupa bahan makanan yang terbuang, seperti sisa-sisa dapur limbah pertanian (dedak, bungkil kelapa dll.). - Perkiraan pemanenan tidak tentu. Ikan yang sudah agak besar dapat dipanen sewaktu-waktu. Hasil pemeliharaan sistem ekstensif sebenar cukup lumayan, karena pemanenannya bertahap. Untuk kolam herukuran 2 x 1 x 1 m ditebarkan benih ikan nila sebanyak 20 ruang berukuran 30 ekor. Setelah 2 bulan diambil 10 ekor, dipelihara 3 bulan kemudian beranak, demikian seterus. Total produksi sistem ini dapat mencapai 1.000 kg/ha/tahun 2 bln. Penggantian air kolam menggunakan air sumur. Penggantian dilakukan seminggu sekali.

Sistem semi-intensif (teknologi madya) - Pemeliharaan semi-intensif dapat dilakukan di kolam, di tambak, di sawah, dan di jaring apung. Pemeliharaan ini biasanya digunakan untuk pendederan. Dalam sistem ini sudah dilakukan pemupukan dan pemberian pakan tambahan yang teratur. - Prasarana berupa saluran irigasi cukup baik sehingga kolam dapat berproduksi 2-3 kali per tahun. Selain itu, penggantian air juga dapat dilakukan secara rutin. Pemeliharaan ikan di sawah hanya membutuhkan waktu 2-2,5 bulan karena bersamaan dengan tanaman padi atau sebagai penyelang. OIeh karena itu, hasil ikan dan sawah ukurannya tak lebih dari 50 gr. Itu pun kalau benih yang dipelihara sudah berupa benih gelondongan besar. - Budi daya ikan nila secara semi-intensif di kolam dapat dilakukan secara monokultur maupun secara polikultur. Pada monokultur sebaiknya dipakai sistem tunggal kelamin. Hal mi karena nila jantan lebih cepat tumbuh dan ikan nila betina. - Sistem semi-intensif juga dapat dilakukan secara terpadu (intergrated), artinya kolam ikan dikelola bersama dengan usaha tani lain maupun dengan industri rumah tangga. Misal usaha ternak kambing, itik dan sebagainya. Kandang dibuat di atas kolam agar kotoran ternak menjadi pupuk untuk kolam. - Usaha tani kangkung, genjer dan sayuran lainnya juga dapat dipelihara bersama ikan nila. Limbah sayuran menjadi pupuk dan pakan tambahan bagi ikan. Sedangkan lumpur yang kotor dan kolam ikan dapat menjadi pupuk bagi kebun sayuran. - Usaha huler/penggilingan padi mempunyai hasil sampingan berupa dedak dan katul. Oleh karena itu, sebaiknya dibangun kolam ikan di dekat penggilingan tersebut. - Hasil penelitian Balai Penelitian Perikanan sistem integrated dapat menghasilkan ikan sampai 5 ton atau lebih per 1 ha/tahun.

Sistem Sste intensif (teknologi og maju) - Sistem pemeliharaan intensif adalah sistem pemeliharaan ikan paling modern. Produksi ikan tinggi sampai sangat tinggi disesuaikan dengan kebutuhan pasar. - Pemeliharaan dapat dilakukan di kolam atau tambak air payau dan pengairan yang baik. Pergantian air dapat dilakukan sesering mungkin sesuai dengan tingkat kepadatan ikan. Volume air yang diganti setiap hari sebanyak 20% atau bahkan lebih. - Pada usaha intensif, benih ikan nita yang dipelihara harus tunggal dain jantan saja. Pakan yang diberikan juga harus bermutu. - Ransum hariannya 3% dan berat biomassa ikan per hari. makanan sebaiknya berupa pelet yang berkadar protein 25-26%, 26% lemak 6-8%.

PROSES PRODUKSI Berdasarkan SNI 01-6141-1999 Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) Kelas Benih Sebar a. Kualitas Air Media Pemijahan dan Penetasan Telur Suhu : 25 30 0 C Nilai ph : 6,5 8,5 Kandungan oksigen terlarut: min 5 mg/l Ketinggian air : 70 100 cm Kecerahan : > 50 cm b. Penggunaan Bahan Penggunaan bahan kimia dan obat-obatan: kalium permanganat 2-4 ppm, biru metilena 1-3 ppm, oksitetrasiklin 10 ppm

Lanjutan c. Padat Tebar Induk Pada bak 5 ekor/m 3, pada hapa 5 ekor/m 3, pada kolam 1 2 ekor/m 3 d. Perbandingan nisbah kelamin jantan dan betina Adalah 1 : 3 e. Produksi larva 500 750 larva/ekor induk/satu periode

f. Kualitas dan Kuantitas Air Media di Kolam untuk Produksi Kebul, Gabar, Belo, Sangkal (Pendederan I, II, III, IV) Suhu : 25 30 0 C Nilai ph : 6,5 8,5 Kandungan oksigen terlarut: min 5 mg/l Ketinggian air : 50-70 cm Kecerahan : 20-40 cm Kelimpahan plankton : 5.000 7.000 individu/ml f. Kualitas dan Kuantitas Air Media di Sawah untuk Produksi Kebul, Gabar, Belo, Sangkal (Pendederan I, II, III, IV) Suhu : 25 30 0 C Nilai ph : 6,5 8,5 Kandungan oksigen terlarut: min 5 mg/l Ketinggian air : 5-10 cm Kecerahan : dasar kelihatan

f. Kualitas dan Kuantitas Air Media di Jaring untuk Produksi Kebul, Gabar, Belo, Sangkal (Pendederan I, II, III, IV) Suhu : 25 30 0 C Nilai i ph : 5 85 8,5 Ketinggian air : 1 1,5 m dengan kedalaman min 5 m dari dasar jaring Kecerahan : 65-85 cm Kelimpahan plankton : 5.000 10.000 individu/ml

Laju pertumbuhan nila jantan lebih cepat 40% dibandingkan dengan laju nila betina. Pada nila betina yang sudah mencapai ukuran 200 gr pertumbuhannya semakin lambat, namun hal ini tidak berlaku bagi nila jantan. Oleh sebab itu memelihara kelamin tunggal (monosex) nila jantan akan lebih menguntungkan. g Salah satu cara untuk membuat ikan monosex adalah dengan teknik sex reversal.

Cara membuat monosex jantan ikan nila A. Metode Oral (melalui pakan) - Timbang pellet halus sebanyak 1 kg - Timbang hormon methyltestosteron (60 mg/1 kg pakan) - Larutkan hormon tersebut dalam alkohol 90% sebanyak 25 ml, aduk sampai homogen. Kemudian tambahkan pula alkohol 70% sebanyak 300 400 ml dan aduk pula sampai homogen. - Masukkan larutan tersebut dalam pakan dan aduk sampai rata. Kemudian diangin-anginkan anginkan sampai kering (jangan dijemur) - Bila sudah kering, bisa langsung diberikan. Agar awet, masukkan pakan tersebut dalam plastik dan disimpan dalam kulkas. Pakan ini tahan sampai 3 bulan - Larva yang diberi pakan harus berukuran panjang total < 13 mm.

B. Metode Deeping (dengan perendaman) - Larva tersebut direndam dalam larutan hormon methyltestosteron 5 ppm, selama 6 jam dan umur larva 5 7 hari.