REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Gula Tahun Periode

LAPORAN KEMAJUAN TERMIN I X.46

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

TEBU. (Saccharum officinarum L).

4 Akar Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumb

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

KODE JUDUL : X.47 SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING MOCH ROMLI

LAPORAN MONITORING INTERNAL PROGRAM INSENTIF PKPP TAHUN 2012 TAHAP I. 1. Lokus : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan

SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditi strategis bagi perekonomian Indonesia, karena merupakan salah satu dari sembilan

LAPORAN AKHIR REVITALISASI SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS GULA

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu

Upaya Peningkatan Produksi dan Produktivitas Gula dalam Perspektif Perusahaan Perkebunan Negara

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Gula adalah salah satu komoditas pertanian yang telah ditetapkan

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu

Lampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu

DINAMIKA DAN RISIKO KINERJA TEBU SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI GULA DI INDONESIA

PENDAHULUAN Latar Belakang

KODE JUDUL : X.46 AGROEKOLOGI WILAYAH PENGEMBANGAN VARIETAS TEBU DI LAHAN KERING SULAWESI SELATAN MENDUKUNG PERCEPATAN PENCAPAIAN SWASEMBADA GULA

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia

I. PENDAHULUAN. zaman pendudukan Belanda. Pabrik-pabrik gula banyak dibangun di Pulau Jawa,

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

I Ketut Ardana, Hendriadi A, Suci Wulandari, Nur Khoiriyah A, Try Zulchi, Deden Indra T M, Sulis Nurhidayati

BAB I PENDAHULUAN. Tebu merupakan tumbuhan sejenis rerumputan yang dikelompokkan

AGROEKOLOGI WILAYAH PENGEMBANGAN VARIETAS TEBU DI LAHAN KERING SULAWESI SELATAN MENDUKUNG PERCEPATAN PENCAPAIAN SWASEMBADA GULA BAB I PENDAHULUAN

Lahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien

I. PENDAHULUAN. Kebiasaan masyarakat Indonesia mengonsumsi gula akan berimplikasi pada

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menuju Swasembada Gula Nasional Tahun 2014, PTPN II Persero PG Kwala. Madu yang turut sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

SISTEM AGRIBISNIS BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN BPTP SULAWESI SELATAN

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Indonesia Serta

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

1. PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Upaya yang dilakukan antara lain dengan meningkatkan

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. unik yang berbeda dengan komoditi strategis lain seperti beras. Di satu sisi gula

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN PEMBINAAN PERAN INDUSTRI BERBASIS TEBU DALAM MENUNJANG SWASEMBADA GULA NASIONAL.

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

LAPORAN KEMAJUAN TAHAP II PROGRAM INSENTIF PKPP KAJIAN PENGELOLAAN HARA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERBASIS EFISIENSI PEMUPUKAN

JUDUL KEGIATAN: KAJIAN MODEL PTT DALAM BUDIDAYA JAGUNG LOKAL DAN POTENSI PENGEMBANGAN JAGUNG QPM SEBAGAI SUMBER PANGAN ALTERNATIF

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

DISEMINASI VARIETAS KENTANG UNGGUL RESISTEN Phytophthora infestans (Mont.) de Bary

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional

Pengembangan Kedelai Di Kawasan Hutan Sebagai Sumber Benih

KE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis

BAB I PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum.l) merupakan bahan baku utama dalam. dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah serta

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN KERANGKA PIKIR. Geografi menurut ikatan Geografi Indonesia (IGI :1988) dalam adalah ilmu yang

I. PENDAHULUAN. pemerintah yang konsisten yang mendukung pembangunan pertanian. Sasaran pembangunan di sektor pertanian diarahkan untuk meningkatkan

FORM D A. URAIAN KEGIATAN

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

PROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN JAGUNG SEBAGAI SUMBER HIJAUAN PAKAN TERNAK

V. GAMBARAN UMUM KONDISI PERGULAAN NASIONAL, LAMPUNG DAN LAMPUNG UTARA

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)

KAJIAN KARAKTERISTIK PETANI KARET ACEH DALAM MENENTUKAN PILIHAN KELEMBAGAAN TATANIAGA

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

BAB II PABRIK GULA KWALA MADU (PGKM) SEBELUM TAHUN 1984

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

LAPORAN MONITORING INTERNAL PROGRAM INSENTIF PKPP TAHUN 2012 TAHAP II. 1. Lokus : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

VARIETAS UNGGUL BARU (PSDK 923) UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

LAPORAN AKHIR SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING

PENDAHULUAN Latar Belakang

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan suatu perusahaan yang akan dianalisis dengan alat-alat analisis

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

LAPORAN HASIL PENELITIAN dan PENGEMBANGAN, serta HASIL PENGELOLAANNYA Peraturan menteri Negara Ristek No.04/Kp/III/2007

I. PENDAHULUAN. Tahun Produksi Impor

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

BAB I PENDAHULUAN. Nanas merupakan salah satu tanaman buah yang banyak. dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis. Volume ekspor terbesar

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya,

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL

PENDAHULUAN. ton. Data produksi gula 2013 hanya mencapai ton dengan luas wilayah. penyiapan bibit dan kualitas bibit tebu (BPS, 2013).

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

Transkripsi:

REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Saat ini terjadi ketidak seimbangan antara produksi dan konsumsi gula. Kebutuhan konsumsi gula dalam negeri terjadi peningkatan yang lebih besar dari pada peningkatan produksi gula nasional sehingga terjadi defisit gula di Indonesia. Defisit gula nasional sudah terjadi sejak tahun 1967 dan terus mengalami peningkatan sehingga kebutuhan gula nasional terpaksa harus dipenuhi melalui impor gula. Pada tahun 2011 luas areal kebun tebu mencapai 433.000 ha dan produksi hablur 2,39 juta ton. Kebutuhan gula pada tahun 2014 diperkirakan sekitar 5,7 juta ton. Kebutuhan ini akan terpenuhi bila areal pertanaman tebu diperluas hingga 1 juta ha. Selain perluasan areal, pencapaian target swasembada gula ditempuh dengan cara meningkatkan produktivitas tebu dan rendemen gula (Haryono, 2011). Selama kurun waktu 2002 2010, produktivitas tebu berkisar antara 67,1 81,8 ton/ha, sedangkan rendemen antara 6,47 8,20% (Ditjenbun, 2011). Apabila produktivitas dapat ditingkatkan menjadi 87,5 ton/ha dan rendemen ditingkatkan menjadi 8,5% maka perluasan areal untuk pencapaian target swasembada gula dapat dikurangi (Haryono, 2011). Tebu (Saccharum officinarum Linn) adalah tanaman untuk bahan baku gula. Tanaman yang termasuk jenis rumput-rumputan ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatera (Wikipedia, 2007). Menurut Ditjenbun (2011), luas total areal tebu mencapai 418.260 ha, tersebar di Jawa, Sumatera dan Sulawesi. Dari luas areal tersebut terbanyak di Jawa Timur yaitu mencapai 193.573 ha (54%). Masa tanam optimal tebu ada dua pola, yaitu pola pertama pada awal musim kemarau sekitar Mei Agustus, sedangkan pola kedua pada awal musim hujan September November (Ditjenbun, 2011). Masalah klasik yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya produktivitas tebu dan rendahnya tingkat rendemen gula. Rata-rata produktivitas tebu yang ditanam petani di lahan tegalan dan sawah masing-masing sebesar 75 dan 95 ton/ha dengan rendemen gula berkisar antara 7,3 7,5%. Produktivitas dan 1

rendemen ini masih dibawah potensinya yaitu 90 ton/ha untuk tebu yang ditanam di lahan tegalan, sedangkan tebu yang ditanam di lahan sawah mencapai 100 ton/ha dengan rendemen gula bisa diatas 10% (Indrawanto, 2010). Usaha untuk meningkatkan produktivitas tebu dan rendemen gula antara lain dengan menggunakan varietas unggul serta menerapkan teknik budidaya yang benar. Salah satu kegiatan penerapan teknik budidaya yang dapat meningkatkan produktivitas tebu dan rendemen gula adalah roges atau klentek, yaitu kegiatan memisahkan pelepah daun tebu yang telah kering (daduk) dengan tujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan kebun, memaksimalkan sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu dan meningkatkan kualitas tebangan. Daun yang diroges adalah daun kering yang kelopak daunnya sudah membuka 50% (Siregar, 2011). Selama musim tebu, roges dilakukan sebaiknya sampai tiga kali yaitu pertama dilakukan sebelum gulud akhir (umur 4 5 bulan) untuk memudahkan pekerja yang akan melakukan pembumbunan akhir. Roges kedua dilakukan pada umur 7 8 bulan. Daun-daun yang dilepaskan adalah daun dari 7 9 ruas diatas guludan sampai batas daun-daun yang hijau. Daun-daun yang masih hijau tidak boleh diklentek karena dapat mengganggu pertumbuhan tebu (Sutardjo, 2009). Roges ketiga dilakukan empat minggu sebelum tebang (Suryadi, 2009; Dirjenbun, 2011). Sampai saat ini, roges pertama dilakukan dengan menggunakan tangan, sedangkan roges kedua dan ketiga menggunakan sabit. Kebutuhan tenaga kerja untuk roges dengan cara ini mencapai 24 HOK atau setara dengan Rp 600.000,- per hektar per sekali roges, sehingga diperlukan biaya sekitar Rp 1.800.000,- selama musim tanam tebu. Diperlukan alat roges agar dapat menekan kebutuhan tenaga kerja, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. 2. Pokok Permasalahan Roges atau pelepasan pelepah daun tebu yang telah kering diperlukan karena sinar matahari dapat masuk ke sela-sela tanaman sehingga proses pembentukan glukosa-sakarosa di dalam batang tebu dapat dioptimalkan. Kegiatan ini dapat meningkatkan produksi tebu dan rendemen gula. Namun permasalahannya adalah belum tersedianya alat roges tebu, sehingga roges dilakukan dengan tangan atau sabit. Cara ini menyebabkan kebutuhan tenaga kerja untuk roges menjadi cukup besar. Diperkirakan selama musim tebu dibutuhkan sekitar 72 HOK atau Rp 2

1.800.000,- per hektar untuk biaya roges. Dengan diaplikasikannya alat roges tebu diharapkan dapat menghemat waktu, tenaga kerja dan biaya roges dibanding roges dengan alat sabit. 3. Maksud dan Tujuan Kegiatan Maksud dan tujuan kegiatan ini adalah untuk memperoleh prototipe alat roges tebu yang efektif terbuat dari bahan-bahan lokal dengan teknik pengerjaan sederhana sehingga mudah ditiru dan diperbanyak oleh perajin di sekitar wilayah pengembangan tebu. 4. Metodologi Pelaksanaan Alat roges tebu dirancang agar dapat dioperasionalkan dengan mudah oleh tenaga kerja pria maupun wanita. Material komponennya berasal dari bahan-bahan lokal, tidak terlalu mahal, agar dapat diadopsi dengan mudah. Alat roges ini didesain supaya efektif dan ergonomis dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ringan namun tahan lama. Prinsip kerja alat roges ini adalah mengait dan menarik pelepah daun tebu yang telah kering dengan alat yang mempunyai dua sisi mata sabit yang cukup tajam sehingga seluruh bagian pelepah daun tebu yang diroges lepas dari batangnya.. Waktu pelaksanaan Maret Nopember 2012. Pelaksanaan uji kinerja dilakukan sesuai dengan kebutuhan fase meroges yaitu: (1) pada saat menjelang gulud akhir, umur 4 5 bulan, (2) pada saat tebu umur 7 8 bulan dan (3) pada saat 4 minggu sebelum tebang. Berdasarkan panjang tangkai dibuat tiga macam alat roges untuk menyesuaikan dengan ketinggian tanaman tebu. Pengujian dilakukan di lahan tebu milik petani di Jawa Timur. 4.a. Lokus Kegiatan : Kegiatan perekayasaan dilaksanakan di Bengkel Perekayasaan Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat Malang, sedangkan uji kinerjanya dilaksanakan di pertanaman tebu di Propinsi Jawa Timur. Jawa Timur dipilih sebagai tempat dilakukan pengujian karena 54% lahan tebu dfi Indonesia berada di Jawa Timur. 3

4.b. Fokus Kegiatan : Pertanian Pangan 4.c. Bentuk Kegiatan : Penelitian/perekayasaan dan pengembangan. BAB II PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Mempelajari dan mengevaluasi teknik pelepasan daun tebu kering (roges) menggunakan sabit yang dilakukan petani tebu. Pembuatan desain alat pelepas daun (roges) tebu Pembuatan prototipe alat roges tebu Uji kinerja alat roges Modifikasi (bila diperlukan) dan penyempurnaan a. Perkembangan Kegiatan Pada tahap awal dilakukan pengamatan kegiatan klentek daun tebu dengan alat sabit yang dilakukan oleh tenaga peroges di lahan tebu milik petani di Kab. Malang dan Kab. Situbondo, Jawa Timur. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh data atau parameter design yang diperlukan untuk membuat rancangan design prototipe alat roges daun tebu. Data yang diperlukan meliputi: alat yang digunakan untuk meroges, cara menggunakan alat tersebut, varietas tebu, umur tanaman tebu, tinggi tanaman tebu, jarak antar baris atau Pusat ke Pusat (PKP), jumlah ruas, jumlah daun yang diroges, panjang leng atau baris tebu per petak tebu. Berdasarkan data tersebut dibuat rancangan design alat agar target output yang dikehendaki dapat direalisasikan. Rancangan desain alat roges daun tebu yaitu sabit bermata dua dengan tujuan satu kali gerakan dapat meroges semua daun pada batang tebu di kedua sisi kiri dan kanan batang tebu. Dari rancangan desain, dibuat prototipe alat roges tebu. Prototipe dibuat dari bahan besi-baja dengan berat yang hampir sama dengan alat roges sebelumnya, sudut lengkung disesuaikan dengan posisi daun dan bisa efektif menjangkau untuk berbagai ketinggian posisi daun, 4

tangkai alat roges dibuat dari kayu dengan panjang bervariasi menyesuaikan dengan ketinggian tanaman tebu. Uji kinerja dilakukan di lahan tebu di Jawa Timur yang merupakan propinsi yang memiliki luas lahan tebu terbesar yaitu mencapai 54% dari total luas lahan tebu di Indonesia. b. Kendala-Hambatan Pelaksanaan Kegiatan Tidak dijumpai kendala pada saat pelaksanaan kegiatan 2. Pengelolaan Administrasi Manajerial a. Perencanaan Anggaran No. U r a i a n Volume satuan Jumlah (Rp.) Persentase (%) 1. Gaji dan upah 1 keg 123.200.000,- 61,60 2. Bahan 1 keg 11.700.000,- 5,85 3. Perjalanan 1 keg 59.600.000,- 29,80 4. Lain-lain 1 keg 5.500.000.- 2,75 T o t a l B i a y a 200.000.000,- 100 b. Mekanisme Pengelolaan Anggaran Termin I : 30 % dari anggaran (= Rp. 60.000.000,-) bulan April 2012 Termin II : 50 % dari anggaran (= Rp. 100.000.000,-) bulan Mei/juni 2012 Termin III : 20 % dari anggaran (= Rp. 40.000.000,-) bulan September 2012 Pengelolaan Anggaran Termin I No. U r a i a n Volume satuan Jumlah (Rp.) 1. Gaji dan upah 1 keg 40.350.000,- 2. Bahan 1 keg - 3. Perjalanan 1 keg 29.605.000,- 4. Lain-lain 1 keg - T o t a l B i a y a 69.955.000,- 5

Pengelolaan Anggaran Termin II No. U r a i a n Volume satuan Jumlah (Rp.) 1. Gaji dan upah 1 keg 59.70.000,- 2. Bahan 1 keg 11.683.000,- 3. Perjalanan 1 keg 23.495.000,- 4. Lain-lain 1 keg 4.800.000,- T o t a l B i a y a 99.678.000,- c. Rancangan dan Perkembangan Pengelolaan Aset Hasil penelitian berupa prototipe alat roges tebu dan pengelolaan aset dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat di Malang. d. Kendala Hambatan Pengelolaan Administrasi Manajerial Tidak ada BAB III METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA 1. Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja Pelaksanaan pengukuran parameter desain yang dilakukan di lahan tebu di Kab. Malang dan Kab. Situbondo, Jawa Timur, diperoleh data sebagai berikut: alat roges yang digunakan adalah alat semacam sabit bermata satu yang cukup tajam. Cara penggunaannya adalah dengan mengarahkan mata sabit ke pelepah daun yang hendak diroges, kemudian menariknya dari atas ke bawah sampai semua daun yang hendak diroges lepas dari batang tebu. Kegiatan ini diulang pada sisi sebelahnya, sehingga setiap batang tebu paling sedikit mendapatkan dua kali gerakan meroges roges agar semua target daun pada kedua sisi batang tebu dapat diroges semuanya. Pada saat dilakukan pengukuran parameter desain, umur tanaman tebu sekitar 8 bulan. Jarak antar baris atau Pusat ke Pusat (PKP) 100 cm. Tinggi tanaman 2,0 3,0 m. Jumlah ruas 13 19. 1 leng/lolos = 10 m. Dalam 1 leng terdapat 118 150 batang tebu. 1 Ha = 900 leng. Jumlah daun yang diroges = 4 7 lembar daun. Waktu yang diperlukan untuk meroges dengan sabit bermata tunggal sekitar 5,5 6

menit/leng/orang. Jika 1 hari = 6 jam kerja meroges, maka dalam 1Ha memerlukan sekitar 14 HOK. Pembuatan design alat roges tebu mengacu pada alat roges sabit bermata satu. Rancangan alat roges yaitu sabit bermata dua dengan tujuan satu kali gerakan dapat meroges semua daun pada batang tebu di kedua sisi kiri dan kanan. Prototipe dibuat berdasarkan design rancangan. Alat roges berbentuk sabit bermata dua dibuat dari bahan besi-baja. Sudut lengkung = 50 o. Panjang alat roges = 38 cm. Tangkai terbuat dari kayu dengan panjang bervariasi yaitu = 18, 57 dan 93 cm. Uji kinerja dilakukan di lahan tebu di Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Hasil pengujian menunjukkan penggunaan alat roges memerlukan waktu 3,5 menit/leng/orang atau setara dengan 8,75 HOK/Ha. Efisiensi penghematan mencapai 37,5%. Modifikasi dilakukan dengan menambah penahan terbuat dari pipa kecil yang diletakkan diantara dua mata sabit, 2 cm setelah pangkal mata sabit. Tujuan modifikasi adalah untuk meniadakan batang tebu yang terjepit dibagian pangkal alat roges pada saat meroges. a. Kerangka Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja Alat roges tebu dirancang agar dapat dioperasionalkan dengan mudah oleh tenaga kerja pria maupun wanita. Material komponennya berasal dari bahan-bahan lokal, tidak terlalu mahal, agar dapat diadopsi dengan mudah. Alat roges ini didesain supaya efektif dan ergonomis dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ringan namun tahan lama. Prinsip kerja alat roges ini adalah mengait dan menarik pelepah daun tebu yang telah kering dari atas ke bawah dengan alat yang mempunyai dua mata sabit yang cukup tajam sehingga seluruh bagian pelepah daun tebu yang diroges lepas dari batangnya. Waktu pelaksanaan Maret Nopember 2012. Pelaksanaan uji kinerja dilakukan sesuai dengan kebutuhan fase meroges yaitu: (1) pada saat menjelang gulud akhir, umur 4 5 bulan, (2) pada saat tebu umur 7 8 bulan dan (3) pada saat 4 minggu sebelum tebang. Berdasarkan panjang tangkai dibuat tiga macam alat roges untuk menyesuaikan dengan ketinggian tanaman tebu. Pengujian dilakukan di lahan tebu milik petani di Jawa Timur. 7

b. Indikator Keberhasilan Pencapaian Target Kinerja Diperolehnya prototipe alat roges tebu yang dapat menghemat tenaga kerja hingga 37,5% dibanding alat roges sebelumnya serta diterimanya alat roges tersebut oleh petani-peroges untuk kegiatan meroges di wilayah pengembangan tebu. c. Perkembangan dan Hasil Pelaksanaan Litbangyasa Telah dibuat prototipe alat roges daun tebu berdasarkan rancangan design. Alat roges berbentuk sabit bermata dua dibuat dari bahan besi-baja. Sudut lengkung = 50 o. Panjang alat roges = 38 cm. Tangkai terbuat dari kayu dengan panjang bervariasi yaitu = 18, 57 dan 93 cm. Uji kinerja dilakukan di lahan tebu di Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Hasil pengujian menunjukkan penggunaan alat roges memerlukan tenaga kerja 8,75 HOK/Ha. Efisiensi penghematan mencapai 37,5%. Modifikasi dilakukan dengan menambah penahan terbuat dari pipa kecil yang diletakkan diantara dua mata sabit, 2 cm setelah pangkal mata sabit dengan tujuan untuk meniadakan batang tebu yang terjepit dibagian pangkal alat roges pada saat meroges. 2. Potensi Pengembangan ke Depan Prototipe alat roges daun tebu ini mempunyai potensi untuk dikembangkan dimasa mendatang karena dirasakan manfaat dan keunggulannya oleh petaniperoges. Keunggulan alat roges ini dibanding alat roges sebelumnya yaitu: (1) Mempercepat waktu meroges, (2) cara penggunaannya mirip dengan alat roges sebelumnya yang biasa digunakan oleh peroges, (3) harga relatif tidak jauh bebeda dengan alat sebelumnya, (3) terbuat dari bahan lokal yang mudah didapat di wilayah pengembangan tebu, (4) pembuatannya mudah. Untuk mengembangkan alat roges ini diperlukan sistem yang efektif yaitu diawali dengan kegiatan sosialisasi alat roges di petani tebu, Pabrik Gula serta instansi terkait dengan perkebunan khususnya komoditas tebu. 8

a. Kerangka Pengembangan ke Depan Hasil litbangyasa berupa prototipe alat roges tebu ini dapat dikembangkan oleh pengguna seperti petani-peroges maupun Pabrik Gula karena bahan penyusunnya mudah tersedia dan pengerjaannya relatif mudah. b. Strategi Pengembangan ke Depan. Hasil litbangyasa berupa prototipe alat roges tebu ini dikembangkan melalui beberapa media pengembangan, yaitu: sosialisasi ke petani-peroges, staf Pabrik Gula, instansi terkait, website Balittas BAB IV SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program a. Kerangka Sinergi Koordinasi Sinergi koordinasi dilaksanakan dengan Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur, BPTP Jawa Timur, dan beberapa Pabrik Gula di Jawa Timur. Strategi koordinasi diawali dengan kunjungan/sosialisasi ke instansi tersebut dan ditindak lanjuti dengan penyelerasan program perbaikan budidaya khususnya kegiatan roges daun tebu. b. Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program Direalisasikannya program serta disepakatinya MoU kegiatan klentek daun tebu menggunakan alat roges bermata dua dengan Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur, dan beberapa Pabrik Gula di Jawa Timur. c. Perkembangan Sinergi Koordinasi Kelembagaan - Program Telah disepakati penggunaan alat roges daun tebu di PT Gunung Madu Plantation di Lampung, PG Krebet Baru di Malang. 2. Pemanfaatan Hasil Litbangyasa a. Kerangka dan Strategi Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Hasil litbangyasa berupa prototipe alat roges tebu disosialisasikan ke Dinasdinas terkait, Pabrik-pabrik gula dan langsung ke petani-peroges 9

b. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Penerapan hasil inovasi teknologi litbangyasa oleh pengguna dan adanya transfer teknologi dari peneliti ke penyuluh serta ke petani pengguna. c. Perkembangan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Telah disepakatinya penggunaan alat roges daun tebu di PT Gunung Madu Plantation di Lampung dan PG Krebet Baru di Malang. BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan a. Hasil Litbangyasa berupa prototipe alat roges daun tebu yang dibuat mengacu pada parameter desain. Alat roges berbentuk sabit bermata dua dibuat dari bahan besi-baja. Sudut lengkung = 50 o. Panjang alat roges = 38 cm. Tangkai terbuat dari kayu dengan panjang bervariasi yaitu = 18, 57 dan 93 cm. Uji kinerja dilakukan di lahan tebu di Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Hasil pengujian menunjukkan penggunaan alat roges memerlukan tenaga kerja 8,75 HOK/Ha. Efisiensi penghematan mencapai 37,5%. Modifikasi dilakukan dengan menambah penahan terbuat dari pipa kecil yang diletakkan diantara dua mata sabit, 2 cm setelah pangkal mata sabit dengan tujuan untuk meniadakan batang tebu yang terjepit dibagian pangkal alat roges pada saat meroges. b. Pengembangan alat roges daun tebu dilakukan dengan berkoordinasi bersama Dinas terkait, Pabrik Gula dan BPTP 2. Saran Pengembangan alat roges tebu melalui program dan pembiayaan dari pemerintah/dinas-dinas terkait dengan pengawalan dari peneliti dan perekayasa. 10