BAB II KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASAN A. PENGERTIAN Perilaku kekerasan adalah suatu kondisi maladaptif seseorang berespon terhadap marah (Townsend, M.C. 1998). Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart dan Sundeen, 1995). Perasaan marah normal bagi tiap individu, namun perilaku yang dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat berfluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaptif ( Kelliat, 1997 ) Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan menantang. Respon melawan dan menantang merupakan respon yang maladaptif yaitu agresif kekerasaan. Perilaku yang ditampakkan dimulai dari yang rendah sampai yang tinggi, yaitu: Respon adaptif Respon maladaptif asertif frustasi pasif agresif kekerasan Gambar 1. Rentang Respon Marah ( Stuart dan Sundeen, 1995 )
Asertif Frustasi Pasif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain : Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realitas atau terhambat : Respons lanjutan, dimana klien tidak mampu mengungkapkan perasaan. Agresif : memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai. Umumnya klien masih dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain. Kekerasan : Sering juga di sebut gaduh gelisah atau mengamuk. Perilaku kekerasan ditandai dengan menyuruh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata ancaman melukai disertai melukai pada tingkat ringan, dan yang paling berat adalah melukai/merusak secara serius. Klien tidak mampu mengendalikan diri. ( Kelliat, 1997 )
Proses ekspresi marah ancaman atau kebutuhan stress cemas marah merasa kuat mengungkapkan secara merasa tidak adekuat verbal menentang menjaga keutuhan orang lain melarikan diri masalah tidak teratasi lega mengingkari marah marah berkepanjangan ketegangan menurun marah tidak terungkap rasa marah teratasi muncul rasa bermusuhan marah pada diri sendiri marah pada orang lain Represi psikosomatik Agresif mengamuk ( Beck, Rawlins, Williams, 1986 dalam Keliat 1996 )
Menurut Kelliat ( 1996 ) proses terjadinya kemarahan yaitu : Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan dan ancaman. Kemarahan dapat menimbulkan kecemasan. Respon terhadap marah dapat dituangkan dalan 3 cara yaitu (1) mengungkapkan secara verbal; (2) menekan; (3) menentang. Dari ketiga cara ini cara yang pertama adalah konstruktif sedangkan dua cara lain adalah destruktif. Dengan melarikan diri atau menantang akan menimbulkan rasa bermusuhan dan bila cara ini dipakai terus menerus maka kemarahan dapat diekspresikan pada diri sendiri atau lingkungan dan akan tampak sebagai depresi dan psikomatik atau agresif dan ngamuk. Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah sakit jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi. Perilaku kekerasan separti memukul anggota keluarga/orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan yang dilakukan olah keluarga belum memadai sehingga selama perawatan seyogyanya keluarga mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien ( Kelliat, 1996 )
B. PENGKAJIAN. 1. Faktor Predisposisi Beberapa teori dikemukakan untuk menjelaskan ekspresi marah. Faktorfaktor yang dapat menyebabkan masalah ekspresi marah adalah : faktor biologis, psikologis dan sosial cultural. a. Biologis 1) Teori dorongan naluri ( Instrinctual Drive Theory ) Perilaku agresif disebabkan oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang sangat kuat, misalnya : kelaparan dia akan melakukan tindakan yang agresif untuk mendapatkan makanan. 2) Teori psikosomatik ( Psychosomatic Theory ) Pengalaman rasa marah adalah sebagai akibat dari respon psikologis terhadap stimulus eksternal, internal maupun lingkungan. Dan sistem limbic berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun untuk menghambat rasa marah, misalnya stress pada masa lampau, cemas dan kecewa. b. Psikologis 1) Teori agresif dan frustasi ( Frustation Aggression Theory ) Frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal atau terhambat. Keadaan tersebut akan mendorong individu berperilaku agresif, misalnya kehilangan pekerjaan dia akan berperilaku agresif untuk mendapatkan pekerjaannya kembali.
2) Teori perilaku ( Behavioral Theory ) Kemarahan adalah respon belajar dan hal ini dapat dicapai apabila ada fasilitas situasi yang mendukung, misalnya : perasaan jengkel, perasaan tak senang. 3) Teori eksistensi ( Existensial Theory ) Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila kebutuhan tidak dapat terpenuhi melalui hal positif dengan berperilaku konstruktif maka individu akan melakukan hal negatif dengan berperilaku destruktif, misalnya : bertindak amuk, kekerasan, mengejek. c. Sosial Kultural 1) Teori lingkungan sosial ( Social Environment ) Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah. Norma kebudayaan dapat mendukung individu untuk berespon asertif atau agresif, misalnya menarik diri. 2) Teori belajar sosial ( Social Learning Theory ) Perilaku agresif dapat dipelajari secara langsung maupun imitasi dari proses sosialitas, misalnya : bertindak kekerasan, mengejek dan berdebat. ( Stuart dan Sundeen, 1995 ) 2. Faktor Presipitasi Stresor yang khas mencetuskan perasaan marah sifatnya unik untuk setiap individu. Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar maupun dalam.
Contohnya stressor yang berasal dari luar antara lain : serangan fisik, kehilangan, kematian. Sedangkan stressor yang berasal dari dalam adalah putus hubungan dengan orang lain yang berarti, kehilangan rasa cinta, ketakutan pada penyakit yang diderita dan menurunnya prestasi kerja. Perilaku marah sering berkaitan dengan rasa bersalah yang tidak dapat dikendalikan ( Depkes, 1994 ). C. PERILAKU Menurut Keliat ( 1996 ) perilaku dibagi menjadi beberapa dimensi yaitu : 1. Dimensi Emosi Tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam), jengkel. 2. Dimensi Fisik Muka merah, pandangan tajam, nafas pendek, keringat berlebih, sakit fisik, penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat. 3. Dimensi Intelektual Mendominasi, bawel, sarkasme berdebat, meremehkan. 4. Dimensi Spiritual Kemahakuasaan, kebajikan/kebenaran diri, keraguan, tidak bermoral, kebejatan, kreatifitas terhambat. 5. Dimensi Sosial Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, humor. D. MASALAH KEPERAWATAN 1. Perilaku kekerasan 2. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
3. Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah E. POHON MASALAH Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan Perilaku Kekerasan core problem Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah ( Tonwsend. MC, 1998 ) F. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan 2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah ( Tonwsend. MC, 1998 )
G. TINDAKAN KEPERAWATAN Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan Rasional eperawatan Tujuan Kriteria Hasil Tindakan Keperawatan isiko encederai iri, orang in dan ngkungan.d perilaku ekerasan TUM Klien tidak mencederai dengan melakukan manajemen perilaku kekerasan TUK 1. membina hubungan saling percaya Klien mau membalas salam Klien mau berjabat tangan Klien mau menyebutkan nama Klien mau tersenyum Beri salam/panggil nama Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan Jelaskan maksud hubungan Klien bisa percaya perawat sehingga m menceritakan masa yang terjadi/dialam Klien mau berkontak mata Klien mau mengeta- hui nama perawat interaksi Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat Beri rasa aman dan empati Lakukan kontak singkat tapi sering Tuk 2. mengidentifikasi penyebab PK. Klien mengungkapkan perasaannya. mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau kesal ( dari diri sendiri, orang lain, lingkungan). Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/ kesal. mengungkapkan pe dengan lebih santa Tuk 3. mengungkapkan Anjurkan klien Klien tahu tanda-ta perasaan saat marah atau mengungkapkan yang dialami ketika klien jengke
mengidentifikasi jengkel. dan dirasakan saat jengkel tanda-tanda PK. menyimpulkan atau kesal. tanda-tanda jengkel/kesal yang Observasi tanda PK pada dialami. klien. Simpulkan bersama klien tanda-tanda kesal atau jengkel yang dialami klien. Tuk 4. mengungkapkan Anjurkan klien untuk Klien bisa menyeb PK yang biasa dilakukan. mengungkapkan PK yang PK yang biasa dila mengidentifikasi PK bermain peran biasa dilakuakn klien. klien. yang biasa dengan PK yang biasa Bantu klien bermain peran dilakukan dilakukan sesuai dengan PK yang biasa melakukan cara dilakukan. yang biasa dilakukan. Bicarakan dengan klien apakah cara yang klien lakukan masalahnya selesai/tidak. Tuk 5. menjelaskan akibat Bicarakan akibat/ kerugian me dari cara yang digunakan klien. dari cara yang digunakan akibat dari perilaku mengidentifikasi klien kerugian yang dial akibat PK. Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan oleh klien Tanyakan pada klien apakah klien ingin mempelajari cara baru yang sehat. Tuk 6. melakukan cara Tanyakan pada klien apakah berespon terhadap kemarahan klien ingin mempelajari cara mengidentifikasi secara konstruktif. baru yang sehat. cara konstruktif dan Berikan pujian jika klien berespon terhadap mengetahuai cara lain yang
kemarahan. sehat. Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat. a. Cara fisik : tarik nafas dalam jika kesal memukul bantal, kasur atau olah raga atau melakukan pekerjaan yang memerlukan tenaga. b. Cara Verbal : katakan bahwa anda sedang kesal / tersingguang/ jengkel. c. Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara yang sehat lakukan latihan asertif manajemen PK. d. Secara spiritual : anjurkan klien sembahyang, berdoa/ ibadah lain meminta pada Tuhan diberi kesabaran mengadu ke Tuhan tentang kejengkelan. Tuk 7. mendemostrasikan bantu klien untuk memilih Klien bisa melakuk cara mengontrol PK : cara yang tepat untuk klien. marah yang sehat. mendemonstra- a. Fisik : tarik nafas dalam, bantu klien mengidentifikasi sikan cara olahraga, pukul bantal atau manfaat cara yang telah mengontrol PK. kasur. dipilih b. Verbal : mengatakan secara bantu klien menstimulasikan langsung tanpa menyakiti. cara tersebut c. Spiritual : sholat, berdoa/ beri reinforcement positif atas ibadah. keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut
anjurkan klien untuk menggunakan cara yang lain yang telah dipelajari saat jengkel / marah. susun jadwal melakukan cara yang telah dipelajari. Tuk 8. menyebutkan Jelaskan jenis-jenis obat yang Klien bisa tahu ten obat-obat yang diminum dan diminum klien. obat yang dikonsum menggunakan obat kegunaan (jenis, waktu, dosis Diskusikan manfaat obat dan kegunaannya sehin dengan benar ( dan efek ) kerugian berhenti minum obat klien bisa teratur m sesuai program minum obat tanpa seizin dokter. obat. pengobatan ) sesuai program pengobatan. Jelaskan prinsip benar minum obat. Jelaskan manfaat minum obat dan efek obat yang perlu diperhatikan. Anjurkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu. Anjurkan klien melaporkan pada perawat/ dokter jika merasakan efek tidak menyenangkan. Beri pujian jika klien minum obat dengan benar. Tuk 9. Keluarga klien dapat : Identifikasi kemampuan Klien mendapat menyebutkan cara merawat keluarga dalam merawat klien dukungan dari klien PK. dari sikap apa yang telah keluarga untuk mengungkapkan rasa puas dilakukan keluarga terhadap mengontrol perilaku dalam merawat klien. klien. kekerasan. Jelaskan peran serta keluarga
Tuk 10. Klien mendapat perlindungan dari lingkungannya untuk pengontrol PK dalam merawat klien. Jelaskan cara-cara merawat klien: a. Terkait dengan cara mngontrol PK secara konstruktif. b. Sikap tenang, bicara tenang dan jelas. c. membantu klien mengenal penyebab marah. Bantu keluarga mendemons trasikan cara merawat klien. Bantu keluarga mengung - kapkan perasaannya setelah melakukan demonstrsi. Bicara tenang, gerakan tidak terburu-buru, nada suara rendah, tunjukkan kepedulian. Lingkungan agar klien tidak mencederai orang lain dan lingkungan. Jika tidak dapat diatasi lakukan pembatasan gerak atau pengekangan. klien PK tidak teru Lingkungan yan menerima denga adanya klien erilaku ekerasan erhubungan TUM mengontrol perilaku
engan harga kekerasan pada saat iri rendah berhubungan dengan oramg lain TUK 1 Ekspresi wajah bersahabat, Bina hubungan saling percaya Klien bisa percaya membina hubungan menunjukkan rasa senang, ada dengan mengungkapkan perawat sehingg saling percaya kontak mata, mau berjabat prinsip komunikasi terapeutik menceritakan tangan, mau menyebutkan Sapa nama klien dengan yang terjadi/dialam nama, mau menjawab salam, ramah baik verbal maupun klien mau duduk nonverbal berdampingan dengan a. perkenalkan diri dengan perawat, mau mengutarakan sopan masalah yang dihadapi b. tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien c. jelaskan tujuan pertemuan d. jujur dan menepati janji e. tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya f. beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien TUK 2 Daftar kemempuan yang Diskusikan kemampuan dan mengidentifikasi dimiliki klien di rumah sakit, aspek positif yang dimiliki, kemempuan dan rumah, sekolah dan tempat buat daftarnya aspek positif yang kerja Setiap bertemu klien dimiliki Daftar positif keluarga klien dihindarkan dari memberi
Daftar positif lingkungan klien penilaian negatif Utamakan memberikan pujian yang realistik pada kemampuan aspek positif klien TUK 3 menilai kemampuan yang digunakan TUK 4 Klien menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki TUK 5 melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan di rumah sakit Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan di rumah Klien memiliki kemampuan yang akan dilatih Klien mencoba Susunan jadwal harian Klien melakukan kegiatan yang telah dilatih(mandiri, dengan bantuan atau ketergangtungan) melakukan Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit Diskusikan kamampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan di rumah sakit Berikan pujian Meminta klien memilih satu kagiatan yang mau dilakukan di rumah sakit Bantu klien melakukannya jika perlu beri contoh Beri pujian atas keberhasilan klien Diskusikan jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah dilatih Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan Beri pujian atas keberhasilan klien
beberapa kegiatan secara mandiri Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah TUK 6 memanfaatkan sistem pendukung yang ada Keluarga memberi dukungan dan pujian Keluarga memahami jadwal kegiatan harian klien Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah Jelaskan cara pelaksanaan jadwal kegiatan klien di rumah Anjurkan memberi pujian pada klien setiap berhasil.