EVALUASI RUTE ANGKUTAN UMUM PUSAT KOTA DALAM MENGURANGI BEBAN LALU LINTAS DI PUSAT KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR

dokumen-dokumen yang mirip
EKSISTENSI ANGKUTAN PLAT HITAM PADA KORIDOR PASAR JATINGALEH GEREJA RANDUSARI TUGAS AKHIR

BAB 3 STRATEGI DASAR MANAJEMEN LALU LINTAS

EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

KARAKTERISTIK BANGKITAN DAN SEBARAN PERGERAKAN PENDUDUK PADA JALUR PERENCANAAN KERETA KOMUTER LAWANG-KEPANJEN DI MALANG RAYA

TUGAS AKHIR. Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angkutan umum khususnya di provinsi D.I. Yogyakarta dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan

BAB III LANDASAN TEORI. mengetahui pelayanan angkutan umum sudah berjalan dengan baik/ belum, dapat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

TUGAS AKHIR. Oleh: RICO CANDRA L2D

KARAKTERISTIK PENGOPERASIAN ANGKUTAN OJEK SEBAGAI SARANA ANGKUTAN DI KOTA GUBUG TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI KINERJA JARINGAN JALAN ARTERI PRIMER DI KOTA SRAGEN TUGAS AKHIR. Oleh : S u y a d i L2D

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

EVALUASI TARIF ANGKUTAN UMUM YANG MELAYANI TRAYEK PINGGIRAN-PUSAT KOTA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS BIAYA-MANFAAT SOSIAL PERLINTASAN KERETA API TIDAK SEBIDANG DI JALAN KALIGAWE, SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari satu tempat ke tempat lain secara fisik dalam waktu yang tertentu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEMUNGKINAN PENERAPAN SISTEM BUY THE SERVICE PADA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: TRI WURI ANGGOROWATI L2D

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang. dan prasarana yang didukung oleh tata laksana dan sumber daya manusia

BAB II TINJAUAN TEORI

PERENCANAAN ANGKUTAN UMUM (Rute, Terminal, Tempat Henti)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III. tahapan penelitian yang dilakukan sebagai pendekatan permasalahan yang ada. MULAI SURVEY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan

PERENCANAAN??? MENGAPA DIPERLUKAN. Peningkatan jumlah penduduk. Penambahan beban jaringan jalan. & transportasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan yang rendah, terbatasnya sumber daya, khususnya dana, kualitas dan

Sumber: Automology.com. Ir. BAMBANG PRIHARTONO,MSCE JAKARTA, 10 JANUARI 2018

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN KARAKTERISTIK PERGERAKAN PENDUDUK KECAMATAN KALIWUNGU DI KOTA KUDUS TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Indikator pengukuran kinerja jalan perkotaan

SISTEM ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN ANGKUTAN UMUM PENUMPANG BERDASARKAN PENGGUNAAN DAN PENGOPERASIANNYA

BAB I PENDAHULUAN. mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Tetapi sebaliknya, bila transportasi tidak ditata dengan baik maka mengakibatkan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Transportasi di Indonesia mengalami perkembangan sangat pesat pada saat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS TUNDAAN PADA RUAS JALAN MAJAPAHIT KOTA SEMARANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang.

NINDYO CAHYO KRESNANTO. .:

BAB III LANDASAN TEORI. memenuhi kriteria-kriteria yang distandardkan. Salah satu acuan yang dapat

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. juga meningkat bahkan melebihi kapasitas sarana dan prasarana transportasi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PENGEMBANGAN BUS KOTA MALANG RAYA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Kota Surakarta sangat cepat. Hal ini bisa dilihat

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi)

I-1 BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Evaluasi Kinerja Angkutan Umum (Bis) Patas dan Ekonomi Jurusan Surabaya - Malang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 STRATEGI DASAR MANAJEMEN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. Dari beberapa lokasi kemacetan lalu-lintas, jalan Kampung Melayu sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 35 tahun 2003 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sangat kompleks terhadap kehidupan masyarakat termasuk diantaranya

RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI JANGKA PENDEK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun jumlah penduduk Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

LEMBAR PENGESAHAN REVISI

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

BAB III LANDASAN TEORI. International Airport akan melibatkan partisipasi dari stakeholders termasuk

BAB III LANDASAN TEORI

EVALUASI PELETAKAN TERMINAL BANYUMANIK DAN TERMINAL PENGGARON DALAM MENDUKUNG SISTEM AKTIVITAS SEKITAR TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. kota-kota besar lainnya di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya dan Semarang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang

PENGARUH PERUBAHAN ARUS LALU LINTAS SATU ARAH TERHADAP KINERJA JARINGAN JALAN DI KAWASAN PUSAT KOTA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah membutuhkan jasa angkutan yang

BAB I PENDAHULUAN. murah, aman dan nyaman. Sebagian besar masalah transportasi yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. pertahanan keamanan. Pertumbuhan sektor ini akan mencerminkan pertumbuhan

BAB III LANDASAN TEORI. dan diatur dalam beberapa peraturan dan undang-undang sebagai berikut :

PERENCANAAN TRAYEK KERETA API DALAM KOTA JURUSAN STASIUN WONOKROMO STASIUN SURABAYA PASAR TURI TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara detil metodologi analisis dampak lalulintas Kegiatan Pembangunan

Nurhasanah Dewi Irwandi1, Agus Susanto2 2 FMIPA Universitas Terbuka ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

EVALUASI RUTE ANGKUTAN UMUM PUSAT KOTA DALAM MENGURANGI BEBAN LALU LINTAS DI PUSAT KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR Oleh : ROHMA YUANITA A L2D 001 458 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO 2006

ABSTRAK Struktur Kota Salatiga yang memusat serta adanya bentuk jaringan jalan ring radial mengakibatkan perencanaan rute angkutan umum yang dilakukan berakhir pada satu titik (Subterminal Tamansari) di pusat kota. Kondisi ini mengakibatkan semakin semrawutnya pusat kota selain karena fungsinya itu sendiri sebagai tempat berkumpulnya aktivitas. Hal ini mengakibatkan tingginya beban lalu lintas yang terdapat di pusat kota. Selain itu rute angkutan umum tersebut mengakibatkan terjadinya overlapping( penumpukan) rute pada beberapa jalan yang dilaluinya terutama jalan-jalan yang menuju ke Subterminal Tamansari. Jalan-jalan tersebut adalah Jalan Diponegoro, Jalan Dr. Sumardi, Jalan Pemuda, dan Jalan Pattimura. Jalan yang mengalami tingkat penumpukan rute paling banyak yaitu Jalan Pattimura dan Jalan Pemuda yaitu sebesar 80% dari total trayek angkutan umum yang ada. Selain itu tingkat pelayanan dari Jalan Pattimura yaitu memiliki LoS C sebagai akibat adanya PKL serta angkutan plat hitam yang ngetem. Dengan adanya beban lalulintas yang semakin tinggi serta adanya penumpukan rute yang banyak maka didapatkan suatu rumusan masalah yaitu pola rute angkutan umum seperti apakah yang mampu mengurangi kepadatan lalu lintas yang terdapat di pusat Kota Salatiga?. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengevaluasi rute angkutan umum di pusat kota sehingga dapat mengurangi beban lalu lintas yang terdapat di pusat Kota Salatiga sebagai akibat terkonsentrasinya aktivitas pada satu lokasi serta adanya pola jaringan jalan yang berbentuk ring radial. Sasaran yang ingin dicapai adalah sebagai berikut identifikasi rute eksisting angkutan; pengembangan alternatif rute angkutan umum; evaluasi alternatif rute angkutan umum di pusat kota; arahan rute angkutan umum di pusat kota yang mampu mengurangi beban lalu lintas di pusat Kota Salatiga. Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah metode triangulasi. Metode kuantitatif dengan menggunakan deskriptif kuantitatif dan skoring. Sedangkan untuk metode kualitatif yaitu dengan deskriptif kualitatif dan overlay peta. Dalam pengembangan alternatif rute angkutan umum ini dibuat 3 alternatif rute angkutan umum yang dibuat untuk menggantikan rute angkutan umum eksisiting. Dalam alternatif tersebut dilakukan perubahan terhadap rute-rute angkutan umum yang selama ini melayani pergerakan internal masyarakat Kota Salatiga, walaupun perubahan rute yang dilakukan hanya sebagian saja. Perubahan tersebut dilakukan pada ruas-ruas jalan yang menuju ke pusat kota terutama pada Jalan Diponegoro, Jalan Dr. Sumardi, Jalan Pemuda, dan Jalan Pattimura. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap alternatif rute angkutan umum yang dibuat melalui tiga tahap. Tahap pertama yaitu menganalisis alternatif yang ada berdasarkan kriteriakriteria berikut: route directness, penumpukan rute, kondisi jalan, waktu tempuh, daerah pelayanan, serta nilai v/c untuk memberikan gambaran secara umum alternatif yang dibuat. Tahap kedua yaitu analisis alternatif rute angkutan umum berdasarkan kriteria pengurangan beban lalulintas serta kriteria demand masyarakat yang terpenuhi. Kemudian dilakukan pemilihan melalui skoring terhadap hasil yang diperoleh dari tahap sebelumnya. Dari ketiga alternatif tersebut akan diperoleh nilai terbesar dari penjumlahan kedua kriteria tersebut. Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa terpilihlah alternatif 3 dari ketiga alternatif yang dibuat. Tingkat pelayanan yang semula memiliki LoS C meningkat menjadi LoS A. Alternatif ini memiliki besar tingkat penurunan beban lalulintas sebesar 30,40% pada jam puncak dan 30,98% pada jam non puncak sedangkan besar tingkat demand masyarakat akan angkutan umum yang mampu terlayani dari alternatif 3 ini yaitu sebesar 88% pada jam puncak dan 86,8% pada jam non puncak. Kesimpulan yang bisa diperoleh dari adanya penelitian ini adalah dengan melakukan perubahan terhadap beberapa rute angkutan umum yang melayani pergerakan internal masyarakat Kota Salatiga, beban lalulintas yang terdapat di pusat kota dapat terkurangi. Tetapi dengan adanya perubahan tersebut maka akan terjadi perubahan dalam pola pergerakan masyarakat, karena transfer moda yang selama ini dilakukan di subterminal akan dilakukan di sepanjang ruas jalan yang menuju ke pusat kota. Untuk menampung penumpang yang melakukan transfer moda tersebut maka diperlukan halte, sehingga proses transfer yang terjadi dapat terwadahi dengan baik tanpa menimbulkan permasalahan lainnya. Keywords: evaluasi, rute angkutan umum, dan beban lalu lintas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi dalam hal ini memiliki peranan yang penting dalam kehidupan suatu negara. Menurut Schumer, suatu bangsa akan menjadi besar dan makmur jika memiliki tanah yang subur, kerja keras dan kelancaran transportasi baik perangkutan orang maupun barang dari satu negara ke bagian lainnya (Warpani, 1990: 20). Keberadaan dari perangkutan sangatlah penting dalam mendukung pertumbuhan suatu daerah baik dari segi ekonomi maupun sosial. Pertumbuhan suatu daerah terkait dengan aktivitas masyarakat yang terdapat didalamnya. Transportasi sendiri memiliki pengertian suatu kegiatan memindahkan barang dan atau orang dari satu tempat ke tempat lain, baik dengan atau tanpa sarana (Warpani, 1990: 20). Tanpa transportasi yang baik maka suatu kota tidak akan berkembang maupun tumbuh dengan baik. Perkembangan yang terjadi pada setiap kota ini menimbulkan daya tarik bagi masyarakatnya. Tarikan aktivitas pada masing-masing kota menimbulkan pergerakan bagi masyarakat untuk melakukan perjalanannya menuju tempat tujuan masing-masing. Selain itu pergerakan yang terjadi juga diakibatkan adanya kebutuhan masyarakat baik untuk bekerja maupun untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik. Pergerakan yang dilakukan oleh masyarakat dari satu tempat ke tempat lainnya memerlukan suatu moda transportasi ataupun tanpa memerlukan transportasi. Moda transportasi yang digunakan bisa berupa kendaraan yang bersifat pribadi maupun publik. Kendaraan publik atau lebih dikenal dengan angkutan umum dapat berupa bis, mikrolet, colt diesel, angkota, kereta api, dll. Kondisi dari angkutan umum mengakibatkan suatu permasalahan tersendiri dalam transportasi. Kondisi tersebut antara lain (LPM ITB, 1997: I-5) : Tingkat pelayanan yang rendah dan yang kurang manusiawi (tanpa jadwal yang pasti, kecepatan sangat lambat, berdesakan, bergelantungan) Pola dan sistem manajemen pengelolaan yang lemah Daya angkut (kapasitas) terbatas Tingkat kecelakaan yang relatif tinggi Tingkat aksesibilitas terhadap sistem angkutan umum yang masih terbatas. Permasalahan transportasi yang ada mengakibatkan rendahnya pelayanan transportasi yang diberikan ke masyarakat. Tetapi bagi masyarakat captive yang merupakan masyarakat yang mau tidak mau harus menggunakan kendaraan umum, kondisi seperti ini harus mereka terima.

Sebagai masyarakat captive mereka juga harus melalui rute yang sesuai dengan angkutan umum yang digunakan. Mereka tidak bisa memilih rute pergerakan yang sesuai dengan keinginan mereka. Padahal mereka juga menginginkan pergerakan yang menempuh rute menguntungkan. Tetapi hal ini bagi masyarakat choice yang merupakan masyarakat yang bisa memilih untuk memakai angkutan umum ataupun tidak, karena memiliki kendaraan pribadi, tidaklah begitu merugikan. Beberapa hal yang dijadikan pertimbangan dalam memilih lintasan rute yang diinginkan adalah mudah, nyaman dan cepat dalam memenuhi kebutuhan pergerakannya sesuai dengan tempat tujuan mereka (LPM ITB, 1997: XII-1). Permasalahan transportasi lokal yang terjadi di Kota Salatiga yaitu adanya pemusatan tujuan pergerakan ke kawasan pusat kota. Pusat kota merupakan tempat semua aktivitas masyarakat berada, baik aktivitas perdagangan dan jasa, aktivitas pemerintahan, aktivitas pendidikan serta aktivitas perkantoran. Aktivitas perdagangan dan jasa sebagai aktivitas utama menimbulkan daya tarik yang besar bagi masyarakat Salatiga. Tingginya pergerakan yang dilakukan oleh masyarakat mengindikasikan banyaknya jumlah kendaraan yang beroperasi di Kota Salatiga. Hal ini menimbulkan kemacetan pada beberapa ruas jalan seperti Jalan Diponegoro, Jalan Pattimura, dan Jalan Jendral Sudirman karena kapasitas jalan tidak mampu memenuhi permintaan kendaraan dengan kebutuhan prasarana jalan yanga ada. Salah satunya yaitu volume lalulintas Jalan Jendral Sudirman yaitu sebesar 2269 smp/jam. Untuk melayani pergerakan masyarakat perencanaan rute angkutan umumpun dibuat menuju pada satu titik yaitu di Subterminal Tamansari di pusat kota (lihat gambar 1.1). Kondisi rute seperti ini mengakibatkan masyarakat harus melakukan transfer di pusat kota apabila rute yang dilalui tidak melewati daerah yang ingin dituju. Terkonsentrasinya aktivitas masyarakat serta rute angkutan umum ini mengakibatkan pusat kota semakin semrawut selain karena banyaknya kendaraan yang beroperasi di pusat kota. Kesemrawutan yang terjadi semakin diperparah dengan kondisi subterminal yang sudah tidak mampu lagi untuk menampung keseluruhan moda yang ada sehingga beberapa angkutan umum yang beroperasi mencari penumpang diluar subterminal yaitu disekitar Mall Taman Sari. Padahal daerah tersebut merupakan daerah persimpangan yang memiliki pergerakan cukup tinggi. Selain itu trayek yang beroperasi di Kota Salatiga, beberapa diantaranya mengalami oversupply (kelebihan sediaan) dan ada beberapa trayek yang sama sekali tidak terlayani oleh angkota. Kelebihan sediaan dari armada angkutan umum yang terdapat di pusat kota ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Wibowo (2002) dalam thesisnya yang berjudul Studi Kinerja Rute Angkutan Umum Dalam Kota Salatiga. Dari hasil penelitian tersebut dijelaskan bahwa angkutan yang beroperasi di Kota Salatiga melebihi permintaaan masyarakat akan angkutan umum itu sendiri. Kelebihan sediaan angkutan ini sebesar 55 armada (lihat tabel I.1). Kondisi ini

mengindikasikan semakin parahnya tingkat kemacetan pada jalan-jalan yang terdapat di pusat kota terutama jalan-jalan yang dilalui oleh angkota. Sedangkan kondisi ketidak tersediaan pelayanan angkutan ini sesuai dengan SK WaliKota Salatiga No. 551.2/249 tahun 2005 yaitu dialami oleh rute 13 (Tamansari-Canden Butuh PP) dan rute 15 (Tamansari-Candiwesi-Bugel PP). Hal ini terjadi karena operator merasa daerah tersebut tidak memberikan keuntungan sehingga mereka tidak mau beroperasi di jalur tersebut. Berdasarkan penelitian tersebut juga dihasilkan adanya tingkat kinerja rute yang buruk pada beberapa rute yang beroperasi, yaitu rute 1, 3, 4, 9,10, 14 serta 17. Sedangkan rute yang lainnya tergolong sedang (2, 7, 8, dan 11) serta tergolong baik (5,6, dan 16). Selain itu juga trayek yang beroperasi mengalami tingkat overlapping (penumpukan rute) yang cukup tinggi terutama pada daerah-daerah yang menuju ke Subterminal. Salah satu tingkat penumpukan yang terjadi di pusat Kota Salatiga yaitu sebesar 80% yang terjadi di Jalan Pattimura. TABEL I.1 JUMLAH KEBUTUHAN ANGKUTAN DALAM KOTA SALATIGA TAHUN 2002 NO. TRAYEK JUMLAH KEBUTUHAN JUMLAH YANG BEROPERASI 1. Jalur 1 37 50 2. Jalur 2 51 60 3. Jalur 3 20 25 4. Jalur 4 6 10 5. Jalur 5 28 35 6. Jalur 6 50 55 7. Jalur 7 17 20 8. Jalur 8 18 20 9. Jalur 9 16 20 10. Jalur 10 14 15 11. Jalur 11 10 10 12. Jalur 14 4 4 13. Jalur 16 6 8 14. Jalur 17 6 6 Jumlah 283 338 Sumber: Wibowo, 2002 Terkonsentrasinya semua kegiatan pada satu tempat serta jumlah armada angkutan umum yang mengalami kelebihan sediaan mengakibatkan beban lalulintas yang terdapat di pusat kota semakin tinggi karena adanya pemusatan rute angkutan umum yang melayani pergerakan internal masyarakat Kota Salatiga. Tingginya beban lalulintas yang terdapat di jalan-jalan di pusat Kota Salatiga terutama terjadi pada jam puncak. Selain itu juga karena tingkat penumpukan rute yang tinggi pada beberapa trayek angkutan umum.