PRODUKTIVITAS ITIK TEGAL DI DAERAH SENTRA PENGEMBANGAN PADA PEMELIHARAAN INTENSIF

dokumen-dokumen yang mirip
KERAGAAN PRODUKSI TELUR ITIK TEGAL DITINGKAT PETERNAK DAN UPAYA PENINGKATANNYA DALAM MENDUKUNG KECUKUPAN PANGAN HEWANI

PENGARUH PENGGUNAAN IKAN PIRIK (LEIOGNATHIDAE) KERING DAN SEGAR TERHADAP PRODUKSI TELUR ITIK TEGAL PADA PEMELIHARAAN INTENSIF

PELUANG DAN POTENSI USAHA TERNAK ITIK DI LAHAN LEBAK ABSTRAK

PROGRAM PEMBIBITAN ITIK MA DI BPTU PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN: SELEKSI PADA POPULASI BIBIT INDUK ITIK ALABIO

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

PROFIL USAHATANI UNGGAS DI KABUPATEN BREBES (STUDI KASUS)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

PROGRAM VILLAGEBREEDING PADA ITIK TEGAL UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI TELUR: SELEKSI ITIK TEGAL GENERASI PERTAMA DAN KEDUA ABTRACT ABTRAK

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

HASIL-HASIL PENELITIAN DAN SUMBANGAN PEMIKIRAN PENGEMBANGAN AYAM KEDU

ANALISIS PROFITABILITAS PENGEMBANGAN USAHA TERNAK ITIK DI KECAMATAN PAGERBARANG KABUPATEN TEGAL

LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK. : Wahid Muhammad N. Nim : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

Kata kunci: penetasan, telur itik Tegal, dan mesin tetas

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEMISKINAN 5.1 Kemiskinan di Desa Sitemu

Key words: egg production, income, production cost, agriculural and fishery centers.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KAJIAN INOVASI KELEMBAGAAN PERBIBITAN ITIK TEGAL UNGGUL MODEL INTI PLASMA

Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak yang Iebih besar. Selain itu jumlah bagian dagingnya lebih banyak d

ANALISIS KELAYAKAN USAHA ITIK ALABIO DENGAN SISTEM LANTING DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

Bab 4 P E T E R N A K A N

CIRI-CIRI RUMAH TANGGA DEFISIT ENERGI DI PEDESAAN JAWA TENGAH

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PRODUKSI TELUR ITIK MA DI BPTU PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

I. PENDAHULUAN. potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

I. PENDAHULUAN. Biro Pusat Statistik (1997) dan Biro Analisis dan Pengembangan. Statistik (1999) menunjukkan bahwa Standar Nasional kebutuhan protein

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

STRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN TAHUN 2014

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

AYAM HASIL PERSILANGAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGEMBANGAN USAHA TERNAK UNGGAS

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

POTENSI LIMBAH KULIT KOPI SEBAGAI PAKAN AYAM

I PENDAHULUAN. lokal adalah salah satu unggas air yang telah lama di domestikasi, dan

Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan. bahan pangan yang tidak lepas dari konsumsi masyarakat sehari-hari.

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

PENDAHULUAN. cukup penting sebagai penghasil telur dan daging untuk mendukung ketersediaan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

I. PENDAHULUAN. Beternak merupakan usaha yang dikembangkan untuk mendapat keuntungan.

PENDAHULUAN. begitu ekonomi riil Indonesia belum benar-benar pulih, kemudian terjadi lagi

PRODUKTIVITAS AYAM LOKAL YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

POTENSI PENGEMBANGAN AYAM BURAS DI KALIMANTAN SELATAN

PERBAIKAN SISTEM PEMELIHARAAN DAN MUTU PAKANUNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI TELUR TERNAK ITIK LOKAL DI KABUPATEN MERAUKE, PAPUA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam. meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan

STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan produktivitas ayam buras agar lebih baik. Perkembangan

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

KAJIAN POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI SUMBER PAKAN ALTERNATIF TERNAK KERBAU MOA DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT (MTB)

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KAJIAN EFEKTIVITAS PELATIHAN TEKNOLOGI USAHA AYAM HIBRIDA BAGI PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN PETANI

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

KUALITAS TELUR ITIK ALABIO DAN MOJOSARI PADA GENERASI PERTAMA POPULASI SELEKSI

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENGEMBANGAN AYAM BURAS PADA AGROEKOSISTEM LAHAN KERING DI PROPINSI PAPUA. Balai Pengkajian teknologi Pertanian Papua 2

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun

PENGARUH PENAMBAHAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI TELUR ITIK TEGAL

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

PEMANFAATAN BEKICOT SAWAH (TUTUT) SEBAGAI SUPLEMENTASI PAKAN ITIK UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS ITIK PETELUR DI DESA SIMOREJO-BOJONEGORO

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Lampiran 1. Peta Kabupaten Pati

PENERAPAN TEKNOLOGI PAKAN DAN FORMULASI RANSUM PADA KELOMPOK TERNAK KAMBING DI KABUPATEN BIREUEN

Transkripsi:

PRODUKTIVITAS ITIK TEGAL DI DAERAH SENTRA PENGEMBANGAN PADA PEMELIHARAAN INTENSIF SUBIHARTA, D. M. YUWONO, A. HERMAWAN dan HARTONO Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Bukit Tegalepek Kotak Pos 101 Ungaran 50501 ABSTRAK Itik Tegal banyak diusahakan oleh peternak di sepanjang Pantai Utara Jawa secara intensif. Sebagai sumber pendapatan. Pengembangan itik Tegal di Jawa Tengah meliputi beberapa kabupaten dengan populasi tertinggi ada di Kabupaten Brebes. Tujuan pengkajian adalah untuk mengetahui produktifitas itik Tegal pada pemeliharaan intensif di lokasi pengembangan. Metode survei dengan kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya digunakan sebagai acuan untuk mewawancarai peternak anggota kelompok MAJU JAYA. Berdasarkan saran Kantor Peternakan Kabupaten Brebes dipilih kelompok tersebut yang berlokasi di Desa Limbangan Wetan Kecamatan Brebes dengan pertimbangan bahwa kelompok tersebut telah berdiri 20 tahun yang lalu dan tetap masih aktif berjalan. Dipilih 10 orang peternak yang memiliki ternak antara 300-1000 ekor. Wawancara meliputi jenis sumber pakan serta produksi telur. Hasil pengkajian menunjukan bahwa usaha itik dapat berjalan karena adanya dukungan sumber daya alam sebagai sumber pakan (bekatul, ikan, aking dan ece), sumber daya manusia, dan perlakuan seleksi sederhana untuk peningkatan produksi telur. Produksi telur lebih tinggi dibanding produksi telur itik Tegal kebanyakan yaitu 54,9%. Kata kunci: Itik Tegal, produktifitas dan pengembangan PENDAHULUAN Itik dijadikan komoditas utama sebagai salah satu sumber pendapatan dan penyumbang protein hewani bagi masyarakat Jawa Tengah, selain sapi potong, kambing dan domba (DINAS PETERNAKAN PROPINSI JAWA TENGAH, 2001). Hal ini dilakukan mengingat itik merupakan salah satu ternak yang dekat dengan petani dan cepat berproduksi. Dikenal beberapa bangsa itik lokal di Jawa Tengah salah satunya adalah itik Tegal. Sentra pengembangan itik (penetas) justru terdapat di Kapetakan, Kabupaten Cirebon Jawa Barat. Informasi dari ketua Koperasi Perbibitan itik (H. DAROJAT) bahwa penyebaran itik Tegal lewat koperasinya sampai di Lampung, DI NAD, Sulawesi Selatan dan Papua. Pengembangan itik Tegal di Jawa Tengah meliputi beberapa Kabupaten di sepanjang Pantai Utara Jawa dan populasi tertinggi ada di Kabupaten Brebes, mencapai 20,4% (BPS JAWA TENGAH, 2005). Menurut informasi peternak, bahwa itik Tegal produksi telurnya tinggi, dan pakanya sedikit (komunikasi langsung dengan peternak itik di Brebes, 2005). Tingginya produksi telur telah disampaikan oleh peternak di Kabupaten Brebes, bahwa pada tahun 70-an produksi telur itik Tegal dapat mencapai 80%. Berdasarkan pada kelebihan tersebut, peternak mengusahakan sebagai mata pencaharian pokok. Sependapat dengan peternak bahwa itik Tegal, masih satu rumpun dengan bangsa Indian Runner, dikenal produksi telurnya tinggi (HARDJOSWORO 1990, SRIGANDONO dan SARENGAT 1990). Di Kabupaten Brebes Itik diusahakan oleh peternak secara intensif dan lebih dari 50% diusahakan sebagai mata pencaharian pokok (YUWONO et al., 1995). Salah satu sentra pengembangan itik Tegal di Kabupaten Brebes adalah di Desa Limbangan Wetan, Kecamatan Brebes. Bertitik tolak dari potensi tersebut, maka dilakukan pengkajian untuk melihat produktifitas itik Tegal di daerah sentra pengembangan. METODOLOGI Pengkajian dengan metode survei dilakukan pada bulan Juli 2006. Dari hasil koordinasi dengan Kantor Peternakan Kabupaten Brebes dipilih kelompok Maju Jaya yang terletak di Desa Limbangan Wetan, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes. 97

Pemilihan lokasi ditetapkan dengan pertimbangan bahwa kelompok tersebut berdiri paling lama, hingga 20 tahun masih tetap aktif berjalan, jumlah peternak maupun jumlah ternaknya paling tinggi. Sebagai tambahan kelompok tersebut telah ikut lomba nasional dan menjadi juara pertama. Dari 70 orang peternak anggota kelompok, diwawancarai sebanyak 10 orang yang mewakili dari jumlah pemilikan sedang (300 700 ekor) dan pemilikan banyak (>700 1000 ekor). Pemilikan ternak kurang dari 300 ekor (rendah) tidak diambil dengan pertimbangan sistem pemeliharaan tidak tetap, kadang memelihara, kadang dijual, karena dengan jumlah pemilikan tersebut belum bisa untuk mencukupi kebutuhan. Wawancara dengan kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk mengetahui bahan pakan dan sumbernya serta produksi telur. Selain itu untuk data dukung diambil monografi Desa Limbangan Wetan. HASIL DAN PEMBAHASAN Dukungan sumberdaya manusia Desa Limbangan Wetan terdiri dari 2.347 kepala keluarga (KK), dengan jumlah penduduk 9.549 orang, terdiri dari 4.607 orang laki-laki dan 4.942 orang perempuan dengan berbagai umur. Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan penduduk Limbangan sebagai berikut: berpendidikan SD (2.400 orang), yang tidak tamat SD mencapai 1.300 orang, lulus SLTP 1.500 orang, lulus SLTA 1.480 orang, dan yang sampai pendidikan perguruan tinggi hanya 256 orang. Tabel 1. Pendidikan penduduk desa Limbangan Wetan (umur 5 tahun keatas) Pendidikan Jumlah (orang) Persen (%) Tamat akademi (PT) 256 2,97 Tamat SLTA 1.480 17,19 Tamat SLTP 1.500 17,43 Tamat SD 2.400 27,88 Tidak tamat SD 1.300 15,11 Belum tamat SD 1.375 15,97 Tidak sekolah 297 3,45 Tamat Jumlah 8.608 100 Sumber: MONOGRAFI DESA LIMBANGAN WETAN, 2005 Terkait dengan pendidikan dapat dikatakan mereka belum siap kerja karena belum punya ketrampilan khusus. Akibat krisis ekonomi beberapa waktu lalu, ditambah dengan kenaikan bahan bakar minyak (BBM) menyebabkan lapangan kerja makin susah, bekerja sebagai petani atau buruh tani menjadi pilihan (Tabel 2). Penduduk bekerja sebagai buruh tani mencapai 2.182 orang dan 1.319 orang sebagai petani. Dalam usaha pertanian beternak itik termasuk sebagai petani. Sejak adanya krisis beberapa waktu lalu, penduduk banyak beralih pada usaha ternak itik. Hal ini disebabkan usaha ternak itik dengan bahan baku lokal tahan terhadap goncangan krisis, terbukti pada krisis beberapa lalu ternak Itik masih tumbuh positip 5%, pada hal industri ayam ras minus 48% (DIRJEN PRODUKSI PETERNAKAN 2001). Tingginya tenaga kerja sebagai buruh tani, salah satunya adalah sebagai tenaga kerja pemelihara itik. Di Desa Limbangan Wetan, usaha ternak itik diusahakan secara intensif, tidak hanya peternak kecil, tapi juga peternak pemodal, dengan skala usaha ternak yang besar (lebih 1.000 ekor). Keterbatasan waktu usaha, sehingga memperkerjakan beberapa tenaga kerja putus sekolah atau berpendidikan rendah. Berdasarkan hasil wawancara dengan peternak pemodal bahwa kemampuan tenaga kerja untuk 1 orang memelihara Itik berkisar antara 400 500 ekor. 98

Tabel 2. Mata pencaharian penduduk Desa Limbangan Wetan (10 tahun keatas) Mata pencaharian Jumlah (orang) Persen (%) Petani 1.319 21,85 Buruh tani 2.182 36,15 Pengusaha 12 0,21 Buruh industri 149 2,47 Buruh bangunan 150 2,48 Pedagang 386 6,39 Pegawai Negeri/ABRI 323 5,35 Pensiunan 40 0,66 Lain-lain 1.475 24,44 Jumlah 6.036 100 Sumber: MONOGRAFI DESA LIMBANGAN WETAN, 2005 Tabel 3. Penggunaan lahan Desa Limbangan Wetan Jenis penggunaan Luas (ha) Persentase (%) Tanah sawah 316.770 43,9 Irigasi teknis 80 11,1 Irigasi ½ teknis 90 12,5 Irigasi sederhana 115 15,9 Tadah hujan 15 2,1 Tanah kering: Pekarangan/bangunan 49,020 6,8 Lain-lain 56,25 7,8 Jumlah 722,204 100 Sumber: MONOGRAFI DESA LIMBANGAN WETAN, 2005 Dukungan sumber daya lahan Desa Limbangan Wetan merupakan salah satu desa di Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes, berada pada ketinggian 5m dpl, dengan luas wilayah adalah 422.215 ha. Adapun penggunaan lahan seperti yang disajikan pada Tabel 3. Dari Tabel 3 dapat digambarkan dukungan sumberdaya alam terhadap pengembangan ternak itik. Pada awalnya para peternak memelihara ternak itik dengan sistem gembala dari satu tempat pindah ke tempat lain mengikuti waktu panen padi. Pada kondisi seperti ini produktivitas itik rendah (22,5%), (SETIOKO dan EVANS, 1985). Hal ini disebabkan karena itik setress karena selalu berpindah-pndah, disamping dukungan sumber pakan yang berkurang. Seperti dilaporkan oleh SETIOKO (1990) bahwa, masalah utama itik gembala adalah keadaan sawah (37%). Pada saat ini petani cenderung mengerjakan sawah secara intensif dan penggunaan pestisida secara berlebihan. Petani mengolah sawah setelah panen, karena benih sudah tersedia sehingga waktu untuk gembala sangat pendek. Disamping itu karena penanaman padi secara terus menerus menyebabkan hama dan penyakit padi tidak terputus. Akibat dari sistem seperti ini penggunaan pestisida untuk memberantas hama dan penyakit secara berlebihan dan dampaknya pada peternak itik. Pestisida tersebut dapat meracuni ternak itik, akibat racun pestisida dapat menyebabkan kematian mencapai 100%. Hambatan lain yang menyebabkan itik gembala makin terdesak adalah ketersediaan pakan makin terbatas. Hasil penelitian SETIOKO dan EVANS (1985) bahwa pakan yang tersedia pada lahan gembala adalah padi (77,2%), keong (17,9%) dan serangga (1,0%). Namun demikian, akibat tingginya penggunaan pestisida, keong maupun serangga sebagai pakan itik sebagian besar mati. Akibat dari 99

permasalahan tersebut pemerintah mencanangkan program intensifikasi peternakan itik. Program tersebut dimaksudkan untuk pemeliharaan itik secara intensif. Walaupun demikian peternak tetap menggembalakan itik muda (umur 1 4 bulan) di sawah yang habis panen untuk menekan biaya pakan. Setelah umur lebih dari 4 bulan, ternak itik dipelihara secara intensif (terkurung). Sistem usaha ternak itik Usaha ternak itik tidak dapat dipisahkan dari mata pencaharian penduduk Desa Limbangan Wetan. Di desa Limbangan Wetan ada kelompok itik dengan nama Maju Jaya kelompok tersebut terdiri dari 70 orang peternak. Pada tahun 2004, kelompok itik telah maju lomba pada tingkat nasional dan mendapat juara pertama, sehingga Ketua Kelompok diundang ke Istana Negara. Usaha ternak itik dipelihara secara intensif (kandang terkurung) di tanah lepe-lepe pinggiran sungai milik Dinas pengairan setempat. Karena sistem pemeliharaan intensif, semua input tergantung peternak, termasuk pakan. Pakan terdiri dari bekatul, jagung, aking (nasi kering), ikan segar dan ece. Komposisi pakan itik dewasa (petelur) disajikan pada Tabel 4. Susunan ransum tersebut dapat berubah-ubah sebagai faktor penyebab perubahan susunan ransum antara lain ketersediaan bahan dan harga. Ketersediaan ikan tidak bisa kontinyu sepanjang tahun, pada saat angin laut kencang (baratan) dan hari besar Islam, ikan sulit didapat karena nelayan tidak melaut akibatnya harga ikan naik begitu juga dengan harga aking (nasi kering), akibat bersaing dengan dengan manusia. Kondisi ini menyebabkan ada seorang peternak beralih menggunakan jagung. Peternak membuat susunan ransum, hanya berdasarkan pada informasi dari tetangga sesama teman peternak atau pengalaman. Peternak belum memperhatikan kebutuhan gizi ternak itik dalam menyusun ransum. Hasil perhitungan, kandungan protein ransum itik berkisar antara 13-15%, seharusnya kandungan protein itik petelur antara 17-19% (HARDJASWORO, et al, 2001). Sedang menurut RAHARDJO, (1998) bahwa kandungan protein ransum antara 15% dan 17% menghasilkan produksi telur berbeda nyata. Tabel 4. Komposisi pakan itik dewasa (layer) Ikan segar No. Peternak Bekatul Jagung Aking (kulit kepala Ece Konsentrat Konsumsi /ekor/hari Harga pakan /ekor/hari % % % % % % gr Rp 1. Tapsir 45,3 31,4 23,3 191 268,6 2. Tasripin 27,9 48,9 23,2 179 260,9 3. Kadir 31,3 43,7 25,0 160 245,0 4. Dikin 49,4 12,3 18,5 12,4 7,4 162 196,0 5. Didit A 51,2 29,3 19,5 171 237,5 6. Rahmat 52,7 19,8 17,6 9,9 178 206,5 7. Warso 49,3 28,8 21,9 152 210,1 8. Saroni 46,2 28,9 24,9 4 173 22,1 9. Sugiharto 48,7 28,3 19,0 154 235,4 10. Narto 40,0 30,0 20,0 10 167 206,2 Julmah 442 307,6 206,8 16,87 2288,3 Rata-rata 44,2 30,8 20,7 168,7 228,8 SD 8,49 9,33 3,86 12,17 24,66 100

Produksi telur Tujuan utama dari pemeliharaan itik adalah menghasilkan telur konsumsi. Pemilikan ternak bervariasi antara 300-1000 ekor, dengan umur itik antara 10-18 bulan (15 bulan). Produksi telur rata-rata mencapai 54,9%. Produksi telur bervariasi dipengarui olaeh umur itik (masa produksi), pakan dan sistem pemeliharaan. Produksi telur pada Kelompok ini ternyata lebih tinggi dibanding hasil penelitian SRIGANDONO dan SARENGAT (1990) yaitu 144,87 butir/tahun atau 39,7% pemberian pakan dengan kadar protein yang hampir sama (15,4%). Sedang RAHARDJO (1988) melaporkan bahwa produksi telur itik Tegal dengan kadar protein pakan 17-19% mencapai 72,4% dan pada kadar protein pakan 15% mencapai 63,4%. Perbedaan produksi telur pada Kelompok Maju Jaya dan hasil kajian RAHARDJO (1988) dengan SRIGANDONO dan SARENGAT (1990) karena perbedaan materi kajian. Materi itik pada Kelompok Maju Jaya dan RAHARDJO (1988), itik dilakukan pemilihan pada awal pelaksanaan. Peternak Maju Jaya, pada saat beli itik siap telur (bayah) dilakukan seleksi berdasarkan bentuk fisik oleh seorang peternak yang telah berpengalaman dalam beternak itik. Pengalaman peternak menunjukkan bahwa itik yang dikeluarkan dan model seleksi (pemilihan) ini berkisar antara 20 30%. Peternak menjelaskan kalau tidak dilakukan seleksi produksinya rendah (kurang dari 50%) dan kalau dipelihara akan rugi. Pada kajian RAHARDJO (1988) dipilih itik yang produksi telur awal 5 butir/minggu secara teratur. Tabel 5. Produksi telur No. Peternak Jumlah itik Umur itik Rata-rata produksi telur Rata-rata harga telur/butir Ekor Bulan Butir % Rp 1. Tapsir 750 18 420 56 660 2. Tasripin 400 13 225 56,3 655 3. Kadir 500 10 285 57 660 4. Dikin 500 15 255 51 670 5. Didit A 400 16 200 50 675 6. Rahmat 850 15 470 55,3 650 7. Warso 800 18 450 56 655 8. Saroni 1000 15 550 55 650 9. Sugiharto 800 12 450 56,3 640 10. Narto 300 18 170 56,6 650 Julmah 6.300 150 3475 549,8 6565 Rata-rata 630 15 347,5 54,9 656,5 SD 237,1 2,7 134,6 2,4 10,3 KESIMPULAN Dari hasil pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa usaha ternak itik di sentra produksi mendapat dukungan sumber daya pakan dan tenaga. Pakan yang diberikan bersumber dari potensi alam yang ada disekitar serta eksternal input secara terbatas. Kualitas pakan masih rendah karena penyusunan pakan hanya berdasarkan pengalaman. Produksi telur cukup tinggi karena telah dilakukan seleksi pada ternak yang dipelihara. DAFTAR PUSTAKA BADAN PUSAT STATISTIK JAWA TENGAH. 2005. Jawa Tengah Dalam Angka. DIRJEN PRODUKSI PETERNAKAN. 2001. Kebijakan Pengembangan Unggas Air. Proc. Lokakarya Unggas Air. Kerjasama Fakultas Peternakan IPB dan Balai Penelitian Ternak. HARDJASWORO P.S. 1990. Usaha-usaha Peningkatan Manfaat Itik Tegal untuk Produksi Telur, Proc. Temu Tugas Sub Sektor Peternakan, Pembangunan Usaha Ternak Itik di Jawa Tengah, Sub Balitnak Klepu, 1990. 101

HARDJASWORO, P.S., A, SETIOKO, P.P. KETAREN, L.H. PRASETYO, A.P. SINURAT dan RUKMIASIH. 2001. Perkembangan Teknologi Peternakan Unggas Air di Indonesia, Disampaikan pada Lokakarya Nasional Dies Natalis IPB 38 di Balitnak Ciawi. RAHARDJO, Y.C. 1988. Pengaruh Berbagai Tingkat Protein dan Energi Terhadap Produksi dan Kualitas Telur Itik Tegal, Proc, Seminar Nasional Peternakan dan Forum Peternak, Unggas dan Aneka Ternak II, Puslitbang Peternakan, Bogor. SETIOKO, A.R. and A.J. EVANS. 1985. Productivity of Herded Ducks in West Java. Agricultural System (16): 1 56. SETIOKO. A.R. 1990. Pola Pengembangan Ternak Itik di Indonesia. Proc. Temu Tugas Sub Sektor Peternakan. Pengembangan Usaha Ternak Itik di Jawa Tengah. Sub Balitnak Klepu. SRIGANDONO B. dan W. SARENGAT. 1990. Ternak Itik Beridentitas Jawa Tengah. Temu Tugas Sub Sektor Peternakan. Pengembangan Usaha Ternak Itik di Jawa Tengah. Sub Balitnak Klepu. YUWONO, D.M., SUBIHARTA W. DIRDJOPRATOMO, MURYANTO dan A.P. SINURAT. 1995. Studi Pemeliharaan Sistem Intensif di Kabupaten Pemalang. Proc. Pertemuan Ilmiah dan Komunikasi Hasil-hasil Penelitian untuk Menunjang Industri Peternakan di Pedesaan. Sub Balitnak Klepu. 102