HUBUNGAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT PESISIR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Desa Tabilaa adalah salah satu dari 23 Desa di Kecamatan Bolaang Uki yang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari adalah masalah sampah. Setiap manusia, memiliki potensi untuk

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA

Kata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga

GAMBARAN SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO TAHUN 2012

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini di wilayah kerja Puskesmas Pilolodaa Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo pada bulan 30 Mei 13 Juni Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN. Karanganyar terdapat 13 perusahaan tekstil. Salah satu perusahaan di daerah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. tentang kesehatan dan sekaligus sebagai investasi, sehingga perlu diupayakan,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan cara yang efektif untuk memutuskan rantai penularan penyakit,

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013

HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GIRIWOYO 1 WONOGIRI

SUMMARY PERBEDAAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KECACINGAN DI SDN 1 LIBUO DAN SDN 1 MALEO KECAMATAN PAGUAT KABUPATEN POHUWATO

BAB I PENDAHULUAN. juga dipengaruhi oleh tidak bersihnya kantin. Jika kantin tidak bersih, maka

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo, dengan batas-batas pokok desa

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Dengan Pengelolaan Sampah di Desa Loli Tasiburi Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala

BAB I PENDAHULUAN. tidak terjadi dengan sendirinya (Mukono, 2006). Pertambahan penduduk,

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Sanitasi Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

PENDAHULUAN. Sakinah, 2 Erna, 3 Marta 1,2,3. STIKes Prodi IKM Prima Korespondensi penulis :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Kayubulan Kecamatan Limboto terbentuk/lahir sejak tahun 1928 yang

Oleh : VIVI MAYA SARI No. BP

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan

Lampiran 6 SUMMARY HUBUNGAN PERILAKU DENGAN HYGIENE PERORANGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan perilaku penduduk yang terbiasa buang air besar (BABs) di sembarangan

BAB I PENDAHULUAN. yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Lingkungan yang diharapkan adalah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan Indonesia, telah menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir di seluruh negara dan

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam

Oleh : Suharno ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat karena sampah merupakan awal dari penyebab berbagai penyakit

BAB III METODE PENELITIAN

Yulisetyaningrum ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel 343 KK. Adapun letak geografis Kecamatan Bone sebagai berikut :

1. Pendahuluan SANITASI LINGKUNGAN RUMAH DAN UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN PADA KAWASAN KUMUH KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran program dari Dinas Kesehatan adalah berhubungan

Kata Kunci : Sampah,Umur,Masa Kerja,lama paparan, Kapasitas Paru, tenaga kerja pengangkut sampah.

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

ARAHAN PERBAIKAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KELURAHAN TLOGOPOJOK (KABUPATEN GRESIK)

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Maleo. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Popayato

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan jumlah penduduk di Indonesia menempati urutan ke-4 terbanyak di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan

Dampak kesehatan lingkungan rumah susun: studi kasus rumah susun Pulo Gadung Bose Devi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia melakukan berbagai aktivitas untuk memenuhi kesejahteraan

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Gorontalo, dan memiliki batas-batas administrasi sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

BAB I PENDAHULUAN. penting agar masyarakat tahu dan mau serta mampu menerapkan pola perilaku hidup

I. PENDAHULUAN. Pola pemukiman penduduk di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE

POLA KONSUMSI MASYARAKAT MENIMBULKAN MASALAH SAMPAH DI KAWASAN PESISIR KAMPUNG BUGIS

Lampiran 1. Kata Kunci : Evaluasi, Program, STBM, Kepemilikan Jamban, Pemanfaatan jamban.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

PENGARUH KONSTRUKSI SUMUR TERHADAP KANDUNGAN BAKTERI ESCHERCIA COLI PADA AIR SUMUR GALI DI DESA DOPALAK KECAMATAN PALELEH KABUPATEN BUOL

PERILAKU MASYARAKAT TENTANG RUMAH SEHAT DI DUSUN NGUMPAK DESA JABON KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini membahas tentang metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

BAB I PENDAHULUAN. kurang maksimalnya kinerja pembangunan kesehatan (Suyono dan Budiman, 2010).

BAB IV DESKRIPSI DATA DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. kasus tersebut akan dialami oleh TPA dengan metode pengelolaan open dumping

Pengaruh Pelatihan Pengelolaan Sampah Terhadap Penurunan Volume Sampah di Lingkungan Balleanging Kabupaten Bulukumba

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

BAB IV. Desa kayumerah adalah sebuah desa yang terdiri dari 6 Dusun. 3 Dusun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U. Pedoman Teknis RUMAH SAKIT BERSIH. (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku)

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN) : Siswa-siswa sekolah dasar negeri (SDN) 05 dan 08 Pela Mampang, Mampang Prapatan

BAB I PENDAHULUAN. secara adil serta merata (Depkes RI, 2009). Masalah penyehatan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi dari ancaman yang merugikannya. perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

kabel perusahaan telekomunikasi dan segala macam (Setiawan, 2014).

KUESIONER UNTUK PEDAGANG

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai program yang relevan. Peningkatan kualitas lingkungan terdiri dari berbagai

BAB 6 HASIL PENELITIAN

Disampaikan dalam Kuliah S2 KMPK-IKM UGM Hukum, Etika dan Regulasi Kesehatan Masyarakat. Oleh : Dinarjati Eka Puspitasari, S.H., M.

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

Transkripsi:

HUBUNGAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT PESISIR (Suatu Penelitian Di Desa Tabilaa Kecamatan Bolaang Uki Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan) SUMMARY Boby Supryanto NIM 811409063 Dian Saraswati, S.Pd., M.Kes dr.sri Manovita Pateda, M.Kes JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLARAGAAN, UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO ABSTRAK Boby Supryanto. 811409063. Hubungan Perilaku Masyarakat Dengan Pengelolaan Sampah Pada Masyarakat Pesisir (Suatu Penelitian Di Desa Tabilaa Kecamatan Bolaang Uki Kabupaten Bolaang Mongondow selatan, Skripsi, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolaragaan, Universitas Negeri Gorontalo.Pembimbing I Dian Saraswati, S.Pd., M.Kes dan Pembimbing II dr.sri Manovita Pateda, M.Kes. Masalah sampah khususnya di Indonesia merupakan masalah yang rumit, hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bagaimana cara penanganan sampah yang baik, sikap masyarakat yang terkadang tidak mau tahu terhadap keberadaan sampah dan proses penanganannya, serta tindakan masyarakat yang seenaknya membuang sampah sembarangan karena kurangnya kesadaran. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan perilaku masyarakat dalam hal ini pengetahuan, sikap, dan tindakan. Jenis Penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional study. Populasi dan Sampel dalam Penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang berada di sepanjang pemukiman penduduk kawasan pesisir Desa Tabilaa yang berjumlah 46 KK, Analisis statistrik mengunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan pengetahuan masyarakat (p=0,014) sikap masyarakat (p=0,006) dan tindakan masyarakat (p=0,000) dengan masyarakat yang berada dipemukiman penduduk Desa Tabila Diharapkan bagi Dinas Badan Lingkungan Hidup (BLH) untuk segera mungkin bisa menjamah sampai ke Desa Tabilaa untuk melakukan proses pembersihan sampah atau memberikan jenis tempat sampah yang sesui standar kesehatan dan BLH agar mengangkut sampah secara terjadwal dengan rutin, sehinga tidak menganggu kebersihan kawasan sepanjang pesisir desa Tabilaa. Kata Kunci : Pengelolaan Sampah, Perilaku, Kawasan Pesisir

PENDAHULUAN Masalah sampah khususnya di Indonesia merupakan masalah yang rumit, hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bagaimana cara penanganan sampah yang baik, sikap masyarakat yang terkadang acuh-tak acuh terhadap keberadaan sampah dan proses penanganannya, serta tindakan masyarakat yang seenaknya membuang sampah sembarangan karena kurangnya kesadaran. Selain itu dari pihak pemerintah belum dapat menyediakan tempat pembuangan sampah yang baik dan memenuhi syarat bagi masyarakat. Faktor lain yang menyebabkan permasalahan sampah di Indonesia semakin rumit adalah meningkatnya taraf hidup masyarakat, yang tidak disertai dengan keselarasan pengetahuan tentang persampahan dan juga partisipasi masyarakat yang kurang untuk memelihara kebersihan dan membuang sampah pada tempatnya (Rohani, 2007). Dampak yang akan timbul apabila sampah tidak ditangani dengan baik ini akan tampak pada 3 aspek : 1) Aspek kesehatan Sampah dapat memberikan tempat tinggal bagi vektor penyakit seperti serangga, tikus, cacing, jamur dan lain-lain. Vektor-vektor tersebut dapat menimbulkan penyakit seperti diare, kolera, typus, dan lain sebagainya. 2) Aspek lingkungan Untuk aspek lingkungan sampah dapat mengganggu estetika lingkungan, penurunan kualitas udara, serta apabila sampah dibuang ke badan air akan menyebabkan terjadinya pencemaran air. 3) Aspek sosial masyarakat Dalam hal sosial masyarakat pengolahan sampah yang kurang baik dapat mencerminkan status keadaan sosial masyarakat serta keadaan lingkungan yang kurang saniter dan estetika akan menurunkan hasrat turis untuk datang berkunjung (Mukono, 2008) Semakin bertambahnya jumlah penduduk dan kegiatannya maka semakin bertambah pula sampah yang dihasilkan. Di Indonesia sendiri pertumbuhan jumlah sampah setiap tahunnya meningkat dengan sangat tajam. Volume sampah yang setiap harinya meningkat tidak seimbang dengan keberadaan saran dan parasana untuk menanggulanginya, selain itu keberadaan tenaga kerja dalah hal penanganan sampah ini juga tidak seimbang dengan peningkatan volume sampah ini. Kota-kota besar di Indonesia produksi sampah yang dihasilkan setiap harinya meningkat dengan sangat pesat, sehingga menyebabkan bertambahnya jumlah sampah di setiap tahunnya, sebagai contoh di kota Bandung pada tahun 2005 volume sampahnya sebanyak 7.400 m 3 perhari, dan pada tahun 2006 telah mencapai 7.900 m 3 per hari. Selain itu Jakarta pada tahun 2005 volume sampah yang dihasilkan yaitu sebanyak 25.659 m 3 /hari dan pada tahun 2005 telah mencapai 26.880 m 3 /hari (Faizah, 2008). Jumlah masyarakat yang tingal di pemukiman penduduk kawasan pesisir berjumlah 46 kk di desa Tabilaa, dan masih banyak sampah yang berserakan di pesisir pantai, hal ini disebabkan oleh perilaku

masyarakat yang hidup tidak besrsih, selain itu hasil wawancara dengan kepala BLH Molibagu menyatakan bahwa wilayah kerja petugas kebersihan yang di lapangan hanya sampai desa Molibagu dan Sondana dan belum sampai ke desa Tabilaa, dan kabupaten Bolaang Mongondow Selatan belum memiliki TPA yang tetap masih dalam tahap konstruksi,dan segala fasilitas sanitasi tempat umum belum sampai ke desa Tabilaa Kecamatan Bolaang Uki Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan 2013. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis Kajian teoritis menjelaskan beberapa hal di antaranya : 1. Batasan Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (Mahluk Hidup ) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua mahluk hidup mulai dari tumbuhtumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku karena mereka mempunyai aktivitas masingmasing. Sehinga yang dimaksud dengan perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau Aktivitas manusia itu sendiri yang mempunyai benteng yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian ini dapat di simpulkan bahwa yang di maksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat di amati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. (Notoatnodjo,2007 :133) 1. Pengetahuan Sebelum seorang mengadopsi perilaku (berpikir baru), dia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Indikatorindikator apa yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan dapat dikelompokan menjadi : A. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi : a) Penyebab penyakit b) Gejala atau tanda-tanda penyakit c) Bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencari pengobatan d) Bagaimana penularanya e) Bagaimana cara pencegahanya B. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan meliputi : a) Manfaat air bersih b) Cara-cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk pembuangan kotoran yang sehat dan sampah c) Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat d) Akibat polusi (polusi air, udara, dan tanah) bagi kesehatan dan sebagainya 2. Sikap Telah diuraikan diatas bahwa sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seorang terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit) Setelah seorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut. Oleh sebab

itu indikator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan dengan pengetahuan seperti di atas yakni : A. Sikap terhadap sakit dan penyakit Sikap terhadap sakit dan penyakit adalah bagaimana penilaian atau pendapat seorang terhadap : gejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit, cara pencegahan penyakit dan sebagainya. B, Sikap terhadap kesehatan lingkungan Sikap terhadap kesehatan lingkungang adalah pendapat atau penilaian seorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Misalnya pendapat atau penilaian terhadap air bersih, pembuangan limbah, polusi dan sebagainya. (Notoatmodjo,2007:147) 3. Tindakan Setelah seorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang di ketahui,proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau memperhatikan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik) inilah yang disebut Praktik kesehatan, atau juga dapat juga di katakana perilaku kesehatan. Oleh sebab itu indikator praktek kesehatan ini juga mencakup hal-hal tersebut yakni : A. Tindakan (praktik) sehubungan dengan penyakit Tindakan atau perilaku ini mencakup pencegahan penyakit, mengimunisasikan anaknya, melakukan pengurasan bak mandi semingu sekali, mengunakan masker di waktu kerja di tempat berdebu dan sebagainya. B. Tindakan (praktik) kesehatan lingkungan METODE PENELITIAN Jenis penelitian adalah jenis penelitian deskriktif analitik rancangan yang digunakan adalah rancangan penelitian cross sectional study tentang hubungan perilaku masyarakat dengan pengelolaan sampah pada masyarakat pemukiman penduduk kawasan pesisir Desa Tabilaa Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Yang Menjadi populasi pada penelitian ini adalah adalah Seluruk kk yang berada disepanjang pemukiman penduduk kawasan pesisir Desa Tabilaa yang berjumlah 46 kk sementara jumlah sampel pada penelitian ini adalah 46 kk keseluruhan dari populasi atau total sampling. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah anailis bivariat menggunakan uji Chi square dengan menggunakan bantuan software SPSS. Hasil uji Chi Square dapat mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel X dan Y yang bermakna secara statistic (Ridiwikdo, 2010 :102). Yang menjadi dasar pengambilan keputusan penerimaan hipotesis berdasarkan tingkat signifikan (nilai α) sebesar 95% : a. jika nilai p value α (0,05) maka hipotesis penelitian (Ha) diterima. b. jika nilai p value > α (0,05) maka hipotesis penelitian (Ha) ditolak.

HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1.Hasil Penelitian Analisis bivariat dilakukan untuk melihat ada tidaknya Hubungan Perilaku Masyarakat Dengan Pengelolaan Sampah Pada Masyarkat Pemukiman Penduduk Kawasan Pesisir Desa Tabilaa Kecamatan Bolaang Uki Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Analisis data secara statistik dilakukan dengan uji chi square, dengan menggunakan bantuan program SPSS. Diakatakan ada hubungan jika nilai p value α (0,05) 1. Hubungan pengetahuan masyarakat dengan pengelolaan sampah. Hubungan pengetahuan dengan disajikan pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Hubungan Pengetahuan Masyarakat Dengan Pengelolaan Sampah Pada Masyarakat Pemukiman Penduduk Kawasan Pesisir Desa Tablaa Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Tahun 2013 Variabel Pengelolaan sampah Tidak baik ;n (%) Total Baik; n(%) n (%) p Persentase jumlah responden, p = kemaknaan. Dari hasil analisis hubungan pengetahuan masyarakat dengan kawasan pesisir yang diperoleh menunjukan bahwa apabila pengethuan yang kurang baik maka perilaku masyarakat yang mengelolah sampah sedikit dan berbanding terbalik apabila pengetahuan masyarakat baik maka perikau masyarakat dalam hal mengelolah sampah menjadi baik. Pengetahuan baik dan pengelolaan sampah baik sebanyak 11 responden (23,9) dan pengetahuan kurang pengelolaan baik 8 responden (17,4) Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,014 (p 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan Ha diterima atau ada hubungan antara pengetahuan masyarakat dengan. 2. Hubungan sikap masyarakat dengan pengelolaan sampah. Hubungan sikap dengan disajikan pada tabel 4.5. pengetahuan kurang 21(45,7) 8(17,4) 29(63,0) baik 6(13,0) 11(23,9) 17(37,0) 0,014 Jumlah 27(58,7) 19(41,3) 46(100) Sumber : Data Primer Keterangan: n = Jumlah responden masing- masing perilaku, (%) =

Tabel 4.5 Hubungan Sikap Masyarakat Dengan Pengelolaan Sampah Pada Masyarakat Pemukiman Penduduk Kawasan Pesisir Desa Tablaa Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Tahun 2013 Variabel Sikap tidak setuju Pengelolaan sampah Total Tidak Baik ;n (%) Baik; n(%) n (%) 22(47,8) 8(17,4) 30(65,2) 0,006 Setuju 5(10,9) 11(23,9) 16(34,8) Jumlah 27(58,7) 19(41,3) 46(100) Sumber : Data Primer Keterangan: n = Jumlah responden masing- masing perilaku, (%) = Persentase jumlah responden, p = kemaknaan. Dari hasil analisis hubungan sikap masyarakat dengan kawasan pesisir yang diperoleh menunjukan bahwa apabila sikap masyarakat yang kurang baik maka perilaku masyarakat yang mengelolah sampah sedikit dan berbanding terbalik apabila sikap masyarakat baik maka perikau masyarakat dalam hal mengelolah sampah menjadi baik, atau tinggi. Sikap masyarakat setuju dan pengelolaan sampah baik sebanyak 11 responden (23,9) dan sikap tidak setuju dan pengelolaan baik 8 responden (17,4) Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,007 (p 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan Ha diterima atau ada hubungan sikap masyarakat dengan P kawasan pesisir pantai desa Tabilaa. 3. Hubungan tindakan masyarakat dengan pengelolaan sampah. Hubungan tindakan dengan disajikan pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Hubungan Tindakan Masyarakat Dengan Pengelolaan Sampah Pada Masyarakat Pemukiman Penduduk Kawasan Pesisir Desa Tablaa Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Tahun 2013 Pengelolaan Total sampah Variabel Tindakan tdk melakukan Melakukan pengelolaan Tidak Baik ;n (%) Baik; n(%) n (%) 26(56,5) 4(8,7) 30(65,2) 1(2,2) 15(32,6) 16(34,8) Jumlah 27(58,7) 19(41,3) 46(100) Sumber : Data Primer Keterangan: n = Jumlah responden masing- masing perilaku, (%) = Persentase jumlah responden, p = kemaknaan. Dari hasil analisis hubungan tindakan masyarakat dengan kawasan pesisir yang diperoleh menunjukan bahwa apabila tindakan masyarakat yang kurang maka perilaku masyarakat yang mengelolah sampah sedikit dan P 0,000

berbanding terbalik apabila tindakan masyarakat baik maka perilaku masyarakat dalam hal mengelolah sampah menjadi baik atau tinggi. Tindakan masyarakat yang melakukan pengelolaan dengan pengelolaan sampah baik sebanyak 15 responden (32,6) tindakan masyarakat yang tidak melakukan pengelolaan dan pengelolaan sampah baik sebanyak 4 responden (8,7) Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,000 (p 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan Ha diterima atau ada hubungan tindakan masyarakat dengan pengelolaan sampah pada masyarkat pemukiman penduduk kawasan pesisir Desa Tabilaa. 3.2 Pembahasan 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Geografi Desa Tabilaa adalah salah satu dari 23 Desa di Kecamatan Bolaang Uki yang didirikan pada tahun 1940 sampai dengan saat ini telah berusia 71 tahun. Nama Desa berasal dari bahasa setempat yang terdiri kata TABI yang berarti sayang dan LAA berarti sangat/amat. TABILAA berarti sangat disayangi. Desa Tabilaa Satu Kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan terletak diujung Timur Kabupaten, dan berjarak ± 9 Km dengan Ibu Kota Kabupaten dengan batas-batas sebagai berikut : - Utara berbatasan dengan Laut Maluku - Selatan berbatasan dengan Pegunungan. - Timur berbatasan dengan Kecamatan Pinolsian - Barat berbatasan dengan Desa Tolondadu. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan mulai tanggal 1april sampai 30 mei 2013. Sampel penelitian berjumlah 46 kk yang berada di sepanjang pemukiman penduduk kawasan pesisir Desa Tabilaa dan populasi menjadi keseluruhan sampael atau total sampling. 2. Pembahasan 4.3.1. Kajian Tentang Responden Penelitian Desa Tabilaa adalah desa yang berada di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, dan sampel pada penelitian ini adalah seluruh KK yang berada disepanjang pesisir pantai desa Tabilaa yaitu sebanyak 46 KK Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara perilaku masyarakat dalam hal ini pengetahuan, sikap, dan tindakan, dalam kawasan pesisir desa Tabilaa Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. 4.3.1. Hubungan pengetahuan masyarakat dengan pengelolaan sampah pada masyarakan pemukiman penduduk kawasan pesisir Desa Tabilaa. Hasil analisis data statistik menunjukan bahwa pengetahuan masyarakat ada hubunganya dengan. Dari hasil uji bivariat di peroleh nilai p value 0,015 (p<0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ha diterima, sehingga ada hubungan

antara pengetahuan masyarakat dengan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Tahun 2013. Menurut Notoatmojdjo (2003) mengatakan bahwa tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi pengetahuannya. Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Pengetahuan disini meliputi pengertian sampah, jenis sampah dan dan lain lain.dapat kita lihat pada tabel 4.4 pengetahuan responden tentang sampah berdasarkan pendidikan responden. Hasil penelitian dilihat dari aspek pendidikan dengan pengetahuan terhadap pengelolaan sampah dilihat dari aspek pendidikan, jumlah pendidikan yang paling banyak adalah SD sebanyak 29 orang, SMP 19 0rang SMA 3 orang dan yang tidak sekolah 1 orang, dari jumlah tersebut yang paling banyak adalah pendidikan SD, sehingga pengaruh pengelolaan sampah kurang baik di Desa Tabilaa dikarenakan aspek pendidikan yang masih rendah dapat di lihat pada tabel 4.4 Dapat disimpulkan bahwa perilaku masyarakat dalam hal ini pengetahuan yang kurang baik merupakan salah satu faktor dan ada faktor yang lain, ketika faktor lain dapat dimaksimalkan akan mengurangi risiko pengelolaan sampah itu sendiri dan begitu juga sebaliknya jika faktor lain tersebut tidak dapat dimaksimalkan akan menjadi pengelolaan sampah yang kurang baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hermawan (2010) perilaku masyarakat Kampung Kamboja dalam mengelola sampah. Karakteristik fisik Sungai Kapuas di wilayah Kampung Kamboja membentuk image kepada masyarakat di wilayah ini untuk menjadikan sungai sebagai bagian dari fasilitas atau bagian yang memfasilitasi dalam pengelolaan sampah permukiman. Teori tersebut diatas didasarkan atas fakta yang terjadi di masyarakat Kampung Kamboja tentang anggapan bahwa pasang surut air sungai yang secara kontinyu terjadi akan membersihkan sampah-sampah, sehingga sampah yang hanyut dan terhambat dilingkungan permukiman ini ataupun sampah akibat perilaku pembuangan secara spontan di kolong rumah. Selain itu faktor sungai yang cukup lebar, debit air yang cenderung stabil dan arus yang relatif deras, menjadikan sampah yang dihanyutkan warga cenderung tampak tidak berarti dalam mengotori sungai 4.3.2. Hubungan sikap masyarakat dengan. Hasil analisis data statistik menunjukan bahwa sikap masyarakat ada hubunganya pengelolaan sampah pada masyarakat pemukiman penduduk kawasan pesisir Desa Tabilaa. Dari hasil uji bivariat di peroleh nilai p value 0,007 (p<0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ha diterima, sehingga ada hubungan antara masyarakat sikap dengan

Kabupaten Bolang Mongondow Selatan Tahun 2013. Menurut Widayatun, N, R. (2008) sikap adalah keadaan mental saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh yang dinamik terarah terhadap respon individu pada semua objek yang berkaitan denganya. Hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang dilihat dari aspek pendidikan dengan sikap terhadap pengelolaan sampah dilihat dari aspek pendidikan, jumlah pendidikan yang paling banyak adalah SD sebanyak 29 orang, SMP 13 0rang SMA 3 orang dan yang tidak sekolah 1 orang, dari jumlah di atas yang palng banyak adalah pendidikan SD. Pengaruh pengelolaan sampah kurang baik di Desa Tabilaa dikarenakan aspek pendidikan yang masih rendah dapat di lihat pada tabel 4.4, selain itu sikap masyarakat yang tidak mau tahu dengan dampak sampah terhadap lingkungan, dan juga masih banyak masyarakat yang buang sampah di sembarang tempat atu di pesisir pantai, hal demikian sehinga dapat dikatakan pengelolaan sampah yang kurang baik diakibatkan dari aspek pendidikan, semakin tinggi pendidikan masyarakat maka perilaku masyarakat dalam hal ini adalah sikap bisa baik pula. Dapat disimpulkan sama halnya dengan pengetahuan bahwa perilaku masyarakat dalam hal ini sikap yang kurang baik merupakan salah satu faktor dan ada faktor yang lain, ketika faktor lain dapat dimaksimalkan akan mengurangi risiko pengelolaan sampah itu sendiri dan begitu juga sebaliknya jika faktor lain tersebut tidak dapat dimaksimalkan akan menjadi pengelolaan sampah yang kurang baik. 4.3.3 Hubungan tindakan masyarakat dengan. Hasil analisis data statistik menunjukan bahwa tindakan masyarakat ada hubunganya. Dari hasil uji bivariat di peroleh nilai p value 0,000 (p<0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ha diterima, sehingga ada hubungan antara masyarakat tindakan dengan Kabupaten Bolang Mongondow Selatan Tahun 2013. Hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang dilihat dari aspek pendidikan dengan tindakan terhadap pengelolaan sampah dilihat dari aspek pendidikan, jumlah pendidikan yang paling banyak adalah SD sebanyak 29 orang, SMP 19 0rang SMA 3 orang dan yang tidak sekolah 1 orang, dari jumlah di atas yang palng banyak adalah pendidikan SD.Selainitu aspek kebiasaan dan pekerjaan juga bisa mempengaruhi tindakan masyarakat dalam hal pengelolaan sampah. Pengaruh pengelolaan sampah kurang baik di Desa Tabilaa dikarenakan aspek pendidikan yang masih rendah dapat di lihat pada table di atas, sehinga dapat dikatakan pengelolaan sampah yang kurang baik diakibatkan dari aspek pendidikan, semakin tinggi pendidikan masyarakat maka

perilaku masyarakat dalam hal ini adalah tindakan tehadap pengelolaan sampah bisa baik pula. Dapat disimpulkan sama halnya dengan pengetahuan dan sikap bahwa perilaku masyarakat dalam hal ini tindakan dalam pengelolaan sampah yang kurang baik, atau tidak melakukan pengelolaan merupakan salah satu faktor dan ada faktor yang lain, ketika faktor lain dapat dimaksimalkan akan mengurangi risiko pengelolaan sampah itu sendiri dan begitu juga sebaliknya jika faktor lain tersebut tidak dapat dimaksimalkan akan menjadi pengelolaan sampah yang kurang baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya Hermawan (2010) perilaku masyarakat Kampung Kamboja dalam mengelola sampah, Pembinaan pengelolaan sampah yang telah diadakan oleh Pemerintah Kota Pontianak kepada warga di Kampung Kamboja sampai saat ini cenderung belum menampakkan keberhasilannya. Pelaksanaan pembinaan yang tidak rutin dan pola pembinaan yang tidak menyentuh langsung kepada masyarakat melainkan hanya dilakukan dengan perwakilan oleh tokoh warga, menjadikan perkembangan upaya pengelolaan sampah oleh warga di wilayah ini cenderung stagnan. Selain itu pelaksanaan program pembinaan yang tidak disertai dengan monitoring dan evaluasi menjadikan program pembinaan yang telah dilaksanakan tidak diketahui perkembangannya oleh pemangku program pembinaan, sehingga tidak terjadi intraksi dengan masyarakat dalam mengupayakan keberhasilan Keterbatasan dari pihak peneliti adalah keterbatasan waktu dalam suatu penelitian, keterbatasan jangkauaan dalam lokasi penelitian dan juga keterbatasan pengetahuan peneliti sendiri. Sehingga masi banyak terdapat kekurangan dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian hubungan perilaku masyarakat dengan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dapat ditarik kesimpulan yaitu : 1. Ada hubungan pengetahuan masyarakat terhadap pengelolaan sampah pada masyarakat pemukiman penduduk kawasan pesisir Desa Tabilaa Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Dari uji bivariat diperoleh nilai p value =0,015 (<0,05) 2. Ada hubungan sikap masyarakat terhadap pengelolaan sampah pada masyarakat pemukiman penduduk kawasan pesisir Desa Tabilaa Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Dari uji bivariat diperoleh nilai p value =0,007 (<0,05) 3. Ada hubungan tindakan masyarakat terhadap pengelolaan sampah pada masyarakat pemukiman penduduk kawasan pesisir Desa Tabilaa Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Dari uji bivariat diperoleh nilai p value =0,000 (<0,05)

DAFTAR PUSTAKA Brown, L, 1987. Dunia Penuh Ancaman. Jakarta: Karya Unipress, Chandra, B, 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit BukuKedokteran EGC. Darmono, 2010. Lingkungan Hidup Dan Pencemaran. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Pres). Faizah. 2008. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Masyarakat (Studi Kasus Di Kota Yogyakarta). Tesis, Universitas Diponegoro Hermawan, 2010. Perilaku Masyarakat Dalam Mengelola Sampah Permukiman. Tesis, Universitas Diponegoro. \Mann I, Richard, 1994. Pejuangan Untuk Lingkungan. Canada: Getaway Books. Megristine, R, 2007. Pengolahan Sampah Plastik. Bandung: Titian Ilmu.