POLA KONSUMSI MASYARAKAT MENIMBULKAN MASALAH SAMPAH DI KAWASAN PESISIR KAMPUNG BUGIS
|
|
- Liani Iskandar
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 POLA KONSUMSI MASYARAKAT MENIMBULKAN MASALAH SAMPAH DI KAWASAN PESISIR KAMPUNG BUGIS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang selalu berhubungan dengan konsumsi, apa itu untuk memenuhi kebutuhan akan makan, pakaian, hiburan, atau kebutuhan lainya. Pengeluaran masyarakat untuk makanan, pakain, dan kebutuhan lainya dinamakan dengan pembelanjaan atau konsumsi. Pengeluaran konsumsi melekat pada setiap orang mulai dari lahir sampai dengan akhir hidupnya, artinya setiap orang sepanjang hidupnya Dari data bank Indonesia, tahun , yang mengatakan perkembangan konsumsi rumah tangga di Indonesia tahun , adalah tahun menunjukan kecendrungan peningkatan yang relatif, pada tahun ini naik yaitu 1,01% tetapi pada tahun 2003 meningkat menjadi 2,55%. Jadi jika di hitung pada rupiah rata-rata konsumsi masyarakat selama tahun sebesar Rp 250 trilyun. (Khairani Siregar 2009, Bertambahnya penduduk dan berubahnya pola konsumsi melakukan kegiatan konsumsi. Oleh masyarakat menyebabkan karena itu, kegiatan konsumsi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. bertambahnya volume, jenis, dan karakteristik sampah yang termasuk kantong plastik. (suwerda, 2013). Kantong pelastik atau lebih dikenal
2 sebagai kantong keresek merupakan salah satu jenis plastik yang paling banyak beredar di masyarakat dengan masa pakai singkat atau sering di buang begitu saja setelah sekali pemakaian. Penggunaan kantong plastik dalam kehidupan sehari-hari merupakan hal yang biasa terjadi. Hal ini karena kantong pelastik mempunyai keunggulan dibanding barang lain. Sifatnya yang ringan, tembus pandang, praktis, murah dan kedap tehadap air. Selain itu meningkatnya penggunaan kantong plastik dimasyarakat disebabkan oleh kemudahan mendapatnya. Masyarakat memperoleh kantong plastik dari pasar tradisional, supermarket, minimarket, warung, toko, atau tempat-tempat yang melakukan kegiatan jual beli lainya. Kantong plastik tidak terdegrasi secara sempurna dalam waktu yang singkat seperti sampah organik lainya. Situasi seperti ini akan menyebabkan sampah-sampah kantong pelastik terus menumpuk dari tahun ke tahun jika tidak mengurangi penggunaannya dari sekarang. Kementerian lingkungan hidup Republik Indonesia menyatakan konsumsi plastik penduduk indonesia setiap harinya mencapai 26,500 ton/hari. Menurut survey yang dilakukan tahun 2008 komposisi sampah non organik termasuk sampah pelastik sudah meningkat 35%, pasar tradisional menyumbang 70% sampah plastik yang tersebar diseluruh indonesia artinya, sebagian besar sampah pelastik yang sudah jelas berbahaya terhadap lingkungan itu berasal dari pasar tradisional. (
3 Dalam laporan sebuah penelitian yang diterbitkan di Sciencemag pada Februari 2015 menyebutkan bahwa Indonesia berada di peringkat kedua di dunia penyumbang sampah plastik ke laut setelah Tiongkok, disusul Filipina, Vietnam, dan Sri Lanka. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa fakta tentang sampah nasional pun sudah cukup meresahkan.( plastik kelaut ekosistem dilaut akan mati dan lama-kelamaan akan punah, karena saat mereka memakan sampah kantong plastik mereka akan mati. ( Cara pandang masyarakat yang salah tentang sampah telah menyebabkan rendahnya tingkat kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk memecahkan masalah persampahan. kebiasaan membuang sampah sembarangan nampaknya telah menjadi bagian dari Menurut Riset Greeneration, perilaku hidup bagi kebanyakan organisasi nonpemerintah yang telah 10 tahun mengikuti isu sampah, satu orang di Indonesia rata-rata menghasilkan 700 kantong plastik pertahun. Di alam, kantong plastik yang tak terurai menjadi ancaman kehidupan dan ekosistem, baik ekositem di laut maupun ekosistem masyarakat yang tidak peduli sampah dan cenderung mementingkan diri sendiri. Merubah cara pandang masyarakat tentang sampah dari anggapan sebagai bahan yang tidak mempunyai manfaat menjadi bermanfaat merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari didarat, saat membuang kantong
4 upaya pengelolaan sampah secara terpadu (Trihadiningrum, 2008). Setiap daerah memiliki tingkat kesulitan tersendiri dalam pengelolaan pembangunan wilayah. pencemar baik sampah organik maupun non organik ke dalam air laut. Penggunaan kantong plastik yang berlebihan dapat berdampak Salah satu wilayah yang memiliki buruk terhadap lingkungan yang tingkat kesulitan yang cukup tinggi dalam pengelolaan wilayahnya adalah wilayah pesisir. Wilayah pesisir memiliki kompleksitas isu, permasalahan, peluang dan tantangan tersendiri yang berbeda dengan wilayah lainya. Penanganan masalah sampah khususnya di sepanjang daerah pesisir masih banyak mengalami kendala. Kebiasaan masyarakat yang membuang sampah langsung ke badan air laut serta kurangnya kemauan masyarakat untuk mengelola sampah yang dihasilkan dalam kegiatan sehari-hari mengakibatkan penurunan kualitas air laut akibat masuknya beban mana kantong plastik memiliki tekstur dan sifat yang tidak dapat membusuk, tidak terurai secara alami, tidak dapat menyerap air, tidak dapat berkarat, dan pada akhirnya menjadi masalah lingkungan. Dengan sifatnya yang tidak bisa teurai oleh alam sangat membahayakan bagi lingkungan, saat kita memakai kantong plastik dan membuang sembarangan maka sampah akan semakin banyak dan akan meyebabkan lingkungan menjadi tercemar. sehingga saat memakai kantong plastik membungkus makanan seharusnya kantong plastik ini dibuang pada
5 tempatnya atau dibuat sesuatu yang kreatif dan bisa menghasilkan uang. Peraturan tentang kantong plastik berbayar sudah ada di beberapa daerah, hal ini tidak terjadi pada kota TanjungPinang yang mana hal sebaik ini belum diterapkan di dalam masyarakat, sehingga masih banyak tempat-tempat belanja menggunakan kantong plastik, dengan keadaan ini masalah sampah akan sulit di atasi karena setiap orang membeli barang, kantong plastik tadi akan menjadi sampah dan akan di buang sembarangan, kita lihat saja saat membeli sesuatu di toko atau swalayan, mereka akan memberi kita dengan kantong plastik walaupun barang yang kita beli 1 botol air mineral, saat kita keluar dari tempat belanja kita langsung membuang kantong plastik tadi. Dengan keadaan ini maka sampah yang ada akan terus-menerus ada dan tidak akan bisa di atasi secara maksimal. Dari penelitian terdahulu di daerah kota semarang, masalah sampah yang terjadi di daerah Jomblang banyak yang belum menyediakann tempat pewadahan sampah, dari dulu yang menjadi sasaran tempat pembuangan sampah adalah Sungai Bajak dan sampai sekarang masih saja ada masyarakat yang membuang sampah kesungai bajak. (Ragil Agus Prianto, Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Di Kelurahan Jombang Kota Semarang). masalah ini sama terjadinya di Kelurahan Kampung Bugis yang mana masyarakat membuang sampah di perairan sehingga menyebabkan sampah berserakan dimana-mana. Dari data Dinas Kebersihan TanjungPinang yang bertempatan di
6 Jalan Peralatan No.1, menyatakan bahwa di kecamatan Tanjungpinang kota tepatnya Kelurahan Kampung Bugis terdapat 1 ton sampah perbulanya di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sampah ini diangkut setiap 15 hari sekali, 1 bulan jadi 2 kali pengangkutan. Hasil sampah dalam 1 bulan 1 ton maka diperhitungkan dalam pertahun maka sampahnya 12 ton. Hasil ini sangat mengejutkan betapa banyak sampah yang ada di TanjungPinang, kita lihat saja 1 kecamatan dalam 1 tahun 12 ton kita kali kan 4 kecamatan yang ada di Tanjungpinang, maka hasilnya sangat mengejutkan lagi. Hal ini terjadi karena perilaku masyarakat yang tidak bisa dikontrol, melihat kondisi ini dengan pandangan yang lebih luas, sampah yang begitu banyak karena pola konsumsi masyarakatnya yang berlebihan semakin tinggi pola konsumsi masyarakat maka akan besar masalah sampah yang ada. Konsumsi masyarakat Kampung Bugis dapat kita lihat yang mana setiap pembelian barang apa pun pasti menggunakan kantong pelastik, baik itu berbelanja dipasar maupun di swalayan-swalayan, kantong pelastik ini yang menjadi sampah di kawasan pesisir Kampung Bugis yang mana setelah mereka berbelanja mereka langsung membuang kantong pelastik tadi kelaut atau dibawah rumah mereka. Apa lagi belum mengertinya masyarakat Kampung Bugis untuk memilah-milah sampah organik maupun sampah non organik, sampah yang bisa teruraikan oleh alam dan sampah yang tidak bisa terurai oleh alam, pemahaman seperti ini harus ditanam di dalam
7 kehidupan masyarakat agar masyarakat bisa berbuat hal yang bermanfaat yang bisa membuat lingkungan itu bersih. Dari data awal untuk melihat pola konsumsi masyarakat Kampung Bugis yaitu yang dapat menghasilkan kantong plaktik adalah dari RW 6, RT 3, yang mana jumlah kepala keluarga di RT 3 adalah 98 kepala keluarga dengan penduduknya mencapai 400 orang. Hal ini akan sedikit menunjukan bagaimana terjadi penumpukan sampah yang ada dipesisir Kampung Bugis, baik itu pola konsumsi dari kebutuhan mupun dari jajan anak. (sumber: Bapak Rukun Tetangga, Bapak Puding). Data penduduk Kampung Bugis dari kantor kelurahan Kampung Bugis tahun 2015, jumlah penduduk Kampung Bugis : 9743 jiwa dengan KK 2568 jiwa, yang mana laki-lakinya berjumlah 5224 jiwa dan perempuanya berjumlah 4519 jiwa, sedangkan berdasarkan usia yaitu 0-15 berjumlah 2502 jiwa dan yang berusia berjumlah 4374 jiwa dan yang berusia 40 keatas berjumlah 2867 jiwa. Konsumsi masyarakat di RT 3 ini setiap mereka berbelanja di pasar teradisional mereka mendapatkan kantong pelastik yang mana kantong pelastik ini diberikan setiap mereka membeli barang, mereka membeli cabe diberi satu kantong plastik, mereka membeli ikan diberi satu kantong plastik, mereka membeli sayuran diberi satu kantong plastik, setiap barang belanjaan mendapatkan satu kantong plastik. Kita dapat melihat disini setiap pembelian barang mendapatkan kantong pelastik,
8 dalam satu hari masyarakat dalam membeli menghasilkan 5 kantong plastik kita kalikan kepala keluarga yang ada di RT 3 ini yaitu 98 kepala keluarga dikalikan 5 kantong plastik yaitu 490 kantong plastik setiap harinya, kita kalikan dalam 1 tahun maka hasilnya yaitu kantong plastik yang ada di pesisir RT 3, hal ini belum lagi RT yang lainya yang berada di daerah pesisir Kampung Bugis. Melihat kondisi seperti ini maka sampah yang ada di pesisir Kampung Bugis akan sulit untuk diatasi karena kita lihat saja dalam berbelanja atau mengkonsumsi barang mereka selalu menggunakan kantong plastik, semakin banyak mereka mengunakan kantong plastik maka semakin besar masalah sampah kantong plastik yang ada dan akan kewalahan untuk mengatasinya jika tidak di bentuk kesadaran dan kepedulian masyarakat akan bahayanya sampah kantong plastik ini. Kita lihat lagi dari jajan anak dalam perorang yaitu Rp 5000, yang mana jajan anak ini, anak yang bersekitaran umur 6-10 tahun, uang jajan anak yang mereka beli tidak dikontrol, mereka memberi uang kepada anak mereka dan anak mereka sendiri yang membelanjakan uangnya untuk apapun, kebanyakan anak-anak mereka membeli kokakoka atau snak, setiap di beri uang jajan mereka langsung membeli jajan snak. Apalagi kita lihat ditoko maupun swalayan memberikan semua apa yang kita butuhkan. Dengan tidak di kontrol setiap pembelanjaan anak-anak mereka, maka sampah yang dapat dihasilhan oleh anak-anak mereka tadi berserakan dimana-mana. Semakin
9 banyak mereka memberi jajan anak maka sampah yang dihasilkan oleh anak mereka juga cukup banyak, karena setiap pembelian jajan akan menghasilkan pelastik baik itu snak maupun jajan lainya. Bukan memberi jajan anak saja, tetapi setiap apa yang anak mereka inginkan mereka akan membelikan, seperti tukang jualan es krim lewat, bakso, atau sate, anak mereka ingin membelinya mereka akan membelinya. Dengan keadaan ini maka semakin banyak membeli maka sampah kantong plastik semakin meningkat karena kantong plastik di Kampung Bugis sudah menjadi sesuatu hal yang biasa dan mudah didapatkan, dengan pemikiran masyarakat yang sedemikian yang menganggap kantong plastik adalah sesuatu yang biasa dan tidak bermasalah dengan lingkungan maka yang terjadi seperti sekarang sampah yang menumpuk di pesisir dan dibawah mereka dari hasil konsumsi mereka. Dari pola konsumsi diatas maka muncul lah sebuah persoalan yaitu persoalan persampahan di Kampung Bugis, yang mana ketika tingkat pola konsumsi masyarakat Kampung Bugis menjadi tinggi, maka akan banyak barang yang dibeli, barang-barang yang dibeli tadi sudah tentu memiliki kantong plastik. Dengan keadaan ini volume sampah akan meningkat sebagai dampak dari bungkus-bungkus tersebut. Belum lagi masih belum terlalu sadarnya masyarakat Kampung Bugis dalam hal pengelolaan sampah. Dengan pola konsusmsi yang selalu menggunakan kantong plastik maka masalah sampah yang ada di Kampung Bugis belum bisa
10 diselesaikan secara maksimal karena masyarakatnya membuang sampah sembarangan dari hasil konsumsinya, hal ini dapat kita lihat dari kehidupan mereka sehari-hari yang mana membeli sesuatu selalu dengan bungkusan plastik baik itu barang makanan maupun pakaian, dan lainlain. Plastik tadi sampai dirumah mereka buang ke laut dan hanyut kepesisir pantai. Sampah yang paling banyak ditemukan dipesisir Kampung Bugis adalah sampah kantong pelastik yang mana kantong plastik ini di dapatkan dari mereka yang membeli barang di toko maupun di swalayan. Kantong plastik inilah mereka buang kelaut dan menjadi sampah di pesisir pantai mereka. Dengan kondisi laut yang berlumpur yang bisa menyebabkan sampah yang dibuang kelaut akan lengket kelumpur dan akan menumpuk jika tidak di bersihkan lingkungan ini. Sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), Dari data dinas kebersihan tentang sampah di daerah Kampung Bugis, di dalam satu bulan ada 1 ton, itu sampah yang diangkut dari TPA diangkut 15 hari sekali dalam satu bulan, ini sampah yang bisa di catat dalam perbulanya tetapi sampah yang ada di daerah pesisir Kampung Bugis belum bisa di hitung karena belum ada cara yang tepat untuk menanggulangi sampah yang ada di daerah pesisir Kampung Bugis. (Sumber: Data dari dinas kebersihan TanjungPinang) Dengan laut yang berstektur rendah sehingga sampah yang dari daerah lain bisa hanyut kepesisir Kampung Bugis, belum lagi sampah dari masyarakat pesisir Kampung
11 Bugis sendiri, sehingga mengakibatkan sampah semakin banyak menumpuk baik sampah kiriman maupun sampah dari masyarakat pesisir Kampung Bugis itu sendiri, dengan kebiasaan pemukiman penduduk yang padat selain itu juga terdapat pasar yang merupakan pusat perdagangan di desa Kampung Bugis, sehingga produksi sampah yang begitu banyak, para pedagang tidak masyarakat membuang sampah memperhatikan kebersihanya kelaut dan memandang sampah adalah hal yang biasa mengakibatkan mereka tidak peduli dan menganggap sehingga tercemar lingkungan, selain itu beberapa pemukiman tersebut kondisinya terlihat dari kondisi tidak berpengaruh bagi aktivitas fisiknya, air berwarna hitam dan mereka baik melakukan perkerjaan maupun mereka sedang makan mengahap sampah yang menumpuk didepan mata mereka, dengan bau sampah yang sangat menyengatkan, keadaan ini terjadi karena mereka sudah berbaur dengan lingkungan ini sehingga mereka tidak merasakan hal yang aneh atau menjorokan, sehingga mereka terbiasa akan hal ini. Belum lagi disekitar pesisir Kampung Bugis terdapat daerah keruh, berbau, dan dipenuhi oleh sampah. Kondisi tersebut karena prilaku pola konsumsi masyarakat di sekitar laut Kampung Bugis, sehingga sampah barang-barang yang mereka beli mereka membuangnya secara sembarangan. Adanya sedimen dari sampah bisa menyebabkan tercemarnya laut dan habitat-habitat laut yang ada bisa mati atau lari sehingga nelayan sulit untuk mencari nafkah dan saat
12 sampah plastik menumpuk akan mengakibatkan terjadinya penyakit seperti demam berdarah yang telah di alami oleh masyarakat Kampung Bugis dan penyakit lainya seperti diare. Keadaan seperti ini karena kurangnya kepedulian masyarakat dan keterbatasan pengetahuan masyarakat Kampung Bugis akan bahayanya sampah yang akan menyebabkan lingkungan pesisir tampak tidak terawat. Kesadaran masyarakat tentang pelestarian lingkungan masih rendah, tercermin dari kegiatan sehari-hari misalnya masih membuang sampah sembarangan dari hasil pola konsumsi mereka, anggapan mereka cara membuang sampah kebawah rumah yang paling praktis dan cepat. Anggapan mereka air laut akan membawa sampah itu ketempattempat lain dan akan bersih sendiri di daerah pesisir. Dengan keadan seperti ini kita perhatikan sepanjang jalan daerah menuju kepesisir, sampah ada di mana-mana, inilah masalah yang mereka buat belum mereka sadari. Dengan lingkungan yang penuh akan sampah akan mengakibatkan tercemarnya lingkungan di pesisir pantai. Melihat kondisi tersebut penulis melakukan penelitian tentang Pola Konsumsi Masyarakat Menimbulkan Masalah Sampah di Kawasan Pesisir Kampung Bugis
BAB I PENDAHULUAN. berwarna hitam merupakan salah satu jenis plastik yang paling banyak beredar di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dan memberikan pengaruh satu sama lain, mulai dari keturunan, lingkungan, perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari seperti plastik pembungkus permen, makanan, botol air minum, sampo, detergent, kantong plastik untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Plastik yang mulai digunakan sekitar 50 tahun silam, kini telah menjadi barang yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan manusia, barang-barang berbahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan mutlak. Peran penting pemerintah ada pada tiga fungsi utama, yaitu fungsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di negara berkembang mempunyai kedudukan yang sangat penting dan mutlak. Peran penting
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Pada faktanya banyak masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah termasuk permasalahan lingkungan seperti kebersihan lingkungan. Hal ini disebabkan meningkatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia melakukan berbagai aktivitas untuk memenuhi kesejahteraan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia melakukan berbagai aktivitas untuk memenuhi kesejahteraan hidupnya dengan memproduksi makanan minuman dan barang lain dari sumber daya alam. Aktivitas tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahlah yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampai saat ini sampah masih merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi pemukiman, disamping itu sebagian besar masyarakat masih menganggap bahwa pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jakarta adalah ibukota dari Indonesia dengan luas daratan 661,52 km 2 dan tersebar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta adalah ibukota dari Indonesia dengan luas daratan 661,52 km 2 dan tersebar ±110 pulau di wilayah Kepulauan Seribu. Jakarta dipadati oleh 8.962.000 jiwa (Jakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. plastik, maka akan berkurang pula volume sampah yang ada di Tempat
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sampah plastik adalah salah satu komponen terbanyak yang ada dalam sampah yang berbahaya apabila tidak ditindaklanjuti dengan bijaksana dan dukungan dari infrastruktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebersihan lingkungan merupakan salah satu hal yang sangat penting
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebersihan lingkungan merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk dijaga karena banyak sekali manfaatnya. Lingkungan yang bersih adalah suatu keadaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN UKDW
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah kantong plastik merupakan limbah yang membahayakan lingkungan karena materialnya sulit terurai oleh alam. Dibutuhkan waktu 80 sampai 200 tahun agar sampah kantong
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Meningkatnya laju konsumsi dan pertambahan penduduk Kota Palembang mengakibatkan terjadinya peningkatan volume dan keragaman sampah. Peningkatan volume dan keragaman sampah pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri dan urbanisasi pada daerah perkotaan dunia yang tinggi meningkatkan volume dan tipe sampah. Aturan pengelolaan sampah yang kurang tepat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan saling terkait antar satu dengan lainnya. Manusia membutuhkan kondisi lingkungan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mengalami proses pembangunan perkotaan yang pesat antara tahun 1990 dan 1999, dengan pertumbuhan wilayah perkotaan mencapai 4,4 persen per tahun. Pulau Jawa
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Di samping itu, pola konsumsi masyarakat memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya mewujudkan lingkungan yang bersih masih mendaji sebuah tantangan. Seperti yang kita ketahui bersama masalah yang sampai saat ini paling menonjol ialah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah menjadi persoalan serius terutama di kota-kota besar, tidak hanya di Indonesia saja, tapi di seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota akan selalu berhubungan erat dengan perkembangan lahan baik dalam kota itu sendiri maupun pada daerah yang berbatasan atau daerah sekitarnya. Selain itu lahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang tinggi dengan pertumbuhan cepat di kota bila
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepadatan penduduk yang tinggi dengan pertumbuhan cepat di kota bila tidak diimbangi dengan fasilitas lingkungan yang memadai, seperti penyediaan perumahan, air bersih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik merupakan satu aspek yang penting dalam kehidupan. negara serta wujud dari upaya negara dalam memenuhi kepentingan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan publik merupakan satu aspek yang penting dalam kehidupan negara serta wujud dari upaya negara dalam memenuhi kepentingan masyarakat. Dalam ruang lingkup ilmu
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan berdasarkan Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030 pada sasaran ke enam ditujukan untuk mewujudkan ketersediaan dan pengelolaan
Lebih terperinciPEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN
PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN PROYEK PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH UNTUK KEGIATAN 3R DAN PENGELOLAAN SAMPAH DI REPUBLIK INDONESIA Kata Pengantar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lokasi yang menjadi tujuan riset aksi peneliti adalah Dusun Luwung
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lokasi yang menjadi tujuan riset aksi peneliti adalah Dusun Luwung RT 4/RW 3 terletak di kota Sidoarjo bagian barat. Tepatnya di Kelurahan Sidomojo Kecamatan Krian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengabaikan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Untuk mencapai kondisi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan hidup yang semakin tinggi membuat manusia mengabaikan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang hidup sehat
Lebih terperinciKERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Sampah Sampah merupakan barang sisa yang sudah tidak berguna lagi dan harus dibuang. Berdasarkan istilah lingkungan untuk manajemen, Basriyanta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah sampah di Indonesia merupakan masalah yang rumit karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah sampah di Indonesia merupakan masalah yang rumit karena kurangnya pengertian masyarakat terhadap akibat-akibat yang dapat ditimbulkan oleh sampah. Faktor yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak terjadi dengan sendirinya (Mukono, 2006). Pertambahan penduduk,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkaitan dan memberikan pengaruh satu sama lain, mulai dari keturunan,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dan memberikan pengaruh satu sama lain, mulai dari keturunan, lingkungan, perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah telah lama menjadi masalah besar diberbagai kota besar yang ada di Indonesia, meningkatnya jumlah penduduk berbanding lurus dengan jumlah sampah yang dihasilkan
Lebih terperinciWALIKOTA DEPOK. PROVINSI JAWA BARAT
SALINAN WALIKOTA DEPOK. PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG PENGURANGAN SAMPAH MELALUI PENGURANGAN PENGGUNAAN KANTONG BELANJA PLASTIK DAN WADAH/KEMASAN MAKANAN DAN
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kelurahan Bontoala merupakan bagian dari Kecamatan Pallangga
50 BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kelurahan Bontoala merupakan bagian dari Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. Kecamatan Bontoala sendiri memiliki luas keseluruhan wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktivitas manusia dalam memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai barang buangan, yaitu
Lebih terperincikabel perusahaan telekomunikasi dan segala macam (Setiawan, 2014).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi yang sangat pesat menyebabkan kemajuan di segala bidang, dan sekaligus menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Dampak kemajuan teknologi
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Temuan Utama 5.1.1 Manfaat Pada penelitian ini, penulis membuat skenario menjadi 3 (tiga) beserta manfaatnya, yaitu sebagai berikut: Skenario A Skenario A atau Pengurangan Sampah (Reduce),
Lebih terperinciWALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,
WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa memenuhi ketentuan pasal 18 ayat 1, 2 dan 3 Peraturan Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehari-hari adalah masalah sampah. Setiap manusia, memiliki potensi untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah lingkungan merupakan masalah yang akan terus berkembang dan berproses. Salah satu masalah lingkungan yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tahun 2012 memiliki total jumlah penduduk sebesar jiwa (BPS, 2013).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Makassar sebagai salah satu kota metropolitan di Indonesia pada tahun 2012 memiliki total jumlah penduduk sebesar 1.369.606 jiwa (BPS, 2013). Jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia akhir-akhir ini mengalami tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia akhir-akhir ini mengalami tingkat pertumbuhan yang tinggi dan pertumbuhan ini akan berlangsung terus dengan percepatan
Lebih terperinciGambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013
Summary Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013 Merliyanti Ismail 811 409 043 Jurusan kesehatan masyarakat Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini sebagian dari kita yang telah melupakan kenyamanan lingkungan sekitar. Padahal makna dari lingkungan yang bersahabat sangat besar manfaatnya untuk manusia.
Lebih terperinciDAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA
DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA Imran SL Tobing Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta ABSTRAK Sampah sampai saat ini selalu menjadi masalah; sampah dianggap sebagai sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan kita sehari -hari. Seolah-olah tas belanja plastik telah menjadi bagian di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tas belanja plastik merupakan salah satu benda yang selalu melekat dalam kehidupan kita sehari -hari. Seolah-olah tas belanja plastik telah menjadi bagian di dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penduduk dapat ditampung dalam ruang-ruang sarana sosial dan ekonomi, tetapi tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh pelayanan infrastruktur yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai program yang relevan. Peningkatan kualitas lingkungan terdiri dari berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini upaya peningkatan kualitas lingkungan telah dilaksanakan oleh sebagian besar Pemerintah Daerah dan kota di Indonesia melalui pencanangan berbagai program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meliputi kurang lebih pulau-pulau dan memiliki garis pantai sepanjang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang meliputi kurang lebih 17.508 pulau-pulau dan memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km. Sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang kita ketahui, kebutuhan pokok manusia terdiri atas kebutuhan sandang, pangan dan papan. Kebutuhan sandang adalah kebutuhan akan pakaian; pangan merupakan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pada Pasal 1 butir (1) disebutkan bahwa sampah adalah sisa kegiatan seharihari manusia dan/atau
Lebih terperinciKUISIONER FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUNG APUNG RT10/01 KELURAHAN KAPUK JAKARTA BARAT
KUISIONER FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUNG APUNG RT10/01 KELURAHAN KAPUK JAKARTA BARAT 1. Nama Responden : 2. Jenis Kelamin : 3. Umur : a) Usia Produktif
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kota-kota seluruh dunia.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak kota di dunia dilanda oleh permasalahan lingkungan, paling tidak adalah semakin memburuknya kualitas udara. Terpapar oleh polusi udara saat ini merupakan
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 14 TAHUN TENTANG SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH
PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 14 TAHUN 20097 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG, Menimbang Mengingat :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP),
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lingkungan yang sehat dan sejahtera hanya dapat dicapai dengan lingkungan pemukiman yang sehat. Terwujudnya suatu kondisi lingkungan yang baik dan sehat salah
Lebih terperinciGambar 2.1 organik dan anorganik
BAB II SAMPAH DAN TEMPAT SAMPAH 2.1 Pembahasan 2.1.1 Pengertian Sampah Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia,dalam
Lebih terperinciSUMMARY. PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA GORONTALO (Studi Kasus di UD. Loak Jaya)
SUMMARY PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA GORONTALO (Studi Kasus di UD. Loak Jaya) Sri Wedari Rusmin Djuma, 811409010. 2013. Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas
Lebih terperinciINVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR
INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang
Lebih terperinciDepartemen Kesehatan Lingkungan. Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PENGETAHUAN DAN SIKAP PADA PEMBELI DAN PEDAGANG DENGAN PENGGUNAAN KANTONG PLASTIK DI PASAR TRADISIONAL FIRDAUS KECAMATAN MEDAN TEMBUNG TAHUN 2014 Oleh: Mira Guslaida 1, Evi Naria²,
Lebih terperinciKategori : Menghemat Energi dan Penggunaan Energi Baru dan Terbarukan
Kategori : Menghemat Energi dan Penggunaan Energi Baru dan Terbarukan Gas untuk nelayan Gebang Mekar Nelayan di Desa Gebang Mekar dengan 468 Kepala Keluarga hidup di pesisir utara Cirebon, Kampung yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini berbagai Negara mulai merespon terhadap bahaya sampah plastik, terutama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini berbagai Negara mulai merespon terhadap bahaya sampah plastik, terutama sampah yang berupa kantong plastik. seperti di Kenya dan Uganda malah sudah
Lebih terperinciPROVINSI KALIMANTAN SELATAN
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGURANGAN PEMAKAIAN KANTONG PLASTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menumbuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran program dari Dinas Kesehatan adalah berhubungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sasaran program dari Dinas Kesehatan adalah berhubungan dengan masalah kesehatan. Masalah kesehatan lingkungan di negara-negara sedang berkembang adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Sampah merupakan salah satu permasalahan yang patut untuk diperhatikan. Sampah merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pada
Lebih terperinciPENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)
PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE) Disampaikan oleh: DINAS CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN KENDAL 2016 Dasar hukum Pengelolaan Sampah Undang undang no. 18 tahun 2008 ttg Pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan negara maritim dan kepulauan terbesar di dunia yang memiliki kurang lebih 17.508 pulau dan sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk yang banyak dan terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penduduk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk yang banyak dan terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penduduk sebanyak 255.993.674 jiwa atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kasus tersebut akan dialami oleh TPA dengan metode pengelolaan open dumping
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang Undang nomor 18 tahun 2008, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/ atau proses alam yang berbentuk padat. Permasalahan sampah adalah hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini plastik merupakan sesuatu yang sudah tidak asing lagi di telinga kita, bahan plastik disukai karena memiliki sifat praktis, mudah, dan kedap air,
Lebih terperinciPRODUK DAUR ULANG LIMBAH
PERTEMUAN MINGGU KE 17 PRODUK DAUR ULANG LIMBAH Standar Kompetensi: 4. Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem. Kompetensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terpadu dengan lingkungannya dan diantaranya terjalin suatu hubungan fungsional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup dipandang sebagai satu sistem yang terdiri dari subsistem-sistem. Dalam ekologi juga manusia merupakan salah satu subsistem dalam ekosistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah menyatakan bahwa yang dimaksud dengan sampah adalah sisa kegiatan seharihari manusia dan/atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengetaskan kemiskinan, tetapi hingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia salah satu negara dengan jumlah penduduk yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo ± 4 km. Jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah Jiwa
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Dulalowo 1. Geografi, Batas Wilayah Dan Iklim Kelurahan Dulalowo berada di Kecamatan Kota Tengah merupakan salah satu kecamatan yang ada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persampahan merupakan isu penting khususnya di daerah perkotaan yang selalu menjadi permasalahan dan dihadapi setiap saat. Akibat dari semakin bertambahnya jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan kita sebagai manusia yang berbudaya. Air juga diperlukan untuk mengatur suhu tubuh.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan. Semua makhluk hidup memerlukan air. Tanpa air tidak akan ada kehidupan. Demikian pula manusia tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan yang kotor merupakan akibat perbuatan negatif yang harus ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Surabaya merupakan salah satu kota di Indonesia yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai kepadatan penduduk setiap tahunnya. Jumlah penduduk Surabaya mengalami
Lebih terperinciVI ANALISIS HASIL STUDI CVM
VI ANALISIS HASIL STUDI CVM 1. Karakteristik Rumah Tangga Jakarta Timur Dalam Masalah Sampah Hasil studi CVM menunjukkan bahwa dari 200 responden rumah tangga, 75% diantaranya membayar retribusi kebersihan
Lebih terperinciGAMBARAN SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO TAHUN 2012
Summary GAMBARAN SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO TAHUN 2012 Afriani Badu. 2012. Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Lebih terperinciINVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR
INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR I. PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kelurahan Nunhila memiliki 4 wilayah RW dan 17 wilayah RT, dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (makhluk hidup) dan abiotik (makhluk tak hidup). Kedua komponen itu akan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan yang kita diami terdiri atas dua komponen utama yaitu biotik (makhluk hidup) dan abiotik (makhluk tak hidup). Kedua komponen itu akan saling berpengaruh
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka didapatkan hasil kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut: A. KESIMPULAN Perkembangan kegiatan pariwisata menimbulkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Wilayah pesisir kota Bandar Lampung merupakan suatu wilayah yang mempunyai
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah pesisir kota Bandar Lampung merupakan suatu wilayah yang mempunyai potensi sumber daya alam yang beraneka ragam, yang membentang di sepanjang Teluk Lampung dengan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 21 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 21 TAHUN 20162016 TENTANG PENGURANGAN PENGGUNAAN KANTONG PLASTIK DI KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota sebagai pusat aktivitas manusia memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk datang ke kota. Hal
Lebih terperinciBUPATI POLEWALI MANDAR
BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN KOTA KABUPATEN POLEWALI MANDAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciB P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN
B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN 1 Sampah merupakan konsekuensi langsung dari kehidupan, sehingga dikatakan sampah timbul sejak adanya kehidupan manusia. Timbulnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dengan kurang lebih 17.508 buah pulau dan mempunyai panjang garis pantai 81.791 km (Supriharyono, 2002).
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Pengukuran dan Perhitungan Berat Sampah dan Volume Sampah Pengukuran volume sampah dari sumber pemukiman dan non pemukiman yang dilakukan menggunakan kotak
Lebih terperinciKAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH
ABSTRAK KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH Peningkatan populasi penduduk dan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kuantitas sampah kota. Timbunan sampah yang tidak terkendali terjadi
Lebih terperinciKata kunci : sanitasi lingkungan, pemukiman nelayan, peran serta masyarakat
ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan lingkungan di pemukiman nelayan Bandengan Kabupaten Kendal terkait dengan kondisi sanitasi yang tidak sesuai untuk kondisi standar layak suatu
Lebih terperinciPENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan
PENDAHULUAN Latar Belakang Aktivitas kehidupan manusia yang sangat tinggi telah menimbulkan banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan pembangunan, terutama di sektor industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sampah telah menjadi permasalahan nasional sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di buang tanpa memikirkan dampak dari menumpuknya sampah salah satunya sampah organik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyajian Data Survei Dari survei menggunakan metode wawancara yang telah dilakukan di Desa Karanganyar Kecamatan Karanganyar RT 01,02,03 yang disebutkan dalam data dari
Lebih terperinciDINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR
DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA 1. Latar Belakang Sampah yang menjadi masalah memaksa kita untuk berpikir dan
Lebih terperinciPLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT
BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS 3.1. ekonominya. RT. 37 ini merupakan salah satu kantong "PAKUMIS" (Padat, Kumuh, Miskin) dari seluruh kawasan Kelurahan Basirih yakni pada RT. 37 ini pula yang
Lebih terperinci1
Ethos (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat): 161-170 PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN TIMBULAN SAMPAH 1 Yanti Sri Rejeki, 2 M. Dzikron, 3 Nugraha, 4 Dewi Shofi M., 5 Chaznin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. Masyarakat berperan serta, baik secara perseorangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
Lebih terperinci