BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan kasus konversi agama di Bukitsari maka dapat disimpulkan bahwa beberapa kepala keluarga (KK) di daerah tersebut dinyatakan benar melakukan pindah agama dari Hindu ke Kristen. Berpindahnya mereka ke Kristen disebabkan oleh beberapa faktor: ekonomi, sosial, politik, pengajaran/pelayanan, ilahi dan psikologi. Keputusan melakukan pindah agama menyebabkan terjadinya dampak sosial atau konsekuensi terhadap pelaku konversi. Dampak tersebut berupa: perlakuan tidak adil dan diskriminasi, lunturnya harmonisasi dan solidaritas sosial, kecemburuan sosial, dan tekanan psikologi. Dampak sosial yang mereka terima merupakan sebagai bentuk resistensi yang dilakukan oleh masyarakat adat setempat untuk mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama. Proses terjadinya konversi tidaklah disebabkan oleh peristiwa tunggal tetapi oleh beberapa rentetan peristiwa yang terkait satu dengan yang lain. Proses tersebut dibagi menjadi tujuh tingkatan model: konteks, krisis, pencarian, perjumpaan, interaksi, komitmen dan konsekuensi. Dalam menganalisa kasus konversi di Bukitsari, penulis menyimbulkan bahwa krisis menjadi pusat penyebab terjadinya kasus konversi. Jadi kalau diurutkan menjadi: krisis, pencarian, konteks, pertemuan/perjumpaan, interaksi, komitmen dan konsekuensi. Krisis tidak selalu menjadi pusat terjadinya konversi, karena masing-masing tingkatan dapat menjadi pusat terjadinya konversi tergantung pada bentuk dan konteks kasusnya. Namun bagi penulis dalam kasus konversi di Bukitsari krisis menjadi pilihan tepat sebagai pusatnya. 102
Dari rentetan proses konversi agama di Bukitsari yang telah dibahas dengan menggunakan tujuh tingkatan model berdasarkan teorinya Lewis, penulis berpendapat konsekuensi sebagai akhir proses terjadinya konversi menyebabkan terjadinya krisis baru. Krisis baru baru inilah yang kemudian menyebabkan terjadinya rekonversi dan sekaligus pengujian komitmen iman dari pelaku konversi. Fakta menunjukan telah terjadi rekonversi (kembalinya mereka ke agama semula) terhadap pelaku konversi dan beberapa tetap bertahan dengan komitmen yang ada. 5.2 Saran Berdasarkan penelitian ini maka penulis memberikan saran kepada: 5.2.1 Gereja Kepada Sinode Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) agar memberikan perhatian, pendampingan, pelayanan, mengembangkan SDM, ekonomi, pertanian, dan pertumbuhan iman serta spiritualitas mereka. Kemudian memberi penyadaran kepada jemaat agar tetap mengasihi masyarakat Bukitsari. Walaupun mereka hidup di tengah masyarakat yang kurang kondusif. Kepada Sinode GKPB agar tetap membangun hubungan yang baik dengan umat dan tokoh Hindu di daerah tersebut, misalnya dengan tetap membangun komunikasi dan dialog guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan kedepannya. Dapat juga melakukan pelayanan sosial bersama di daerah tersebut supaya kedua agama antara Kristen dan Hindu tidak terjadi jurang pemisah yang dalam. Pelayanan sosial dapat berbentuk pemeriksaan dan pengobatan gratis, penyuluhan mencegah penyakit malaria, penyuluhan dan pemanfaatan air bersih, penyuluhan pertanian dan pengolahan tanah, dan lain-lain. Hal tersebut perlu 103
dilakukan agar terciptanya masyarakat yang harmonis dan kondisi yang kondusif di daerah tersebut. Kepada gereja secara universal agar ketika menghadirkan kerajaan Allah, melakukan penginjilan tidak membabi buta tanpa menghargai, menghormati adat istiadat atau budaya, serta agama yang sudah ada. Karena penginjilan yang baik adalah bukan mengkristenkan seseorang yang sudah beragama, justru mengajarkan tentang nilai-nilai kekristenan yang penuh dengan cinta kasih, perdamaian, persahabatan dan persaudaaan untuk saling peduli satu dengan yang lain. Jika dari pelayanan penginjilan ada yang menjadi Kristen, itu persoalan yang berbeda. Yang jelas tidak ada upaya kristenisasi dengan sengaja dan memaksa. Karena pindah agama adalah sifatnya personal orang yang bersangkutan dengan Tuhan dan tidak boleh ada unsure memaksa dan dipaksa. 5.2.2 Masyarakat Umum Kepada masyarakat secara umum terkhusus masyarakat di Dusun Bukitsari Bali agar memberikan toleransi kepada mereka yang melakukan pindah agama dari Hindu ke Kristen. Karena pada dasarnya beragama adalah hak asasi manusia dan setiap orang berhak memilih agama yang ingin mereka anut, tentunya tanpa dipaksa maupun memaksa. Menyadarkan bagi masyarakat secara umum dan terkhusus di Bali bahwa kita tinggal di negara Indonesia yang notabene majemuk, baik dari suku-ras-bahkan agama. Sehingga setiap masyarakatnya apapun agamanya tidak bersikap eksklusif dan fanatik sempit terhadap agama lain, dan tidak menganggap agama sendiri yang paling benar, serta tidak menganggap perbedaan adalah sebagai ancaman yang perlu diperangi. Justru kita harus belajar bersikap pluralis dengan 104
sebuah kesadaran bahwa perbedaan itu adalah hal yang alami dan wajar, sehingga menumbuhkan sikap saling menghormati, menghargai dan toleran satu dengan yang lain. 5.2.3 Kepada Fakultas Teologi Program Pasca Sarjana MSA dan Dunia Akademis Universitas Kristen Satya Wacana. Kepada Fakultas Teologi Magister Sosiologi Agama: mengusulkan teori konversi agama dimasukan dalam kurikulum salah satu mata kuliah di program studi pasca sarjana MSA. Mislanya dalam mata kuliah Sosiologi Agama mengingat konversi agama adalah fenomena yang riil dalam kehidupan sosial sebuah masyarakat Indonesia yang notabene plural. Kemudian juga mengingat dampak yang ditimbulkan pasca konversi agama pun menjadi keprihatinan karena banyak perlakuan tidak adil, diskriminasi bahkan tidak memanusiakan manusia terjadi disana terhadap pelaku konversi. Sekaligus menarik karena konversi agama merupakan fenomena yang ingin menunjukan bahwa Negara Indonesia memberikan masyarakatnya kebebasan dalam memilih agama dan kepercayaannya masingmasing, dan kebebasan beribadah menurut agama dan kepercayaannya masing-masing Kepada Dunia Akademis Kampus UKSW: Satya Wacana terkenal dengan sebutan Inonesia Mini karena terdiri banyak mahasiswa yang berbeda etnis, suku dan agama, sedang studi dari berbagai daerah atau pulau yang berbeda tentunya. Hal ini menunjukan bahwa Indonesia adalah bangsa dengan masyarakatnya majemuk dan plural. Dalam kemajemukan tersebut diharapkan UKSW dapat memberikan pendidikan berbasis agama dan budaya. Maksudnya adalah penyadaran bukan hanya kenyataan kemajemukan, tetapi juga penyadaran betapa pentingnya makna kebebasan beragama, perbedaan, persatuan, sikap toleran, saling menghormati dan menghargai, demi menjaga 105
persatuan dan kesatuan di kampus bahakn di Indonesia. Harapannya ketika mereka lulus dan kembali ke masyarakat yang luas dapat menjaga bangsa ini dengan mengupayakan keamanan, kenyamanan dan perdamaian berbasis SARA. Hal di atas dapat dimasukan dalam kurikulum mata kuliah umum, mislanya mata kuliah wajib PAK atau juga di mata kuliah etika Kristen. Selain cara tersebut dapat juga dengan meningkatkan kualitas acara pentas seni dan budaya agar mereka menyadari kemajemukan. Dapat juga diadakan seminar-seminar dengan topik, perdamaian antar umat agama, kerukunan antar umat beragama, dan lain sebagainya. 106