STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

KETERANGAN TW I

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STABILISASI HARGA PANGAN

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. dari pemerintah dalam kebijakan pangan nasional. olahan seperti: tahu, tempe, tauco, oncom, dan kecap, susu kedelai, dan

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2017

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

Tinjauan Spasial Produksi dan Konsumsi Beras

KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki laju pertumbuhan

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Pertanian di Indonesia Tahun Pertanian ** Pertanian. Tenaga Kerja (Orang)

PRODUKSI TANAMAN PANGAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2015 (BERDASARKAN ANGKA SEMENTARA 2015)

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

4. Upaya yang telah dilakukan dalam mengendalikan serangan OPT dan menangani banjir serta kekeringan adalah sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. untuk tanaman pangan salah satunya yaitu ubi kayu (Manihot utilissima). Ubi

I. PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, usaha kecil mikro, dan menengah adalah usaha

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Produksi Tanaman Pangan Provinsi Papua Tahun 2015 (Berdasarkan Angka Ramalan II 2015)

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2014

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

PEMETAAN DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA. Saktyanu K. Dermoredjo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2015 DAN ANGKA RAMALAN I 2016)

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

BAB I PENDAHULUAN. beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ARAM II 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015)

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2008

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011

1 Universitas Indonesia

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. setiap rakyat Indonesia. Salah satu komoditas pangan yang penting di Indonesia

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PROSPEK TANAMAN PANGAN

NOTA DINAS banjir Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung kekeringan OPT banjir kekeringan OPT banjir

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2013

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

PERKEMBANGAN HARGA TUJUH KOMODITI POKOK HINGGA 25 MEI 2009 Kamis, 28 Mei 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam nabati maupun sumber daya alam mineral yang tersebar luas di

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun

Gambar 1.1 Persentase konsumsi pangan di Indonesia

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan,

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Gula Tahun Periode

FORMULIR 3 RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2016

Transkripsi:

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena berkah kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas, dan iklim. Selain itu, Indonesia juga memiliki pengetahuan pertanian yang tersimpan dalam kearifan lokal dan kultur masyarakat. Dengan demikian komoditi pertanian sangat penting untuk diperhatikan, terutama komoditi-komoditi pertanian yang diolah menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Kestabilan harga di pasar domestik dan keterjangkauan harga komoditi pokok seperti beras, tepung terigu, gula pasir, minyak goreng, dan kedelai oleh masyarakat kelas bawah merupakan indikator utama keberhasilan sebuah negara agraris. Oleh karena itu pergerakan harga kebutuhan pokok perlu terus dipantau. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan hasil pertanian di dalam negeri dan keterbatasan produksi dalam negeri, pemerintah memenuhi dengan cara impor komoditi hasil pertanian. Dari data impor komoditi pertanian tanaman pangan dapat diketahui bahwa kedele menduduki peringkat kedua sedikit di bawah gandum, dan kedele harusnya dapat di produksi di dalam negeri. Kedelai dikenal sebagai makanan rakyat karena selain merupakan sumber protein nabati paling menyehatkan, kedelai juga dikenal murah dan terjangkau oleh sebagian besar rakyat. Rakyat mengolah kedelai menjadi berbagai produk pangan seperti tempe, tahu, tauco, kecap, susu dan lain-lain, permintaan kedelai pun naik setiap tahun. 1

Ketika produksi kedele dalam negeri dari tahun ke tahun tidak mengalami peningkatan berarti sehingga tercipta ketergantungan akan kebutuhan kedele impor. Kondisi tersebut akan sangat mempengaruhi harga kedele dalam negeri terhadap fluktuasi harga kedele internasional. Karena itu ketika harga kedelai di pasaran internasional meroket akibat persoalan kedelai di negara produsen, maka berdampak pada melambungnya harga kedelai di pasar dalam negeri sampai tak lagi masuk akal. Produsen pangan berbahan baku kedelai dan konsumen tempe menjerit. Dari uraian di atas seharusnya produksi kedele dalam negeri dapat menjadi tumpuan perekonomian dari sektor pertanian selain beras yang merupakan makanan pokok. Produksi kedele dalam negeri perlu menjadi perhatian lebih supaya tercipta kemandirian dalam pemenuhan kebutuhan kedele yang semakin lama semakin meningkat. Usaha peningkatan produksi dalam negeri dapat di dupayakan dengan berbagai cara antara lain perluasan lahan, peningkatan produktivitas, peningkatan kualitas hasil panen, kestabilan harga, dan lain-lain. 2

BAB II MASALAH DAN TUJUAN PEMBAHASAN Impor Kedele dan Produksi Dalam Negeri Kedelai dikenal sebagai makanan rakyat karena selain merupakan sumber protein nabati paling menyehatkan, kedelai juga dikenal murah dan terjangkau oleh sebagian besar rakyat. Kedele di indonesia merupakan bahan utama pembuat tahu dan tempe yang merupakan makanan favorit masyarakat pada umumnya. Rakyat mengolah kedelai menjadi berbagai produk pangan seperti tempe, tahu, tauco, kecap, susu dan lain-lain, permintaan kedelai pun naik setiap tahun. Dilihat dari proyeksi permintaan akan kedele di Indonesia dapat kita ketahui bahwa dari tahun ke tahun akan selalu meningkat. Proyeksi Permintaan Kedele di Indonesia 3

Pemenuhan kebutuhan akan kedele Indonesia selain dari produksi dalam negeri juga di penuhi dari impor. Dari data Badan Pusat Statistik dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 di bawah dapat di ketahui bahwa Impor kedele Indonesia rata-rata pertahunnya mencapai 1,2 juta ton per tahunnya atau rata-rata pertahun mencapai 573 juta US dolar. Hal ini sangat disayangkan karena kita merupakan negara agraris. Sungguh pengeluaran devisa yang seharusnya dapat kita kurangi dengan jalan peningkatan produksi kedele dalam negeri. Tabel Impor Kedele 2007 2008 2009 2010 Bulan Nilai (ribu US$) Berat (Ton) Nilai (ribu US$) Berat (Ton) Nilai (ribu US$) Berat (Ton) Nilai (ribu US$) Berat (Ton) Januari 43.763 149.989 35.734 76.522 13.918 29.791 78.845 165.288 Februari 29.145 96.010 30.782 59.842 75.184 162.604 63.876 134.128 Maret 36.340 110.893 37.346 64.662 72.344 167.105 98.488 212.825 April 29.386 92.674 101.849 160.790 43.198 93.491 100.278 217.000 Mei 58.354 182.682 41.800 68.204 41.821 86.663 39.999 81.414 Juni 29.112 90.750 112.371 184.504 128.735 256.493 70.362 150.680 Juli 33.459 106.174 59.982 94.793 32.006 61.851 67.409 146.163 Agustus 54.502 154.267 35.491 51.221 30.042 61.234 - - September 34.753 100.291 41.300 58.113 35.214 65.066 - - Oktober 39.203 111.279 61.358 91.041 49.219 94.864 - - November 57.705 139.314 64.159 120.845 23.245 53.993 - - Desember 33.708 77.267 72.575 138.478 54.147 123.027 - - Jumlah 479.428 1.411.589 694.747 1.169.016 599.072 1.256.182 519.257 1.107.499 Sumber Badan Pusat Statistik 4

Produksi kedelei dalam negeri dilihat dari data statistik BPS di bawah dapat dilihat mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring peningkatan luas areaa panen kedele itu sendiri. Apabila tingkat produksi dalam negeri di sandingkan dengan data impor kedele memang ada kenaikan secara presentase antara produksi dalam negeri di banding impor. Tetapi apabila dilihat dari produktifitasnya dapat kita ketahui bahwaa tidak ada peningkatan berarti, hanya sekitar 1,3 ton per hektar. Seharusnyaa ada upaya yang serius untuk meningkatkan produktifitas tersebut. Seandainya produktifitas kedele dalam negeri dapat ditingkatkan menjadi 2 ton perhektar saja akan sangat mengurangi ketergantungan impor kedele, sebagai pembanding di luar negeri produktifitas bisa mencapai 3 ton per hektar. 5

Produksi Da la m Ne geri Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) Data Tahun 2009 adalah angka tetap Data Tahun 2010 adalah angka ramalan III Sumb er Badan Pusat Statistik 2007 2008 2009 2010 455.633 590.956 722.791 678.441 592.534 775.710 974.512 927.380 1,30 1,31 1,35 1,37 Perbandingan Impor dan Produ duksi DalamNegeri dalamton 2007 Total Impor 1.411.589 Produksi 592.534 DalamNegeri 2008 2009 % Total % Total % 70,43% 1.169.016 60,11% 1.256.182 56,31% 29,57% 775.710 39,89% 974.512 43,69% Jumlah 2.004.123 100,00% 1.944.726 100,00% 2.230.694 100,00% Catatan Data Produksi dalamnegeri th 2010 adalah Data Ramalan Data Impor th 2010 sampai denga gan bulan Juli Sumber Badan Pusat Statistik 2010 Total % 1.107.499 54,43% 927.380 45,57% 2.034.879 100,00% 6

1.600.000 1.400.000 1.200.000 1.000.000 800.000 600.000 400.000 200.000 - Perbandingan Impor dan Produksi Dalam Negeri 1.411.589 1.169.016 1.256.182 1.107.499 974.512 927.380 775.710 Impor 592.534 Produksi Dalam Negeri 2007 2008 2009 2010 Produksi kedelai tahun 2010 (ARAM II) diperkirakan sebesar 927,38 ribu ton biji kering, menurun sebanyak 47,13 ribu ton (4,84 persen) dibandingkan tahun 2009. Penurunan produksi kedelai tahun 2010 tersebut diperkirakan terjadi di Jawa sebesar 18,26 ribu ton dan di luar Jawa sebesar 28,87 ribu ton. Penurunan produksi diperkirakan terjadi karena penurunan luas panen seluas 44,35 ribu hektar (6,14 persen), sedangkan produktivitas diperkirakan mengalami kenaikan sebesar 0,19 kuintal/hektar (1,41 persen). Perkiraan penurunan produksi kedelai tahun 2010 yang relatif besar terdapat di Provinsi Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Aceh, Jawa Barat, dan Provinsi Lampung. Sedangkan perkiraan kenaikan produksi kedelai tahun 2010 yang relatif besar terdapat di Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Sulawesi Selatan. (sumber data strategis BPS) 7

Sebaran Luas Panen (Ha) Daerah Produsen Tahun 2007 % 2008 % 2009 % 2010 % Aceh 14.743 3,24% 32.898 5,57% 45.110 6,24% 38.952 5,79% Sumatera Utara 3.747 0,82% 9.597 1,62% 11.494 1,59% 8.397 1,25% Sumatera Barat 883 0,19% 1.125 0,19% 1.882 0,26% 1.168 0,17% Riau 2.266 0,50% 4.319 0,73% 4.906 0,68% 5.366 0,80% Jambi 3.406 0,75% 4.785 0,81% 7.238 1,00% 4.852 0,72% Sumatera Selatan 199 0,04% 5.352 0,91% 9.168 1,27% 8.146 1,21% Bengkulu 188 0,04% 2.487 0,42% 5.605 0,78% 2.290 0,34% Lampung 3.008 0,66% 5.658 0,96% 13.518 1,87% 6.163 0,92% Bangka Belitung - 0,00% 8 0,00% 1 0,00% 53 0,01% Kepulauan Riau - 0,00% 2 0,00% 2 0,00% 6 0,00% DKI Jakarta - 0,00% - 0,00% - 0,00% - 0,00% Jawa Barat 12.429 2,73% 23.810 4,03% 41.775 5,78% 36.537 5,44% Jawa Tengah 84.098 18,46% 111.653 18,89% 110.061 15,23% 110.235 16,40% DI Yogyakarta 27.628 6,06% 32.514 5,50% 31.666 4,38% 33.057 4,92% Jawa Timur 199.493 43,78% 216.828 36,69% 264.779 36,63% 251.822 37,46% Banten 2.041 0,45% 4.975 0,84% 12.198 1,69% 9.220 1,37% Bali 5.753 1,26% 6.345 1,07% 9.378 1,30% 4.923 0,73% Nusa Tenggara Barat 56.901 12,49% 76.154 12,89% 87.920 12,16% 90.743 13,50% Nusa Tenggara Timur 1.529 0,34% 2.326 0,39% 2.010 0,28% 1.732 0,26% Kalimantan Barat 693 0,15% 1.333 0,23% 1.758 0,24% 2.353 0,35% Kalimantan Tengah 719 0,16% 1.653 0,28% 1.889 0,26% 2.144 0,32% Kalimantan Selatan 1.806 0,40% 3.260 0,55% 3.345 0,46% 3.182 0,47% Kalimantan Timur 1.521 0,33% 2.143 0,36% 1.878 0,26% 1.761 0,26% Sulawesi Utara 2.662 0,58% 5.227 0,88% 5.652 0,78% 6.836 1,02% Sulawesi Tengah 2.299 0,50% 2.362 0,40% 3.618 0,50% 3.518 0,52% Sulawesi Selatan 12.029 2,64% 19.048 3,22% 25.792 3,57% 23.797 3,54% Sulawesi Tenggara 3.719 0,82% 4.101 0,69% 6.719 0,93% 3.293 0,49% Gorontalo 4.004 0,88% 1.873 0,32% 4.727 0,65% 3.153 0,47% Sulawesi Barat 793 0,17% 1.498 0,25% 2.076 0,29% 2.274 0,34% Maluku 1.227 0,27% 1.294 0,22% 1.307 0,18% 1.210 0,18% Maluku Utara 966 0,21% 1.047 0,18% 543 0,08% 719 0,11% Papua Barat 1.282 0,28% 1.624 0,27% 1.150 0,16% 480 0,07% Papua 3.601 0,79% 3.657 0,62% 3.626 0,50% 3.860 0,57% Jumlah 455.633 100% 590.956 100% 722.791 100% 672.242 100% Data Tahun 2009 adalah angka tetap Data Tahun 2010 adalah angka ramalan III Sumber Badan Pusat Statistik Permasalahan Pupuk Hingga kini lemahnya lembaga yang dibentuk oleh pemerintah yang berperan mengawasi distribusi pupuk hingga ke petani. Hal ini mempengaruhi tidak maksimalnya sistem distribusi pupuk. Itulah sebabnya selalu terulang, 8

pupuk menghilang di pasaran ketika petani bersiap-siap memulai musim tanam. Petani di berbagai wilayah berusaha untuk mendapatkan pupuk. Salah satu contoh yang dialami petani SPI di Jawa Timur, sejak Oktober 2008 lalu pupuk praktis menghilang. Mereka pun akhirnya mengadakan audiensi dengan industri pupuk Indakop, Petrokimia dan Komisi B DPRD Ponorogo. Namun hingga waktu petani membutuhkan pupuk penyediaan pupuk ini tidak terealisasi. Pencanangan Go-Organic 2010 agar petani lebih mandiri tidak tercermin dari anggaran subsidinya ditahun 2008 yang hanya 474 Milyar untuk pupuk organik dari total subsidi pupuk sebesar 15, 175 Triliun. Padahal salah satu langkah yang terbaik tentu ialah mendukung pengembangan pupuk organik yang dapat dikembangkan sendiri oleh petani. Dukungan pemerintah kearah itu lah yang harus diperbesar. Pengembangan pupuk organik ini selain mengembalikan kesuburan tanah dan membantu meningkatkan produktivitas juga akan sangat berperan dalam membangun kedaulatan petani. Petani dapat menghasilkan pupuk yang dibutuhkannya sendiri Permasalahan Benih Kondisi perbenihan di Indonesia hingga tahun 2008 yang telah lewat tidak banyak berubah, benih yang merupakan salah satu input dasar produksi pertanian kerap kesulitan ketersediaannya. Pemerintah tidak memberikan dukungan sepenuhnya kepada rakyat, dalam hal ini petani untuk memproduksi benih nya sendiri. Benih varietas unggul yang terdaftar di Kementerian Pertanian terlihat sejak 2005 sampai dengan sekarang tidak terdapat varietas unggul yang baru. Pengembangan dan penyediaan benih oleh pemerintah di serahkan kepada pihak swasta yang mencarai keuntungan sendiri dan tidak berpihak kepada petani. Kebijakan pemerintah telah menyebabkan situasi perbenihan di Indonesia sudah menjurus pada krisis benih dan ketergantungan petani terhadap benih yang diproduksi perusahaan agribisnis multinasional. Sebagian besar benih untuk tanaman pangan dikuasai dan didistribusikan oleh perusahaan multinasional. 9

Data Varietas Unggul Kedele Data Kementerian Pertanian Harga benih yang ada dipasaran yang menjadi tumpuan petani sangat mahal. Benih subsidipun kerap sampai di tangan petani dengan harga yang mahal dikarenakan petani harus menebus terlebih dahulu ke dinas pertanian dan akibatnya petani tetap menerima benih itu dengan harga mahal. Pengaruh dari Liberalisasi Masuknya sistem liberalisasi perekonomian di Indonesia sangat banyak berpengaruh terhadap sektor pertanian. Petani harus mengeluarkan biaya lebih besar untuk berproduksi. Mulai dari benih yang harus beli dari pihak swasta yang harganya mahal, pupuk juga di pasok tidak hanya oleh BUMN tetapi juga oleh pihak swasta dan pestisida juga harus di beli dengan harga yang mahal. Permasalahan Harga Kedele Fluktuasi harga kedelei juga berpengaruh terhadap produksi petani. Harga kedele yang terlalu rendah pada saat musim panen akan mengakibatkan keengganan petani untuk memanen. Harga kedelei dapat dipengaruhi oleh fluktuasi harga kedele internasional, dikarenakan sebagaian besar pasokan kedele kita berasal dari impor. 10

Selama ini harga kedelai dipermainkan importir. Begitu panen raya, kedelai banjir di pasaran sehingga harga anjlok. Akibat turunnya harga membuat petani tak mau memanen kedelainya. Petani kemudian menjadi enggan menanam kedelai lagi. Dampak lanjutan agenda swasembada kedelai yang dicanangkan pemerintah dijamin tidak terwujud akibatnya kita menjadi terus bergantung pada impor. Tujuan Pembahasan Dalam makalalah ini mencoba menguraikan permaslahan komoditi kedele untuk selanjutnya dapat di peroleh jalan keluar penyelesaian permasalahan tersebut. Jalan keluar ini akan sangat penting untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang mandiri dalam produksi maupun mandiri dalam pemenuhan kebutuhan akan permintaan kedele. 11

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN Dari uraian bab sebelumnya dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Permintaan kedelei yang cenderung meningkat dalam negeri tidak tercukupi dari produksi dalam negeri, tetapi juga di penuhi dari impor yang akibatnya peningkatan pengeluaran devisa yang cukup tinggi. 2. Harga pupuk yang cukup tinggi ternyata tidak mencukupi kebutuhan petani dalam memproduksi kedele. 3. Pemerintah kurang memperhatikan kesulitan petani untuk mendapatkan bibit yang berkualitas guna meningkatkan produksi. 4. Campur tangan pihak swasta yang merupakan akibat dari sistem liberalisasi ternyata tidak berpihak kepada petani. Dari kesimpulan di atas seharusnya pemerintah dapat memperhatikan produksi dalam negeri melalui berbagai cara, salah satunya dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada petani antara lain : 1. Kebijakan makro untuk mendorong pengembangan kedelai di dalam negeri dengan memberlakukan tarif impor yang cukup tinggi. 2. Kemudahan prosedur untuk mengakses modal kerja (kredit usaha) bagi petani dan swasta yang berusaha dalam bidang agribisnis kedelai. 3. Pembinaan/pelatihan produsen/penangkar benih dalam aspek teknis (produksi benih), manajemen usaha perbenihan serta pengembangan pemasaran benih. Penyediaan kredit usaha perbenihan bagi produsen atau calon produsen benih. 4. Pengembangan prasarana/infrastruktur pertanian secara umum (pembukaan sawah/lahan pertanian, pembuatan fasilitas irigasi dan jalan, juga akan mendorong pengembangan kedelai di dalam negeri. 5. Pengembangan produksi kedelei ke arah agribisnis yang lebih teratur dan lebih memanfaatkan teknologi yang tepat guna. 12

DAFTAR PUSTAKA - Badan Pusat Statistik http://www.bps.go.id - Data Strategis BPS - Kementrian Pertanian http://www.deptan.go.id - Kementrian Perdagangan http://www.depdag.go.id - Pandangan Petani atas Kebijakan Pertanian Pemerintah tahun 2008 - Badan Pengawas Perdagangan Berjangka (BAPEPTI) http://www.bappebti.go.id/ 13 13