Ringkasan Bahan Menteri Perindustrian Pada Seminar Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan untuk Memenangkan MEA I. Gambaran Umum Industri Kecil dan Menengah

dokumen-dokumen yang mirip
PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA MUNAS IWAPI KE - VIII JAKARTA, 16 SEPTEMBER 2015

PROGRAM KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH

PENUMBUHAN WIRAUSAHA BARU INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH. Disampaikan pada acara : Sosialisasi Juknis OVOP Surabaya, April 2017

PROGRAM KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2015

PROGRAM KERJA TAHUN 2013 DAN RENCANA KERJA TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH

PROGRAM KERJA TAHUN 2014 ISU STRATEGIS DAN PROGRAM PRIORITAS DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Kegiatan Prioritas Tahun 2010

PEMBINAAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH MELALUI PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan

PROGRAM KERJA DITJEN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH TAHUN 2012

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

REVIEW PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TIMUR

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (IKM) GULA KELAPA DAN AREN DI INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PENGANUGERAHAN PIAGAM OVOP JAKARTA, 22 DESEMBER 2015

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO

VII. PENUTUP. 7.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil pembahasan kajian dapat disimpulkan sebagai berikut :

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH ( LAKIP ) DIREKTORAT IKM KIMIA, SANDANG, ANEKA DAN KERAJINAN TAHUN ANGGARAN 2017

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara R

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM LMEA

6. URUSAN PERINDUSTRIAN

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

4.2.7 URUSAN PILIHAN PERINDUSTRIAN KONDISI UMUM

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGAN BELANJA LANGSUNG APBD KOTA DENPASAR SAMPAI DENGAN BULAN JUNI 2017 SUMBER DANA RENCANA BIAYA 1 TH TARGET

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM PANGAN BARANG DARI KAYU DAN FURNITUR TAHUN ANGGARAN 2017

Assalaamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, Om Swastiastu.

: PERINDUSTRIAN ORGANISASI : DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN Halaman sebelum perubahan

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2014

PEGUKURAN KINERJA KEGIATAN

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN DI UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG, 14 APRIL 2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Restrukturisasi Mesin. Industri Kecil dan Menengah.

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM

LAPORAN KINERJA CAPAIAN TRIWULAN I TAHUN 2016

BAHAN KULIAH DAN TUGAS

LAMPIRAN I.2 : KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN U K M. JUMLAH ( Rp. ) ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) FASILITASI PENERAPAN SISTEM SNI PADA INDUSTRI ANEKA DI JAWA TENGAH

Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA TEMU USAHA DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL MENENGAH DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN TERHADAP PELAKU USAHA DALAM RANGKA PENGEMBANGAN EKSPOR

Menimbang: a. bahwa Koperasi dan Usaha Kecil memiliki peran dan

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA RINCIAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

RINCIAN KERTAS KERJA SATKER T.A 2015

MATRIKS RENCANA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2017

U R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 575,000, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 45,854,371, BELANJA LANGSUNG 62,808,897,451.00

TUPOKSI DINAS PERINDUSTRIAN, KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH KOTA MATARAM

Luas : km2 38 Kabupaten/Kota Terdiri Dari : 664 Kecamatan dengan Desa /Kelurahan. Indah & Subur Kaya Bahan Tambang Kaya Kuliner

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

RENCANA PROGRAM/KEGIATAN DINAS KOPERASI USAHA KECIL MENENGAH PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN ,949,470,000

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN SAINS DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III KONDISI KINERJA TAHUN BERJALAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2016

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Penelitian

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) 2016

Assalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh, Selamat Pagi dan Salam Sejahtera bagi kita semua.

Bab V Kesimpulan dan Saran

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN REALISASI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2013

FORMULIR 1 RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KOTA PARE PARE RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH,ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017

KESIAPAN SKKNI UNTUK TENAGA KERJA INDUSTRI YANG KOMPETEN

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL GULA KELAPA DAN AREN

terhadap PDRB Kota Bandung Kota Bandung APBD Pendukung Usaha bagi Usaha Mikro UMKM binaan Kecil Menengah

Kota Bandung 20 lokasi pengecer barang hasil tembakau

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 98 /M-IND/PER/12/2011 TENTANG

PENDANAAN PERUSAHAAN PEMULA BERBASIS TEKNOLOGI

GUBERNUR JAWA TENGAH

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG

KAWASAN INDUSTRI DI KOTA BANDA ACEH

Transkripsi:

Ringkasan Bahan Menteri Perindustrian Pada Seminar Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan untuk Memenangkan MEA -------------------------------------------------------------------------------- I. Gambaran Umum Industri Kecil dan Menengah Berdasarkan data BPS, Unit Usaha Industri Kecil dan Menengah (IKM) dari tahun ke tahun mengalami perkembangan. Tercatat dari tahun 2010 hingga 2014, jumlah unit usaha IKM meningkat dari 2,7 juta di tahun 2010 menjadi 3,5 juta di tahun 2014. Proporsi jumlah unit IKM dibandingkan unit industri secara keseluruhan mencapai 99,8% sedangkan industri besar hanya 0,2%. Walaupun memiliki proporsi yang sangat besar, namun ketidakmerataan persebaran IKM di Pulau Jawa dan Luar Pulau Jawa masih sangat terasa baik dari sisi unit usaha IKM maupun dari jumlah tenaga kerja IKM. Hal ini dapat terlihat dari tingkat unit usaha IKM dan jumlah tenaga kerja IKM yang lebih dari 60% berada di Pulau Jawa. Kontribusi PDB IKM pun walaupun meningkat dari tahun ke tahun masih dibawah 35% dibandingkan kontribusi PDB Industri secara keseluruhan. Hal ini membuktikan masih diperlukan adanya program program yang mendukung pengembangan serta daya saing IKM. 1

II. Program Utama Ditjen IKM terkait Produktivitas Rakyat dan Daya Saing 1. Pengembangan produk IKM, merupakan upaya yang dilakukan pemerintah untuk melakukan pembinaan terhadap IKM dalam mendesain, mengembangkan dan meluncurkan sebuah produk yang berdaya saing di pasar dalam dan luar negeri melalui fasilitasi-fasilitasi baik terhadap SDM IKM nya maupun pada produk yang dihasilkan. Fasilitasi yang diberikan di antaranya: a. Bimbingan Penerapan dan Sertifikasi GMP/ HACCP/ SNI/ MD b. Fasilitasi Sertifikasi SNI dan SNI Wajib (mainan anak, pakaian bayi, logam, garam, dsb) c. Fasilitasi Sertifikasi Halal dan Atribut Pangan d. Fasilitasi Pendaftaran Merek, Hak Cipta, Desain Industri, Paten, dan Indikasi Geografis e. Fasilitasi Bantuan Desain Kemasan dan Merek f. Pelatihan dan Fasilitasi Sarana Produksi g. Dampingan Tenaga Ahli Desain dan Teknik Produksi 2. Pengembangan Sentra IKM, Sentra merupakan suatu wilayah/kawasan tertentu, tempat sekelompok perusahaan IKM yang menghasilkan produk sejenis, menggunakan bahan baku sejenis atau melakukan proses pengerjaannya sama yang dapat diperkuat melalui pengembangan kemampuan SDM, pengembangan teknologi, perluasan informasi dan pengembangan pasar sentra. Fasilitasi yang diberikan di antaranya: a. Pelatihan peningkatan pengetahuan SDM b. Fasilitasi mesin/peralatan produksi 2

c. Bimbingan teknis produk sentra d. Magang ke sentra industri maupun ke industri besar e. Fasilitasi kelembagaan sentra f. Pembinaan sentra oleh TPL IKM (masing-masing TPL membina 6 sentra) 3. Pengembangan Wirausaha Industri, kegiatan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan dan mengembangkan wirausaha wirausaha IKM baru dalam mengisi ketidakseimbangan antara Jawa dan Luar Jawa serta memperkuat kemampuan wirausaha IKM agar menjadi wirausaha yang mandiri dan profesional. Bentuk program pengembangan wirausaha baru IKM: a. Pelatihan kewirausahaan kepada TPL, mahasiswa/alumni perguruan tinggi, masyarakat umum b. Pelatihan kewirausahaan dan teknis produksi di bidang komoditi pangan, sandang, kimia bahan bangunan, logam dan elektronika melalui Kelompok Usaha Bersama (KUB) c. Magang ke sentra industri maupun ke industri besar d. Pendampingan tenaga ahli e. Pemberian bantuan mesin/peralatan sederhana sebagai langkah awal memulai usaha f. Fasilitasi pameran 4. Restrukturisasi Mesin/ Peralatan IKM, Merupakan program untuk membantu IKM dalam melakukan peremajaan/ modernisasi mesin/peralatan dengan tujuan meningkatkan kapasitas produksi, teknologi, daya saing, dan efisiensi. Program ini berupa potongan harga pembelian mesin/peralatan dengan sistem reimburse. Nilai keringanan potongan harga: 3

a. Industri Kecil (IK) = 35% - 45% dari harga pembelian b. Industri Menengah (IM) = 25% - 35% dari harga pembelian c. Besaran nilai potongan maksimal Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dan minimal Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) per perusahaan per Tahun Anggaran 5. Fasilitasi Pelayanan Peningkatan UPT, berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian No. 142/M-IND/PER/10/2009 tentang Pedoman pengelolaan UPT IKM, Unit Pelayanan Teknis (UPT) IKM adalah suatu unit kerja yang dikelola secara profesional dengan prinsip nirlaba yang mempunyai tugas dan fungsi memberikan pelayanan kepada perusahaan atau pelaku IKM dalam rangka pembinaan dan pengembangan IKM, termasuk pencetakan pelaku usaha atau wirausaha baru. Bentuk fasilitasi yang diberikan meliputi revitalisasi mesin/peralatan, pelatihan dan magang bagi operator UPT, dan sosialisasi pendirian Rumah Kemasan 6. Fasilitasi Promosi dan Pameran Siklus akhir dari Industri kecil dan Industri menengah (yang berdaya saing, berperan signifikan dalam penguatan struktur Industri nasional, berperan dalam pengentasan kemiskinan melalui perluasan kesempatan kerja; dan menghasilkan barang dan/atau Jasa Industri untuk diekspor) adalah menyampaikan penawaran kepada target market (dalam dan luar negeri) sehingga terjadi penjualan yang berkesinambungan (profitable bagi penjual dan pembeli). III. Program Pendukung Ditjen IKM terkait Produktivitas Rakyat dan Daya Saing 1. Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI), merupakan Balai di bawah struktur Ditjen IKM dengan Fungsi : 4

a. Memberikan pelayanan pendidikan dan pelatihan b. Memberikan bantuan konsultasi teknis dan manajemen c. Mengembangkan pusat desain persepatuan d. Memberikan informasi teknologi dan promosi persepatuan e. Memberikan pelayanan pengujian mutu/ sertifikasi Kegiatan yang dilakukan tahun 2015: a. Pelatihan alas kaki (jahit upper, grading, desain, manajemen, teknologi acuan alas kaki, dsb) kepada 340 IKM alas kaki. b. Revitalisasi sarana dan prasarana perkantoran (gedung, peralatan laboratorium uji). c. Pemeliharaan sertifikasi ISO 9001:2008 dan ISO 17025:2005 d. Lomba desain alas kaki tingkat nasional e. Penyiapan infrastruktur program pengembangan branding nasional untuk IKM alas kaki dengan tagline Indonesia Shoe Power. 2. Tenaga Penyuluh Lapangan (TPL) IKM Program Beasiswa, diharapkan TPL dapat menjadi pendamping, pengawas, dalam pengembangan IKM di kabupaten/ kota selama 2 (dua) tahun masa kotra. Setelah selesai kontrak, diharapkan para TPL dapat menjadi seorang wirsausaha yang sukses dalam memajukan dan meningkatkan perekonomian daerah. 3. Program Desa Industri Mandiri (DIM), telah diprogramkan oleh Kementerian Perindustrian sejak tahun 2011 yang merupakan pengembangan alih teknologi berupa inovasi bioteknologi Pupuk Organik Cair untuk meningkatkan 5

produktivitas hasil pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan. Kompetensi meningkatkan kapasitas produksi IKM diperlukan peran serta semua pemangku kepentingan agar dapat menumbuhkembangkan wirausaha baru dengan model inkubator. Tumbuhnya wirausaha baru tersebut diharapkan dapat menyerap tenaga kerja, dan menghasilkan produk yang mempunyai nilai ekonomi, sehingga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat. 4. Swarna Festival Festival Serat Warna Alam yang dilaksanakan oleh Kementerian Perindustrian dalam rangka memperkenalkan kembali serat alam dan warna alam. Maksud dan tujuan dari Swarna Festival antara lain: a. Memperkenalkan, mengembangkan, dan mempopulerkan kembali serat alam dan warna alam sebagai salah satu bentuk kearifan lokal Indonesia untuk dunia; b. Mempromosikan industri kreatif nasional terutama yang berkaitan tentang pemanfaatan bahan baku yang ramah lingkungan melalui penggunaan zat warna dan serat alam; c. Melestarikan kekayaan adat dalam menggunakan serat dan warna alam. 5. Pusat Pengembangan Industri Kreatif Bali Creative Industry Center (BCIC), sebagai pusat pengembangan industri kreatif unggulan nasional dengan membangun keunggulan industri kreatif melalui riset teknologi dan inovasi, membangun kapasitas SDM kreatif berdaya saing, membangun jejaring dan komunitas, dan mencetak & 6

membina industri kreatif baru. Adapun program program yang dilakukan oleh BCIC antara lain: a. Riset dan pengembangan produk, pengujian, pengembangan peknologi, pembuatan purwarupa, penciptaan nilai tambah, kolaborasi, kerjasama, dan pengembangan hak kekayaan intelektual b. Program pembinaan sertifikasi, kursus, pelatihan, workshop, bimbingan, klinik, magang, pendampingan, dan studi banding c. Pembangunan jejaring kreatif nasional dan internasional, direktori pelaku kreatif, keanggotaan organisasi profesi internasional, pengembangan usaha dan pasar, program promosi, branding, pameran, kompetisi, dan virtual market place, d. Pengembangan bisnis dan teknologi dan konten digital, on surface, on screen, multimedia dan animasi. Pengembangan inkubasi dan wirausaha kreatif, IKM kreatif, in wall - out wall atau online: Perencanaan bisnis, Legal formal, pembiayaan, manajemen operasional, produksi & SDM, pemasaran dan pengembangan usaha 6. Program pengembangan IKM melalui pendekatan OVOP, pendekatan pengembangan potensi daerah di satu wilayah untuk menghasilkan satu produk kearifan lokal, berkelas global yang khas daerah dengan memanfaatkan sumber daya lokal. 7