PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL Dwi Rezka Kemala Ira Puspitawati, SPsi, Msi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan tingkat kesepian berdasarkan status pada wanita dewasa awal. Kesepian merupakan suatu perasaan yang dimiliki oleh setiap orang, namun pada penelitian ini memfokuskan pada kesepian yang dialami oleh wanita dewasa awal yang memiliki status menikah ataupun yang belum atau tidak menikah untuk melihat perbedaan tingkat kesepian mereka berdasarkan tingkat kesepian. Kesepian merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang timbul sering dikaitkan dengan perasaan tidak enak, larang atau kurang adanya hubungan yang bermakna, kurang adanya perhatian, kurang adanya keakraban dengan oranglain dan tidak adanya orang disekitar untuk membantu. Penelitian ini melibatkan 60 orang wanita dewasa yang berusia 30-40 tahun Berdasarkan kriteria dari status wanita lajang dan menikah. untuk wanita lajang dengan kriteria sudah cukup usia tetapi tidak atau belum menikah, tidak terlibat hubungan homoseksual dan heteroseksual, tidak menjalani kehidupan suami istri tidak tinggal dalam satu rumah dengan adanya ikatan pernikahan, lebih memilih mengejar karir dari pada kehidupannya dan kurang adanya kedekatan dengan lawan jenis dan untuk wanita menikah dengan kriteria wanita yang memiliki ikatan yang alami secara sosial dan terikat oleh norma yang berlaku dengan tujuan membentuk keluarga dengan atau berumah tangga yang bahagia. Hasil hipotesis penelitian ini diterima hal tersebut menunjukkan adanya perbedaan tingkat kesepian berdasarkan status paada wanita dewasa awal.
PENDAHULUAN Pada umumnya orang yang dewasa akan menikah dan berumah tangga. Namun ada yang sudah cukup usia tetapi belum atau tidak menikah. Inilah yang diberi sebutan lajang. Lajang menurut pengertian umum adalah seseorang yang tidak atau belum menikah. Menurut Stein (1976) pengertian lajang yaitu orang yang cukup usia tetapi belum atau tidak menikah, lajang bukan hanya terjadi pada pria tetapi banyak juga terjadi pada wanita. Pada era globalisasi ini, tidak jarang wanita yang lebih memilih untuk mengejar karir daripada berumah tangga. Menurut Santrock (1990) peningkatan orang lajang disebabkan oleh sikap wanita dan pria yang ingin mengembangkan karier sebelum menikah. Banyak wanita yang menunda untuk menikah dan tenggelam dalam kesibukan aktivitas dan membangun karier sehingga tidak mempunyai waktu untuk menjalin hubungan yang dekat dengan lawan jenis dan tidak memikirkan kehidupan pribadinya karena mereka lebih senang dengan kehidupan yang sedang dijalaninya. Berubahnya pola pikir wanita yang mengejar karier karena mereka lebih senang bila mereka bisa sukses dalam pekerjaannya, dan pernikahan bukan menjadi hal yang utama. Selain alasan diatas banyak hal yang menyebabkan seseorang memilih untuk menjalani hidup melajang anatara lain trauma pada keadaan rumah tangga orang tua yang tidak bahagia, ambisi dalam mengembangkan karier, kurang memiliki kesempatan untuk bertemu dengan banyak pria dalam lingkungannya, terlalu ideal dalam memilih pasangan (Hanira 1997). Namun ada juga orang yang tidak menikah dan memilih hidup sendiri, mereka melajang karena sulitnyan untuk mencari pasangan yang tepat dan cocok sesuai dengan keinginannya. Menurut Havighurts (dalam Turner 1995) pada usia dewasa individu memiliki tugas perkembangan antara lain: bekerja, memilih pasangan hidup, belajar hidup dengan suami istri, masa membentuk keluarga, mengelola rumah tangga. Apabila
tugas perkembangan ini berhasil maka akan menimbulkan kebahagian bahkan sebaliknya jika gagal maka mereka akan kecewa pada diri sendiri dan merasa tidak diterima oleh masyarakat. Berdasarkan tugas perkembangannya wanita usia dewasa memiliki beberapa penelitian pertama pilihan untuk bekerja dan pilihan karier tanpa harus memikirkan kehidupan keluarga, kedua memilih dan membina kehidupan keluarga tanpa harus memikirkan karier, ketiga memilih keduanya. Pilihan pilihan tersebut memiliki konsekuensi masingmasing namun memilih keduanya memiliki konsekuensi yang lebih berat daripada memilih salah satunya. Oleh karena itu pada penelitian ini hanya akan difokuskan pada wanita yang lajang yang memilih bekerja daripada rumah tangga serta wanita menikah yang lebih memilih membina keluarga daripada menyelesaikan tugas perkembangan untuk bekerja atau wanita yang berstatus ibu rumah tangga. Dari sudut pandang psikoseksual individu pada usia dewasa mencapai krisis intimacy vs isolation (Erickson dalam Peplau 1982). Intimacy terjadi bila terbentuk suatu kedekatan dengan orang lain, jika hubungan itu berjalan dengan baik maka individu akan memiliki keintiman dengan individu lain. Bila terjadi kegagalan dalam membentuk intimacy maka akan mengakibatkan isolation atau perasaan terasing yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rasa kesepian (Burns 1980). Merujuk pada tugas perkembangan dan krisis diatas maka tampak bahwa individu pada tahap dewasa sangat rentan terhadap kesepian, sedangkan tahap perkembangannya memungkinkan wanita untuk memilih antara bekerja dan membentuk rumah tangga. Oleh karena itu penelitian ini akan menguji secara empiris apakah ada perbedaan tingkat kesepian berdasarkan status yaitu lajang dan menikah pada wanita dewasa awal. TINJAUAN PUSTAKA Kesepian adalah perasaan yang tidak menyenangkan yang timbul dan
sering dikaitkan perasaan tidak enak, langka atau kurang adanya hubungan yang bermakna, kurang adanya perhatian, kurang adanya keakraban dengan orang lain dan tidak adanya orang disekitarnya untuk membantu (Sullivian dalam Peplau&Perlman 1982). Kesepian sebenarnya merupakan respon dari langkanya hubungan yang dapat membuat individu berbagi hal dengan orang lain. Sullivian (dalam Peplau&Perlman 1982). Kesepian sebenarnya merupakan respon dari langkanya hubungan yang dapat membuat individu berbagi hal dengan orang lain. Sullivian (dalam Peplau&Perlman 1982) Aspek-aspek kesepian : Aspek Need For Intimacy, Cognitive Process, Social Reinforcement. Faktor-faktor yang mempengaruhi : psikologis, sosiologis. Ciri-ciri orang yang kesepian : depresi, putus asa, hidup tidak berdaya, panik dan bosan dengan hidup dan situasi, kurang bahagia, cemas, tegang, gelisah, kurang puas, pesimis, kurang bersemangat, mengurung diri dirumah, canggung dalam pergaulan, sangat lebih dalam memberikan informasi atau sangat kurang dalam memberikan informasi tentang dirinya, malu bergaul, kurang berani menerima penolakan dari orang lain, merasa tidak dicintai, merasa ditolak dan disalah mengertikan, malas membuka diri, mudah marah, hidupnya kosong, harga diri rendah dan menghukum dirinya sendiri, kurang efektif dalam membina dan mengembangkan pergaulan yang akrab, memusatkan perhatian pada dirinya. Status wanita : wanita lajang dan wanita menikah. Dewasa awal atau biasa disebut dewasa dini adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang lainnya. Dewasa awal dimulai pada usia 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun. Saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif (Hurlock 1993). Masa dewasa awal merupakan masa periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan
harapan-harapan baru. Tugas perkembangan pada usia dewasa antara lain : bekerja, memilih pasangan hidup, belajar hidup dengan suami istri, masa membentuk keluarga, mengasuh anak, mengelola rumah tangga mengembangkan sikap-sikap baru, keinginankeinginan baru dan nilai-nilai baru. Apabila tugas perkembangan ini berhasil maka akan menimbulkan kebahagian, sebaliknya jika gagal maka mereka akan kecewa pada diri sendiri dan merasa tidak diterima oleh masyarakat. Erickson (Peplau dan Perlman 1982) mengungkapkan bahwa intimacy atau keakraban terjadi karena kedekatan dengan orang lain. Jika hubungan itu berjalan dengan baik maka individu akan memiliki keintiman dengan individu yang lain jika hubungan tersebut tidak tercapai dengan baik maka akan mengakibatkan isolasi. Isolation atau perasaan terasing merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rasa kesepian (Burns 1980).. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan tingkat kesepian yang signifikan berdasarkan status pada wanita dewasa awal. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan diuji adalah : Variabel Bebas (X) : Status dan Variabel Tergantung (Y) : Kesepian. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah wanita yang berusia 30 sampai 40 tahun. Wanita lajang yang bekerja sebagai wanita karier dan wanita yang menikah memiliki status ibu rumah tangga Teknik pengumpul data pada skala kesepian ini disusun berdasarkan dari karakteristik orang yang mengalami kesepian yang tercantum dalam definisi operasional yaitu : depresi, cemas, kurang efektif dalam membina dan mengembangkan pergaulan akrab, tidak adekuat dalam memberikan informasi tentang dirinya, memuaskan perlakuan pada perilaku dirinya, hidup tidak berdaya dan bosan dengan situasi. Item berjumlah 54 item dengan
mengunakan metode skala Likert yaitu responden diminta untuk menyatakan kesesuaian dengan isi pernyataan dalam bentuk jawaban Sangat Sesuai, Sesuai, Tidak Sesuai, Sangat Tidak Sesuai. Validitas adalah sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu pengukuran atau fungsi ukurnya (Azwar 1999). Untuk menguji validitas item pada alat pengumpulan data dengan skala kesepian, dengan mengunakan item total korelasi. Total skor masing-masing individu adalah penjumlahan masing-masing individu, respon tiap-tiap item analisis dengan melihat korelasi masing-masing item dengan total item. Reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya sedangkan pengujian reliabilitas skala dengan koefisien Alpha Cronbach Teknik analisa data untuk menguji hipotesis mengenai variabel kesepian (X) sebagai variabel tergantung dan variabel Status (Y) sebagai variabel bebas dengan mengunakan teknik analisis uji T test. HASIL PENELITIAN Untuk menguji validitas alat ukur peneliti mengunakan uji validitas dengan mengkorelasikan skor item dengan skor total item dengan teknik korelasi Product Moment dari Karl Pearson (Anastasia 1997). Perhitungan validitas mengunakan program SPSS/PC+ versi 10.0 for windows. Hasil analisis validitas item skala kesepian menunjukkan bahwa yang item yang dinyatakan valid berkisar antara 0,3313 0,5925. Item yang dinyatakan valid sebanyak 36 item sehingga dari 54 item yang dibuat terdapat 18 item yang dinyatakan gugur atau tidak valid. Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat konsistensi skor pada alat ukur. Untuk skala kesepian diperoleh reliabilitas sebesar 0,8994. Uji reliabilitas skala kesepian diperoleh melalui koefisien korelasi Alpha Cronbach dengan mengunakan program SPSS/Pc+ versi 10.0 for windows. Deskripsi Subjek dalam penelitian ini adalah wanita yang berusia sekitar 30 sampai 40 tahun, dimana
wanita tersebut dibagi menjadi dua yaitu: wanita menikah yang memiliki status ibu rumahtangga dengan kriteria tidak bekerja dan mengisi kehidupan sehari-hari hanya menjadi ibu rumah tangga, yang kedua wanita yang belum menikah dengan kriteria bekerja, tidak tinggal bersama orangtua maupun saudara atau tinggal sendiri. Sebelum melakukan uji analisis dilakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji asumsi dibantu dengan mengunakan program SPSS/Pc+ versi 10.0 for windows dengan mengunakan Kolmogorov-Smirnov test untuk menguji normalitas terhadap skala kesepian diperoleh skor Kolmogorov-Smirnov Z. Hasil uji homogenitas varians dengan mengunakan Levene statistic menunjukkan bahwa varians populasi kelompok adalah homogen dengan taraf signifikansi skor 0,899 (p>0,05). Analisis uji asumsi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran one sample Kolmogorov- Smirnov test dan lampiran test of homogenitas of variance. Untuk menguji hasil analisis data perbedaan kesepian berdasarkan status wanita dewasa awal mengunakan uji beda T-test, dengan mengunakan program SPSS/Pc+ versi 10.0 for windows, diperoleh skor -4,473 dengan taraf signifikansi (2-tailed) sebesar 0,000 (p>0,05). maka pada penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kesepian berdasarkan status pada wanita dewasa awal. Hal ini dapat dilihat bahwa wanita yang menikah memiliki tingkat kesepian yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang belum menikah atau lajang. DAFTAR PUSTAKA Azwar., S. 1999 a. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Penerbit Rineka. Azwar., S. 1999 b. Tes Prestasi Fungsi dan pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar.
Burns, D. 1980. Mengapa Kesepian : Program Baru yang Telah Diuji Secara Klinis. Jakarta : Penerbit Erlangga. Hanirah. 1997.Hubungan Antara kesepian dan rasa Percaya Terhadap Orang Lain (Korelasional Pada Pria dan Wanita Dimasa Dewasa Awal yang tidak memiliki Pasangan). Skripsi. Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Hurlock, E.B. 1993. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (edisi 5) : Penerbit Erlangga. Peplau, A & Perlman, D. 1982.Loneliness. New York : John Wiley & Son s Inc. Santrock, J,W.1995. Perkembangan Masa Hidup (Edisi 5 jilid 2) : Erlangga Stein, P,J. 1976. Single.New Jersey : Prentice Hall Inc Turner, J.S & Helms, D.B. 1995. Life Span Development (5 th). Fort Worth : Hartcourtbrace Collage Publishing.