Magdalena Kristiana, Wendry S. Putranto, dan Lilis Suryaningsih Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG AREN ( Arenga pinnata) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN AKSEPTABILITAS KORNET IRIS ITIK PETELUR AFKIR

III.MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2014

KUALITAS FISIKOKIMIA NAGET AYAM YANG MENGGUNAKAN FILER TEPUNG SUWEG (Amorphophallus campanulatus B1). Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. bahan tambahan. Bahan utama yaitu daging sapi bagian paha belakang (silverside)

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

PROSIDIi\G ..ROAD TO GREEN FARMING " Editor : SEMINAR NASIONAL PETERNAKAN BBRKELANJUTAN III. ;'ff'#xla To R, ri*, -teb,&ffi:tri FirXULllS

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. bahan tambahan. Bahan utama adalah daging segar puyuh petelur jenis lokal, hasil

Jajang Gumilar, Obin Rachmawan, dan Winda Nurdyanti Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Cobb umur 55 minggu yang di ambil bagian dadanya dan dipisahkan dari

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

PENGGUNAAN TEPUNG TALAS BOGOR (Colocasia esculenta L. Schott) TERHADAP SIFAT FISIK DAN AKSEPTABILITAS NAGGET AYAM PETELUR AFKIR

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap pemenuhan nilai gizi

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 di Laboratorium

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

METODE. Waktu dan Tempat

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK BEEF NUGGET MENGGUNAKAN TEPUNG YANG BERBEDA (Physic and organoleptic characteristic of beef nugget using different flour)

PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh manusia dan termasuk salah satu bahan pangan yang sangat

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Daya Ikat Air Bakso Ayam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SIFAT ORGANOLEPTIK NUGGET DAGING BROILER MENGGUNAKAN TEPUNG TEMPE. Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado, 95115

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi

) FLOUR AS A SUBSTITUTION OF TAPIOCA FLOUR ON WATER CONTENT, WATER HOLDING CAPACITY, ELASTICITY, AND SHEAR FORCE OF BEEF MEATBALL

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

Penambahan Bahan Pengikat pada Nugget Itik Serati (The Addition of Binder Matter on Waterfowls Nugget)

EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan

BAB III MATERI DAN METODE. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging kelinci, daging

SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott)

JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2016, VOL.16, NO.2

PENGARUH BERBAGAI FILLER (BAHAN PENGISI) TERHADAP KARAKTERISTIK DAN DAYA TERIMA CHICKEN NUGGET SKRIPSI. Oleh MARGI KUSUMANINGRUM

PENGARUH BERBAGAI FILLER (BAHAN PENGISI) TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK BEEF NUGGET

KAJIAN SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK PENGGUNAAN BEBERAPA JENIS FILLER TERHADAP SOSIS DAGING BABI

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

PENDAHULUAN. Bidang teknologi pangan terus mengalami perkembangan dari tahun ke

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mie Berbahan Dasar Gembili

PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi dari suatu makanan yang

Key words: chicken nuggets, broiler chicken livers, the fat content, elasticity, flavour

PENGOLAHAN DAGING NUGGET. Materi 6b TATAP MUKA KE-6 Semester Genap

TEKNOLOGI PENGOLAHAN NUGGET

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2014, bertempat di

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN TELUR ITIK DENGAN KONSENTRASI BERBEDA TERHADAP MUTU BAKSO BELUT (Monopterus albus) ELITA

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang

I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi suatu produk

METODE. Materi. Rancangan

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM

Lampiran 1. Produksi dan Nilai Ikan Jangilus per Bulan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Tahun 2012

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, April 2017, Hal Vol. 12 No. 1 ISSN :

BAB III METODE PENELITIAN

Karakteristik Dendeng Ayam Broiler Pada Berbagai Suhu dan Lama Pengeringan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

Sifat Kimia dan Palatabilitas Nugget Ayam Menggunakan Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi yang Berbeda

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Penambahan Pasta Tomat Terhadap Daya Ikat Air Naget Ayam. penambahan pasta tomat, disajikan pada Tabel 7.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November 2014 di

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

BAB I PENDAHULUAN. populer di Indonesia. Buah dengan julukan The King of fruits ini termasuk dalam

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tapioka. Kerupuk sudah banyak dimodifikasikan dengan berbagai cita rasa

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah daging paha Ayam

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau.

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sifat dendeng kelinci yang dibungkus daun

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Maret 2017 di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1 FORMULIR UJI KESUKAAN (UJI HEDONIK) 3. Netralkan indera pengecap anda dengan air putih setelah selesai mencicipi satu sampel.

PENGARUH FORMULASI PENAMBAHAN TEPUNG SUKUN DALAM PEMBUATAN MIE KERING. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan

Bahan Baku daging ikan 500 g. tepung tapioka 50 g. merica halus 1/2 sendok teh. bawang merah 7,5 g. bawang putih 1,5 g. jahe 0,5 g.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. berupa lempengan tipis yang terbuat dari adonan dengan bahan utamanya pati

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan sebagian kecil masyarakat (Chasanah dkk., 2013).

METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN ANGKAK SEBAGAI PEWARNA ALAMI TERHADAP PRODUKSI KORNET DAGING AYAM

BAB III MATERI DAN METODE. putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di

PENGARUH CAMPURAN TEPUNG TERIGU DENGAN BEBERAPA JENIS TEPUNG DAN JUMLAH DAGING BELUT TERHADAP MUTU NAGET BELUT

e jurnal boga online 3 new 3, yudisium bulan oktober 2014 hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kacang koro pedang mempunyai kandungan karbohidrat (66,1%) dan

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN BUAH DURIAN (Durio zibethinus murr.) TERHADAP KADAR AIR, TEKSTUR, RASA, BAU DAN KESUKAAN KARAMEL SUSU KAMBING

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

MODUL 2 NUGGET IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu nugget ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang kenyal dan rasa khas ikan.

Transkripsi:

Pengaruh Imbangan Tepung Biji Durian dengan Daging Babi Terhadap Sifat Fisik dan Akseptabilitas Naget Bumbu Andaliman (The Influence of Durian Seed Flour and Pork Composition Balancing to the Physical and Acceptability of Andaliman Flavor Nugget) Magdalena Kristiana, Wendry S. Putranto, dan Lilis Suryaningsih Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung email : sibarani.lena@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh imbangan penggunaan tepung biji durian terhadap sifat fisik (daya ikat air, susut masak, dan keempukan) yang paling baik dan akseptabilitas (rasa, aroma, keempukan, dan total penerimaan) yang paling disukai. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan percobaan rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan (penggunaan berbagai imbangan tepung biji durian 5%, 10%, 15%, dan 20%) dan setiap perlakuan diulang sebanyak lima kali. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Analisis Sidik Ragam dan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan Uji Duncan. Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukan bahwa penggunaan imbangan tepung biji durian sebanyak 20% menghasilkan sifat fisik (daya ikat air 56,66%, susut masak 5,01% dan keempukan 127,94 mm/g/10 detik) yang terbaik, dan menghasilkan akseptabilitas yang bisa diterima dengan skala hedonik netral - suka (3,95). Kata Kunci : Naget, Daging Babi, Tepung Biji Durian, Akseptabilitas, Andaliman Abstract The main objective is to find out the influence of biji durian flour utilizing to the best physical of andaliman ham (water holding capacity, cooking loss and toughness) and the best acceptability (taste, aroma, delicious and total of demand). This experiment was using Completely Randomized Design with four treatments (proportion biji durian flour 5%, 10%, 15%, 20%) with five times replicate for each treatment. Anova Test were held to find out the treatment effect and Duncan Test were held to find out the difference between any treatment in this research. The result of this research showed that application of 20% biji durian flour dosage, produced nugget with the best physical characteristics (water holding capacity 56,66%, cooking loss 5,01%, and toughness 127,94 mm/g/10s) and application of 20% biji durian flour dosage, produced nugget with the most preferable in acceptability with hedonic scale neutral to like (3,95). Key Words : nugget, pork, durian seed flour, acceptability, andaliman Pendahuluan Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan akan protein ialah dengan mengkonsumsi daging, susu, telur serta produk olahan daging lainnya seperti naget, bakso, sosis, dan lain lain. Naget merupakan produk olahan yang bisa meningkatkan konsumsi protein penduduk karena rasanya disukai oleh semua jenis umur dan kalangan. Saat ini, banyak penduduk tidak dapat membeli daging karena ketidaktersediaan biaya sehingga produk olahan diharapkan mampu menjadi solusi bagi pemenuhan protein penduduk. Naget dikenal terbuat dari daging ayam, namun tidak menutup kemungkinan naget bisa dibuat dari ternak lain yang cukup potensial seperti ternak babi. Daging babi umumnya dikonsumsi berupa daging yang utuh dan jarang diolah menjadi suatu produk. Adapun produk yang sudah beredar di pasar ialah bakso dan sosis, bahkan di Bali terdapat sosis babi yang dibuat secara khusus dan diberi nama Urutan. Sedikitnya jenis produk olahan dari daging babi ini menjadi suatu alasan dalam membuat produk olahan baru yang berupa naget. Daging babi bisa dijadikan naget dengan mengolah daging bagian leher yang memiliki kualitas daging yang rendah. Produk naget merupakan olahan daging yang dibuat melalui beberapa tahap pemasakan yang salah satunya ialah pembuatan adonan. Adonan terdiri atas bahan pengisi (filler) serta bumbu bumbu yang dapat menambah cita rasa naget yang dihasilkan. Bahan pengisi (filler) umumnya memiliki kandungan pati yang tinggi dilihat

dari kadar karbohidrat yang dikandungnya. Durian merupakan buah buahan tropis yang bersifat musiman dan diminati banyak penduduk Indonesia. Beberapa negara di Asia sudah memanfaatkan biji durian untuk dijadikan produk baru seperti keripik dan bubur durian sehingga limbah yang dihasilkan dapat dimanfaatkan dan menjadi nilai tambah bagi tanaman durian. Biji durian mengandung karbohidrat dan pati yang berpotensi untuk digunakan sebagai bahan pengisi naget. Bumbu bumbu juga ditambahkan dalam pembuatan naget, selain penambahan bahan pengisi. Bumbu yang umum digunakan dalam pembuatan naget diantaranya garam, gula, merica, dan bawang putih. Bumbu yang biasa digunakan dalam pembuatan naget dapat ditambahkan juga dengan bahan lain untuk meningkatkan cita rasa seperti andaliman yang merupakan bumbu khas masyarakat Batak. Andaliman berupa buah yang berbentuk seperti merica biji dan mengandung senyawa aromatik dengan rasa pedas dan getir yang khas, bila dimakan akan meninggalkan efek menggetarkan alat pengecap dan menyebabkan lidah terasa kebal. Penambahan andaliman dalam adonan naget akan memberikan rasa pedas yang khas dan menambah cita rasa pada panelis yang mencoba. Metode Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari bahan utama dan bahan tambahan. Bahan utamanya yaitu daging babi betina afkir jenis Yorkshire bagian leher yang diperoleh dari RPH Ciroyom, sedangkan bahan tambahannya yaitu biji durian yang didapat dari pedagang durian di daerah Sukamenak, Bandung yang diolah menjadi tepung, serta berbagai macam bumbu dapur dan andaliman, tepung roti sebagai pelapis, dan minyak goreng didapat dari Pasar Astana Anyar Bandung. Metode Penelitian A. Pembuatan Tepung Biji Durian (Modifikasi M. Afif, 2007 ) 1. Pensortiran biji durian. 2. Pencucian biji dari kotoran. 3. Perebusan biji durian untuk memudahkan pengelupasan kulit biji durian. 4. Pengupasan kulit biji durian sampai di dapat inti bijinya. 5. Perendaman inti biji dengan menggunakan larutan garam untuk mengurangi getah yang ada. 6. Pemotongan biji durian dengan ukuran yang seragam. 7. Penjemuran biji durian di bawah sinar matahari untuk mengeringkan biji agar mudah ditepungkan. 8. Penggilingan biji durian dan pengayakan tepung biji durian. B. Pembuatan Naget Babi (Modifikasi Amertanyngtias, dkk, 2001) 1. Penyiapan Bahan Daging babi betina afkir bagian leher yang telah disiapkan, diris-iris kemudian digiling dengan menggunakan food procesor. Penggilingan ditambahkan es sebanyak 20% dari berat daging (Wibowo, 2001). Daging yang telah digiling lalu dipisahkan masing masing sebanyak 1,25 kg untuk setiap perlakuan. Setiap perlakuan dilakukan lima ulangan, untuk masing masing ulangan dibutuhkan daging sebanyak 250 gram. 2. Pencampuran Daging yang telah digiling kemudian ditambahkan tepung biji durian dengan imbangan tepung berbanding daging sebanyak : P1 (5% : 95%), P2 (10% : 90%), P3 (15% : 85%), P4 (20% : 80%). Kemudian ditambahkan bumbu bumbu yang sudah dihaluskan, seperti garam 5 g, andaliman 2,5 g, bawang putih 5 g, kaldu ayam 2,5 g dan kuning telur 50 g dari berat adonan untuk setiap perlakuan. Adonan yang sudah jadi kemudian dilakukan pengujian fisik terhadap Daya Ikat Air dan Susut Masak (berat awal). 3. Pengukusan Adonan yang telah tercampur dimasukan ke dalam loyang, dengan ketebalan 1,5 cm, kemudian dikukus dengan suhu 100 O C selama 45 menit dan ditiriskan, kemudian dilakukan pengujian fisik terhadap Susut Masak (berat akhir).

4. Pencetakan Naget babi yang telah ditiriskan kemudian dipotong kecil kecil sesuai keinginan. 5. Pelumuran dan Penggorengan Naget babi dilumuri oleh telur dan tepung roti, kemudian dibekukan. Setelah beku naget digoreng dengan minyak panas selama 5 menit kemudian dilakukan pengujian fisik terhadap Keempukan dan Akseptabilitas. 6. Analisis Memisahkan naget babi yang telah digoreng untuk dilakukan uji sifat fisik (keempukan) dan uji akseptabilitas (rasa, aroma, keempukan dan total penerimaan). Peubah yang diamati pada pembuatan Naget babi meliputi sifat fisik ( daya ikat air, susut masak, dan keempukan objektif) dan akseptabilitas (rasa, aroma, keempukan subjektif, dan total penerimaan). Sifat Fisik Daya Ikat Air : Prinsipnya yaitu pengepresan dengan tekanan tertentu sehingga air bebas akan dilepaskan ke kertas saring yang digunakan untuk penyerapan air. Area basah diperoleh dari hasil pengurangan area total dengan area tertutup adonan naget babi pada kertas saring. Kadar air ditentukan dengan menggunakan oven pada suhu 125 0 C sebanyak 5 gram contoh ditimbang dalam cawan yang telah diketahui beratnya, kemudian dikeringkan dalam oven sampai diperoleh berat yang tetap (AOAC, 1984). Susut Masak Pengukuran susut masak dilakukan dengan menimbang berat adonan naget babi sebelum dimasak dengan berat adonan naget babi yang telah dimasak. Keempukan Uji keempukan objektif dilakukan dengan menggunakan alat pengukur yaitu penetrometer. Naget babi dengan ukuran yang sama diletakkan tepat dibawah jarum penusuk alat penetrometer sehingga jarum menempel pada permukaan sampel dan jarum skala menunjuk angka nol dan posisi pengatur jarum menyentuh pangkal jarum. Akseptabilitas Pengujian akseptabilitas yang dilakukan adalah uji organoleptik. Pengujian ini dilakukan oleh panelis sebanyak 20 orang yang berasal dari mahasiswa Universitas Padjadjaran. Masing-masing panelis diberikan 5 sampel naget babi, lembar kuisioner, dan segelas air mineral sebagai penetral rasa. Pengujian tersebut meliputi uji rasa, aroma, keempukan, dan total penerimaan. Uji ini menggunakan skala hedonik uji organoleptik, dimana setiap penilaian diberi nilai yang disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Skala Hedonik Uji Akseptabilitas Skala Numerik Skala Hedonik 6 Amat Sangat Suka 5 Sangat Suka 4 Suka 3 Netral 2 Agak Suka 1 Tidak Suka Sumber: Modifikasi Soewarno.T. Soekarto (1985). Metode yang digunakan adalah metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) sebanyak empat perlakuan (5%, 10%, 15%, dan 20%), dan tiap perlakuan diulang 5 kali. Data yang diperoleh dari hasil perhitungan dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam, dan perbedaan antar perlakuan dapat diketahui melalui Uji Jarak Berganda Duncan (Duncan s Multiple Range Test) (Gaspersz, 1991).

Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian dihasilkan pada tabel 2 berikut ini : Tabel 2. Hasil Penelitian Pengaruh Imbangan Tepung Biji Durian Terhadap Sifat Fisik Akseptabilitas Naget Babi Bumbu Andaliman. dan Peubah Perlakuan (%) P1 P2 P3 P4 1. Sifat Fisik Daya Ikat Air 63,08 a 58,35 ab 58,01 b 56,66 c Susut Masak 2,85 a 2,98 a 2,24 b 2,23 b Keempukan 138,32 a 146,04 a 144,16 a 127,94 a 2. Akseptabilitas Rasa 4 a 4,1 a 3,65 a 3,6 a Aroma 3,7 a 3,6 a 3,4 a 4,05 a Keempukan 3,9 a 4,05 a 3,8 a 3,6 a Total Penerimaan 4,35 a 3,95 a 3,55 a 3,5 a Keterangan : Nilai perlakuan penggunaan tepung biji durian yang diikuti huruf yang sama ke arah baris menunjukan tidak berbeda nyata. P1 = perbandingan tepung biji durian 5% dengan daging babi 95%. P2 = perbandingan tepung biji durian 10% dengan daging babi 90%. P3 = perbandingan tepung biji durian 15% dengan daging babi 85%. P4 = perbandingan tepung biji durian 20% dengan daging babi 80%. Daya Ikat Air Daya ikat air terendah ialah 56,66% yaitu pada tingkat penggunaan tepung biji durian sebanyak 20%, sedangkan daya ikat air tertinggi sebesar 63,08% dengan penggunaan tepung biji durian sebanyak 5%. Hasil analisis diperoleh dengan menggunakan analisis ragam yang membuktikan bahwa penggunaan tepung biji durian memberikan pengaruh yang nyata pada naget babi. Daya ikat air dipengaruhi oleh kandungan protein, baik dari daging babi maupun tepung biji durian. Protein protein daging yang terlarut bertindak sebagai pengemulsi dengan membungkus atau menyeliputi semua permukaan partikel yang terdispersi (Soeparno, 2005). Daging babi bagian leher memiliki kandungan protein sebesar 11,28% dan kandungan protein dari tepung biji durian sebesar 7,67%. Dilihat dari hasil penelitian, semakin banyak penggunaan tepung biji durian yang digunakan maka semakin menurun daya ikat airnya. Hal ini dikarenakan jumlah protein dari daging babi dalam adonan semakin menurun sesuai dengan tingkat perlakuannya, sementara protein yang terkandung dalam tepung biji durian tidak terlalu mempengaruhi daya ikat airnya. Semakin tinggi kandungan protein daging dalam adonan maka akan semakin kuat kemampuan mengikat airnya. Susut Masak Susut masak terkecil ialah 5,01% yaitu pada tingkat penggunaan tepung biji durian sebanyak 20%, sedangkan susut masak terbesar ialah 9,02% dengan penggunaan tepung biji durian sebanyak 10%. Perbedaan susut masak ini dipengaruhi oleh kadar pati yang terkandung dalam tepung biji durian dan gelatinisasi. Bila pati bertemu dengan air maka granula patinya akan menyerap air dan membengkak, namun jumlah air yang terserap dan pembengkakannya terbatas, hanya mencapai kadar 30% (Winarno F.G, 1991). Pati tepung biji durian memiliki suhu gelatinisasi sebesar 91,5 0 C dan memiliki kandungan amilosa sebesar 38,89% (Adhika A.S dkk, 2007). Semakin tinggi jumlah tepung biji durian yang digunakan dalam adonan naget, maka akan semakin kecil susut masak yang dihasilkan. Banyaknya kandungan karbohidrat dalam bahan pengisi memiliki kemampuan dalam mengikat atau menyerap air (Kramlich, 1971). Tepung biji durian memiliki kemampuan untuk mengikat air yang tinggi.

Kandungan amilosa tepung biji durian lebih besar dibandingkan dengan kandungan amilosa dari tepung yang lain, seperti amilosa pati ubi jalar 29,07% (B.A.S. Santosa dkk, 1997) dan amilosa pati talas 15,15% (N. Sri Hartati dan Titik K. Prana, 2003). Semakin besar kadar amilosa, maka semakin kecil kemampuan mengembangnya pati dan kekuatan gel semakin rendah (Mahdi Jufri, dkk, 2006). Keempukan Keempukan terendah ialah 127,94 yaitu pada tingkat penggunaan tepung biji durian sebanyak 20%, sedangkan keempukan tertinggi sebesar 146,04 dengan penggunaan tepung biji durian sebanyak 10%. Hasil penelitian diperoleh dengan menggunakan analisis ragam yang membuktikan bahwa penggunaan tepung biji durian memberikan pengaruh yang tidak nyata pada naget babi. Tepung biji durian mengandung karbohidrat (pati) sebanyak 84,88 %. Pati terdiri dari amilosa dan amilopektin. Amilosa berperan dalam gelatinisasi dimana pati dapat menyerap air sampai titik tertentu dan akan mengembang. Semakin besar jumlah amilosa dalam naget maka akan semakin kecil kemampuan mengembangnya pati sehingga akan mempengaruhi daya serapnya. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase jumlah pati dalam tepung biji durian dan hasil rata rata daya ikat airnya. Semakin banyak jumlah tepung yang digunakan maka akan semakin kecil tingkat penyerapan airnya. Penggunaan tepung akan membuat adonan menjadi kompak. Jumlah tepung yang digunakan akan mempengaruhi keempukan naget, namun pada penggunaan tepung biji durian sampai 20% tidak membuktikan adanya perbedaan keempukan. Protein berfungsi sebagai emulsifier dan sebagai pengikat adonan selama pemasakan sehingga membentuk struktur yang kompak (Winarno F.G, 1991). Semakin tingginya kandungan tepung (filler) dalam adonan menyebabkan terjadinya penurunan stabilitas emulsi sehingga naget yang terbentuk mempunyai struktur yang keras (Soeparno, 2005). Akseptabilitas Nilai akseptabilitas dari rasa yang dihasilkan tidak berbeda nyata. Rasa naget yang dihasilkan mencerminkan bahwa tepung biji durian tidak berpengaruh terhadap indera pengecap panelis. Hal ini dikarenakan persentase dari setiap bumbu yang digunakan seperti garam, andaliman, dan lainnya memiliki jumlah yang sama dalam tiap perlakuan sehingga tidak berpengaruh nyata. Sifat dari pati yang tidak mempunyai rasa membuktikan bahwa penggunaan tepung biji durian sebagai bahan pengisi tidak mempengaruhi rasa naget yang dihasilkan. Penggunaan andaliman sebanyak 1% bisa diterima oleh indera pengecap panelis meskipun andaliman memiliki rasa pedas yang khas, namun penggunaan dalam jumlah sedikit tidak terlalu mempengaruhi rasa naget yang dihasilkan. Aroma naget yang dihasilkan tidak berbeda nyata antar perlakuan. Penggunaan andaliman bisa diterima oleh panelis. Penambahan andaliman sebagai bumbu tambahan membuat aroma naget menjadi berbeda dari naget lainnya, hal ini dikarenakan andaliman memberikan aroma jeruk yang khas pada naget yang dihasilkan. Penggunaan tepung biji durian sampai 20% tidak mempengaruhi aroma, hal ini disebabkan aroma biji durian sampai ambang batas 20% memberikan aroma yang sama. Akseptabilitas dari keempukan naget yang dihasilkan tidak berbeda nyata. Setiap orang memiliki kepekaan yang berbeda beda dalam menginderai sesuatu sehingga hasil pengujiannya bisa beragam. Selain sensitifitas dari panelisnya, keempukan secara subjektif juga dipengaruhi oleh keadaan naget tersebut. Ketika naget mengalami proses pemasakan sampai pada tahap penggorengan, terjadi perubahan fisik seperti berkurangnya kadar air, bertambahnya kandungan lemak dikarenakan minyak yang terserap naget pada saat penggorengan, dan perubahan ukuran naget. Total penerimaan dari panelis terhadap naget babi bumbu andaliman dengan tepung biji durian sebagai bahan pengisinya (filler) dapat diterima oleh panelis, hal ini terlihat dari skala hedoniknya, dimana naget yang dihasilkan disukai dan netral suka. Hal ini membuktikan bahwa tepung biji durian bisa diterima sebagai bahan pengisi baru bagi pangan dan diharapkan mampu menjadi bahan alternatif yang lebih terjangkau dibandingkan dengan penggunaan tepung lainnya. Aroma yang khas dari penggunaan andaliman dapat diterima oleh panelis sehingga menjadikan naget dengan aroma yang baru.

Hasil data dari panelis ini cukup bervariatif mengingat panelis yang mencoba juga berasal dari berbagai daerah sehingga penggunaan andaliman dalam pangan yang umumnya digunakan oleh masyarakat batak dapat diterima oleh panelis diluar suku batak. Kesimpulan Penggunaan tepung biji durian dan daging babi dalam naget babi bumbu andaliman dapat diterima oleh panelis dengan penggunaan imbangan tepung biji durian sampai 20 % dan akseptabilitas yang bisa diterima dengan skala hedonik netral - suka (3,95). Daftar Pustaka Adhika A. S., Boesro Soebagio, Sriwidodo. 2007. Pengujian Sifat Fisikokimia Pati Biji Durian (Durio Zibethinus Murr) Alami dan Modifikasi Secara Hidrolisis Asam. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Padjadjaran. Hal 32 34 Amertaningtyas, D. H. Purnomo, dan Siswanto. 2001. Kualitas Naget Daging Ayam Broiler dan Ayam Petelur Afkir dengan Menggunakan Tapioka dan Tapioka Modifikasi serta Lama Pengukusan yang Berbeda. Biosaint Vol. 1 No.1. Hal 99-102 AOAC. 1984. Official Method Of Analysis. Association Of Official Analytical Chemists. Washington. D.C. B. A. S. Santosa, Narta, dan S. Widowati. 1997. Studi Karakterisitik Pati Ubi Jalar. Prosiding Seminar Teknologi Pangan. Denpasar Bali. Hal 306 Gaspersz, V. 1991. Teknis Analisis Dalam Penelitian Percobaan Jilid 1. Penerbit Tarsito. Bandung. Hal 62 68 Kramlich, R. V. 1971. The Science of Meat and Meat Product. W. H. Freeman & Company. San Fransisco. Hal 230-286. Mahdi Jufri, Rosmala Dewi, Akhmad Ridwan Firli. 2006. Studi Kemampuan Pati Biji Durian Sebagai Bahan Pengikat Dalam Tablet Ketoprofen Secara Granulasi Basah. Majalah Ilmu Kefarmasian Vol. III No. 12. Hal 78-86 M. Afif. 2007. Pembuatan Jenang Dengan Tepung Biji Durian (Durio Zibethinus Murr). Tugas Akhir Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Semarang. Hal 11 N. Sri Hartati dan Titik K Prana. 2003. Analisis Kadar Pati dan Serat Kasar Tepung beberapa Kultivar Talas (Colocasia esculenta L. Schott). Jurnal Natur Indonesia Vol. 6 No. 2. Hal 229 33 Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hal 178, 179; 289 291 Soewarno T. Soekarto. 1985. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Bhatara Karya Aksara. Jakarta. Hal 45-89 Wibowo, S. 2001. Pembuatan Bakso Ikan dan Bakso Daging. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 26 33 Winarno, F. G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal 27 32