BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN MODEL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. satu yang menjadi faktor penting dalam menopang kinerja

SKRIPSI. Diajukan Oleh : Endah Tri Wulansari /FE/EM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2011

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI MANAJERIAL

ANALISIS KINERJA DISTRIBUSI SELLING IN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA PEMASARANDISTRIBUTOR PERMEN DI BANDA ACEH

ANALISIS DISTRIBUSI SELLING-IN UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PEMASARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. banyak persaingan dan para pelaku ekonomi akan bergelut didalamnya tanpa

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pembahasan mengenai kinerja keuangan PT.XYZ

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan barang dagangan (merchandising), penetapan harga, pengelolaan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertumbuhnya perekonomian suatu negara, tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang bergerak di bidang marketing dihadapkan pada berbagai

1. Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. lama (non-durable consumer goods) sangat ketat. Hal ini disebabkan karena

Salesmanship. - Manajemen Wilayah (Territory Management) - Manajemen Waktu. Rizal, S.ST., MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi & Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia bisnis telah semakin ketat. Setiap perusahaan saling

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KERANGKA TEORITIS. Djarwanto (2001) menjelaskan bahwa laporan keuangan pada dasarnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Customer Retention Marketing

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu komunikasi merupakan salah satu dari bentuk kegiatan sehari-hari

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENGARUH SELLING IN

Makalah Strategi Bisnis Ritel

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. advertising, sales promotion, public relation and publicity dan direct

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pemasaran sebagai salah satu kegiatan utama perusahaan, dilakukan untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Seiring dengan pesatnya daya beli masyarakat dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jawaban produsen satu satunya dalam hal memenuhi tantangan. Dalam persaingan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya tujuan utama dari sebuah perusahaan ialah

BAB I PENDAHULUAN. atau bidang usaha namun juga terjadi lintas sektor. Setiap badan usaha harus

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel bebas

Tesis. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pascasarjana pada program Magister Manajemen Pascasarjana Universitas Diponegoro

LAMPIRAN. 1. Meliputi daerah mana saja jangkauan penjualan produk PT. Best Denki

I. PENDAHULUAN. sekarang ini dimana perubahan teknologi dan arus informasi yang sangat cepat mendorong

Table 4.1. Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin N = 100. Tabel 4.2. Persentase Responden Berdasarkan Usia N = 100

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produk adalah penawaran nyata perusahaan pada dasarnya mereknya dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Pentingnya Penerapan Teori Marketing 7P dalam Usaha Anda

SISTEM INFORMASI E-BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha begitu pesatnya menyebabkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam manajemen operasi terdapat sepuluh keputusan MO, Haizer dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagian besar masyarakat, sering mengertikan pemasaran sebagai proses

BAB I PENDAHULUAN. Chan (2003) mendefinisikan relationship marketing sebagai pengenalan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam pasar ritel yang kompetitif sekarang ini, kualitas pelayanan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. peritel tetap agresif melakukan ekspansi yang memperbaiki distribusi dan juga

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan pelanggan sendiri adalah perasaan senang atau kecewa

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sehari-hari, baik itu kebutuhan yang bersifat primer

BAB II KERANGKA TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

Bab I PENDAHULUAN. usaha saat ini adalah dengan mempertahankan loyalitas pelanggannya.

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menyebabkan persaingan yang semakin tinggi diantara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan pola berfikir manusia yang semakin maju dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bisnis retail (perdagangan eceran) di Indonesia pada akhirakhir

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang.

BAB 2 LANDASAN TEORI

PEMASARAN DAN STRATEGI PERSONAL SELLING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat strategi baru bagi perusahaan untuk mempertahankan pelanggan dan untuk

Pemasar dapat menawarkan lebih banyak produk dan jasa dari sebelumnya. Pemasar dapat mengumpulkan informasi mengenai konsumennya dengan lebih cepat

ANALISIS PASAR. Audit thd semua lingkungan relevant thd suatu brand pada saat tertentu, Misal : produk Bank berupa jasa giro Peluang Pemasaran

BAB I PENDAHULUAN. Pertama dari perspektif apa yang suatu organisasi ingin lakukan (intends to do).

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ini, mereka saling bersaing dalam mendapatkan perhatian dan tempat di hati

(Survei terhadap nasabah Bank Rakyat Indonesia) DRAFT SKRIPSI. Untuk memenuhi salah satu syarat penyusunan skripsi guna

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II URAIAN TEORITIS. aktiva dengan Return on Investment (ROI) pada PT. Sumbetri Megah. Hasil

BAB VII PRODUK Apa itu produk? Barang dan Jasa

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan, tidak mungkin ada pemasaran tanpa ada komunikasi begitu pun

BAB 1 PENDAHULUAN. ( 2014)

PERENCANAAN PEMASARAN USAHA KECIL (Tugas Kelompok Kewirausahaan)

BAB I PENDAHULUAN. televisi pada dewasa ini mendorong semakin pesatnya persaingan dalam usaha pada

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan dalam dunia usaha semakin ketat, terlebih dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidupnya, untuk berkembang dan mendapatkan laba adalah pemasaran. Kegiatan

1. BAB I 2. PENDAHULUAN. Johnson Indonesia merupakan perusahaan industri susu kelas premium yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembanding. Penelitian yang dilakukan oleh M. Toha Zainal tahun yang meneliti pada PT. Madura Prima Interna.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis ritel di Indonesia pada saat ini semakin cepat salah

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan globalisasi yang disertai pertumbuhan perdagangan domestik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan semakin berkembang. Hal tersebut terjadi seiring dengan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini persaingan yang semakin ketat seperti sekarang ini, membuat suatu

Transkripsi:

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN MODEL 2.1. Konsep Dasar Distribusi merupakan salah satu bagian dari bauran pemasaran yang bertujuan untuk mendukung agar bagian bauran pemasaran lainnya bisa berjalan dengan optimal. Produk yang berkualitas, penetapan harga yang tepat dan promosi yang efektif, tidak akan menjadi optimal proses pemasarannya, bila tidak didukung dengan distribusi yang baik. Distribusi akan membantu memudahkan konsumen untuk bisa mendapatkan produk, sehingga proses penjualan riil akan terjadi. Oleh karena itu, penentuan distribusi merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan oleh seluruh perusahaan khususnya produk consumer good yang tingkat persaingannya relatif ketat. Ferdinand (2004) menyatakan bahwa pengunaan saluran distribusi menjadi salah satu fokus strategik yang harus dikelola perusahaan untuk menghasilkan kinerja penjualan yang positif. Atas pemikiran ini, maka perusahaan distribusi wajib memahami faktor-faktor yang menentukan strategi selling-in. Hal ini dikarenakan strategi selling-in akan berdampak pada peningkatan penjualan yang diharapkan oleh seluruh perusahaan. Diharapkan dengan perusahaan memahami faktor-faktor tersebut, maka usaha dalam meningkatkan kinerja penjualan akan lebih mudah dicapai dengan memastikan seluruh faktor pada proses kerja yang optimal. 12

13 Pada penelitian mengenai analisis faktor-faktor kinerja selling-in yang mempengaruhi kinerja penjualan produk Nestle Cita Rasa Indonesia di PT Indomarco Adi Prima cabang Yogyakarta, dengan mempertimbangkan telaah pustaka dan beberapa penelitian terdahulu, maka dapat ditampilkan pada gambar 2.1. pemikiran teroritis yang nantinya akan menjadi uji hipotesis atas peneltian ini, sebagai berikut : Strategi Pelayanan Outlet H 2 Hubungan dengan Outlet H1 H 1 Kinerja Selling-in H 5 Kinerja Penjualan Kemampuan Tenaga Penjual H 3 H 4 Dukungan Prinsipal (Sumber : Ginting, H.M., Lubis, A.R., dan Madjid, I., 2014) Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Berikut ini merupakan beberapa konsep dasar yang berhubungan dengan kerangka pemikiran teoritis di atas :

14 2.1.1. Hubungan Distributor dengan Outlet Hubungan (relationship) dipandang sebagai faktor yang sangat penting. Beberapa penelitian telah membuktikan hal tersebut diantaranya adalah Dwyer, Schurr, dan Oh (Doney dan Cannon, 1997), menyatakan bahwa membangun hubungan yang baik dengan pelanggan merupakan responsibilitas perusahaan agar dapat bertahan dalam persaingan. Doney dan Cannon (1997) memandang relationship mempunyai nilai keuntungan jangka panjang. Relationship berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan kompetitif dan mengurangi biaya transaksi. Senada dengan hal tersebut, Wulandari (1999) mengatakan bahwa bagi perusahaan, menjalin hubungan kuat dengan pelanggan akan membentuk pelanggan yang loyal. Konsumen yang loyal memberikan keuntungan bagi perusahaan antara lain : 1. Mendorong peningkatan pendapatan 2. Membentuk penjualan yang dapat diprediksikan dan arus keuntungan 3. Mencegah perpindahan pelanggan 4. Sering melahirkan bisnis baru bagi perusahaan Salah satu strategi mempertahankan pasar yang dilakukan para pemimpin pasar adalah kedekatan hubungan dengan pelanggan (customer intimacy). Dari berbagai pendapat para peneliti tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan distributor dengan pelanggan akan berpengaruh positif terhadap penjualan (selling-in) bagi perusahaan. Hubungan dengan outlet dapat merasakan dampaknya secara signifikan terhadap intensitas pembelian. Pelham (1997) menyatakan bahwa

15 strategi biaya murah akan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap efektifitas perusahaan dan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan atau strategi diferensiasi yang akhirnya mempengaruhi kemampulabaan (profitability). Hasil penelitian tersebut menunjukan hubungan yang dilakukan dengan outlet secara intensif akan memberikan keuntungan bagi perusahaan khususnya dalam proses distribusi, penjualan, merchandising dan sasaran yang akhir adalah kelangsungan perusahaan (sustainable) akan terjamin sehingga kemampulabaan (profitability) perusahaan akan tercapai. Dalam penelitian ini seperti yang terlihat dalam gambar 2.2., hubungan dengan outlet dibentuk oleh tiga indikator yang meliputi intensitas komunikasi/kontak, lama hubungan, dan tingkat kepercayaan (Doney dan Cannon, 1997). Intensitas Komunikasi (h1) Lama Hubungan (h2) Hubungan dengan Outlet Tingkat Kepercayaan (h3) (Sumber : Doney dan Cannon, 1997) Gambar 2.2. Model Variabel Hubungan dengan Outlet Dari telaah pustaka di atas, sehingga hipotesis yang diajukan adalah : H 1 : Semakin baik hubungan distributor dengan outlet akan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kinerja selling-in.

16 2.1.2. Strategi Pelayanan Outlet Strategi pelayanan outlet merupakan salah satu penentu keberhasilan penjualan. Makna dari strategi pelayanan outlet adalah keputusan manajemen yang menjawab pertanyaan bagaimana outlet itu dikelola guna mendatangkan manfaat yang paling optimal bagi perusahaan. Semakin baik penanganan oulet maka semakin efektif pula perusahaan dapat menjual produknya (Sunaryo, 2002). Efektifitas keputusan manajemen atas pelayanan outlet akan sangat tergantung dari ketepatan kunjungan (call), penjualan yang tercipta (sales), dan sistem pembayaran penjualan (Term Of Payment) yang tepat, serta kebijakan retur yang dipakai. Dalam Ferdinand (2004), Ryans dan Weinberg (1977) menempatkan stategi pelayanan outlet sebagai territory sales response yang berpengaruh terhadap kinerja penjualan (selling-in). Di sisi lain Craven, Woodruff, dan Stamper (1992) mengevaluasi kinerja pada wilayah penjualan. Studi tentang kunjungan telah dilakukan oleh Parsons dan Abeele (1981); mengukur hubungan jumlah kunjungan yang menghasilkan penjualan dan jumlah waktu kontak yang dibutuhkan pelanggan. Kunjungan yang tepat akan menghasilkan penjualan ke took (selling-in), dan lebih dari itu akan mendatangkan order ulang (repeat order) yang berkesinambungan. Secara umum kebijakan pembayaran dan penanganan retur juga akan berpengaruh terhadap penjualan. Semakin fleksibel pembayaran dan proses pengembalian produk, akan mendorong pelanggan untuk membeli produk yang bersangkutan. Pembelian secara kredit oleh pelanggan dalam keadaan

17 tertentu akan mampu menaikkan jumlah pembelian dari pelanggan, baik ragam produk maupun kuantitas produk masing-masing ragam. Dengan demikian strategi pelayanan outlet yang terdiri dari kunjungan, periode pembayaran dan kebijakan retur akan berpengaruh atas kinerja selling-in (Sunaryo, 2002). Hal ini dapat digambarkan pada gambar 2.3. mengenai model variabel strategi pelayanan outlet. Kunjungan (s1) Periode Pembayaran (s2) Strategi Pelayanan Outlet Kebijakan Retur (s3) (Sumber : Sunaryo, 2002) Gambar 2.3. Model Variabel Strategi Pelayanan Outlet Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan adalah : H 2 : Semakin baik strategi pelayanan outlet akan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kinerja selling-in. 2.1.3. Kemampuan Tenaga Penjual Keberhasilan suatu perusahaaan tentunya merupakan sesuatu yang diharapkan oleh semua manajemen perusahaan tersebut. Akan tetapi perusahaan yang berhasil, dapat dipastikan melalui proses lebih dahulu dalam meningkatkan kualitas atau ketangguhan dari karyawan khususnya di bagian

18 yang berhubungan dengan penjualan. Ketangguhan tersebut diantaranya melalui salah satu dimensi yaitu kinerja sales force. Sales force atau tenaga penjual di distributor consumer good merupakan sekelompok karyawan yang bertugas mewakili perusahaan untuk mengunjungi pelanggan secara rutin, kemudian menawarkan atau mempresentasikan keunggulan produk-produk perusahaan kepada outlet, dengan harapan akhirnya outlet menjadi yakin dan terjadi proses transaksi penjualan bagi perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Cravens, et al (1992) menyatakan bahwa kemampuan tenaga penjual mempunyai keunggulan yang kompetitif. Semakin tinggi kemampuan tenaga penjual diterima pada tingkatan yang tinggi, maka semakin memberikan penjualan (selling-in) yang produktif dan sangat penting dalam keunggulan biaya. Keterampilan tenaga penjual mutlak diperlukan oleh suatu perusahaan.semakin terampil tenaga penjual semakin berpeluang memperoleh penjualan. Keterampilan tenaga penjual meliputi ketrampilan berkomunikasi dalam berpresentasi, ketrampilan bernegosiasi, keterampilan manual (selling skill), penguasaan pengetahuan tentang produk (product knowledge). Untuk itu tenaga penjual harus mendapatkan pelatihan yang cukup dan kontinyu agar mereka lebih terampil. Di dalam internal perusahaan distributor khususnya PT Indomarco Adi Prima sendiri telah menetapkan dalam setiap program kerjanya bahwa potensi tenaga penjual harus dioptimalkan. Potensi diri terdiri dari pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan juga sikap (attitude) yang

19 positif. Ketiga hal inilah yang dari waktu ke waktu harus meningkat dan pada posisi optimal di setiap tenaga penjual yang ada. Dalam penelitian ini kemampuan tenaga penjual dibentuk oleh tiga indikator yaitu pengetahuan, ketanggapan, dan keterampilan (Cravens, Woodruff dan Stamper, 1992), yang tampak di dalam gambar 2.4. Pengetahuan (k1) Ketanggapan (k2) Kemampuan Tenaga Penjual Keterampilan (k3) (Sumber : Cravens, Woodruff dan Stamper, 1992) Gambar 2.4 Model Variabel Kemampuan Tenaga Penjual Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : H 3 : Semakin tinggi kemampuan tenaga penjual akan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kinerja selling-in. 2.1.4. Dukungan Prinsipal Pengertian dukungan prinsipal adalah bantuan prinsipal atau pemilik merek kepada distributor dan saluran distribusi lain, baik berupa finansial maupun non finansial yang bertujuan untuk memperkenalkan produk dan atau untuk meningkatkan penjualan produk yang dihasilkan perusahaan. Dukungan dari prinsipal atas periklanan diyakini akan berpengaruh secara

20 langsung terhadap penjualan, baik selling-in maupun selling-out produk yang diiklankan. Dukungan prinsipal merupakan variabel penting yang harus dipertimbangkan untuk meningkatkan kinerja penjualan secara berkesinambungan. Dukungan prinsipal yang diberikan dapat diwujudkan melalui pemilihan media iklan yang paling cocok dengan produk, tempat dan situasi keuangan perusahaan (Adikusumo, 2003). Menurut Srivasan dan Anderson (1998) menguraikan promosi penjualan (sales promotion) sebagai tindakan dan aktivitas yang terfokus pada event pemasaran dimana memiliki tujuan mempengaruhi perilaku para pelanggan perusahaan secara langsung. Event yang terkait dengan promosi penjualan yang aktivitasnya dilakukan baik oleh pabrikasi maupun oleh para retailers dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) kategori, yakni ; pertama, promosi terhadap konsumen (consumer promotions), kedua, promosi perdagangan (trade promotions) dan yang ketiga, promosi terhadap outlet (retailer promotions). Promosi penjualan dapat dibedakan menjadi promosi perdagangan (trade promo) dan promosi konsumen (consumer promo). Promosi perdagangan ditujukan kepada para outlet dengan tujuan agar perusahaan dapat menjual produknya lebih banyak. Promosi konsumen ditujukan kepada konsumen atau pengguna akhir suatu produk agar tertarik untuk membeli produk yang dipromosikan. Oleh karena itu, promosi perdagangan akan berpengaruh positif terhadap selling-in, sedangkan promosi konsumen akan berpengaruh positif terhadap selling out. Penerapan strategi promosi penjualan yang kompetitif dipastikan menguatkan asosiasi yang berhubungan dengan produk

21 serta sikap (persepsi) pelanggan (outlet) terhadap produk tersebut (Yoo,et.,al., 2000). Dengan demikian di dalam penelitian ini, dimensionalisasi variabel dukungan prinsipal dibentuk tiga indikator, yaitu : periklanan, promosi dagang (trade promo) dan promosi konsumen (consumer promo), seperti terlihat pada gambar 2.5. Dukungan Periklanan (d1) Dukungan Trade Promo (d2) Dukungan Prinsipal Dukungan Consumer Promo (d3) (Sumber : Srivasan dananderson, 1998) Gambar 2.5 Model Variabel Dukungan Prinsipal Atas dasar keterkaitan antara variabel tersebut maka hipotesis yang diajukan : H4 : Semakin tinggi dukungan prinsipal akan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kinerja selling-in. 2.1.5. Kinerja Selling-in Selling-in merupakan sebuah konsep penjualan yang menitikberatkan pada penjualan yang dilakukan oleh distributor kepada pelanggannya, seperti :

22 subdistributor, grosir, dan retailer. Konsep penjualan ini membatasi penjualan hanya pada mata rantai saluran distribusi, tidak sampai ke pembeli akhir. Mempelajari dan memahami selling-in merupakan langkah awal menuju pengembangan strategi dan taktik penjualan perusahan yang lebih efektif (Ferdinand, 2004). Susanto dan Faiz (2006) telah menjelaskan bahwa desain strategi saluran distribusi yang dipilih dan ditetapkan oleh suatu perusahaan dapat dijadikan sebagai senjata dalam menghadapi tingkat persaingan yang makin tinggi. Ada dua cara untuk menaikkan selling-in, yaitu secara horisontal dan vertikal. Peningkatan penjualan secara horisontal berbasis pada kenaikan penjualan yang dikarenakan adanya penambahan outlet baru (new open outlet) yang sebelumnya belum pernah terlayani. Semakin rapat penyebaran produk yang telah tergarap, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk meningkatkan selling-in nya secara horisontal. Peningkatan selling-in secara vertikal berbasis pada peningkatan penjualan yang dikarenakan adanya penambahan item produk yang dijual di outlet yang telah ada, atau peningkatan penjualan yang disebabkan adanya ketersediaan barang secara lengkap pada outlet yang telah tergarap (Ferdinand, 2004). Kinerja selling-in yang besar dari proses distribusi akan menjadikan stock level dan service level yang tinggi di outlet retailer, dan memberikan potensi yang lebih tinggi pada penjualan ke konsumen. Kapalka et, al., (1999) menghubungkan service level dengan lost of sales pada model penelitiannya. Semakin tinggi service level semakin rendah lost of sales. Sedangkan Kohli et, al. (1998) menyatakan bahwa dengan selling-in yang optimal dimungkinkan

23 ketersediaan produk di outlet semakin lengkap dan akan mencegah kekosongan barang. Dalam penelitian ini sebagaimana tampak pada gambar 2.6., bahwa variabel selling-in dibentuk oleh tiga indikator yang meliputi pertanyaan kelengkapan barang (stock availability), tingkat pelayanan (service level) dan tingkat persediaan (stock level). Berikut ini digambarkan model dari variabel selling-in : Kelengkapan Barang / Availability (ks1) Tingkat Pelayanan / Service Level (ks2) Selling-in Tingkat Persediaan / Stock Level (ks3) (Sumber : Ferdinand, 2004; Kapalka, 1999) Gambar 2.6. Model Variabel Selling-in Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H 5 : Semakin tinggi kinerja selling-in akan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kinerja penjualan. 2.1.6. Kinerja Penjualan Kinerja Penjualan merupakan ukuran prestasi yang diperoleh dari proses aktivitas penjualan secara menyeluruh dari sebuah organisasi. Lambin (dalam Ferdinand, 2000) menempatkan ukuran kinerja ini dalam model marketing

24 system-nya ke dalam output sales dan profit: Company sales, industry sales dan market share, cost profit model. Heneman (1997) mengukur kinerja dengan tujuh dimensi, yaitu : total sales, total store, new store size, average store size, pre-tax profit growth rate, market share, expense sales growth ratio. Pelham Alfred M (1997) mengemukakan kinerja penjualan dipengaruhi oleh tiga hal yaitu efektifitas perusahaan (firm efectiveness), pertumbuhan/porsi (growth share), dan kemampulabaan (profitability). Sementara itu efektifitas outlet tersebut meliputi tiga hal yaitu : 1. Kualitas dari suatu produk (Relative Product Quality) 2. Kesuksesan dari produk baru (new product success 3. Selalu mempertahankan pelanggan (customer retention). Pertumbuhan/porsi juga terdiri dari tiga hal meliputi : 1. Tingkat penjualan (sales level) 2. Rata-rata pertumbuhan (growth rate), 3. Target porsi pasar (market share target). Dan kinerja perusahaan yang terakhir adalah kemampulabaan yang meliputi tiga hal yaitu : 1. Hasil pengembalian atas equitas (return on equity) 2. Keuntungan kotor (gross margin) 3. Tingkat pengembalian dalam investasi (return on investment). Menurut Ferdinand (2000) menyatakan bahwa kinerja penjualan yang baik akan dinyatakan dalam tiga besaran utama nilai, yaitu : 1. Penjualan 2. Pertumbuhan penjualan

25 3. Porsi Pasar Ketiga besaran utama nilai di atas bermuara pada keuntungan perusahaan. Nilai penjualan menunjukan berapa rupiah atau berapa unit produk yang terjual, sedangkan pertumbuhan penjualan menunjukan berapa besar kenaikan penjualan produk yang sama dibandingkan satuan waktu tertentu. Porsi pasar menunjukan seberapa besar kontribusi produk yang ditangani menguasai pelanggan pada produk sejenis dibanding para kompetitor. Proses kinerja selling-in yang baik, belum secara otomatis membuat kinerja penjualan pasti baik. Distributor harus terus mengikuti prosesnya agar terjadi proses selling-out (istilah umum di perusahaan sales dan distributor sering disebut sebagai kinerja penjualan yang sesungguhnya). Namun demikian kinerja penjualan tidak akan bisa tercapai dengan baik, bila tidak melalui proses kinerja selling-in yang baik dulu. Dalam penelitian ini, kinerja penjualan dibentuk dalam tiga indikator yakni ; volume penjualan, pertumbuhan penjualan dan porsi pasar. Berikut ini digambarkan dalam gambar 2.7. model dari variabel kinerja penjualan: Volume Penjualan (kp1) Pertumbuhan Penjualan (kp2) Kinerja Penjualan Porsi Pasar (kp3) (Sumber : Pelham Alfred M, 1997 ; Ferdinand 2000) Gambar 2.7. Model Variabel Kinerja Penjualan

26 2.2. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Budiono (2001), membuktikan bahwa relationship antar distributor dan outlet memberikan pengaruh positif dalam meningkatkan selling-in. Studi Homburg et.al., (2002) menganalisis strategi pelayanan outlet melalui pengujian 3 gap penelitian yang terkait strategi bisnis yang berorientasi pelayanan. Pertama, peneliti mengeksplorasi di dalam dimensi strategi bisnis dan memperkenalkan pengukuran baru pada strategi ini. Kedua, peneliti menguji antecedent strategi bisnis berorientasi pelayanan. Ketiga, peneliti menyelidiki hubungan antara strategi bisnis berorien-tasi pelayanan dan kinerja yang dihasilkan. Hasil penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Diah dan Yoestini (2003); Susanto dan Faiz (2006) mengukur pengaruh keahlian dan pelayanan yang diberikan tenaga penjual menjadi elemen penting dalam penelitian kualitas hubungan bisnis dalam ruang lingkup selling-in. Hasil penelitian menunjukan pengembangan kemampuan tenaga penjual terhadap kualitas hubungan bisnis akan mampu mendorong terwujudnya efektivitas hubungan jangka panjang (selling-in). Penelitian Arif (2004) menemukan adanya gap penelitian dan fenomena lapangan yang menunjukan bahwa dibutuhkan penelitian lebih lanjut yang spesifik mengenai kinerja selling-in di distributor. Lebih lanjut peneliti mengembangkan juga faktor-faktor yang menganalisis kinerja selling-in berbasis pengukuran dukungan prinsipal.

27 Penelitian Arif (2004) dan Adikusumo (2003) menunjukan bahwa kinerja selling-in merupakan elemen penting dalam mencapai peningkatan kinerja penjualan. Studi Garbarino dan Johnson (1999) menunjukan bahwa peran penting distributor adalah menjaga dan membangun kualitas hubungan (selling-in). Sebuah hubungan yang berkualitas harus mampu menempatkan orientasi pada kinerja jangka panjang pada tempat utama. Peneliti Sunaryo (2002) juga menemukan bahwa antecedent yang diselidiki mencakup untuk beberapa varian strategi selling-in dan selling out, dimana berada dalam posisi pengaruh positif bagi kinerja perusahaan di dalam pasar dan profitabilitas. Dalam penelitian ini, diharapkan bisa melengkapi penelitian sebelumnya, dimana aspek dukungan prinsipal menjadi sesuatu yang perlu dianalisis, apakah menjadi faktor utama terhadap kinerja selling-in untuk mencapai kinerja penjualan, atau tidak signifikan pengaruhnya. Disamping itu, pada penelitian ini juga dilakukan pada bidang usaha dan perusahaan yang berbeda dari penelian-penelitian sebelumnya, dimana fokus penelitian ini ada pada produk konsumsi (consumer goods) dari prinsipal Nestle Cita Rasa Indonesia dan pada distributor PT Indomarco Adi Prima yang mendistribusikan barang-barang konsumsi tersebut. Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya untuk melengkapi teori yang ada dan akan sangat bermanfaat sehubungan dengan visi dari PT Indomarco Adi Prima yakni menjadi Distributor Terbesar, Terpercaya dan Tersehat di Indonesia. 2.3. Hipotesis Hipotesis penelitian yang akan diajukan meliputi 5 hipotesis, yakni :

28 H 1 : Semakin baik hubungan distributor dengan outlet akan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kinerja selling-in. H 2 : Semakin baik strategi pelayanan outlet akan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kinerja selling-in. H 3 : Semakin tinggi kemampuan tenaga penjual akan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kinerja selling-in. H 4 : Semakin tinggi dukungan prinsipal akan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kinerja selling-in. H 5 : Semakin tinggi kinerja selling-in akan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kinerja penjualan.