PENERAPAN KONSELING KELOMPOK DENGAN STRATEGI SELF MODELLING UNTUK MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR SISWA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. Disiplin mempunyai makna yang luas dan berbeda beda, oleh karena itu. batasan lain apabila dibandingkan dengan ahli lainnya.

PENERAPAN KONSELING KELOMPOK REALITA UNTUK MENURUNKAN KEBIASAAN MENGGUNAKAN HANDPHONE PADA SAAT JAM PELAJARAN BERLANGSUNG PADA SISWA SMP

Penerapan Konseling Kelompok Realita Untuk Membantu Siswa Meningkatkan Motivasi Belajar. Desti Fatayati 1 dan Eko Darminto 2

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang harus dilewati bagi setiap orang di Indonesia untuk dapat

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Bimbingan dan Konseling OLEH :

[ISSN VOLUME 3 NOMOR 2, OKTOBER] 2016

Penggunaan Strategi Pengelolaan Diri untuk Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa. Fitria Lailatus Zahrifah 1 dan Eko Darminto 2

Penerapan Konseling Kelompok Trait Factor untuk Mengatasi Kesulitan dalam Perencanaan Karir pada Siswa

MENGURANGI PERSEPSI NEGATIF SISWA TENTANG KONSELOR SEKOLAH DENGAN STRATEGI PENGUBAHAN POLA PIKIR (COGNITIVE RESTRUCTURING)

PENGGUNAAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA. Lailatul Mufidah 1 dan Mochamad Nursalim 2

Penerapan Konseling Kelompok Realita untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri di Sekolah. Nurin Cholifatul Ma rifa 1 dan Titin Indah Pratiwi 2

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK

BAB III METODE PENELITIAN

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

JURNAL. Oleh: MIA DEWANTI Dibimbing oleh : 1. Dr. Hj. Sri Panca Setyawati, M.Pd. 2. Vivi Ratnawati, S.Pd., M.Psi.

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi perilaku yang tidak baik dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena

PENINGKATAN DISIPLIN SISWA MENGGUNAKAN KONSELING KELOMPOK PENDEKATAN BEHAVIOR SISWA SMP KELAS VIII

Jurnal Bimbingan dan Konseling Ar-Rahman Volume 3, Nomor 2, Tahun 2017 Tersedia Online: e-issn

PENGARUH PENGGUNAAN STRATEGI SELF-MANAGEMENT DALAM KONSELING KELOMPOK TERHADAP INTENSITAS MINAT BELAJAR SISWA KELAS X SMK AL-ISLAH SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lain. Hubungan antar manusia dapat terjalin ketika

permasalahan di akibatkan rasa rendah diri. PENDAHULUAN Dari akibat rasa rendah diri di sekolah ± 15 Rasa rendah diri adalah perasaan bahwa

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

PENINGKATAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Penulisan ini menggunakan jenis penulisan eksprerimental semu, karena bukan

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI SISWA DI SEKOLAH

BAB V PENUTUP. Adalah kondisi dimana siswa X mengalami suatu mood atau perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap Hubungan Interpersonal Siswa ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI KELOMPOK UNTUK MEMBANTU SISWA DALAM KEMANTAPAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN STUDI LANJUT

PENINGKATAN PENYESUAIAN DIRI SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK

DAFTAR PUSTAKA. ( Diunduh tanggal 30 April 2011

[ISSN VOLUME 3 NOMOR 2, OKTOBER] 2016

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK MODELING TERHADAP RASA PERCAYA DIRI SISWA KELAS X SMAN 1 MOJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI

Volume 1 Nomor 1, Oktober ISSN

PENERAPAN LAYANAN INFORMASI TENTANG ETIKA DAN DISIPLIN DI SEKOLAH UNTUK MENGURANGI PELANGGARAN TATA TERTIB PADA SISWA SMP

THE APPLICATION OF MODELING GROUP COUNSELING FOR HELPING ISOLATED STUDENT OF TENTH GRADERS AT SMAN 1 KUTOREJO MOJOKERTO

KEPATUHAN SISWA TERHADAP DISIPLIN DAN UPAYA GURU BK DALAM MENINGKATKANNYA MELALUI LAYANAN INFORMASI

Penerapan Strategi Self Management Dalam Meningkatkan Disiplin Anak Usia Dini (Studi Pada RA DWP UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)

PENGARUH KONSELING INDIVIDUAL BEHAVIORISTIK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 2 LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO

: ZAFIRAH FARIS NIM K

EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING KELOMPOK TERHADAP PERILAKU MEMBOLOS SISWA KELAS X SMK BINA KARYA PACITAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Meity Fitri Yani 1 Syarifuddin Dahlan 2 Yusmansyah 3

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Psikologi Pendidikan dan bimbingan Vol. 13. No.1, Juli 2012

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI STRATEGI SELF MANAGEMENT PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA PALANGKARAYA. Oleh : Mimi Suriatie

Konseling Kelompok dengan Teknik Self-Management untuk Meningkatkan Disiplin terhadap Tata Tertib Sekolah

UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK BEHAVIOR PADA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat

PENGGUNAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK DALAM MENGURANGI PELANGGARAN TATA TERTIB SISWA DI SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB III METODE PENELITIAN

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF SISWA KELAS X SMA KARTIKA III-1 BANYUBIRU MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Putri Adri Setyowati Yari Dwikurnaningsih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai kebijakan tertentu yang

Psikologi Konseling Konseling dengan Psikoterapi. Guidance

PENGARUH KEDISIPLINAN SISWA DI SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA TEKNIK PENDINGIN

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan Belajar Siswa, (Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011), 2

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

Penerapan Konseling Kelompok Realita untuk Meningkatkan Disipin Belajar Siswa. Elly Nur Syavanah 1 dan Najlatun Naqiyah 2

PENERAPAN TEKNIK PERMAINAN KERJA SAMA DALAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA

UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DENGAN TEKNIK MODELLING PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 8 TEBING TINGGI

Implementasi Strategi Modeling Partisipan untuk Meningkatkan Keberanian Bertanya Siswa pada Guru di Kelas. Putri Diyanti 1 dan Sutijono 2

PENERAPAN KONSELING KELOMPOK REALITA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA BERPRESTASI KURANG (UNDERACHIEVER) Eko Abdul Surozaq 1

LAYANAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENURUNKAN PERILAKU AGRESIF PADA PESERTA DIDIK DI SMP MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA

MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS MELALUI PENDEKATAN KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS VII Di MTS NU UNGARAN. Oleh M. Andi Setiawan, M.

PENINGKATAN SELF EFFICACY PESERTA DIDIK MELALUI KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK KOGNITIF. Oleh: Andi Riswandi Buana Putra, M.

JURNAL KEEFEKTIFAN TEKNIK DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS XI DI SMK PEMUDA PAPAR KAB KEDIRI TAHUN AJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana proses belajar yang dialami siswa sebagai anak didik. Tugas

KORELASI KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD NEGERI 19 BANDA ACEH. Abstrak

KONSEP BEHAVIORAL THERAPY DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWA TERISOLIR. Dyesi Kumalasari

Arif Ramandhani, Drs. Eko Darminto, M.Si

tingkat keberhasilan proses konseling dan pemberian layanan pada klien. Secara luas, karakteristik konselor mencakup kualiatas kepribadian, sikap

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. 1. Ada hubungan negatif antara bimbingan sosial dengan tingkat kenakalan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SISWA KELAS X-3 SMA NEGERI 8 SURABAYA DENGAN KONSELING KELOMPOK GESTALT

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MANAJEMEN WAKTU MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DENGAN TEKNIK KONTRAK PERILAKU PADA SISWA KELAS VIII-2 SMP N 5 TEBING TINGGI

EFEKTIFITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM PENINGKATAN KEGIATAN BELAJAR SISWA

ARTIKEL PENERAPAN LAYANAN KONSELING INDIVIDU DENGAN MODEL BEHAVIORAL DALAM MENGURANGI MEMBOLOS SEKOLAH PESERTA DIDIK KELAS VIII SMPN 7 KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. sosial tertentu. Proses komunikasi antar pribadilah yang dapat menumbuhkan

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan Bimbingan dan Konseling FKIP UNP Kediri

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KARIR TERHADAP PILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PRINGKUKU TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. dan memerlukan bantuan guru pembimbing. Gunarsa (2002) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa

BAB II LANDASAN TEORI

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWAKELAS XI SMK PGRI 4 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung pada dekade saat ini yang ditandai dengan ledakan besar ilmu

Oleh: Wentin Suhartatik Guru SMP Negeri 1 Polagan Kabupaten Tranggalek

PENERAPAN STRATEGI MODELING PARTISIPAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN PENDAPAT

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PEMBENTUKAN SIKAP EMPATI PADA SISWA KELAS XI SMK AL WASHLIYAH TELADAN MEDAN. Abstrak

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENGELOLAAN EMOSI DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS X UPTD SMAN 1 MOJO KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA

PENERAPAN KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA DI SEKOLAH SMAN 1 KEDUNGADEM BOJONEGORO

Transkripsi:

PENERAPAN KONSELING KELOMPOK DENGAN STRATEGI SELF MODELLING UNTUK MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR SISWA Fitriana Dyah Wulandari 1 dan Muhari 2 Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah menguji penerapan konseling kelompok dengan strategi self modelling untuk meningkatkan disiplin belajar siswa kelas X SMK Negeri 1 Kota Mojokerto. Penelitian ini menggunakan rancangan pre-exsperiment design berupa Pre-Test dan Post-Test One Group Design. Subyek penelitian adalah siswa kelas X-TGB SMK Negeri 1 Kota Mojokerto yang memiliki disiplin belajar rendah. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket. Dari angket pre-test ditemukan 6 siswa dari 45 siswa yang memiliki disiplin belajar rendah. Metode analisis data yang digunakan adalah ujitanda(sign-test). Dengan demikian pernyataan hipotesis Ada peningkatan disiplin belajar siswa antara sebelum dan sesudah penerapan konseling kelompok dengan strategi self- modelling. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan konseling kelompok dengan strategi self modelling dapat meningkatkan disiplin belajar kelas X SMK Negeri 1 Kota Mojokerto. Kata Kunci: Konseling Kelompok, Self Modelling, Disiplin belajar Pendahuluan Dalam kegiatan belajar banyak guru berpendapat bahwa siswa yang terbiasa dengan sikap disiplin mundah untuk mendapatkan suatu kemajuan dibandingkan dengan siswa yang kurang memiliki sikap disiplin. Pendapat tersebut sesuai Burghard (dalam Syah, 2003) yang menyatakan bahwa kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan respon dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang. Seorang dalam proses mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut untuk dapat berprilaku sesuai dengan peraturan yang sudah dibuat dan sudah berlaku di sekolah. Siswa perlu memiliki sikap disiplin dengan melakukan latihan yang memperkuat dirinya sendiri untuk selalu terbiasa patuh dan mempertinggi daya kendali diri. Sikap disiplin yang timbul dari kesadarannya sendiri akan dapat lebih memacu dan tahan lama, dibandingkan dengan sikap disiplin yang timbul karena adanya pengawasan dari orang lain. Seorang siswa yang bertindak disiplin karena ada pengawasan ia akan bertindak semaunya dalam proses belajarnya apabila tidak ada pengawas. Karena itu perlu ditegakkan di sekolah berupa koreksi dan sanksi. Apabila melanggar dapat dilakukan dua macam tindakan yaitu koreksi untuk memperbaiki kesalahan dan berupa sanksi. Keduanya harus dilaksanakan secara konsisten untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan pelanggaran terhadap norma dan kaidah yang telah disepakati bersama. Hal ini dilakukan mengingat orang cenderung berperilaku sesuka hati. Jika setiap siswa kurang memiliki kesadaran tentang disiplin belajar di sekolah maka sangat mempengaruhi perilaku sehari-hari di sekolah dan prestasi belajar di sekolah. Pada kenyataannya di usia remaja ini banyak siswa yang menyalah gunakan aturan sekolah seperti datang ke sekolah terlambat, membolos, tidak bisa membagi waktu antara waktu 1 Alumni Prodi BK FIP Unesa 2 Staf Pengajar Prodi BK FIP Unesa

belajar dan kegiatan ekstrakulikuler, tidak senang pada mata pelajaran yang diberikan, keterlambatan siswa dalam masuk sekolah. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru Bimbingan Konseling di SMK Negeri 1 Kota Mojokerto pada tahun ajaran 2009-2010, bahwasanya sebanyak 15% dari jumlah seluruh siswa kelas X Teknik Gambar Bangunan melanggar tata tertib sekolah. Untuk lebih konkrit pelanggaran yang masih sering terjadi terutama masalah membolos, keterlambatan siswa dalam masuk kelas, terlambat dalam masuk sekolah dan seringnya siswa yang keluar pada jam pelajaran. Ada berbagai alasan yang dikemukakan oleh siswa yang tidak disiplin antara lain, diajak teman, tidak suka dengan guru bidang studi, malas, dan lain sebagainya. Perilaku siswa yang demikian disebabkan karena kurangnya kesadaran siswa akan pentingnya belajar, siswa kurang mengarahkan dan mengendalikan perilaku yang menyimpang dari kegiatan belajar. Dari hasil data menunjukkan bahwa dalam diri siswa tersebut disiplin belajarnya kurang karena siswa yang disiplin belajar akan menunjukkan ketaatan dan keteraturan terhadap kegiatan belajarnya serta taat terhadap peraturan yang ada di sekolah. Gunarsa (1982:162) menyebutkan: para remaja masih memerlukan bimbingan, untuk membentuk sifat-sifat kepribadian misalnya: kejujuran, ketepatan waktu diperlukan pengamatan yang tepat, untuk membentuk sifat-sifat tersebut dibutuhkan pemupukan disiplin, baik disiplin diri maupun disiplin belajar dan ketegasan para pendidik, disiplin menggunakan sarana dan prasarana di perpustakaan dan laboratorium sekolah. Beberapa keterangan di atas merupakan suatu permasalahan yang seharusnya tidak terjadi, karena salah satu tugas perkembangan remaja adalah belajar dan mampu mengaktualisasikan diri dengan seoptimal mungkin. Jika dalam melakukan tugas perkembangan tersebut mengalami berbagai hambatan maka akan menghambat tugas perkembangan selanjutnya. Maka dari itu permasalahan tersebut harus dapat kita tangani, kita pecahkan dan selesaikan. Oleh karena itu secara langsung guru bertanggung jawab memberikan bantuan terhadap siswa dalam upaya menemukan pribadi dan merencanakan masa depan termasuk mengubah perilaku yang kurang baik menjadi perilaku terpuji. Layanan konseling kelompok adalah salah satu layanan dalam bimbingan dan konseling. Shertzer dan Stone (dalam Nursalim & Suradi, 2002: 72) mengatakan bahwa konseling kelompok merupakan suatu proses dimana seorang konselor terlibat didalam suatu hubungan dengan sejumlah konseli pada waktu yang sama yang bertujuan untuk membantu siswa dalam memecahkan suatu masalah. Bagi siswa dan mahasiswa, konseling kelompok dapat bermanfaat sekali karena melalui interaksi dengan semua anggota kelompok mereka memenuhi kebutuhan psikologis, seperti kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan teman-teman sebaya dan diterima oleh mereka, kebutuhan untuk bertukarpikiran dan berbagai perasaan, kebutuhan menemukan nilai-nilai kehidupan sebagai pegangan dan kebutuhan untuk menjadi lebih independen serta lebih mandiri (Winkel dan Hastuti, 2007:593). Layanan konseling kelompok dapat digunakan untuk membantu siswa mengatasi masalah yang dihadapi. Konseling kelompok ini dapat dikombinasi dengan menggunakan strategi konseling yaitu Self-Modelling. Self-Modelling adalah suatu strategi untuk memodifikasi perilaku dengan pengubahan dan pembentukan perilaku melalui diri sebagai modelnya. Pengaruh dan peniruan menurut Bandura (dalam Gunarsa,2001) salah satunya

adalah pengambilan respon atau ketrampilan baru dan memperlihatkan dalam perilakunya setelah memadukan apa yang diperoleh dan pengamatannya dengan pola perilaku baru. Pelatihan ketrampilan yang dilakukan melalui observasi diri sendiri, individu akan memahami dan menyadari bahwa ia juga memiliki potensi/kelebihan yang dapat dikembangkan. Menurut Bandura (dalam W Santrock,286) berasumsi bahwa self-efficacy berpengaruh besar terhadap perilaku. Diri sebagai model berasumsi bahwa dengan melihat diri sendiri menampilkan perilaku baru akan menimbulkan keyakinan pada self-efficacy (keyakinan bahwa bisa menguasai situasi atas kapasitas yang dimiliki) bahwa ia mampu memperoleh kemampuan itu (Cormier dalam Nursalim 2005:69). Sehingga secara tidak langsung dapat membantu individu memiliki rasa keberhasilan dan memiliki self-esteem (perasaan positif terhadap diri, harga diri) dengan melihat dirinya berhasil melakukan ketrampilan baru sendiri tanpa model dari orang lain. Hal ini individu akan memiliki selfefficacy dan self-esteem sebagai konsep serta ganbaran diri positif untuk memperkuat diri individu tersebut. Lebih lanjut dikatakan bahwa permasalahan yang dapat diatasi dengan menggunakan strategi Self- Modelling adalah aturan ketepatan waktu, perilaku sosial dan etika belajar. Konseling kelompok dengan strategi Self-Modeling digunakan dalam penanganan permasalahan disiplin belajar, berpacu pada Wikipedia (http://www.emzhet. co.cc/2010/01/proposalkoe.html) tentang aturan sekolah, ketepatan waktu, perilaku sosial dan etika belajar, masalah masalah ini yang bisa ditangani dengan strategi Self-Modelling. Strategi ini dilakukan dalam suasana konseling kelompok agar siswa yang mengalami permasalahan akan lebih mudah membicarakan permasalahan yang mereka hadapi bersamasama dengan anggota kelompok yang lain (Winkel dan Hastuti,2007:593-594). Kelompok dalam konseling kelompok ini digunakan kelompok tugas karena membahas permasalahan yang telah ditentukan oleh konselor dan anggota kelompok melaksanakan tugas-tugas yang telah ditentukan oleh konselor. Melalui tahap dalam konseling kelompok, yaitu (1) tahap Pembentukan (2) Tahap Peralihan (3) Tahap Kegiatan dan (4) Tahap Pengakhiran, siswa yang memiliki permasalahan disiplin belajar pada tingkat yang rendah, akan bersama-sama membahas permasalahan tersebut, saling bertukar pikiran bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut. Pada tahap kegiatan dalam konseling kelompok, konselor akan memberikan strategi Self-Modelling untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh siswa. Siswa diharapkan mampu melaksanakan rasional perlakuan, merekam perilaku yang diharapkan, melakukan editing, mendemonstrasikan tape yang diedit dan tugas rumah: observasi diri dan praktek. Hasil dari setiap pertemuan akan dibahas secara bersama sama dengan anggota kelompok lain. Setiap anggota kelompok dapat memberikan ide atau pendapatnnya bagaimana cara melakukan strategi tersebut sehingga permasalahan disiplin belajar dapat ditingkatkan dan diatasi. Untuk meyakinkan pernyataan tersebut, diperlukan penelitian tentang konseling kelompok dengan strategi Self-Modelling untuk meningkatkan disiplin belajar siswa di sekolah. Adapun penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X-TGB SMK Negeri 1 Kota Mojokerto. Disiplin Belajar

Menurut Pridjodarminto (Tu u, 2004) menyatakan bahwa disiplin adalah kondisi yang menunjukkan ketaatan, kepatuhan, keteraturan, ketertiban yang tercipta melalui binaan keluarga, pendidikan dan pengalaman. Sedangkan menurut Rachman (dalam Tu u, 2004: 32) disiplin adalah upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya. Menurut Hurlock (2005:82), Disiplin berasal dari kata yang sama dengan disciple, yakni seorang yang belajar dari atau secara suka rela mengikuti seorang pemimpin. Menurut Mukhtar Main (dalam Mudjijo, 2001;70), yang menyebutkan Disiplin adalah konsep perilaku yang menuntut adanya kepatuhan dan kontrol diri terhadap aturan-aturan dan normanorma yang berlaku. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah sikap siswa yang menunjukkan suka rela, tanggung jawab untuk memenuhi semua ketaatan, peraturan dan tata tertib yang berlaku, dan dapat mengontrol tingkah lakunya berdasarkan kesadaran yang tercipta dalam diri siswa dan melalui binaan, keluarga, pendidikan, pengalaman serta latihan. Menurut Ahmadi dan Widodo (2003:128) Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Sedangkan menurut Slameto (2003:2) belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sesuai dengan kedua pendapat tentang pengertian belajar di atas, terkandung pengertian bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan yang sengaja dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk memperoleh perubahan secara menyeluruh dalam tingkah lakunya, sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dari seluruh pengertian di atas diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud disiplin belajar adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban. Menurut Hurlock (1993:123), tujuan pemberian disiplin adalah untuk memberitahu atau mengajarkan kepada individu perilaku mana yang baik dan mana yang buruk sehingga individu terdorong untuk berperilaku sesuai dengan peraturan yang ada. Sedangkan menurut Shafer (1994:01), tujuan disiplin ada dua, yaitu tujuan jangka pendeknya adalah membuat seseorang terlatih dan terkontrol dengan mengajarkan bentukbentuk tingkah laku yang pantas dan tidak pantas atau yang masih asing bagi mereka. Tujuan jangka panjang dari disiplin ialah untuk perkembangan pengendalian dan pengarahan diri sendiri tanpa pengaruh dari luar. Selain itu tujuan disiplin belajar juga dikemukakan oleh Kartono (1985:205), yaitu untuk menolong anak memperoleh keseimbangan antara kebutuhannya untuk berdikari dan penghargaan dari orang lain. Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan dari disiplin belajar adalah a) Agar individu berperilaku sesuai dengan peraturan yang berlaku, b) Agar individu dapat terkontrol dalam membentuk pola tingkah laku yang baik dan benar, c) Individu mampu

mengarahkan dirinya sendiri tanpa pengaruh dan pengendalian dari luar, d) Agar seseorang memperoleh keseimbangan antara hukuman dan penghargaan terhadap hak-hak orang lain. Menurut prasasti (2005) menyatakan cirri siswa kurang disiplin belajar sebagai berikut:1) Siswa datang ke sekolah sekedar presensi, b) Setelah jam pelajaran dimulai siswa tidak segera masuk ke kelas, c) Pada saat jam pelajaran kosong siswa sering gaduh dan meninggalkan kelas pergi ke kantin, d) Siswa belajar jika ada ulangan saja, e) Siswa kadang mencontek pada saat ulangan dan siswa mengerjakan pekerjaan rumah(pr) di sekolah saja. Seorang yang mempunyai disiplin diri memiliki ciri-ciri seperti yang di kemukakan oleh Johari (2006) adalah sebagai berikut. a) Memiliki nilai-nilai ketaatan yang berarti individu memiliki kepatuhan terhadap peraturan yang ada di lingkungannya, b) Memiliki nilai-nilai keteraturan yang berarti individu mempunyai kebiasaan melakukan kegiatan dengan teratur dan tersusun rapi, c) memiliki pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma kriteria dan standar yang berlaku di masyarakat. Menurut Johari (2006) siswa yang disiplin dalam belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) Memiliki waktu belajar yang teratur, b) Belajar dengan menyicil (sedikit demi sedikit), b) Menyelesaikan tugas pada waktunya, c). Belajar dalam suasana yang mendukung. Konseling Kelompok dengan strategi Self-Modelling Menurut pendapat Shertzer dan Stone (dalam Nursalim & Suradi, 2002:72) bahwa konseling kelompok merupakan suatu proses dimana seorang konselor terlibat didalam suatu hubungan dengan sejumlah konseli pada waktu yang sama yang bertujuan untuk membantu siswa dalam memecahkan suatu masalah. Konseling kelompok sebagai suatu proses interpersonal yang dinamis dengan memusatkan kepada kesadaran pikiran dan perilaku, serta berdasarkan fungsi-fungsi terapi yang bersifat memberi kebebasan, berorientasi terhadap kenyataan, katarsis, saling mempercayai, memelihara, dan mendukung. Fungsi terapi diwujudkan dalam kelompok kecil melalui pertukaran masalah-masalah pribadi dengan anggota lain dan konselor Gazda (dalam Nursalim & Suradi, 2002:72). Konseling kelompok merupakan kelompok terapeutik yang dilaksanakan untuk membantu konseli mengatasi masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Konseling kelompok umumnya ditekankan untuk proses remedial dan pencapaian fungsifungsi secara optimal. Umumnya konseling diselenggarakan untuk jangka pendek dan jangka menengah. Menurut Munro dan Dinkmeyer (dalam Nursalim & Suradi, 2002:74) konseling kelompok bertujuan untuk: a) Membantu setiap anggota kelompok untuk mengetahui dan memahami dirinya. Membantu dengan proses pencarian identitas, b) Sebagai suatu hasil pemahaman diri, untuk mengembangkan penerimaan diri dan perasaan pribadi yang berharga, c) Mengembangkan ketrampilan sosial dan ketrampilan interpersonal yang memungkinkan orang untuk menanggulanggi tugas-tugas perkembangan dalam bidang sosial pribadi, d) Mengembangkan kemampuan pengarahan diri, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan untuk mentransfer kemampuan tersebut ke dalam kontak sosial dan sekolah, e) Untuk mengembangkan sensitifitas terhadap kebutuhan orang lain dan pengakuan tanggungjawab atas perilakunya sendiri. Untuk menjadi lebih mampu dalam megidentifikasi perasaan orang lain di samping mengembangkan kemampuan yang lebih besar untuk menjadi lebih empatik,

f) Belajar menjadi seorang pendengar yang empatik yang mendengarkan tidak hanya apa yang dikatakan tetapi juga perasaan yang menyertai apa yang dikatakan, g) Untuk menjadi persis dengan dirinya (menjadi diri sendiri = be your self ), h) Untuk membantu setiap anggota merumuskan tujuan khusus yang dapat diukur dan diamati bagi dirinya, untuk membuat suatu komitmen ke arah pencapaian tujuan tersebut. Menurut Hosford dan Visser (dalam Nursalim. dkk, 2005:68) yang dimaksud diri sebagai model adalah suatu prosedur dimana klien melihat dirinya sebagai model dengan cara menampilkan perilaku tujuan yang diharapkan. Klien mempraktekkan perilaku kemudian direkam. Peran konselor dalam pemodelan diri sebagai model yaitu memberikan penguatan (reinforcement) terhadap perilaku yang baik dan yang salah diperbaiki. Dalam prosedur ini tidak hanya melibatkan pemodelan tetapi juga praktek (yang dilakukan klien) dan umpan balik (yang dilakukan konselor). Beberapa tujuan dan strategi diri sebagai model (Self-Modelling) menurut Cormier (dalam Nursalim, 2005:63) adalah 1) Membentuk perilaku pada klien Siswa yang kurang disiplin tingkah lakunya menjadi lebih disiplin, 2) Menampilkan perilaku yang sudah diperoleh dengan cara yang tepat atau pada saat yang diharapkan, 3) Mengurangi rasa takut dan cemas.ketika siswa terlambat masuk sekolah dia cenderung memilih untuk membolos. Di berikan suatu perlakuan untuk membentuk tingkah laku baru agar siswa tidak takut. 4) Memperoleh ketrampilan sosial. Siswa dapat mematuhi aturan dalam sekolah sehingga dia dapat menyesuaikan diri dengan peraturan baru dalam sekolah. 5) Mengubah perilaku verbal Membentuk tingkah laku baru pada siswa agar lebih baik. Metode Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pre-eksprerimental design dengan pretest and post-test one group design, dengan rancangan satu kelompok subyek. Rancangan tersebut digunakan dalam penelitian ini karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dan treatment. Pertama-tama dilakukan pengukuran (pre-test) lalu dilaksanakan perlakuan, kemudian dilakukan pengukuran kembali (post-test) (Moehnilabib dkk, 2003) Adapun yang menjadi subyek peneltian adalah siswa kelas X SMK Negeri 1 Kota Mojokerto yang mempunyai skor rendah dalam disiplin belajar yang diukur melalui angket disiplin belajar. Pada penelitian ini diperlukan metode analisis data statistik, karena data yang dikumpulkan merupakan data kuantitatif. Metode analisis yang sesuai dengan rancangan dalam penelitian ini adalah statistik non parametrik, karena data yang dianalisis berasal dari sejumlah subyek penelitian yang relatif kecil. Data yang disajikan berbentuk ordinal dan berdistribusi normal yang artinya subjek dalam penelitian ini kurang dari 25, yaitu terdapat 6 subjek (N=6) yang akan mendapatkan perlakuan. Maka dalam penelitian ini digunakan teknik analisis data statistik non parametrik. Menurut Siegel (1998:40), Jika sampelnya kecil, hanya tes non parametrik yang bisa digunakan. Sedangkan tes statistik yang digunakan untuk menganalisis data adalah dengan Uji Tanda (Siegel, 1992:40). Uji Tanda dapat diterapkan kalau pembuat eksperimen ingin menetapkan dua kondisi yang berlainan. Dalam penelitian ini, kondisi yang berlainan adalah disiplin belajar rendah sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan melalui konseling kelompok dengan strategi Self-Modelling

Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan hasil angket pre-test dapat diketahui bahwa ada 6 subjek yang memiliki disiplin belajar rendah. Dengan adanya disiplin belajar, diharapakan siswa mampu memberikan dampak positif bagi kegiatan yang lain. Oleh karena itu selanjutnya diberikan perlakuan Konseling Kelompok dengan Strategi Self-Modelling dengan hasil yaitu meningkatkan disiplin belajar siswa yang diukur kembali dengan menggunakan angket postest. Berdasarkan data dari hasil post-test skor yang diperoleh oleh masing-masing konseli lebih tinggi dari skor pre-test seperti yang dijelaskan pada halaman sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis statistik nonparamentrik dengan uji tanda. Sesuai hasil analisis data dengan menggunakan Uji Tanda dapat diketahui N=6 dan r=0 p tabel =0,016 berada dalam daerah penolakan atau lebih kecil dari α=0,05 yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian H o ditolak dan H a diterima. Hal ini membuktikan bahwa ada perbedaan tingkat disiplin belajar siswa sebelum dan sesudah diberikan perlakuan konseling kelompok dengan strategi Self Modelling pada siswa kelas X-TGB SMK Negeri 1 Kota Mojokerto. Simpulan Sesuai dengan hasil analisis dan pembahasan data yang diperoleh untuk mengetahui peningkatan disiplin belajar kelas X-TGB di SMK Negeri Kota Mojokerto maka dapat disimpulkan sebagai berikut 1) Ada peningkatan disiplin belajar antara sebelum dan sesudah penerapan konseling kelompok dengan strategi self-modelling pada siswa kelas X- TGB di SMK Negeri Kota Mojokerto. Hal ini berarti ada perbedaan skor pre-test dengan post-test pada setiap siswa setelah diberikan pada setiap siswa setelah perlakuan konseling kelompok dengan stategi self-modelling, yaitu adanya peningkatan skor disiplin belajar. Berdasarkan hasil analisis pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penerapan konseling kelompok dengan strategi self-modelling dapat meningkatkan disiplin belajar pada siswa kelas X-TGB di SMK Negeri 1 Kota Mojokerto. 2) Selain menjawab rumusan masalah juga, ditemukan dari 6 siswa walaupun penelitian secara umum ada peningkatan skor rata-rata antara pre-test dan post-test namun ditemukan satu siswa yang bernama FS selama diberikan perlakuan tidak mau mendengarkan penjelasan konselor, FS memiliki kemauan yang rendah untuk merubah perilakunya, memiliki sifat yang keras sehingga semaunya sendiri. Sebanyak 5 konseli lainnya bersedia terbuka pada saat konseling dan mau mendengarkan penjelasan konselor dengan baik. Saran Berdasarkan simpulan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan sebagai berikut. 1) Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan di SMKNegeri 1 Kota Mojokerto, diharapkan dapat menambah bahan acuan untuk konselor dalam menangani disiplin belajar dengan memberikan perlakuan konseling kelompok dengan strategi self-modelling, 2) Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan-keterbatasan yaitu penggunaan metode pengumpulan data terbatas pada penggunaan angket dan pemberian perlakuan konseling kelompok dengan strategi self-modelling dilakukan hanya 7 kali pertemuan. sehingga bagi

peneliti yang lain untuk menambah perlakuan. Bagi peneliti selanjutnya untuk lebih memotivasi diri tiap-tiap individu dan lebih memperhatikan kesiapan individu dalam mendapatkan perlakuan. Daftar Rujukan Alyn, Bacon. 1972. Counseling Theory and Process. Baston: Torontolo USA. Corey, Gerald. 2007. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Terjemahan oleh E. Kuswara. Bandung: Refika Aditama. Cormier, W.H & Cormier L.S. 1985. Interviewing Strategy for Helpers. Monterey. California: Books/Cole Publising Gunarsa, Singgih. 1995. Psikologi Membimbing. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. Gunarsa, Singgih. 2003. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT. Gunung Mulia Hadi, Sutrisno. 2000. Statistik Jilid II. Yogyakarta: ANDI Hurlock, Elizabeth. 1993. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Hurlock, B. Elizabeth. 2005. Psikologi Perkembangan Anak. Terjemahan Soedjarwo, Istiwidayanti. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama. Kartono, Kartini. 1985. Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya. Jakarta: CV. Rajawali. Latipun. 2006. Psikologi Konseling. Malang: UMM Press. Ma arif, Lutfi Hastarani. 2009. Penggunaan Strategi Pemodelan untuk Membantu Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: FIP UNESA. Mudjijo. 2001. Kesehatan Mental. Surabaya: UNESA University Press. Nursalim, Mochamad dan Sastroatmodjo, Suradi. Layanan Bimbingan dan Konseling. Surabaya: Unesa University Press. Nursalim, Mochamad dkk. Strategi Konseling. Surabaya: Unesa University Press. Nursalim, Mochamad dan Tri H, Retno. 2007. Konseling Kelompok. Surabaya: Unesa University Press. Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta: Ghalia Indonesia. Prihatiningtyas. 2004. Pengaruh Strategi Modelling Partisipan Terhadap Kecemasan Berbicara di Depan Kelas 11-7 SMA Kemala Bhayangkari I Surabaya. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: FTP UNESA Sa adah, Siti Azminatus. 2009. Penerapan Strategi Diii Sebagai Model (Self Modeling) untuk Meningkatkan Percaya Diii pada Siswa Kelas X-8 SMA Negeri 2 Lamongan. Skripsi tidak diterbitkna Surabaya: FTP UNESA Sukardi, Ketut, Dewa. 1985. Pengantar Teori Konseling. Jakarta Timur: Ghalia Indonesia. Tu u, Tulus. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo. Winkel, W.S dan Hastuti. 2007. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.