3. KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

4. METODOLOGIPENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Jenis dan Sumber Data. Metode Penentuan Responden

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN

KERANGKA PEMIKIRAN. terhadap barang dan jasa sehingga dapat berpindah dari tangan produsen ke

II. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar

III. KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka

Copyright Rani Rumita

Lanjutan Pemasaran Hasil Pertanian

III. LEMBAGA, SALURAN DAN FUNGSI PEMASARAN DALAM TATANIAGA AGROPRODUK. Tujuan Pembelajaran:

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

IV. METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

7. KINERJA RANTAI PASOK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan perantara untuk

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS TATANIAGA BERAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

IV. METODE PENELITIAN

8. NILAI TAMBAH RANTAI PASOK

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

B. Fungsi - Fungsi Pemasaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.2 Lembaga dan Saluran Pemasaran

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

MINGGU 6. MARKETING MARGIN

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

Jurnal NeO-Bis Volume 8, No. 2, Desember 2014 DI KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR

ANALISIS TATANIAGA BUNGA KRISAN DI KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. semakin berkembangnya zaman, maka semakin tinggi pula tingkat inovasi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KERANGKA TEORI. Kegiatan yang harus dijalankan dalam rangka pencapaian tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PEMASARAN AGRIBISNIS Sessi 4

IV. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. komoditas pertanian tersebut karena belum berjalan secara efisien. Suatu sistem

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Pada dasarnya tataniaga memiliki pengertian yang sama dengan


5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data

IV. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang tepat dari para pelaku ekonomi. konsumen adalah sebagai pemasok faktor faktor produksi kepada perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka Teoritis Kelayakan Usahatani

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RESEARCH. Ricky Herdiyansyah SP, MSc. Ricky Sp., MSi/Pemasaran Agribisnis. rikky Herdiyansyah SP., MSi. Dasar-dasar Bisnis DIII

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

TATANIAGA PERTANIAN (lanjutan) OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

81 Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 3. No 2 Desember 2009) 1 & 2

HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Karakteristik Produk Hasil Pertanian

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perikanan Tangkap

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011

Transkripsi:

15 3. KERANGKA PEMIKIRAN Rantai Pasok Baatz (1995) menyatakan bahwa secara konseptual rantai pasok merupakan keseluruhan proses dari bahan mentah mulai diproduksi hingga menjadi produk yang habis masa pakainya. Golicicetal(2002) menyatakanbahwa rantai pasok harus dapat menjelaskan hubungan yang mendasar diantara para anggota dalam sebuah organisasi dari mulai transaksi simple hingga transaksi yang sangat kompleks. Håkånsson and Snehota (1995) menyatakan bahwa dua perusahaan tidak saja berususan dengan hal-hal yang menyangkut dua perusahaan tersebut namun juga terdapat berbagai macam urusan yang menyangkut hal lain, begitu juga dengan rantai pasok. Rantai pasok pun berhubungan satu dengan lainnya, maka menurut Vorst(2006) rantai pasok yang tergabung ke dalam jaringan yang kompleks disebut Food Supply Chain Network. Menurut Vorst(2006) untuk menganalisis rantai pasok yang kompleks dibutuhkan bahasa yang dapat mendeskripsikan rantai pasok, pihak yang terlibat, proses, produk, sumberdaya, manajemen, hubungan antar atribut dan hal lain yang yang tidak terdefinisi. Lambert dan Cooper (1998) mengidentifikasi, menganalisis, dan mengembangkan empat elemen yang dapat digunakan untuk menganalisis rantai pasok, yaitu struktur jaringan, rantai proses bisnis, manajemen rantai dan jaringan, dan sumberdaya rantai. Untuk dapat lebih jelas mengetahui hubungan antara satu elemen dan elemen lain dapat dilihat pada gambar 4. Struktur jaringan rantai pasok menjelaskan batas dari jaringan rantai pasok dan mendeskripsikan anggota utama dan anggota pendukung didalam jaringan rantai pasok, selain itu juga jaringan rantai pasok akan menjelaskan peran-peran dari para anggota rantai pasok, serta menjelaskan mengenai konfigurasi kelembagaan yang terdapat didalam jaringan. Rantai proses bisnis digunakan untuk menjelaskan aktivtias bisnis yang didesain memproduksi output baik berupa produk fisik ataupun servis dan informasi. Aktivtias bisnis yang dijelaskan pada rantai proses bisnis yaitu pengembangan produk, pemasaran, keuangan, dan manajemen hubungan pelanggan. Manajemen jaringan dan rantai merupakan kordinasi dari struktur manajemen jaringan yang memfasilitasi lembaga-lembaga terkait didalam rantai pasok untuk membuat keputusan dengan menggunakan sumberdaya rantai sehingga tujuan FSCN dapat tercapai. Menurut Lambert dan Cooper (1998) ada dua komponen manajerial didalam rantai pasok yang pertama adalah komponen teknik dan fisik dan yang kedua adalah komponen manajerial dan perilaku. Sumberdaya rantai diguakan untuk memproduksi suatu produk dan mengantarkan kepada pelanggan, sumberdaya rantai terdiri dari sumberdaya manusia, sumberdaya fisik, dan sumberdaya teknologi. Fungsi dan Biaya Pemasaran Menurut Kotler (2003) ada tiga fungsi pokok pemasaran yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran adalah kegiatan yang memperlancar perpindahan hak milik dari barang dan jasa yang dipasarkan yang terdiri atas fungsi pembelian dan fungsi penjualan, fungsi fisik merupakan semua kegiatan yang berlangsung dengan barang atau jasa sehingga menimbulkan kepuasan tempat, bentuk dan waktu. Kegiatan yang termasuk ke dalam fungsi

16 fisik adalah kegiatan penyimpanan, pengolahan dan pengangkutan, dan fungsi fasilitas merupakan semua kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Untuk menjalankan fungsi-fungsi pemasaran akan diperlukan beberapa jasa pendukung lainnya, antara lain jasa pengolahan pasca panen (seperti pembersihan, penyimpanan, pemeliharaan) dan jasa transportasi. Anggota-anggota dalam FSCN Peran setiap anggota FSCN yang terlibat Struktur Rantai Pasok Hubungan proses bisnis rantai, Pola distribusi, Anggota rantai pendukung, Perencanaan & penelitian kolaboratif, Jaminan identitas merek, Aspek risiko, dantrust building Sasaran Rantai Pasok Manajemen Rantai dan Jaringan Proses Bisnis Rantai Pasok Kinerja Rantai Pasok Pemilihan mitra Kesepakatan kontraktual Sistem transaksi Dukungan pemerintah Kolaborasi rantai pasok Sumber Daya Rantai Pasok Sumber daya fisik Sumber daya teknologi Sumber daya manusia Sumber daya modal Gambar 4. Kerangka Analisis Rantai Pasok Berdasarkan FSCN Sumber : Vorst (2006) Dalam proses pemasaran produk pertanian dari produsen hingga konsumen akhir, terjadi peningkatan nilai tambah baik berupa nilai guna, tempat maupun waktu. Hal ini disebabkan oleh pelaksanaan fungsi produksi sebelum produk pertanian sampai ke konsumen. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pertanian sebagaimana telah dijelaskan terdahulu antara lain mencakup fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitasi Fungsi pertukaran terdiri dari fungsi penjualan dan pembelian. Dalam melakukan fungsi penjualan, produsen harus memperhatikan kualitas, kuantitas, bentuk dan waktu yang diinginkan konsumen atau partisipan pasar dari rantai pemasaran berikutnya. Selain itu fungsi pertukaran juga menjadi titik penentuan harga pasar. Sesuai dengan karakteristik konsentrasi distributif pada sistem tataniaga produk pertanian, fungsi pembelian umumnya diawali dengan aktivitas mencari produk, mengumpulkan dan menegosiasikan harga. Fungsi penyimpanan adalah turunan dari fungsi fasilitas, dimana menurut Subagya (1988) penyimpanan juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan dan usaha untuk melakukan pengurusan, penyelenggaraan dan pengaturan barang

17 persediaan di dalam ruang penyimpanan. Fungsi penyimpanan erat kaitannya didalam penyelenggaraan rantai pasok, dimana agar produk pertanian tertentu selalu tersedia dalam volume transaksi dan waktu yang diinginkan harus dilakukan pengelolaan stok produksi tahunan maka fungsi penyimpanan memainkan peran didalam kasus ini. Fungsi transportasi ada karena biaya transportasi telah memainkan peran yang luar biasa dalam pemasaran produk pertanian. Biaya transportasi terendah dari lokasi produksi akan menentukan keunggulan komparatif suatu produk pertanian. Untuk jenis komoditi tertentu, truk mungkin menjadi alat transportasi dengan tarif termurah, namun untuk komoditi lain bisa jadi kereta apilah yang termurah. Dengan demikian bila dalam tata niaga mungkin saja terjadi disparitas harga produk pertanian yang sama, sebagai akibat perbedaan jarak antara sentra produksi dan lokasi penjualan (pasar). Disparitas harga tersebut besarnya adalah harga pasar dikurangi biaya transport. Dari uraian di atas diperoleh informasi bahwa biaya transportasi tidak hanya dipengaruhi oleh perbedaan lokasi produksi, tetapi juga lokasi agroindustri di mana produk pertanian diolah lebih lanjut. Selain itu fungsi transportasi berhubungan timbal balik dengan fungsi pengolahan dalam hal ukuran dan kualitas produk yang ditransaksikan. Fungsi sortasi dan grading pada umumnya terjadi karena harga produk semakin mahal seiring dengan semakin tingginya kualitas dan ukuran produk, maka produsen dan penjual berusaha untuk tidak memasarkan produk dengan ukuran terkecil dan kualitas terendah agar dapat menutup biaya pemasaran. Hal ini merupakan alasan pentingnya ditentukan ukuran dan tingkatan kualitas produk pertanian (grade) sebelum dipasarkan. Standarisasi dan grading merupakan fungsi penunjang keberhasilan atau kelancaraan terjadinya transaksi. Standarisasi merupakan kegiataan yang meliputi penetapan standar untuk produk, pengolahan produk dalam rangka penetapan standar-standar yang sesuai dan bila perlu dilakukan tindakan pengorganisasian sesuai dengan standar yang ditetapkan (Assauri, 1987). Apabila produk mempunyai kualitas, ukuran dan jenis yang seragam serta nilai ciri-ciri sesuai dengan standar yang ditetapkan, maka konsumen dapat membeli produk tersebut dengan kepercayaan bahwa produk itu sesuai dengan kebutuhannya (Assauri, 1987) Fungsi pembiayaan mencakup fungsi pengelolaan sumber daya dan pengalokasian dana, termasuk pengaturan syarat-syarat penbayaran atau kredit yang dibutuhkan dalam rangka usaha untuk memungkinkan barang atau produk mencapai konsumen akhir. Kegiatan fungsi-fungsi pemasaran yang memerlukan dana atau pembiayaan adalah pembelian atau penjualan, biaya penggudangan, biaya angkut pengepakan, sortasi dan kegiatan promosi (Assauri, 1987) Fungsi penanggungan resiko dalam pemasaran barang dan jasa terjadi karena selalu terdapat sejumlah resiko yang tidak dapat dihindarkan. Resiko yang terdapat dalam pemasaran mencakup penurunan mutu, kehilangan, kerusakan, perpanjangan kredit dan perubahan penawaran atau permintaan yang semuanya berdampak terhadap harga. Resiko ini disebabkan pergerakan atau pemindahan barang melalui saluran pemasaran yang sering memakan waktu (Assauri, 1987). Fungsi informasi dibutuhkan dalam menetapkan keputusan yang akan diambil untuk pemasaran suatu produk. Informasi pasar mengenai produk apa dan produk yang bagaimana yang diinginkan oleh kelompok konsumen yang ingin dilayani serta berapa besar jumlahnya akan sangat menentukan keberhasilan pemasaran

18 produk yang dihasilkan. Untuk dapat menentukan produk yang akan dihasilkan dengan tepat maka dibutuhkan informasi, baik dari konsumen maupun informasi tentang perusahaan pesaing. Informasi pasar yang dikumpulkan berupa data data yang harus dinilai atau dianalisis dan diimplementasikan untuk dapat melihat situasi dan kondisi yang dihadapi dalam pemasaran produk. Baik tidaknya hasil penganalisaan informasi pasar ditentukan oleh kelengkapan dan ketepatan data serta metode analisa yang digunakan. Keahlian tenaga penjual diuji dengan melihat kemampuan dalam menganalisa data dan informasi pasar (Assauri, 1987). Saluran Pemasaran Apabila rantai pasok menurut Baatz (1995) merupakan keseluruhan proses dari bahan mentah mulai diproduksi hingga menjadi produk yang habis masa pakainya, maka saluran pemasaran merupakan bagian dari rantai pasok karena menurut Bayuswastha (1982) mendefinisikan saluaran pemasaran sebagai sekelompok pedagang dan agen perusahaan yang mengkombinasikan antara pemindahan fisik dan nama dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu dan Bovee dan Thill (1992) menyatakan bahwa saluran pemasaran adalah sebuah sistem yang dirancang untuk memindahkan barang dan jasa dari produsen ke konsumen, yang terdiri dari orang-orang dan organisasi yang didukung oleh berbagai fasilitas, peralatan, dan sumber daya informasi. Sehingga saluran pemasaran fokus pada menggerakan barang dari produsen hingga ke konsumen seperti pendapat Levens (2010) yang mendefinisikan saluran pemasaran sebagai jaringan semua pihak yang terlibat dalam menggerakkan produk atau jasa dari produsen ke konsumen atau pelanggan bisnis dan Kotler dan Armstrong (2008) menjelaskan bahwa dalam menyediakan produk dan jasa bagi konsumen, anggota saluran menambah nilai dengan menjembatani kesenjangan waktu, tempat, dan kepemilikan utama yang memisahkan barang dan jasa dari mereka yang akan menggunakannya. Bentuk saluran pemasaran yang paling sederhana adalah pemasaran langsung atau langsung atau zero-level channel, dimana produsen sekaligus memasarkan produk atau jasanya langsung kepada konsumen. Sedangkan pemasaran tidak langsung melibatkan satu atau lebih perantara antara produsen dan konsumen. Jenis pemasaran tidak langsung terdiri dari 1-level channel, 2-level channel, dan 3-level channel. Dengan adanya perantara tersebut efisiensi dan efektivitas saluran pemasaran akan tercapai. Pemasaran langsung maupun tidak langsung dapat dilakukan dengan cara business to consumer (B2C) atau business to business customers (B2B).

19 Gambar 5.Pemasaran Produk Non Pertanian (a) dan Produk Pertanian (b) Sumber : Sudiyono (2004) Berdasarkan Gambar 5(a) diketahui bahwa pada pemasaran produk non pertanian lokasi produsen terkonsentrasi dan barang yang dihasilkan dapat direncanakan secara cermat, mengenai jumlah, mutu dan waktu pembuatan barang. Produsen produk non pertanian pada umumnya menghasilkan barang dalam jumlah besar, sehingga produsen dapat mendistribusikannya. Sifat distributif diindikasikan dengan penurunan volume yang ditransaksikan dari produsen sampai ke konsumen. Dari gambar 5(b) terlihat bahwa produk pertanian dihasilkan secara terpisah dan umumnya berupa bahan mentah yang masih memerlukan pengolahan lebih lanjut serta dalam jumlah yang relatif sedikit sehingga untuk menutup biaya-biaya yang diperlukan lembaga pemasaran dalam melakukan fungsi-fungsi pemasaran diperlukan volume perdagangan yang cukup besar. Gambar 6.Saluran Pemasaran Sumber: Kottler (2003) Menurut Kotler dan Armstrong (2008), saluran pemasaran terdiri dari saluran pemasaran langsung (direct marketing channel) dan saluran pemasaran tidak langsung (indirect marketing channel). Saluran pemasaran langsung tidak mempunyai tingkat perantara, sehingga perusahaan menjual langsung kepada konsumen. Sedangkan saluran pemasaran tidak langsung terdiri dari satu atau

20 beberapa perantara seperti pedagang grosir dan pedagang pengecer.untuk lebih detail mengenai saluran pemasaran barang industri menurut Kottler dapat dilihat pada gambar 6 Sifat produk dan jasa, karakteristik konsumen, persaingan, dan lingkungan bisnis akan mempengaruhi bentuk saluran pemasaran. Dalam mendistribusikan produknya tentunya saluran pemasaran memiliki strategi, pada distribusi jagung tidak ada strategi khusus dari produsen, karena sebagai produsen petani masih bersifat konvensional sehingga pengorganisasian jual beli antar kelembagaan masih sendiri sendiri, menurut Nurmalina (2010) strategi tersebut disebut saluran pemasaran konvensional karena pada pengorganisasian secara konvensional, setiap anggota bekerja secara sendiri-sendiri (independent), membeli dan menjual produk dan jasa. Saluran ini dirgulasikan sendiri tergantung kekuatan dalam masar Logistik Menurut Levens (2010) dalam Nurmalina (2010) logistik adalah koordinasi semua aktivtias yang berkaitan dengan transportasi atau pengiriman produk atau jasa yang terjadi dalam ruang lingkup sebuah perusahaan atau organisasi tunggal. Menurut Jonsson (2008), logistik dapat dideskripsikan sebagai ilmu aliran bahan yang efisien. Logistik menjadi istilah umum untuk seluruh aktifitas yang secara bekerjasama memastikan bahan dan produk agar berada di lokasi dan waktu yang tepat sehingga menciptakan utilitas tempat dan waktu. Logistik terdiri dari outbond logistic, inbound logistic, dan reverse logistic dimana outbond logistic mengontrol pergerakan produk dari titik produksi ke konsumen, Inbound logistic mengontrol pergerakan produk dari titik pemasok ke manufaktur, sedangkanreverse logistic adalah metode untuk mengembalikan produk atau jasa untuk dikembalikan, diperbaiki,atau didaur ulang. Ketiga metode tersebut menangani aliran produk, aliran uang, dan aliran informasi didalam pengaliran sebuah produk atau jasa. Aliran produk mengalir dari pemasok bahan baku, perusahaan manufaktur, penjual perantara, dan konsumen akhir. Sedangkan aliran uang mengalir berlawanan arah dari konsumen perantara ke perusahaan manufaktur dan berakhir di pemasok. Kesemua metode yang yang berada di dalam sistem logistik ini terintegrasi didalam manajemen rantai pasok. Efisiensi Pemasaran Efisiensi dalam industri pangan merupakan ukuran yang sering digunakan untuk dari kinerja pasar. Kohls dan Uhl (2002). Peningkatan efisiensi merupakan tujuan petani, perusahaan, dan konsumen karena dengan efisiensi maka kinerja pemasaran lebih baik sedangkan apabila efisiensi menurun berarti kinerja lebih buruk. Maka, apabila sistem pemasaran dikatakan efisien berarti kegiatan pemasaran yang dilakukan telah berhasil mengoptimalkan input tanpa mengurangi kepuasan konsumen. Menurut Dilana (2012) terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan dalam efisiensi pemasaran terdiri dari dua cara yang meliputi efisiensi operasional dan efisiensi harga. Efisiensi operasional yaitu situasi dimana biaya pemasaran berkurang tanpa harus mempengaruhi sisi output rasio efisiensi (Kohls dan Uhl 2002). Dalam kajian efisiensi operasional, analisis yang sering dijadikan acuan efisiensi operasional adalah analisis margin pemasaran dan farmer s share (Asmarantaka 2012). Efisiensi harga merupakan kemampuan sistem pasar untuk mengalokasikan sumber daya secara efisien dan mengkoordinasikan produksi

21 pangan serta proses pemasaran sesuai dengan keinginan konsumen (Kohls dan Uhl 2002) pernyataan ini diperkuat oleh pernyataan Asmarantaka (2012) bahwa efisiensi harga menekankan kepada kemampuan sistem pemasaran dalam mengalokasikan sumberdaya yang efisien, sehingga apa yang diproduksi produsen harus sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen sehingga dapat disimpulkan bahwa efisiensi harga dapat tercapai apabila masing-masing pihak yang terlibat puas atau responsif terhadap harga (price signals) yang berlaku dan terjadi keterpaduan atau integrasi antara pasar acuan dengan pasar di tingkat petani. Efisiensi pemasaran dalam penelitian ini dapat dilihat dari indikator margin pemasaran dan farmer s share, serta benefit cost ratio Analisis Marjin Pemasaran Pada Rantai Pasok Marjin pemasaran merupakan perbedaan atau selisih harga yang dibayarkan konsumen akhir dengan harga yang diterima petani produsen.marjin pemasaran dapat dikatakan sebagai nilai jasa mulai dari produsen hingga ke konsumen.menurut Kohl dan Uhls (2002) Marjin merupakan bagian dari harga konsumen yang tersebur pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat.sedangkan Dahl dan Hammond menggambarkan marjin sebagai perbedaan harga di tingkat lembaga pemasaran dengan harga di tingkat produsen.nilai marjin pemsaran merupakan perkalian antara marjin pemasaran dengan volume produk terjual. Menurut Asmarantaka (2012), konsep margin pemasaran merupakan perbedaan harga di tingkat petani produsen dengan harga di tingkat konsumen akhir atau di tingkat retail. Pengertian margin ini adalah pendekatan keseluruhan dari sistem pemasaran produk pertanian, mulai dari tingkat petani sebagai produsen primer sampai produk tersebut tiba di tangan konsumen akhir, dansering dikatakan Margin Pemasaran Total (MT). Pengertian margin juga sering dipergunakan untuk margin di tingkat lembaga pemasaran (Mi) yang merupakan selisih harga jual di tingkat lembaga ke-i dengan harga belinya. Dengan demikian MT = jumlah dari Mi (i = 1,2,...,n adalah perusahaan atau lembaga-lembaga yang terlibat).tingginya marjin dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti ketersediaan fisik pemasaran seperti pengangkutan, penyimpanan, pengelolaan, risiko kerusakan, dan lain lain (Limbong dan Sitorus, 1987). Untuk lebih jelas mengenai marjin pemasaran dapat dilihat pada Gambar 7, dapat dilihat bahwa margin pemasaran total (MT) merupakan selisih antara harga di tingkat konsumen akhir (Pr) dengan harga di tingkat petani (Pf). Adapun nilai margin pemasaran (value of marketing margin) adalah selisih harga pada dua tingkat lembaga pemasaran dikalikan dengan jumlah produk yang dipasarkan. Analisis Farmer s Share Pada Rantai Pasok Menurut Asmarantaka (2012) farmer s share merupakan porsi dari nilai yang dibayar konsumen akhir yang diterima oleh petani dalam bentuk persentase.kohls dan Uhl (2002) menyatakan bahwa apabila aktifitas nilai tambah utilitas pada suatu komoditas banyak dilakukan oleh petani maka nilai farmer s share yang diperoleh lebih tinggi. Menurut Asmarantaka (2012) efisiensi pemasaran harus memperhitungkan fungsi-fungsi pemasaran yang ada, biayabiaya dan atribut produk. Meskipun nilai farmer s share rendah, margin pemasaran tinggi, dan saluran pemasaran panjang, namun terdapat peningkatan kepuasan konsumen maka sistem pemasaran tersebut efisienpenanganan terhadap

22 fungsi-fungsi pemasaran yang kurang efisien dapat menyebabkan biaya pemasaran menjadi lebih tinggi, karena tujuan lembaga pemasaran adalah mencari keuntungan, maka biaya pemasaran itu dilimpahkan pada produsen atau konsumen dengan menekan harga di tingkat produsen dan meningkatkan harga di tingkat konsumen.kondisi ini mengakibatkan perbedaan harga (marjin) antara konsumen dan produsen. Menurut Kohls dan Uhl (2002) analisis tentang producer s share bermanfaat untuk mengetahui bagian harga yang diterima oleh produsen dari harga yang dibayarkan oleh konsumen dalam setiap saluran pemasaran. Keterangan : Df : Permintaan di tingkat petani (derived demand) Dr : Permintaan di tingkat konsumen akhir (primary demand) Sf : Penawaran di tingkat petani (primary supply) Sr : Penawaran di tingkat konsumen akhir (derived supply) Pf : Harga di tingkat petani Pr : Harga di tingkat konsumen akhir Qrf : Jumlah produkdi tingkat petani dan konsumen akhir Margin pemasaran : Pr Pf Gambar 7. Kurva MarjinPemasaran Sumber : Hammond dan Dahl (1977) Untuk lebih jelas mengenai marjin pemasaran dapat dilihat pada Gambar 7, dapat dilihat bahwa margin pemasaran total (MT) merupakan selisih antara harga di tingkat konsumen akhir (Pr) dengan harga di tingkat petani (Pf). Adapun nilai margin pemasaran (value of marketing margin) adalah selisih harga pada dua tingkat lembaga pemasaran dikalikan dengan jumlah produk yang dipasarkan. Analisis Farmer s Share Pada Rantai Pasok Menurut Asmarantaka (2012) farmer s share merupakan porsi dari nilai yang dibayar konsumen akhir yang diterima oleh petani dalam bentuk persentase.kohls dan Uhl (2002) menyatakan bahwa apabila aktifitas nilai tambah utilitas pada suatu komoditas banyak dilakukan oleh petani maka nilai farmer s share yang diperoleh lebih tinggi. Menurut Asmarantaka (2012) efisiensi pemasaran harus memperhitungkan fungsi-fungsi pemasaran yang ada, biayabiaya dan atribut produk. Meskipun nilai farmer s share rendah, margin pemasaran tinggi, dan saluran pemasaran panjang, namun terdapat peningkatan kepuasan konsumen maka sistem pemasaran tersebut efisienpenanganan terhadap

23 fungsi-fungsi pemasaran yang kurang efisien dapat menyebabkan biaya pemasaran menjadi lebih tinggi, karena tujuan lembaga pemasaran adalah mencari keuntungan, maka biaya pemasaran itu dilimpahkan pada produsen atau konsumen dengan menekan harga di tingkat produsen dan meningkatkan harga di tingkat konsumen.kondisi ini mengakibatkan perbedaan harga (marjin) antara konsumen dan produsen. Menurut Kohls dan Uhl (2002) analisis tentang producer s share bermanfaat untuk mengetahui bagian harga yang diterima oleh produsen dari harga yang dibayarkan oleh konsumen dalam setiap saluran pemasaran. Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya Pada Rantai Pasok Menurut Broad way dan Wildasin, rasio manfaat dan biaya mengukur perubahan ekonomi disaat terjadi perubahan didalam sumberdaya. Analisis rasio manfaat dan biaya juga secara umum digunakan untuk melihat perubahan net benefit dari aspek soial. Menurut Mehmood, et al (2011) dalam penelitian tentang analisis manfaat dan biaya padi di Punjab, Pakistan bahwa analisis manfaat dan biaya adalahmemaksimalkan perbedaan dari keuntungan dan biaya, perbedaanya disebut net benefit yang mengindikasikan efisiensi. Semakin tinggi net benefit tersebut maka semakin tinggi manfaat yang didapat oleh produsen. Rasio manfaat dan biaya merupakan alat penting untuk menemukan keenomisan suatu usahatani. rasio tersebut menghitung nilai yang diproduksi setelah mengurangi biaya dari input. Hasilnya mengindikasikan nilai pengembalian dibandingkan dengan input yang telah digunakan (Mehmood et al, 2011) Analisis Nilai Tambah Hayami Pada Rantai Pasok Jagung Menurut Hayami et. al. (1987) menyatakan bahwa nilai tambah adalah selisih antara komoditas yang mendapat perlakuan pada tahap tertentu dengan nilai korbanan yang digunakan selama proses berlangsung. Sumber-sumber dari nilai tambah tersebut adalah pemanfaatan faktor-faktor seperti tenaga kerja, modal, sumberdaya manusia, dan manajemen. Nilai tambah dapat dicapai dengan merestrukrisasi produktivitas dari harga namun yang perlu diperhatikan adalah sistem insentif yang diterapkan oleh produsen sehingga pada implementasi dari nilai tambah tersebut sehingga dapat dirasakan keuntungan yang signifikan. Menurut Coltrain, Barton, dan Borlan (2000) untuk memberikan perubahan pada nilai tambah dapat dengan cara merubah dimensi seperti waktu, lokasi, produk,atau servis, proses dan metode, dan informasi juga insentif yang diberikan. Menurut Fairbaim (2004) pada sebuah laporan Standing Senate Committee baik atau tidaknya nilai tambah yang diberikan pada suatu produk dapat terlihat dari pertambahan jumlah pekerja dan perbaikan pada komunitas pada sebuah desa, perbaikan pada nilai resiko ekonomi yang berhubungan dengan aktiftias perdagangan komoditas tersebut, stabilitas keuangan para petani, inovasi dan riset, ketergantungan terhadap harga dunia, peningkatan kualitas dan jangakauan produk di pasar, membantu memberikan solusi dalam partnership untuk sebuah rantai nilai, serta menambah kesempatan untuk petani memasarkan produknya sehingga produknya dapat dikenal luas. Menurut Setiawan (2009) analisis nilai tambah menggunakan metode Hayami juga dimungkinkan untuk melihat struktur biaya yang dikeluarkan oleh

24 masing-masing anggota rantai pasok dalam menjalankan aktivtias dalam kegiatan penyaluran jagung di dalam sebuah rantai pasokan. Kerangka Pemikiran Oprasional Produksi jagung nasional setiap tahun kiat meningkat, namun peningkaktan tersebut tidak dibarengi dengan produksi jagung yang kontinyu dengan kualitas yang memenuhi syarat. Dampak dari ketidakaadaan jagung tersebut, industri-industri berbahan baku jagung terpaksa mengimpor jagung dari luar. Di Jawa Barat sendiri, jagung memiliki produktivtias jauh melebihi jagung nasional yaitu 6,8 ton/ha namun kenyataannya pabrik berbahan baku jagung seperti produsen pakan ternak masih kesulitan mendapatkan jagung untuk bahan baku industrinya. Maka, seyogyanya Jawa Barat harus mampu memenuhi kebutuhan bahan baku jagung untuk industri tersebut agar tidak ada impor. Jawa Barat sendiri adalah salah satu produsen terbesar jagung di Indonesia, hal ini dikarenakan Jawa Barat memiliki akses lebih baik daripada provinsi lainnya untuk masalah pengaliran fisik, informasi, dan dana.walaupun telah memiliki tingkat produksi yang tinggi, komoditas jagung di Jawa Barat masih kalah dengan jagung impor karena jagung di Jawa Barat kesulitan didalam memasok jagung ke industri pakan ternak karena kualitas yang tidak seragam di tingkat petani serta stok jagung yang tidak stabil sepanjang tahun. Pedagang besar menerima jagung dari petani tidak seragam dan hanya dalam waktu beberapa bulan saja (tidak sepanjang tahun) sehingga menyulitkan suplai kepada pabrikpabrik pakan ternak. Pemerintah sendiri telah mendatangkan bantuan kepada petani di wilayah sentra penghasil jagung seperti Garut dan Majalengka berupa silo, mesin pengering, saprodi, dan lain sebagainya. Dengan adanya bantuan tersebut seharusnya dapat meningkatkan kualitas jagung yang diterima oleh pedagang besar dan seharusnya stok jagung sepanjang tahun tetap terjaga. Maka, diperlukan perbaikan didalam pemasaran agar jagung Jawa Barat dapat diterima oleh pabrik pakan ternak, perbaikan didalam pemasaran memperbaiki rantai pasok pemasaran. Maka didalam penelitian ini akan dianalisis kondisi rantai pasok jagung di Jawa Barat, kinerja rantai pasok jagung di Jawa Barat, serta analisis nilai tambah pada masing-masing aktivitas yang dilakukan anggota rantai pasok. Analisis rantai pasok jagung dapat dikaji menggunakan kerangka Food Supply Chain Network yang terdiri dari sasaran rantai pasok, struktur hubungan rantai pasok, manajemen rantai pasok, sumber daya rantai pasok, proses bisnis rantai pasok, dan kinerja rantai pasok. Kinerja rantai pasok merupakan ukuran dari keberhasilan rantai pasok, maka untuk dapat melihat dari tingkat kinerja yang dimilikinya, kinerja rantai pasok dapat diukur melalui perhitungan efisiensi pemasaran karena dalam industri pangan efisiensi merupakan ukuran yang sering digunakan untuk dari kinerja pasar.peningkatan efisiensi juga merupakan tujuan petani, perusahaan, dan konsumen karena dengan efisiensi maka kinerja pemasaran lebih baik sedangkan apabila efisiensi menurun berarti kinerja lebih buruk. Maka, apabila sistem pemasaran dikatakan efisien berarti kegiatan pemasaran yang dilakukan telah berhasil mengoptimalkan input tanpa mengurangi kepuasan konsumen. Untuk dapat melihat sejauh mana aktiftias usaha pada masing-masing anggota rantai pasok berkontribusi terhadap pendapatan dan

pekerja diperlukan pengukuran didalam nilai tambah, sehingga dapat dilihat nilai tambah yang dibuat pada tahap produksi tertentu oleh faktor faktor produksi, termasuk nilai tangible yang ditambahkan melalui transformasi bahan mentah, tenaga kerja dan barang modal, serta nilai intangible yang ditambahkan melalui modal intelektual (menggunakan aset pengetahuan) dan hubungan pertukaran (yaitu hubungan kerja sama yang dibangun).sementara, untuk dapat melihat sejauh mana aktiftias usaha pada masing-masing anggota rantai pasok berkontribusi terhadap pendapatan dan pekerja diperlukan pengukuran didalam nilai tambah, sehingga dapat dilihat nilai tambah yang dibuat pada tahap produksi tertentu oleh faktor faktor produksi, termasuk nilai tangible yang ditambahkan melalui transformasi bahan mentah, tenaga kerja dan barang modal, serta nilai intangible yang ditambahkan melalui modal intelektual (menggunakan aset pengetahuan) dan hubungan pertukaran (yaitu hubungan kerja sama yang dibangun 25

26 - Jagung sebagai bahan baku utama pakan ternak - Kesulitan didalam pemenuhan kebutuhan jagung untuk pakan ternak. Perbaikan pemasaran jagung Jawa Barat melalui perbaikan rantai pasok pemasaran jagung. Analisis rantai pasok jagung di Jawa Barat Kinerja rantai pasok Kerangka kondisi rantai pasok : 1. Sasaran Rantai 2. Struktur Rantai 3. Manajemen Rantai 4. Sumberdaya Rantai 5. Proses Bisni Rantai Pendekatan Efisiensi Pemasaran 1. Marjin Pemasaran 2. Farmer s Share 3. B/C Rasio Nilai Tambah Rekomendasi Perbaikan Rantai Pasok Gambar 8. Kerangka Pemikiran Analisis Rantai Pasok Jagung di Provinsi Jawa Barat