Kalau untuk yang satu ini mungkin bukan pekerjaan ayah, lebih pantas dikatakan panggilan

dokumen-dokumen yang mirip
dengan penuh hormat. rumah. mata.

Kring...kring...kring...pukul menunjukkan waktu 05:45 WIB.

BAB I PENDAHULUAN. mengerti. Semua itu merupakan proses perkembangan pada manusia. Widjaja

ketertiban biasakanlah mematuhi tata tertib tata tertib melatih sikap disiplin sejak kecil kita disiplin sudah besar jadi orang berguna

Masa Kecil Tanpa Tangisan

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah Singkat Berdirinya Panti Asuhan Al-Mudakkir

Ramadan di Negeri Jiran

Lampiran B.2 Kuesioner. Nama : Kelas : Alamat :

Ketika mimpi menjadi sebuah bayangan, aku menanyakan "kapan ini akan terwujud?" Mungkin nanti, ketika aku telah siap dalam segalagalanya

.satu. yang selalu mengirim surat

BAB V PEMBAHASAN. A. Bentuk-Bentuk Hukuman di Pondok Pesantren Al-Mursyid Ngetal

BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA DINI DI TK PELITA BANGSA

@RachmatWilly BUKAN BANCI BIASA. Penerbit GHD Publishing

BAB IV HASIL ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA BURUH TANI DALAM MEMBINA KEBERAGAMAAN ANAK DESA BUMIREJO ULUJAMI PEMALANG

Buatlah pertanyaan tentang bermain gobak sodor! Sampaikan kepada gurumu dan teman-temanmu!

TATA TERTIB SANTRI PESANTREN AL-MA TUQ

Semua kupersembahkan untukmu..

BAB II PROFIL INFORMAN. mendasari mengapa penelitian gaya komunikasi manajemen konflik interpersonal

Memelihara kebersihan lingkungan merupakan salah satu contoh aturan yang ada di masyarakat.

LIFE HISTORY. Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun

BAB I PENDAHULUAN. membimbing, dan mendisiplinkan, serta melindungi anak untuk mencapai

BAB IV DINAMIKA PROSES PENDAMPINGAN. A. Pendekatan Awal dan Membangun Hubungan. pertengahan April Awal kedatangan di Yayasan Embun Surabaya

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Analisis Kondisi Kecerdasan Interpersonal Santri Di Pondok. Pesantren Al- Utsmani Winong Gejlig Kajen

BAB IV ANALISIS DATA TENTANG TOLONG MENOLONG SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAARUN NAJAAH JERAKAH TUGU SEMARANG

(Aku Melihatnya & Dia Melihatku)

BAB I PENDAHULUAN. ini melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yaitu pendidikan yang ditujukan

Ah sial aku selingkuh!

Tresno Bapak. Saya menghabiskan hari pertama untuk keliling kota bersama Big Bro, maklum

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan akhlak karimah. terhadap Allah SWT di SMP Islam Al Azhaar Tulungagung

BAB III PERKEMBANGAN KEAGAMAAN ANAK BURUH PABRIK DI WONOLOPO

kompetensi dasar Peta Konsep bagian tempat atau bangunan Kata Kunci

BAB III KARAKTER TANGGUNG JAWAB ANAK YANG BERADA DI SANGGAR GENIUS CEU WITA YATIM MANDIRI

Baru dapat 1,5 kilogram kotor, kata Tarsin dalam bahasa Jawa, akhir Maret lalu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang

KUESIONER AYAH BUNDA CALON SANTRI AL-IHSAN BOARDING SCHOOL (IBS) YAYASAN WAKAF AL-IHSAN RIAU Tahun Pelajaran 2017/2018

Siang itu terasa sangat terik, kami merasa lelah

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh,

Ramadan Spesial di Pusat Negeri Tiongkok

Di Rusun Mereka "Dimanja", di Perahu Mereka Menderita...

Bayangan Merah di Laut dan Tempat Untuk Kembali:

Kesatu: Bertemu Tenis Meja Lewat Arena Sederhana

banyak sudah mewarnai perjalanan hidup kami. Jika sebagian anak-anak lain berada dalam lingkungan rumah adem-ayem, tidak demikian dengan kami,

BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. (punishment) sebagai ganjaran atau balasan terhadap ketidakpatuhan agar

SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2012 DAFTAR RUMAH TANGGA I. PENGENALAN TEMPAT II. KUNJUNGAN PETUGAS TANGGAL BULAN

KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB IV ANALISIS UPAYA MAHASISWA SANTRI DALAM MENCAPAI PRESTASI BELAJAR DI STAIN PEKALONGAN. (Studi Kasus Mahasiswa PAI Angkatan 2013 di

BAB 6 HASIL RANCANGAN

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. Alalak Kabupaten Barito Kuala dengan batas-batas sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

JAM SEBAGAI STARTING POINT DALAM PEMBELAJARAN SUDUT DI SEKOLAH DASAR. Oleh Shahibul Ahyan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Seorang siswa mempunyai tugas utama yaitu belajar. Belajar

BAB III MENELUSURI WILAYAH DAN MASYARAKAT DESA RENDENG. berbatasan dengan Desa Tileng, Sebelah Timur Desa Malo dan sebelah barat

BAB I PENDAHULUAN. 2011), hlm. 9. (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), hlm Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga,

"Tapi mimpi itu inspirasi. Aku ragu untuk melangkah tanpa aku tau mimpiku."

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

MEMOAR 1. Aku Anak Nelayan

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

Mungkin hatinya merasakan sesuatu yang aneh. Apakah mungkin terjadi sesuatu? Semoga semuanya baik-baik saja.

BAB III PENYAJIAN DATA

LAMPIRAN. Ziesel (1981) didalam bukunya mengatakan bahwa : they do. How do activities relate to one another spatially. And how do spatial

kegiatan sehari hari pelajaran 2

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar sejak manusia lahir hingga akhir hayatnya. Havighurst dalam Bimo

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA. Hasil penelitian melalui wawancara dengan tiga keluarga di RT 14 Kelurahan Way Halim Bandar Lampung:

hijau tuanya, jam tangannya dan topinya. Ia sempat melihat Widya masih sedang membuat sarapan di dapur dekat kamar mandi. Dan pada saat kembali ke

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanyut oleh arus globalisasi, tetapi sebaliknya ia mampu mewarnai dan

No: IDENTITAS RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Panti Sosial Asuhan Anak adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial

Kejadian Sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dapat menetap dalam jangka waktu lama. Setiap lingkungan tempat tinggal

Izinkan Aku Mencintaimu Ukhti

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti

RIZAL YULIUS BILI BANI

INDONESIAN EXAM SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL-HIKMAH BENCE. Apek penilaian mendengar dan berbicara. Apek penilaian membaca dan menulis

Aku selalu suka sebuah pertemuan, karena buat ku pertemuan adalah awal dari kisah yang mungkin bisa dikenang atau untuk dibuang.

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL DAN KENDALA PENDAMPINGAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut. sebagai masa-masa penuh tantangan.

BAB IV ANALISIS PEMAHAMAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANAK JALANAN DI DESA ROWOSARI KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

4. Dalam pemilihan ketua pondok apakah santri akan mendukung calon yang dekat dengannya? 5. Jika dalam ujian santri tidak bisa mengerjakan soal, apa

Bolehkah kuhapus air matamu ibu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beberapa tahun terakhir, beberapa sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai

Dalam majalah As-sunnah edisi 7 & 8 disebutkan ada sepuluh kiat-kiat praktis sebagai ikhtiar merekatkan cinta kasih suami isteri :

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

RIDHO KURNIAWAN. Aku duduk dengan santai Menunggu apa yang kusukai Menikmati sesuatu yang menenangkan hati Pemberian Ilahi yang tak tertandingi

bab 2 satuan pengukuran waktu tema makanan dan kesehatan

PERGURUAN DINIYYAH PUTERI PADANG PANJANG ISLAMIC BOARDING SCHOOL FOR YOUNG MUSLIMAH

DAFTAR ISI. Christmas Gift 5. Helai Daun Terakhir 17. Houi Dan Chana 27. Issun Boushi 35. Ikkyuu-San 85. Lukisan Sang Putri 61.

Seorang wanita memiliki kesempatan dan potensi yang lebih. besar untuk berperan secara langsung dalam pendidikan anak, terlebih

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

Chapter 1 A Pieces Love And Red Maroon Betta Fish

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu akan melewati beberapa

PROGRAM ASRAMA SMA PLUS NEGERI 17 PALEMBANG

1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu?

Transkripsi:

1 Dikala shubuh aku terlahir ke dunia ini, tepatnya pada hari ketiga dibulan juni, dua puluh lima tahun yang lalu. Dalam cerita ini aku tidak ingin menyebutkan dimana daerah tempat aku dilahirkan, karena rasanya itu tidak perlu, hanya salah satu desa kecil yang ada di negeri ini. Biarlah aku sendiri yang menyimpan kebanggan terhadap tanah kelahiranku. Dalam keluarga, aku adalah anak satusatunya. Hingga sekarang ayahku masih seorang petani yang hanya memiliki sepetak sawah sebagai lahan utama untuk menghidupi keluarga. Tapi, dia belum melupakan pekerjaan serabutan yang lain, karena dari dulu dia cukup cekatan untuk melakukan berbagai pekerjaan yang sering dilakukan oleh lakilaki. Kalau untuk yang satu ini mungkin bukan pekerjaan ayah, lebih pantas dikatakan panggilan

hati dan kewajiban yang harus dia tunaikan. Ayah juga seorang ustad yang cukup dihormati di desa. Sedangkan mengenai Ibu, dia hanya seorang Ibu rumah tangga biasa, pekerjaan yang sering dilakukan adalah membantu ayah di sawah. Namun yang sangat berarti dari sikapnya adalah jiwa penyayang dan penyabarnya terhadap keluarga, dia Ibu yang sekaligus menjadi istri soleha dalam keluarga kami. Aku dan Ayah sangat menyayanginya. Dari segi ekonomi aku menilai kami adalah keluarga yang sangat sederhana, meski tidak juga dikatakan berkekurangan. Cukuplah sepetak sawah dan beberapa kerjaan serabutan ayah untuk menafkahi kami, keluarga kecilnya. Rumah kami kerap terlihat sepi, hanya dihuni ayah, Ibu dan saya sebagai satu-satunya anak mereka. Tapi menilik latar belakang ayah dan Ibu, sebenarnya mereka berasal dari keluarga yang besar, aku punya banyak sanak famili yang sama-sama 2

tinggal di desa ini, dan sebagian lagi ada juga yang sudah merantau ke kota. Kami biasanya berkumpul pada saat Idul Fitri atau acara keluarga tertentu. Dalam hal agama, keluarga kami sangat menjunjung tinggi itu. Sejak berusia muda ayah sudah dikenal sebagai ustad di desa, dan tentunya sebagai Imam keluarga, dia juga disiplin memberikan pendidikan agama kepada kami. Sedari kecil aku sudah diajarkan tentang disiplin dan Islam. Shalat, mengaji, dan berprilaku sebagai seorang muslim. Aku diberi pemahaman tentang kewajban mutlak manusia hidup di dunia ini melalui kebenaran agama yang kuyakini. Suatu ketika ayah pernah berkata padaku Belajar agama dari kecil seperti mengukir di atas batu, sedangkan jika di usia tua sama saja seperti mengukir di atas air. Meski sebenarnya tidak pernah ada kata terlambat untuk memahami agama, tapi lebih baik jika dimulai dari usia dini. 3

Seperti ini rutinitas yang biasa kulakukan tiap hari, pagi mengantarkan sarapan ayah ke sawah, yang selepas shubuh ayah sudah berada di sana, kemudian baru berangkat ke sekolah. Di sore harinya kembali ke sawah untuk membantu ayah atau melakukan pekerjaan apa saja yang bisa dilakukan di rumah, kadang juga mengisi waktu kosong dengan mengerjakan tugas sekolah dan bermain bersama teman-teman. Menjelang maghrib aku dan ayah sudah berada di mesjid, shalat dan mengaji, hingga setelah isya baru kami pulang kerumah. Di rumah, Ibu sudah menunggu kami dengan makan malam yang sudah dia sediakan. Malam hari adalah waktu untuk kami berkumpul, berbincang tentang kejadian apa saja yang seharian ini kami alami. Sebenarnya tetap seperti malam-malam biasanya, tidak ada yang berubah, tapi nilai yang terasa dari saat-saat seperti 4

itu adalah moment kedekatan antara ayah, ibu dan aku yang kian bertambah hari demi hari. Di sekolah aku bisa dikatakan sebagai siswa yang pandai, jika itu dilihat dari nilai raportku yang selalu mendapat peringkat 5 besar. Aku bersekolah di satu-satunya sekolah dasar negeri yang ada di desa. Mungkinkah karena aku anak dari seorang ustad yang dihormati, juga termasuk siswa yang dikatakan pandai, maka guru, teman-teman dan masyarakat desa banyak yang senang padaku?. Tapi yang jelas, itu bukan menjadikan aku sombong. Aku merasa waktu itu hanyalah seorang anak kecil yang masih lugu, coba menjadi bocah baik sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh kedua orang tuanya. Setelah melewati beberapa tahun, akhirnya aku menyelesaikan pendidikan di sekolah dasar, begitu besar niatku untuk dapat melanjutkan ke jenjang berikutnya. Itu juga menjadi keinginan dari 5

kedua orang tuaku, khususnya mereka mengharapkan aku bisa masuk ke pesantren. Mungkin saja karena di pesantren biaya pendidikanya lebih murah, atau mungkin mereka tidak mampu membiyayai sekolahku di SMP umum lainya. Tapi rasanya itu sama sekali bukan menjadi alasanya. Dari dulu ayah berharap agar nanti aku dapat memperdalam ilmu agama di pesantren, selain itu menurutnya sekarang ini pesantren bukan hanya lembaga pendidikan yang mengajarkan ilmu agama saja, sehingga dengan bersekolah disana artinya aku bisa mendapatkan manfaat yang lebih dibandingkan sekolah umum lainya. Dengan keinginan sendiri, aku menyetujui pendapat ayah. Bukan berarti aku menurut saja apa katanya, lagipula ayah tipe orang yang demokratis dalam keluarga, bukan orang tua yang suka memaksakan kehendak. Lebih dari semua itu, aku 6

yakin pastilah kedua orang tuaku selalu ingin yang terbaik untuk anaknya. Di desa kami waktu itu hanya ada dua sekolah dasar, dua sekolah menengah pertama, satu sekolah menengah atas, dan tidak ada pesantren yang termasuk di antaranya. Maka ayah harus pergi ke luar desa untuk mencari pesantren bagiku, menuju kesana harus menempuh perjalanan selama empat jam menggunakan bus umum. Rasanya tidak perlu juga aku menyebutkan nama pesantrenku. Diantara banyaknya pesantren yang ada di negeri ini, pesantrenku mungkin tidak terlalu dikenal, lokasinya terletak di pelosok, santrinya pun tidak terlalu banyak. Maka biarlah pesantren itu tetap kukenang sendiri sebagai tempat pertama kali aku mencari ilmu agama dan pengalaman hidup. 7

Cerita yang begulir selanjutnya, adalah aku yang mulai hidup dalam dunia santri. Berteman dengan sesama santri dan secara khusus belajar tentang segala hal yang berhubungan dengan agama Islam. Mungkin itu bukanlah hal yang baru, karena sejak kecil aku memang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang taat. Tapi ada yang sedikit berbeda, ilmu agama yang kutemukan di pesantren diajarkan secara lebih mendetail, santri tidak hanya dibimbing oleh satu orang guru, tapi beberapa orang yang paham akan agama. Tingkat pengetahuan agama ustad-ustad disana bahkan mungkin lebih dari ayahku, pernah ayah bercerita bahwa salah satu guru di pesantren ini adalah guru yang pernah membimbing ayah juga, hanya saja waktu itu ayah tidak sempat mengecap pendidikan di sekolah pesantren, diwaktu muda dia belajar agama hanya secara otodidak dengan 8

mencari guru yang mau secara sukarela membagi pengetahuanya. Menurutku memang begitu seharusnya ilmu agama disebarkan, itu termasuk dalam metode dakwah yang harusnya tak kenal pamrih dan tandeng aling-aling. Ayahku sama seperti Ibuku, hanya tamatan sekolah dasar saja. InsyaAllah dengan niat dan kesungguhan yang tulus aku dapat menjadi semakin mengerti tentang kebenaran Islam melalui pendidikan di pesantren ini. Tentunya kita semua tahu bahwa pesantren memang institusi pendidikan yang lebih identik dengan pendidikan agama selain pendidikan formalnya, tapi kehidupan di dalam pesantren tidak terlepas dengan berbagai tingkah laku kami sebagai santri yang turut mewarnai institusi pendidikan ini. Pesantren tempat sekolahku tidak semewah pesantren lain atau sekolah-sekolah yang juga menyediakan asrama bagi siswanya. Sama halnya 9

jika dibandingkan dengan sekolah umum, sekolah pesantrenku ini terdiri dari tingkatan SMP hingga SMA. Bangunanya tidak seluruhnya terbentuk dari coran semen, sebagian dinding kelas masih terbuat dari anyaman bambu dan beratap rumbia. Asrama tempat kami menginap juga sekedar menjadi tempat yang aman buat tidur dan berteduh saja, kadang kami terlelap beralaskan tikar jika bosan tidur di atas ranjang bambu. Ruangan kamar kami mungkin bisa dikatakan cukup luas, tapi bisa terlalu sesak karena dihuni oleh sepuluh hingga lima belas santri. Hanya untuk urusan mandi, cuci atau buang air yang mungkin tidak terlalu dipersoalkan, ada tempat permandian umum yang terletak di belakang asrama, terdapat dua sumur dan dua kakus disana. Jika ingin lebih leluasa lagi melakukan semua aktifitas keseharian itu, lokasi asrama kami juga sangat dekat dengan sungai, hingga disana bisa 10

bebas untuk mencuci, mandi, atau buang hajat, yang tentunya tetap dengan cara yang benar. Sehari-hari kami terbiasa melakukan segalanya secara bersama-sama, shalat, mengaji, belajar, mengerjakan tugas, tidur, makan, dan hal umum lainya. Untuk makan, kami memiliki ruang khusus yang sekaligus menjadi dapur umum di pesantren ini. Pihak pesantren mengupah tukang masak yang bertugas untuk mengurus segala hal yang berhubungan dengan ketersediaan makanan di pesantren. Didalam ruangan makan berjejer bangkubangku dan meja-meja panjang. Pada saat jadwal makan, tiap bangku harus ditempati sesuai dengan orang-orangnya, ada yang ditempati oleh guru atau para ustad, dan yang lainya ditempati santri-santri yang dibedakan dari angkatan masuk ke pesantern ini. Waktu makan hanya akan dimulai sesuai jadwal, dan didahului dengan doa bersama yang tiap harinya 11

dipimpin secara bergantian dan teratur oleh masingmasing santri. Jadwal makan adalah termasuk saat yang paling ditunggu oleh para santri, ada kebersamaan dalam acara santap bersama ini. Sebenarnya ketika dalam ruangan itu, kami masih terikat oleh peraturan tentang adab makan yang benar, namun sebagai santri muda kamipun masih saja kerap bersenda gurau. Peraturan jadi tidak terlalu diindahkan, karena tidak terlalu digubris juga oleh para ustad atau senior kami, mungkin selagi itu masih dalam batas yang normal. Jika mengenang kisah waktu di pesantren dulu, aku menjadi sadar bahwa tidak semua orang tua memilki tujuan utama menyekolahkan anaknya di pesantren untuk memperdalam ilmu agama. Kadang pesantren dianggap sebagai tempat penampungan untuk anak mereka yang berulah, atau nakal. Hingga dengan belajar agama mungkin 12

orang tua mereka berpendapat tabiat dari anaknya tersebut dapat berubah. Dipesantren aku bertemu dengan para santri yang memiliki beragam sikap dan tabiat, tapi biar bagaimanapun jika memang ada kenakalan, diantaranya ada yang masih tetap menjadi kawajaran di usia kami, meski ada juga santri yang sudah keterlaluan. Tabiat asli memang sulit untuk dirubah tapi perlahan-lahan kami dapat mengambil faedah dari tujuan utama menempuh pendidikan di pesantren. Banyak kisah yang terjadi, menceritakan bagaimana prilaku keseharian kami sebagai anak santri yang keseharianya tidak terlepas dari adab dan tata tertib, aturan mengikat supaya kami bisa disiplin berdasarkan ajaran agama Di dalam pesantren kami adalah keluarga, makan, tidur bahkan mandi sering beramai-ramai. Kisah suka duka, bagaimana kami saling berbagi di 13

dalam satu asrama, terkadang tetap ada silang sengketa kecil untuk masalah-masalah sepele. Kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan dan akan mendapat sanksi yang sangat keras adalah menjalankan shalat lima waktu, mengaji dan mengkaji ajaran agama berdasarkan bimbingan ustad pesantren kami. Kedisplinan aturan pesantren kadang juga pernah menjadi kisah konyol yang pernah terjadi, rambut kawan-kawanku pernah digunduli secara sembarangan oleh para senior karena kedapatan merokok. Ada juga santri yang sedikit pelit, menyembunyikan makanan dalam lemari hingga busuk dan dikerubungi semut, kalau sampai ketahuan sudah pasti dia akan jadi bahan pergunjingan. Unsur senioritas berperan dalam kehidupan selama di asrama, kami harus menuruti apa yang mereka katakan. Beberapa diantara mereka ada 14

yang benar-benar pantas untuk dijadikan panutan, tapi sebagian lagi ada yang menganggap kami hanya junior yang pantas dijadikan kacung dan bulanbulanan mereka. Selama di pesantren, para santri tidak hanya dididik menjadi pandai dalam hal ilmu agama atau pengetahuan umum lainya saja, tapi juga harus menjadi manusia yang sehat, karena tanpa itu semuanya rasanya tidak berarti. Kegiatan extrakurikuler yang paling kugemari adalah olahraga silat. Sebenarnya sejak usia tujuh tahun aku sudah mulai berlatih silat, guru silatku adalah ayah sendiri. 15

16