KONTRIBUSI BERLATIH OLAHRAGA DI KLUB TERHADAP PENDIDIKAN DI SEKOLAH

dokumen-dokumen yang mirip
TUJUAN DAN FUNGSI PENJAS

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tentu di dalamnya ada proses pembelajaran. Apabila

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar

85. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

: Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK)

62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran

57. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

prilaku hidup sehat peserta didik, dalam kehidupan sehari-hari (Suroto, 2009).

D. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas X, Semester 1

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui. aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai

Membangun Kedisiplinan Melalui Aktivitas Berlatih Di Klub Pembinaan Olahraga Prestasi. Oleh: Danang Wicaksono

Analisis SKKD Gerak. Aris Fajar Pambudi FIK UNY

I. PENDAHULUAN. kemampuan yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah yang. berlangsung seumur hidup. Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks penelitian. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

terhadap kepribadian pelakunya. Kegiatan yang untuk menggunakan tubuh secara menyeluruh dalam bentuk permainan atau pertandingan/ perlombaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara

PROGRAM PEMBELAJARAN P J O K KELAS VI - SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Defri Mulyana, 2013

PROGRAM PEMBELAJARAN P J O K KELAS II - SEMESTER 1

BAB I PENDAHULUAN. fungsi antara pengembangan aspek: (a) organik, (b) neuro moscular,(c)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Donny Suhartono, 2013

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI. Mata Pelajaran

II. TINJAU PUSTAKA. Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan yang diarahkan untuk. mendorong, membimbing, mengembangkan dan membina kemampuan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan

PENDIDIKAN LUAR KELAS SEBAGAI KURIKULUM PENJAS

I. PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak besar pada perkembangan

STUDI KOMPARATIF PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kerjasama yang baik untuk membentuk suatu tim. Kecerdasan dalam mangatur

BAB I PENDAHULUAN. investasi jangka panjang dalam upaya pembinaan mutu sumber daya manusia.

PROGRAM SEMESTER TAHUN PELAJARAN 2016 / 2017

PROGRAM TAHUNAN (PROTA)

PROGRAM PEMBELAJARAN P J O K KELAS IV - SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup sehat yang lebih baik lagi. Olahraga adalah proses sistematik yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek, baik kognitif, efektif maupun fisik motorik. besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Contohnya berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROGRAM PEMBELAJARAN P J O K KELAS III - SEMESTER 2

KOMPETENSI DASAR PENJASORKES SEKOLAH DASAR KELAS I - VI. Kompetensi Dasar Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan atau bagian hidup yang tidak dapat ditinggalkan. dan kebiasaan sosial maupun sikap dan gerak manusia.

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SDLB TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani ditandai dengan proses mempelajari gerak

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU TAHUN 2011

O. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SMPLB TUNADAKSA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan Model Pendekatan Taktis Dan Pendekatan Tradisional Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan filosofi yang mendasari pendidikan jasmani. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, agar menjadi manusia dewasa dan bertanggung jawab. Pendidikan jasmani

PROGRAM PEMBELAJARAN P J O K KELAS V - SEMESTER 2

AKTIVITAS PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SEBAGAI PENGEMBANGAN KETERAMPILAN GERAK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) 1

BAB I PENDAHULUAN. kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PROGRAM PEMBELAJARAN P J O K KELAS IV - SEMESTER 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Riska Dwi Herliana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Zulia Rachim, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat olahraga merupakan kegiatan fisik yang mengandung sifat

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi.

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan

TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan, mata pelajaran ini

PEDOMAN BENTUK LATIHAN GERAK DASAR LOKOMOTOR (LOMPAT DAN LONCAT) MELALUI PERMAINAN UNTUK ANAK TUNAGRAHITA TINGKAT SMALB- C

SKRIPSI. Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1 Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan. Oleh: Ayu Gandhy Pratiwi

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Enjang Risan Solehudin, 2013

I. Pendahuluan. berlangsung seumur hidup. Berdasarkan undang-undang No.20 tahun. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

O. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SMPLB TUNARUNGU

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga usia 8 tahun. Pendidikan bagi anak usia dini dilakukan melalui

MODEL PENGEMBANGAN KID S ATHLETIC S

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SDLB TUNAGRAHITA

BAB I PENDAHULUAN. tetap dapat menempatkan diri pada kedudukannya yang mulia dan dapat

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN DASAR MULTILATERAL MAHASISWA PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bola basket di Indonesia telah berkembang sangat pesat. Event kejuaraan olahraga

2015 KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON

MEMBENAHI SISTEM PEMBINAAN OLAHRAGA KITA Oleh: Agus Mahendra

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter bangsa dari suatu negara. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Sesuai dengan aktivitas yang di tekuni dan dilakukan seorang anak. Penguasaan

I. PENDAHULUAN. Baley (2001:13) mengatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan. adalah pendidikan kebudayaan, yang didapat secara perorangan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI. diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, maka mereka memiliki fondasi

Pendidikan jasmani memberikan tekanan tidak hanya pada aspek psikomotor dan kognitif

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003, yang berbunyi Pendidikan. adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Undang-undang Sistem. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK).

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SDLB AUTIS

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan harus diarahkan pada pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. sebagai media membelajarkan siswa. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan

Transkripsi:

KONTRIBUSI BERLATIH OLAHRAGA DI KLUB TERHADAP PENDIDIKAN DI SEKOLAH Oleh: Danang Wicaksono Staff Pengajar Prodi PKL Jurusan PKO FIK UNY danangvega@uny.ac.id PENDAHULUAN Olahraga milik semua orang dan semua kalangan, dari anak-anak sampai orang lanjut usia (lansia). Istilah yang tidak asing didengar bahwa Sport For All, tidak ada batasan siapa pelaku dari olahraga. Tempat melakukan olahraga bervariasi dari lingkungan yang dikemas secara formal sampai lingkungan yang bersifat non formal. Tujuan melaksanakan olahraga sangat bervariasi, dari yang bersifat hiburan sampai dengan olahraga prestasi. Kebijakan yang diambil pemerintah dalam bidang olahraga salah satunya adalah, jalur pembinaan olahraga nasional melalui tiga jalur yaitu jalur olahraga prestasi, jalur olahraga pendidikan, dan jalur olahraga masyarakat (Dirjen Olahraga, 2002: 12). Pelaksanaan olahraga secara nyata sudah dilaksanakan dari usia dini, ini dapat terlihat bahwa dari tingkat Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) sudah melaksanakan aktivitas jasmani atau olahraga. Olahraga yang dikemas di sekolah dalam bentuk pendidikan jasmani, merupakan salah satu cara untuk membentuk kemampuan psikomotor anak. Kemampuan psikomotor anak sangat membantu pertumbuhan dan perkembangannya, sehingga pendidikan jasmani di sekolah harus diberikan secukupnya. Pemberian jam khusus untuk pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di sekolah harus diberikan secukupnya, tetapi kenyataan yang ada pendidikan jasmani di sekolah rata-rata hanya mendapatkan jadwal 1-2 kali pertemuan perminggu. Kemampuan psikomotor kurang maksimal dikembangkan apabila hanya mengandalkan waktu yang disediakan di sekolah. Pengembangan kemampuan psikomotor dengan pendidikan jasmani yang berupa olahraga akan membawa dampak positif di luar kemampuan psikomotorik itu sendiri. Kemampuan dari segi psikologis atau mental anak akan juga dapat dikembangkan. Kesehatan dan kebugaran anak secara nyata juga akan terjaga dan meningkat. Pihak sekolah tentu 1

saja juga memikirkan untuk melakukan penambahan waktu kepada anak untuk dapat beraktivitas jasmani (olahraga), salah satu cara yang sering dijumpai yaitu dengan dilaksanakannya ekstrakurikuler olahraga di sekolah. Keberadaan ekstrakurikuler olahraga di sekolah sedikit banyak dapat menambah jam untuk anak dalam melaksanakan aktifitas jasmani, walaupun cabang olahraga xxxxx. Keberanekaragaman anak menggambarkan pula keberanekaragaman kesenangan anak pada aktifitas jasmani dan olahraga yang disukai anak. Pihak sekolah tentunya juga tidak dapat menampung semua keberanekaragaman dari kesenangan anak. Kondisi seperti ini harus mendapatkan suatu bentuk pemecahan masalah, agar kesenangan anak pada aktifitas jasmani dan olahraga dapat terwadahi. Kondisi di atas sudah menggambarkan dinamika yang ada di sekolah terkait keberanekaragaman kesenangan anak pada aktivitas jasmani dan olahraga tertentu. Wadah yang bisa digunakan untuk menampung perbedaan kesenangan anak adalah klub olahraga. Anak akan dapat memilih sendiri klub olahraga sesuai dengan kesenangannya, sehingga kemauan anak akan dapat tersalurkan semua. Kemampuan motorik yang berisi nilai-nilai, seperti kesehatan, kebugaran, mental anak akan dapat terbentuk melalui olahraga. Olahraga mengandung nilai-nilai yang dapat membentuk karakter anak. Keterlibatan anak di klub olahraga jelas akan menambah jam untuk melakukan aktivitas jasmani. Klub olahraga rata-rata melaksanakan pembinaan olahraga 3 kali perminggu dengan sekali pertemuan rata-rata 120 menit. PEMBAHASAN Landasan keolahragaan di Indonesia Kebijakan yang diambil pemerintah dalam bidang olahraga salah satunya adalah, jalur pembinaan olahraga nasional ditempuh melalui tiga jalur, yaitu jalur olahraga prestasi, jalur olahraga pendidikan, dan jalur olahraga masyarakat (Dirjen Olahraga, 2002: 12). Berdasarkan pada jalur pembinaan olahraga nasional, yang meliputi olahraga prestasi, olahraga pendidikan, dan olahraga masyarakat, maka pada olahraga prestasi lembaga yang terlibat langsung adalah KONI, induk organisasi olahraga, klub atau perkumpulan (Dirjen Olahraga, 2002: 25). 2

Landasan keolahragaan di Indonesia juga diatur di dalam Undang-Undang Nomor 3 tahun 2005, yaitu tentang sistem keolahragaan nasional di Indonesia. Undang-Undang No. 25 tahun 2000 tentang program pembangunan nasional (PROPENAS) tahun 2000 sampai 2004 yang mengatur tentang bidang olahraga memberikan gambaran bahwa program pengembangan dan keserasian kebijakan olahraga yaitu: 1. Program pengembangan dan keserasian kebijakan olahraga. 2. Program pemasyarakatan olahraga. 3. Program pemanduan bakat dan bibit olahraga. 4. Program peningkatan prestasi olahraga. Berdasarkan dari beberapa uraian tentang landasan hukum dari kegiatan olahraga di Indonesia, maka salah satunya yang terkait dengan program pemasyarakatan atau pemasalan olahraga bisa dilakukan di sekolah. Menurut Komite Olahraga Nasional Indonesia Pusat tahun 2004, bahwa pola pembinaan dan pengembangan olahraga di Indonesia menggunakan pola piramida terbalik. Penggambaran dengan pola piramida terbalik adalah pembinaan dimulai dari pemassalan melalui sekolah-sekolah dan masyarakat, kemudian pemandu bakat (talent scouting), tahap spesialisasi cabang olahraga, tahap pemantapan prestasi, dan terakhir penghalusan prestasi. Materi latihan di klub pembinaan olahraga Manusia merupakan makhluk yang sempurna, dengan dibekali akal, pikiran dan perasaan. Aktivitas jasmani dan olahraga yang dilakukan di klub melibatkan hal tersebut di atas. Akal, pikiran dan perasaan akan selalu dituangkan anak untuk belajar aktifitas jasmani atau olahraga. Aktifitas jasmani yang akan dilakukan tertuju untuk melakukan latihan fisik, teknik, taktik dan mental, ke tiga hal tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan yang pada akhirnya dapat membuat perbedaan kualitas pada anak. Latihan fisik merupakan landasan dasar yang harus dilakukan di dalam pembinaan olahraga di klub. Kualitas fisik yang baik akan sangat mempengaruhi 3

proses latihan pada tahap berikutnya. Keterkaitan antara fisik dan mental sangat erat, latihan fisik yang tidak dilandasi mental yang kuat akan mengakibatkan latihan fisik yang tidak akan maksimal. Mental yang dimaksudkan diantaranya adanya motivasi intrinsik, semangat juang pantang menyerah, konsentrasi dan kedisiplinan. Komponen kondisi fisik menurut Bompa (2009: 260) yang biasa disebut dengan biomotor utama terdiri atas: 1. Kekuatan 2. Kecepatan 3. Kelentukan 4. Koordinasi 5. Dayatahan Latihan yang melibatkan komponen biomotor utama dan kombinasinya tersebut memerlukan daya dukung dari mental. Program latihan dibuat sekreatif dan seinovatif mungkin, agar anak dapat menjalankan program secara maksimal, sehingga komponen biomotor dan mental anak akan dapat berkembang secara optimal. Kontribusi terhadap pendidikan di sekolah Berlatih olahraga di klub melibatkan semua aspek yang akan dikembangkan di sekolah. Ranah kognitif, afektif dan psikomotor semua terlibat dalam melakukan olahraga di klub. Berolahraga tidak hanya mengandalkan psikomotor, akan tetapi ketiga ranah tersebut saling terkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Berlatih olahraga mempunyai kontribusi terhadap pendidikan di sekolah terutama pendidikan jasmani. Kontribusi ini dapat dilihat dengan mengetahui terlebih dahulu tujuan dan fungsi pendidikan jasmani. Tujuan pendidikan jasmani menurut xxxx, 2010(http://elokdian.wordpress.com/2010/10/27/landasan-penjas/): 1. Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani. 4

2. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis dan agama. 3. Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis melalui tugas-tugas pembelajaran pendidikan jasmani. 4. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis melalui aktivitas jasmani. 5. Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan teknik serta strategi berbagai permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, senam, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas (Outdoor education). 6. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani. 7. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain. 8. Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran dan pola hidup sehat. 9. Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif. Fungsi dari pendidikan jasmani menurit xxxx(http: //elokdian. wordpress. Com /2010 /10/27 landasan-penjas/): 1. Aspek organik, terdiri atas: a. Menjadikan fungsi sistem tubuh menjadi lebih baik, sehingga individu dapat memenuhi tuntutan lingkungannya secara memadai serta memiliki landasan untuk pengembangan keterampilan. b. Meningkatkan kekuatan, yaitu jumlah tenaga maksimum yang dikeluarkan oleh otot atau kelompok otot. c. Meningkatkan daya tahan, yaitu kemampuan otot atau kelompok otot untuk menahan kerja dalam waktu yang lama. 5

d. Meningkatkan daya tahan kardiovaskuler, kapasitas individu untuk melakukan aktivitas yang berat secara terus menerus dalam waktu relatif lama. e. Meningkatkan fleksibilitas, yaitu; rentang gerak dalam persendian yang diperlukan untuk menghasilkan gerakan yang efisien dan mengurangi cidera. 2. Aspek neuromuskuler, terdiri atas: a. Meningkatkan keharmonisan antara fungsi saraf dan otot. b. Mengembangkan keterampilan lokomotor, seperti; berjalan, berlari, melompat, meloncat, meluncur, melangkah, mendorong, menderap/mencongklang, bergulir, dan menarik. c. Mengembangkan keterampilan non-lokomotor, seperti; mengayun, melenggok, meliuk, bergoyang, meregang, menekuk, menggantung, membongkok. d. Mengembangkan keterampilan dasar manipulatif, seperti; memukul, menendang, menangkap, berhenti, melempar, mengubah arah, memantulkan, bergulir, memvoli. e. Mengembangkan faktor-faktor gerak, seperti; ketepatan, irama, rasa gerak, power, waktu reaksi, kelincahan. f. Mengembangkan keterampilan olahraga, seperti; sepak bola, soft ball, bola voli, bola basket, baseball, atletik, tennis, beladiri dan lain sebagainya. g. Mengembangkan keterampilan rekreasi, seperti, menjelajah, mendaki, berkemah, berenang dan lainnya. 3. Aspek perseptual, terdiri atas: a. Mengembangkan kemampuan menerima dan membedakan isyarat. b. Mengembangkan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan tempat atau ruang, yaitu kemampuan mengenali objek yang berada di depan, belakang, bawah, sebelah kanan atau sebelah kiri dari dirinya. 6

c. Mengembangkan koordinasi gerak visual, yaitu; kemampuan mengkoordinasikan pandangan dengan keterampilan gerak yang melibatkan tangan, tubuh, dan atau kaki. d. Mengembangkan keseimbangan tubuh (statis, dinamis), yaitu; kemampuan mempertahankan keseimbangan statis dan dinamis. e. Mengembangkan dominansi (dominancy), yaitu; konsistensi dalam menggunakan tangan atau kaki kanan/kiri dalam melempar atau menendang. f. Mengembangkan lateralitas (laterality), yaitu; kemampuan membedakan antara sisi kanan atau sisi kiri tubuh dan diantara bagian dalam kanan atau kiri tubuhnya sendiri. g. Mengembangkan image tubuh (body image), yaitu kesadaran bagian tubuh atau seluruh tubuh dan hubungannya dengan tempat atau ruang. 4. Aspek kognitif, terdiri atas: a. Mengembangkan kemampuan menggali, menemukan sesuatu, memahami, memperoleh pengetahuan dan membuat keputusan. b. Meningkatkan pengetahuan peraturan permainan, keselamatan, dan etika. c. Mengembangkan kemampuan penggunaan strategi dan teknik yang terlibat dalam aktivitas yang terorganisasi. d. Meningkatkan pengetahuan bagaimana fungsi tubuh dan hubungannya dengan aktivitas jasmani. e. Menghargai kinerja tubuh; penggunaan pertimbangan yang berhubungan dengan jarak, waktu, tempat, bentuk, kecepatan, dan arah yang digunakan dalam mengimplementasikan aktivitas dan dirinya. f. Meningkatkan pemahaman tentang memecahkan problem-problem perkembangan melalui gerakan. 5. Aspek sosial, terdiri atas: a. Menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungan dimana berada. 7

b. Mengembangkan kemampuan membuat pertimbangan dan keputusan dalam situasi kelompok. c. Belajar berkomunikasi dengan orang lain. d. Mengembangkan kemampuan bertukar pikiran dan mengevaluasi ide dalam kelompok. e. Mengembangkan kepribadian, sikap, dan nilai agar dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat. f. Mengembangkan rasa memiliki dan rasa diterima di masyarakat. g. Mengembangkan sifat-sifat kepribadian yang positif, belajar menggunakan waktu luang yang konstruktif. h. Mengembangkan sikap yang mencerminkan karakter moral yang baik. 6. Aspek emosional, terdiri atas: a. Mengembangkan respon yang sehat terhadap aktivitas jasmani. b. Mengembangkan reaksi yang positif sebagai penonton. c. Melepas ketegangan melalui aktivitas fisik yang tepat. d. Memberikan saluran untuk mengekspresikan diri dan kreativitas. e. Menghargai pengalaman estetika dari berbagai aktivitas yang relevan. Menurut Sukintaka (2004: 39-51) tujuan pendidikan jasmani meliputi empat aspek, yaitu: 1. Jasmani dan psikomotorik 2. Afektif dan kognitif 3. Rasa sosial 4. Rekreasi pendidikan Kontribusi dari berlatih olahraga di klub jelas terlihat juga di dalam tujuan dan fungsi pendidikan jasmani di sekolah. Tambahan jam olahraga di luar jam pelajaran pendidikan jasmani di sekolah akan dapat membantu secara optimal agar tujuan dan fungsi dari pendidikan jasmani dapat tercapai. Tambahan frekuensi latihan olahraga rata-rata 3 kali perminggu di klub akan menambah frekuensi anak melakukan aktivitas jasmani, yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi yang positif terhadap pendidikan jasmani di sekolah. 8

PENUTUP Rekomendasi Tulisan ini perlu diketahui oleh para pendidik di sekolah, untuk memberikan saran, gambaran dan masukan bahwa berolahraga di klub pembinaan olahraga mempunyai kontribusi terhadap pendidikan di sekolah. Berolahraga di klub pembinaan olahraga tidak mengakibatkan anak menjadi bodoh. Berolahraga secara sistematis dan terprogram di klub pembinaan olahraga memberikan kontribusi terhadap pendidikan disekolah. Kontribusi yang dapat dilihat yaitu akan membantu tercapainya tujuan dan fungsi dari pendidikan jasmani di sekolah. Simpulan Uraian di atas memberikan gambaran yang nyata bahwa dengan berolahraga di klub olahraga akan memberikan kontribusi yang positif terhadap pendidikan jasmani di sekolah. Tujuan dan fungsi dari pendidikan jasmani sangat penting, akan tetapi waktu untuk melakukan aktivitas jasmani di sekolah sangat terbatas. Keterbatasan ini mengharuskan agar sekolah mencarikan solusi. Solusi yang bisa diberikan yaitu dengan menambah jam ekstrakulikuler olahraga dan dengan menganjurkan anak agar masuk ke klub pembinaan olahraga. Anak diharapkan masuk ke klub pembinaan olahraga sesuai dengan cabang olahraga yang disenanginya. Anak yang masuk di klub pembinaan olahraga akan dapat menambah frekuensi untuk melakukan aktivitas jasmani secara sistematis dan terprogram. Saran Penambahan frekuensi untuk melakukan aktifitas jasmani yang sistematis dan terprogram di luar jadwal pendidikan jasmani di sekolah sangat diperlukan. Upaya ini harus melibatkan kerjasama dari beberapa pihak, yaitu pihak sekolah dengan wali murid. Sekolah melalui kepala sekolah, guru (guru olahraga) harus memberikan pengertian, gambaran dan dorongan kepada wali murid agar untuk menambah frekuensi di dalam melaksanakan aktifitas jasmani anak harus dimasukkan ke klub pembinaan olahraga. Penambahan frekuensi di dalam 9

melaksanakan aktifitas jasmani di luar jam sekolah akan lebih mengoptimalkan dan memaksimalkan tujuan dan fungsi dari pendidikan jasmani. Daftar pustaka Bompa, T. O. (1994). Theory and methodology of training: the key to athletic performance (3 rd ed.) Toronto, Ontorio Canada: Kendall/Hunt Publishing Company. Direktur Pendidikan Dasar, 1999. Sarana prasanan olahraga yang berkualitas. Makassar: Makalah Seminar KONI Sulawesi Selatan. Dirjen Olahraga. (2002). Pedoman mekanisme koordinasi pembinaan olahraga, kesegaran jasmani dan kelembagaan olahraga. Jakarta: Dirjen Olahraga. Litbang KONI Pusat, 2004. Struktur berprestasi tinggi. Jakarta: Penerbit Pusat Penataran Litbang KONI Pusat. Wordpress. (2010). Landasan penjas. Diambil pada tanggal 10 April 2012. dari (http: //elokdian. wordpress. Com /2010 /10/27 landasan-penjas/): 10