Tabel 28. Kesesuaian RUTRK untuk RTH terhadap Inmendagri No. 14 Tahun RUTRK Untuk RTH (ha)

dokumen-dokumen yang mirip
Tabel 19. Selisih Serapan dan Emisi Karbon Dioksida. (ton) ,19 52,56 64,59 85,95 101, , , ,53

III. METODE PENELITIAN

Tabel 11. Klasifikasi Penutupan Lahan Data Citra Landsat 7 ETM, Maret 2004

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tabel 14. Emisi Karbon Dioksida yang Dihasilkan dari Penggunaan Listrik

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA PEKANBARU

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA PEKANBARU

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

TENTANG BUPATI NGANJUK, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas mengenai kasus

JURNAL. Diajukan oleh : DIYANA NPM : Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Hukum Pertanahan dan Lingkungan Hidup FAKULTAS HUKUM

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA

Tabel 3 Kecamatan dan luas wilayah di Kota Semarang (km 2 )

KEGIATAN DITJEN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN TAHUN Jakarta, 7 Desember 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI... PARAKATA... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

PEMBANGUNAN HUTAN KOTA DALAM STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN PROVINSI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. yang semula merupakan ruang tumbuh berbagai jenis tanaman berubah menjadi

BUPATI BANGKA TENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STUD1 RUANG TERBUKA HIJAU DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA BERDASARKAN PENDEKATAN KEBUTUHAN OKSlGEN

STUD1 RUANG TERBUKA HIJAU DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA BERDASARKAN PENDEKATAN KEBUTUHAN OKSlGEN

BAB III METODE PENELITIAN

Pertemuan I ARSITEKTUR LANSEKAP (TR 438)

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU

BAB V SUMBER DAYA ALAM

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 16 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

TINJAUAN PUSTAKA. waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH Bujur Timur dan Lintang Utara, dengan batas. Utara : Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang

Kondisi Eksisting Lokasi Budidaya Tanaman Hias Kelurahan Srengseng

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II NOMOR : 34 TAHUN 1996

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Edisi 1 No. 1, Jan Mar 2014, p Resensi Buku

BAB 1 PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

WALIKOTA PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3Perubahan tutupan lahan Jakarta tahun 1989 dan 2002.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kota dan Hutan Kota ( Permasalahan Lingkungan Kota

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. stabilitator lingkungan perkotaan. Kota Depok, Jawa Barat saat ini juga

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 29 TAHUN 2002 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

TELAAH RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PERTANIAN DAN KEHUTANAN PROPINSI DKI JAKARTA*) Oleh: Tarsoen Waryono **) Abstrak

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

6.1.1 Hasil Analisis RTH pada Kabupaten Mimika. b. Hasil perhitungan berdasarkan status kepemilikan RTH eksisting: ha dengan pembagian:

BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. dan Lintang Utara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.19

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kampus USU Medan Staf Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli, Jl. Raya Parapat km 10,5 Sibaganding-Parapat

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.71/Menhut-II/2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 21 TAHUN 2013

Transkripsi:

80 Tabel 28. Kesesuaian RUTRK untuk RTH terhadap Inmendagri No. 14 Tahun 1988 RUTRK Untuk RTH (ha) Kebutuhan RTH Berdasarkan Inmendagri No.14/88 Selisih (ha) Pekanbaru Kota 0 90-90 * Senapelan 0 266-266 * Limapuluh 0 162-162 * Sukajadi 0 204-204 * Sail 0 130-130 * Rumbai 2.815,533 8.121-5.305,467 * Bukit Raya 9.756,437 11.963-2.206,563 * Tampan 218,763 4.354-4.135,237 * Total 12.790,733 25.290-12.499,267 * Sumber: Hasil Analisis, * Jumlah Kekurangan Luas RTH 5.6.2 Kesesuaian RUTRK Kawasan Hijau terhadap Kebutuhan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk Revisi Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Pekanbaru tahun yang dilakukan pada tahun 2002 mempunyai pengaruh terhadap kawasan hijau. Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Pekanbaru untuk tahun 2004, khusus untuk kawasan hijau terdiri dari kawasan hutan dan kawasan pertanian. Kawasan hijau yang direncanakan terdapat pada tiga kecamatan yaitu Bukit Raya, Rumbai, dan Tampan dengan luas sekitar 12.790,733 hektar. Sesuai dengan analisis kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk, maka dapat diketahui perkiraan kesesuaian ruang terbuka hijau berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) untuk kawasan hijau yang telah dibuat. Kesesuaian Rencana Umum Tata Ruang Kota ((RUTRK) untuk kawasan hijau berdasarkan kebutuhan ruang terbuka hijau untuk jumlah penduduk disajikan pada Tabel 29. Secara total untuk kawasan Kota Pekanbaru, Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) untuk kawasan hijau masih memenuhi syarat. Jumlah luas kawasan hijau adalah sekitar 12.790,733 hektar, sementara kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk untuk Kota Pekanbaru adalah sekitar 2.616 hektar. Berdasarkan jumlah penduduk untuk masing-masing kecamatan, terdapat dua kecamatan yang memenuhi syarat untuk kebutuhan ruang terbuka

81 hijau. tersebut adalah Rumbai dan Bukit Raya. Pekanbaru Kota, Senapelan, Limapuluh, Sukajadi, dan Sail tidak terdapat rencana tata ruang untuk kawasan hijau. Tampan terdapat rencana peruntukan kawasan hijau, akan tetapi jumlahnya masih belum mencukupi untuk kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk. Tabel 29. Kesesuaian RUTRK untuk RTH Terhadap Standar Luas RTH untuk Jumlah Penduduk RUTRK Untuk RTH (ha) Kebutuhan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk (ha) Selisih (ha) Pekanbaru Kota 0 122-122,000 Senapelan 0 146-146,000 Limapuluh 0 165-165,000 Sukajadi 0 246-246,000 Sail 0 86-86,000 Rumbai 2.815,533 399 2.416,533 Bukit Raya 9.756,437 842 8.914,437 Tampan 218,763 610-391,237 Total 12.790,733 2.616 10.174,730 Sumber: Hasil Analisis 5.6.3 Kesesuaian RUTRK Kawasan Hijau terhadap Kebutuhan RTH Berdasarkan Emisi Karbon Dioksida Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) untuk kawasan hijau masih memenuhi syarat dengan luas sekitar 12.790,733 hektar. Kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan emisi karbon dioksida di Kota Pekanbaru adalah sekitar 4.413 hektar. Berdasarkan jumlah emisi karbon dioksida, terdapat dua kecamatan yang memenuhi syarat untuk kebutuhan ruang terbuka hijau yaitu Rumbai dan Bukit Raya. Rencana luas vegetasi yang telah ditetapkan pada kecamatan tersebut maka diperkirakan mampu menyerap karbon dioksida yang dihasilkan. Jumlah luas vegetasi yang direncanakan pada Tampan yaitu 218,763 hektar diperkirakan belum mampu menyerap karbon dioksida yang ada. Kesesuaian Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) untuk kawasan hijau dengan jumlah karbon dioksida pada masing-masing kecamatan disajikan pada Tabel 30.

82 Tabel 30. Kesesuaian RUTRK untuk RTH terhadap Emisi Karbon Dioksida RUTRK Untuk RTH (ha) Kebutuhan RTH Berdasarkan Emisi CO 2 Selisih (ha) Pekanbaru Kota 0 3.033-3.033 Senapelan 0 1-1 Limapuluh 0 1-1 Sukajadi 0 1-1 Sail 0 2-2 Rumbai 2.815,533 413 2.403,533 Bukit Raya 9.756,437 564 9.192,437 Tampan 218,763 398-179,237 Total 12.790,733 4.413 8.377,420 Sumber: Data Sekunder dan Hasil Analisis Analisis kebutuhan ruang terbuka hijau yang dilakukan berdasarkan emisi karbon dioksida berguna untuk mengetahui kesesuaian ruang terbuka hijau berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) untuk kawasan hijau yang telah ditetapkan. Untuk memenuhi fungsinya menyerap karbon dioksida, Pekanbaru Kota, Senapelan, Limapuluh, Sukajadi, dan Sail membutuhkan penambahan kawasan ruang terbuka hijau dengan luas dengan luas yang bervariasi sesuai dengan kebutuhan. 5.6.4 Ketercukupan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Kota Rencana Umum Tata Ruang Kota Pekanbaru tahun 2004 untuk areal terbuka hijau berjumlah 12.790,73 hektar. Ruang terbuka hijau berada pada tiga kecamatan yaitu Rumbai 2.815,53 hektar, Bukit Raya 9.756,44 hektar, dan Tampan 218,76 hektar. Berdasarkan sebaran dan luas, maka dapat diketahui ketercukupan ruang terbuka hijau sesuai dengan kategori yang ditetapkan. Ketercukupan ruang terbuka hijau berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Kota Pekanbaru tahun 2004 disajikan pada Tabel 31. Jumlah kebutuhan ruang terbuka hijau secara makro untuk Kota Pekanbaru, luas areal bervegetasi berdasarkan luas wilayah belum mencukupi. Terdapat kekurangan dengan luas sekitar 12.499,27 hektar. Seluruh kecamatan di Kota Pekanbaru mengalami kekurangan vegetasi berdasarkan luas wilayah. Berdasarkan jumlah penduduk,

83 dan emisi karbon dioksida, luas areal bervegetasi untuk skala kota masih mencukupi. Tabel 31. Ketercukupan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Kota Luas RTH Luas Wilayah Kebutuhan RTH (ha) Berdasarkan Jumlah Penduduk Emisi CO2 Ketercukupan RTH (ha) Berdasarkan Luas Jumlah Emisi Wilayah Penduduk CO2 Pekanbaru Kota 0 90 122 3.033-90,00-122,00-3.033,00 Senapelan 0 266 146 1-266,00-146,00-1,00 Limapuluh 0 162 165 1-162,00-165,00-1,00 Sukajadi 0 204 246 1-204,00-246,00-1,00 Sail 0 130 86 2-130,00-86,00-2,00 Rumbai 2.815,53 8.121 399 413-5.305,47 2.416,53 2.402,53 Bukit Raya 9.756,44 11.963 842 564-2.206,56 8.914,44 9.192,44 Tampan 218,76 4.354 610 398-4.135,24-391,24-179,24 Total 12.790,73 25.290 2.616 4.413-12.499,27 10.174,73 8.377,73 Sumber: Hasil Analisis Secara mikro untuk skala kecamatan berdasarkan luas wilayah, Pekanbaru Kota, Senapelan, Limapuluh, Sukajadi, Sail, Rumbai, Bukit Raya, dan Tampan kekurangan ruang terbuka hijau dengan luas 90 hektar, 266 hektar, 162 hektar, 204 hektar, 130 hektar, 5.305,47 hektar, 2.206,56 hektar, dan 4.135,24 hektar. Berdasarkan jumlah penduduk, kebutuhan ruang terbuka hijau untuk skala kota masih mencukupi. Kebutuhan untuk skala mikro atau kecamatan, masih terdapat kekurangan vegetasi yaitu pada Pekanbaru Kota, Senapelan, Limapuluh, Sukajadi, Sail, dan Tampan masing-masing 122 hektar, 146 hektar, 165 hektar, 246 hektar, 86 hektar, dan 391,24 hektar. Rumbai dan Bukit Raya, luas ruang terbuka hijau yang direncanakan masih mencukupi kebutuhan jumlah penduduk. Berdasarkan jumlah emisi karbon dioksida untuk skala kota, rencana tata ruang untuk kawasan terbuka hijau masih mencukupi. Kebutuhan ruang terbuka hijau untuk skala mikro, Pekanbaru Kota, Senapelan, Limapuluh, Sukajadi, Sail, dan Tampan masih kekurangan dengan luas masing-masing 3.033 hektar, 1 hektar, 1 hektar, 1 hektar, 2 hektar, dan 179,24 hektar.

84 5.7 Arahan Revegetasi Penghijauan dilakukan untuk memperoleh manfaat sebagai pelindung lingkungan. Untuk memperoleh keseimbangan antara aktivitas masyarakat dan daya dukung lingkungan, arahan penanaman vegetasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan ruang terbuka hijau tersebut ditetapkan berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negri No.14/88 tentang penataan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan, jumlah penduduk, dan karbon dioksida yang dihasilkan dari kebutuhan energi (listrik, minyak tanah, premium, dan solar). Dari tiga kelas kebutuhan ruang terbuka hijau, kebutuhan ruang terbuka hijau dengan luas yang paling besar diambil sebagai acuan untuk kebutuhan ruang terbuka hijau pada masing-masing kecamatan di Kota Pekanbaru. Arahan revegetasi dilakukan setelah mengetahui existing condition kawasan hijau Kota Pekanbaru dan berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Pekanbaru untuk kawasan hijau. 5.7.1 Penanaman Vegetasi Berdasarkan Existing Condition RTH Existing condition kawasan hijau Kota Pekanbaru tersebar tidak merata pada masing-masing kecamatan. Kawasan hijau cenderung berada pada pinggir kota yang berbatasan dengan Kabupaten lain di Kota Pekanbaru. pada pusat kota mempunyai kecenderungan sudah terbangun dan sedikit kawasan hijau. Kebutuhan ruang terbuka hijau diperlukan sebagai daya dukung lingkungan. Diperlukan penanaman kembali untuk kawasan yang mempunyai ketidakseimbangan antara jumlah luas kawasan hijau serta kebutuhan ruang hijau untuk memenuhi fungsinya berdasarkan tiga kebutuhan yang telah ditetapkan. Arahan luas dan lokasi penanaman vegetasi disajikan pada Tabel 32. Secara total untuk kebutuhan ruang terbuka hijau pada skala kota, existing condition kawasan hijau Kota Pekanbaru luasnya mencukupi berdasarkan tiga kategori kebutuhan ruang terbuka hijau. Akan tetapi terdapat beberapa kecamatan yang mempunyai luas ruang terbuka hijau belum mampu memberikan manfaat secara mikro. Untuk mendapatkan manfaat ruang terbuka hijau sesuai dengan kategori yang telah dibuat, maka perlu dilakukan penanaman kembali vegetasi

85 dengan lokasi (kecamatan) yang dianggap paling membutuhkan. Tabel 32. Arahan Luas dan Lokasi Penanaman Vegetasi Berdasarkan Existing Condition RTH Luas RTH Kesesuaian RTH (ha) (ha) Inmendagri Jumlah Penduduk Emisi CO 2 Pekanbaru Kota 0,353-89,647-121,919-3.032,834 * Senapelan 3,173-262,827 * -142,767 2,271 Limapuluh 50,246-111,754-114,370 * 49,137 Sukajadi 1,851-202,149-244,493 * 0,376 Sail 28,649-101,351 * -57,607 26,908 Rumbai 9.596,980 1.475,980 9.198,128 9.184,181 Bukit Raya 18.929,067 6.966,067 18.087,379 18.364,949 Tampan 3.140,020-1.213,980 * 2.530,308 2.742,037 Total 31.750,339 6.460,339 29.134,659 27.337,026 Sumber: Hasil Analisis * Penambahan Luas Vegetasi yang Diperlukan Untuk Tiap Kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan standar Inmendagri terdapat dua kecamatan dengan luas yang memenuhi syarat yaitu Rumbai dan Bukit Raya. Kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk ada tiga kecamatan yang memenuhi syarat yaitu Rumbai, Bukit Raya, dan Tampan. Sementara untuk kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah emisi karbon dioksida hanya Pekanbaru Kota yang tidak memenuhi syarat luas ruang terbuka hijau. Pekanbaru Kota memerlukan penambahan vegetasi dengan luas sekitar 3.032,834 hektar. Arahan penambahan vegetasi ini berguna untuk meredam emisi karbon dioksida yang berasal dari penggunaan listrik, minyak tanah, premium, dan solar. Kebutuhan luas ruang terbuka hijau berdasarkan Inmendagri dan jumlah penduduk untuk Pekanbaru Kota sudah diwakili dengan jumlah luas kebutuhan berdasarkan emisi karbon dioksida karena masing-masing nilainya lebih kecil. Arahan penambahan ruang terbuka hijau untuk Senapelan dengan luas sekitar 262,827 hektar. Penambahan vegetasi di Senapelan berdasarkan standar Inmendagri berguna untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup perkotaan yang nyaman, segar, bersih dan sebagai sarana pengamanan lingkungan serta menciptakan keserasian lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat.

86 Penambahan areal bervegetasi di Limapuluh dan Sukajadi dengan luas sekitar 114,370 hektar dan 244,493 hektar. Penambahan vegetasi berguna untuk memenuhi standar kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk. Sail dan Tampan masing-masing memerlukan penambahan ruang terbuka hijau dengan luas sekitar 101,351 dan 1.213,980 hektar. Arahan penambahan vegetasi diperlukan berdasarkan standar Inmendagri. 5.7.2 Penanaman Vegetasi berdasarkan RUTRK Pekanbaru Tahun 2004 Rencana Umum Tata Ruang Kota Pekanbaru untuk kawasan hijau terdiri dari kawasan hutan dan kawasan pertanian. Sebaran kawasan hijau yang direncanakan belum merata untuk tiap kecamatan. Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Pekanbaru untuk kawasan hijau terdapat pada tiga kecamatan yaitu Rumbai, Bukit Raya, dan Tampan. Kawasan hijau yang direncanakan cenderung berada pada pinggir kota yang berbatasan dengan Kabupaten lain. pada pusat kota mempunyai kecenderungan sudah terbangun dan sedikit kawasan hijau. Arahan penanaman vegetasi diperlukan untuk memenuhi fungsi vegetasi berdasarkan tiga kebutuhan yang telah ditetapkan. Arahan luas dan lokasi penanaman vegetasi disajikan pada Tabel 33. Tabel 33. Arahan Luas dan Lokasi Penanaman Vegetasi Berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Kota untuk Kawasan Hijau RUTRK Kesesuaian RTH Kaw.Hijau (ha) Inmendagri Jumlah Penduduk Emisi CO 2 Pekanbaru Kota 0-90,400-122,272-3.033,187 * Senapelan 0-266,000 * -145,940-0,902 Limapuluh 0-161,600-164,616 * -1,109 Sukajadi 0-204,000-246,344 * -1,475 Sail 0-130,400 * -86,256-1,741 Rumbai 2.815,533-5.305,667 * 2.416,681 2.402,735 Bukit Raya 9.756,437-2.206,763 * 8.914,749 9.192,320 Tampan 218,763-4.134,837 * -390,949-179,220 Total 12.790,733-12.499,667 10.175,053 8.377,420 Sumber: RUTRK dan Hasil Analisis * Penambahan Luas Vegetasi Yang Diperlukan

87 Total kebutuhan ruang terbuka hijau pada skala kota, sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) kawasan hijau di Kota Pekanbaru luasnya mencukupi berdasarkan tiga kategori kebutuhan ruang terbuka hijau. Untuk memenuhi fungsi ruang terbuka hijau secara mikro perlu dilakukan penanaman vegetasi. Arahan penanaman vegetasi dilakukan karena masingmasing kecamatan kekurangan vegetasi untuk memenuhi fungsinya. Kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan standar Inmendagri semua kecamatan di Kota Pekanbaru kekurangan vegetasi untuk memenuhi fungsinya. Kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk ada dua kecamatan yang mencukupi yaitu Rumbai dan Bukit Raya. Sementara kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah emisi karbon dioksida hanya Rumbai dan Bukit Raya yang mencukupi ditinjau dari luas vegetasi yang direncanakan. Pekanbaru Kota memerlukan penambahan vegetasi dengan luas sekitar 3.033,187 hektar. Arahan penambahan vegetasi berguna untuk meredam emisi karbon dioksida dengan jumlah emisi yang tinggi. Arahan penambahan vegetasi untuk Senapelan dengan luas sekitar 266 hektar. Penambahan vegetasi di Senapelan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan berdasarkan standar Inmendagri. Arahan penambahan vegetasi di Limapuluh dan Sukajadi dengan luas sekitar 164,616 hektar dan 204 hektar. Penambahan vegetasi pada dua kecamatan tersebut berguna untuk memenuhi standar kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk. Sail, Rumbai, Bukit Raya dan Tampan masing-masing memerlukan penambahan vegetasi dengan luas sekitar 130,4 hektar, 5.305,667 hektar, 2.206,763 hektar, dan 4.134,837 hektar. Arahan penambahan vegetasi diperlukan berdasarkan standar Inmendagri. 5.7.3 Perbedaan Luas Penanaman Vegetasi Arahan penanaman vegetasi mempunyai perbedaan apabila ditinjau berdasarkan existing condition kawasan hijau dan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) kawasan hijau. Jumlah luas yang berbeda dikarenakan adanya alih

88 fungsi kawasan hijau menjadi kawasan pemukiman, industri, perdagangan dan jasa, serta kawasan lain. Perbedaan luas penanaman vegetasi berdasarkan existing condition kawasan hijau dan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) kawasan hijau disajikan pada Tabel 34. Tabel 34. Perbedaan Luas Penanaman Vegetasi Antara Exsisting Condition Vegetasi dengan RUTRK Kawasan Hijau Exsisting Condition (ha) RUTRK Kawasan Hijau (ha) Selisih (ha) Pekanbaru Kota 3.032,834 3.033,187 0,353 * Senapelan 262,827 266,000 3,173 * Limapuluh 114,370 164,616 50,246 * Sukajadi 244,493 246,344 1,851 * Sail 101,351 130,400 29,049 * Rumbai - 5.305,667 5.305,667 * Bukit Raya - 2.206,763 2.206,763 * Tampan 1.213,980 4.134,837 2.920,857 * Total 4.969,855 15.487,814 10.517,959 * Penambahan luas penanaman vegetasi yang diperlukan sesuai Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) kawasan hijau Sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Pekanbaru untuk kawasan hijau, seluruh kecamatan di Kota Pekanbaru perlu dilakukan penanaman vegetasi. Sementara berdasarkan exsisting condition kawasan hijau ada dua kecamatan yang belum memerlukan penambahan vegetasi berdasarkan tiga kategori yang telah ditetapkan, yaitu Rumbai dan Bukit Raya. Jika Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) untuk kawasan hijau direalisasikan maka masing-masing kecamatan perlu penambahan. Rumbai dan Bukitraya setelah ada perubahan berdasarkan tata ruang, diperlukan penambahan vegetasi masing-masing dengan luas sekitar 5.305,667 hektar dan 2.206,763 hektar. Perubahan vegetasi terjadi karena alih fungsi lahan hijau menjadi kawasan pemukiman dan kawasan industri. 5.7.4 Pengembangan Hutan Kota Ketidakseimbangan ekosistem perkotaan mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan. Permasalahan lingkungan yang timbul diakibatkan adanya

89 jumlah karbon dioksida yang cukup besar di Pekanbaru Kota. Ketidakseimbangan keberadaan luas ruang terbuka hijau di Kota Pekanbaru juga akan memberikan pengaruh terhadap penduduk. Pengaruh ini berupa nilai keindahan atau estetika serta kenyamanan atas keberadaan ruang terbuka hijau yang tertata dengan baik. Konversi kawasan hijau di Kota Pekanbaru (RUTRK untuk kawasan hijau) serta luas yang berbeda pada setiap kecamatan, perlu diarahkan untuk dilakukan pembangunan hutan kota. 5.7.4.1 Manfaat Hutan Kota Bentuk hutan kota ditata berdasarkan kegunaan dan kepentingannya. Hutan kota yang dapat dikembangkan sesuai dengan studi adalah: a. Engineering Used of Urban Forest (hutan kota untuk kepentingan perekayasaan). Hutan kota ini memberikan manfaat utama kepentingan mencegah terjadinya pencemaran udara. Peran hutan kota secara khusus dibangun untuk mengurangi karbon dioksida, disesuaikan dengan kebutuhan pada masing-masing kecamatan. b. Esthetic Urban Forest (hutan kota untuk estetika). Hutan kota dibangun dan dipergunakan untuk kepentingan keindahan dan panorama. Hutan kota ini disesuaikan dengan kebutuhan jumlah penduduk. 5.7.4.2 Kawasan Potensial Untuk Lokasi Penanaman Hutan Kota Hampir seluruh kawasan dapat dikembangkan menjadi hutan kota. Kawasan tersebut anatar lain: lapangan olah raga, sempadan sungai, pemukiman, kampus perguruan tinggi, sepanjang jalan, pertamanan, fasilitas umum, perkantoran, industri, serta kawasan lainnya. Kawasan-kawasan yang potensial untuk dijadikan lokasi penanaman pohon sebagai hutan kota di Kota Pekanbaru diprioritaskan pada kawasan yang telah ditetapkan sesuai dengan peraturan Pemerintah Daerah dan peraturan konservasi. Prioritas lokasi ini dilakukan karena kawasan yang dimaksud telah mendapat legalitas hukum. Pembangunan hutan kota juga dapat diarahkan pada kawasan lain yang mempunyai potensi untuk pengembangan hutan kota. Lokasi pembangunan hutan kota dapat dibangun di beberapa tempat sebagai berikut:

90 Pemukiman Penduduk Pembangunan hutan kota dapat melibatkan masyarakat sebagai pelaku. Masyarakat diikut sertakan untuk menanam pohon dan memeliharanya sesuai dengan kebutuhan manfaat yang diinginkan. Mengacu pada Instruksi Walikota Pekanbaru Nomor 522.4/Dinas Pertanian/935 mengenai penanaman dan pemeliharaan tanaman, point satu dengan instruksi : setiap rumah toko dan rumah tempat tinggal di sepanjang jalan serta masyarakat dalam Kota Pekanbaru, diharuskan untuk menanam dan memelihara tanaman minimal satu batang pohon pelindung untuk setiap rumah toko maupun rumah tempat tinggal. Kewajiban menanam pohon akan menambah jumlah vegetasi yang ada di Kota Pekanbaru. Berdasarkan jumlah unit tempat tinggal untuk masing-masing kecamatan, maka diperoleh penambahan ruang terbuka hijau dalam bentuk hutan kota dengan vegetasi pohon berjumlah 126.074 batang, dengan asumsi bahwa seluruh pemilik rumah tempat tinggal menjalankan instruksi yang telah ditetapkan. Pada Tabel 35 disajikan penambahan penanaman pohon berdasarkan jumlah tempat tinggal pada masing-masing kecamatan. Tabel 35. Potensi Jumlah Pohon Yang Ditanam pada Masing-Masing Unit Tempat Tinggal di Masing-Masing Jumlah Bangunan Potensi Jumlah Pohon Rumah (Unit) Yang Ditanam (Batang) Pekanbaru Kota 5.305 5.305 Senapelan 7.260 7.260 Limapuluh 6.155 6.155 Sukajadi 12.319 12.319 Sail 4.816 4.816 Rumbai 16.617 16.617 Bukit Raya 33.161 33.161 Tampan 40.441 40.441 Total 126.074 126.074 Sumber: Data Sekunder dan Hasil Analisis Pengadaan lahan dengan jumlah cukup luas untuk lokasi hutan kota sangat sulit ditemukan pada daerah perkotaan. Penggunaan lahan yang sudah ditetapkan berdasarkan fungsi kawasan masing-masing maka perlu alternatif pengadaan

91 lokasi hutan kota. Berdasarkan jumlah pohon yang dapat ditanam sesuai jumlah rumah tempat tinggal, maka dapat diperoleh luas ruang terbuka hijau dalam bentuk hutan kota. Dengan asumsi satu hektar dapat ditanam dengan 100 batang pohon, pemukiman penduduk bisa menyumbang sekitar 53,05 hektar hutan kota yang berada di Pekanbaru Kota, 72,6 hektar di Senapelan, 61,55 hektar di Limapuluh, 123,19 hektar di Sukajadi, 48,16 hektar di Sail, 166,17 hektar di Rumbai, 331,61 hektar di Bukit Raya, dan 404,41 hektar di Tampan. Untuk seluruh kota penambahan luas hutan kota diperkirakan sekitar 1.260,74 hektar. Sempadan Sungai Kawasan penanaman Hutan Kota dilakukan pada daerah sempadan sungai, hal ini dilaksanakan berdasarkan peraturan tentang sempadan sungai. Pembangunan ruang terbuka hijau berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63 Tahun 1993 Tentang : Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai Dan Bekas Sungai. Pasal 8 yang berisi tentang Penetapan garis sempadan sungai di dalam kawasan perkotaan didasarkan pada kriteria: a. Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dan 3 (tiga) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan. b. Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih 3 (tiga) meter sampai dengan 20 (duapuluh) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan. c. Sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 (dua puluh) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 30 (tigapuluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan. Sesuai dengan Inmendagri No. 14 Tahun 1988, bahwa lokasi ruang terbuka hijau bisa berada pada kawasan jalur sungai. Berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) untuk kawasan konservasi, termasuk di dalamnya kawasan sempadan sungai, maka ditetapkan luas kawasan yang dijadikan sempadan sungai. Loaksi penanaman hutan kota dapat diarahkan pada kawasan

92 sempadan sungai yang telah ditetapkan peruntukannya. Luas dan lokasi sempadan sungai yang ditetapkan berdasarkan rencana peruntukan lahan disajikan pada Tabel 36. Tabel 36. Sempadan Sungai yang Direncanakan Sebagai Lokasi Hutan Kota Luas Sempadan Sungai (ha) Bukit Raya 424,54 Tampan 1.008,23 Total 1.432,76 Sumber: RUTRK Pekanbaru Tahun 2004 Buffer sungai dapat dijadikan salah satu bentuk hutan kota yang berfungsi untuk mencegah dan mengurangi kemungkinan terjadinya banjir di Kota Pekanbaru. Peta kawasan lindung menggambarkan bahwa sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Siak yang membelah Kota Pekanbaru merupakan kawasan bergambut. Apabila kawasan ini dibangun maka akan menimbulkan terjadinya banjir. Areal DAS yang seharusnya menjadi kawasan konservasi ternyata masih banyak digunakan untuk keperluan pemukiman penduduk. Senapelan dan Sail terdapat banyak pemukiman penduduk yang berada pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Siak. Kondisi yang ada mengakibatkan daerah sepanjang bantaran sungai belum dapat dioptimalkan untuk kawasan konservasi. Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Pekanbaru tahun 2004 mengalokasikan mengalokasikan daerah sempadan sungai yang akan dikonservasi (dihijaukan). Arahan pembanguan hutan kota pada kawasan ini dapat dilakukan. Daerah sempadan sungai terdapat pada dua kecamatan yaitu Bukit Raya dan Tampan, luas masing-masing yaitu 424,54 hektar dan 1.008,23 hektar sehingga luas penanaman hutan kota yang diarahkan pada dua kecamatan ini di lokasi sempadan sungai sekitar 1.432,76 hektar. Jalur Jalan Pembangunan ruang terbuka hijau mengacu pada Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Di Wilayah Perkotaan. Kriteria pengembangan kawasan terbuka hijau merupakan suatu keterkaitan hubungan antara bentang alam atau peruntukan kriteria vegetasi. Letak dan lokasi ruang terbuka hijau dapat dikembangkan sesuai dengan kawasan-

93 kawasan peruntukan ruang kota, antara lain yaitu kawasan jalur jalan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional mengenai kriteria kawasan lindung untuk kawasan terbuka hijau kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) huruf e adalah : lokasi sasaran kawasan terbuka hijau kota termasuk di dalamnya hutan kota antara lain di kawasan jalan yang berada di kawasan perkotaan. Arahan pembangunan hutan kota pada jalur jalan dapat dilaksanakan pada jaringan jalan primer dan jaringan jalan sekunder. Arahan penanaman hutan kota pada kawasan ini dengan pertimbangan bahwa jalur jalan dengan tipe primer dan sekunder masih mempunyai ruang untuk ditanami pohon.