2015 PERUBAHAN KONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT MELALUI CONCEPTUAL CHANGE TEXT (CCT)

dokumen-dokumen yang mirip
2015 PERUBAHAN KONSEPSI SISWA PADA MATERI HAKIKAT DAN PERAN ILMU KIMIA MELALUI CONCEPTUAL CHANGE TEXT (CCT)

2015 PERUBAHAN KONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT MELALUI CONCEPTUAL CHANGE TEXT (CCT)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nabila Fatimah, 2013

2015 PERUBAHAN KONSEPSI SISWA PADA MATERI STOIKIOMETRI DENGAN MENGGUNAKAN CONCEPTUAL CHANGE TEXT (CCT)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH CONCEPTUAL CHANGE TEXT (CCT) TERHADAP PERUBAHAN KONSEPSI PESERTA DIDIK PADA MATERI STRUKTUR ATOM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

2014 PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS ZONE OF PROXIMAL DEVELOPMENT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP BERDASARKAN GENDER PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN A INSTRUMEN PENELITIAN

2015 PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nur Komala Eka Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

G 1 G 2 O 1 O 2 O 3 O 4

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mochammad Ramdhani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. energi yang ditinjau dari aspek struktur dan kereaktifan senyawa. Struktur dan

2015 PROFIL MODEL MENTAL SISWA PADA SUB-MATERI ASAM BASA DENGAN MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK MODEL MENTAL PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (TDM-POE)

DAFTAR PUSTAKA. Arifin, Mulyati, dkk. (2003). Strategi belajar mengajar kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan kimia FPMIPA UPI.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Cicih Juarsih, 2015

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan komposisi zat menggambarkan bagaimana partikel-partikel penyusun zat

BAB I PENDAHULUAN. Kimia sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Soliha Oktianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur, susunan,

2015 PROFIL MODEL MENTAL SISWA PADA POKOK BAHASAN TITRASI ASAM LEMAH OLEH BASA KUAT BERDASARKAN TDM- IAE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fareka Kholidanata, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pepy Susanty, 2014

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PROFIL MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI MENGGUNAKAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO TIER MULTIPLE CHOICE PADA MATERI ASAM-BASA

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan salah satu ilmu yang memunculkan fenomena yang abstrak.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. molukul, ion, dan struktur merupakan fenomena yang tidak dapat dilihat secara. mewakili agar dapat memahami fenomena ini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kameliah Mushonev, 2014 Pengembangan gambar konsep sebagai alat evaluasi pada konsep ekosistem

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari sifat dan komposisi materi

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dengan IPA, dimana dalam pembelajarannya tidak hanya menuntut penguasaan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya kimia dibentuk dari berbagai konsep dan topik abstrak.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari struktur, susunan, sifat dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Ehrenberg (dalam Pakaya, 2008: 3) bahwa konsep merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vi. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN...

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai bagian dari ilmu sains, kimia merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan salah satu pelajaran sains yang tidak hanya perlu

KAJIAN TEKS PERUBAHAN KONSEP UNTUK MENGATASI KESALAHAN KONSEP MATERI DAN PERUBAHANNYA

KAJIAN KEMAMPUAN MEMAHAMI TEORI ASAM BASA PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 LIMBOTO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arin Ardiani, 2014

I. PENDAHULUAN. Kimia didefinisikan sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam (sains), yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan berupa fakta, teori, prinsip atau hukum-hukum saja, tetapi

I. PENDAHULUAN. BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) yang meliputi standar isi, standar

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa penelitian terhadap pembelajaran kimia menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN Rika Novi Marantika, 2014 Profil Model Mental Siswa Pada Penentuan H Reaksi Penetralan Dengan Tdm-Iae

BAB I PENDAHULUAN. konsep, aturan, hukum, prinsip, teori, soal-soal. Dari cangkupan materi ilmu

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengkategorian Penggunaan Level Mikroskopik dalam Buku Teks. Kimia SMA pada Materi Larutan Penyangga

2014 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI IKATAN KIMIA

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat karena

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disiratkan bahwa di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang menggunakan metode

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan subjek yang penting dalam sains, karena banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andika Nopihargu, 2014

I. PENDAHULUAN. mata pelajaran kimia merupakan bagian ilmu sains di SMA/MA yang bertujuan

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah..

BAB 4 TEMUAN DAN PEMBAHASAN. merumuskan indikator dan konsep pada submateri pokok kenaikan titik didih

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia yang sangat penting dan tidak

C. Prosedur Penelitian Secara garis besar, alur penelitian yang dilakukan dapat dilihat sebagaimana ditunjukkan pada gambar 3.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lia Apriani, 2014

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... A. Latar Belakang B. Perumusan Masalah...

2014 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2015 IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA KONSEP REPRODUKSI VIRUS MELALUI ANALISIS GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang strukur, susunan,

I. PENDAHULUAN. Belajar sains harus sesuai dengan karakteristiknya yaitu belajar yang dimulai

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran kimia sarat akan konsep-konsep yang kompleks dan abstrak. Seperti yang dikatakan Nieswandt (2001) bahwa beberapa peneliti menyatakan kimia merupakan subjek yang abstrak dan sulit untuk dipelajari oleh banyak siswa. Ilmu kimia tidak hanya memuat materi yang terlihat mata saja, tapi juga mempelajari apa yang terjadi dalam reaksi kimia yang tidak terlihat mata. Banyaknya konsep kimia yang sulit dan abstrak menyebabkan siswa tidak berminat mempelajari kimia. Hal tersebut bisa dipengaruhi oleh kurangnya pembelajaran yang mengaitkan tiga level representasi kimia yaitu level makroskopik, submikroskopik dan simbolik. Terkadang, dalam pembelajaran kimia hanya menunjukkan level makroskopik saja. Level submikroskopik dan simbolik sulit untuk siswa karena representasi tersebut tidak terlihat dan abstrak (Griffiths dan Preston, 1992). Padahal perlu adanya penekanan terhadap ketiga level representasi pada saat pembelajaran agar siswa dapat memahami konsep kimia secara utuh. Tugas guru adalah sebagai fasilitator yang membantu siswa memahami konsep atau materi yang harus dikuasai siswa dengan cara menghubungkan ketiga level representasi tersebut sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang baik. Ketidakmampuan siswa dalam mengaitkan ketiga level representasi kimia yang digunakan untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena kimia menurut Yarroch (1985) merupakan salah satu penyebab dari miskonsepsi siswa dalam memahami konsep kimia. Miskonsepsi adalah terjadinya perbedaan konsep awal siswa dengan konsep ilmiah dari literatur (Nakhleh, 1992). Sebelum pembelajaran, siswa sudah mempunyai pemahaman sendiri atau konsep sendiri tentang suatu fenomena alam yang pernah ditemuinya. Terkadang, pemahaman tersebut tidak sesuai dengan konsep ilmiahnya sehingga muncul miskonsepsi.

2 Seringkali siswa mengalami miskonsepsi yang akan menyebabkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Berdasarkan hal tersebut, penting untuk mengatasi miskonsepsi yang dialami siswa. Miskonsepsi merupakan suatu hal yang bersifat terus menerus dan sulit untuk diredakan serta tidak mudah dihilangkan melalui pembelajaran tradisional (Sungur, Tekkaya & Geban, 2001). Westbrook & Marek (1991) mengungkapkan bahwa pembelajaran tradisional tidak efektif membantu siswa mengembangkan pemahaman secara utuh pada konsep-konsep yang abstrak dalam membangun konsep yang benar untuk mengurangi miskonsepsi dan meningkatkan perubahan konseptual. Dalam materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit terdapat banyak konsep yang kompleks dan abstrak sehingga banyak ditemukan kesulitan dan miskonsepsi yang dialami siswa dalam memahami konsep ini. Sebagai contoh, Kheng (dalam Arief, 2012) mengatakan bahwa miskonsepsi yang terjadi dalam materi Larutan Elektrolit dan Non- Elektrolit yaitu senyawa ion dapat menghantarkan arus listrik dalam bentuk padatan. Siswa menganggap bahwa selama senyawa tersebut ionik, pasti dapat menghantarkan arus listrik karena didalamnya terdapat ion-ion. Padahal, yang dapat menghantarkan arus listrik yaitu ion-ion yang bergerak bebas. Kurangnya penjelasan hubungan ketiga level representasi kimia pada materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit akan menyebabkan siswa sulit memahami materi ini secara utuh. Pada umumnya siswa hanya mengetahui bahwa larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik tetapi kurang dapat menjelaskan reaksi apa yang terjadi dalam larutan sehingga dapat menghantarkan arus listrik. Selain dari kurangnya mengaitkan ketiga level representasi kimia dalam mempelajari kimia, penyebab miskonsepsi bisa saja diperoleh dari buku teks sebagai sumber bacaan siswa. Seperti yang dikatakan Dikmenli dan Cardak (2004) bahwa beberapa situasi seperti penjelasan guru atau pernyataan dalam buku teks bisa menjadi penyebab miskonsepsi. Menurut

3 peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 11 tahun 2005, buku teks adalah buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, serta potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan. Buku merupakan sumber bacaan siswa dalam memahami materi selain mendengarkan penjelasan dari guru. Pada umumnya, siswa akan membaca buku jika dalam penjelasan guru ada hal yang kurang dimengerti. Oleh karena itu, buku tidak boleh membuat siswa yang membacanya menjadi tidak mengerti dan membosankan. Kalimat yang sulit dipahami dan tidak adanya penjelasan secara visual (gambar) akan membuat siswa malas membaca. Dalam penyajian materi dengan gambar juga harus benar-benar diperhatikan agar tidak menimbulkan persepsi yang salah pada siswa sehingga muncul miskonsepsi. Seperti yang dikatakan Liliawati dan Ramalis (2008) bahwa penggunaan gambar dan diagram dapat pula menimbulkan miskonsepsi. Oleh karena itu, dalam mengatasi miskonsepsi perlu digunakan suatu cara untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa terhadap suatu konsep kimia. Salah satu metode yang dapat digunakan yaitu dengan menggunakan Conceptual Change Text (CCT) atau teks perubahan konseptual. Conceptual Change Text (CCT) berbeda dengan teks biasa pada umumnya. Menurut Sendur dan Toprak (2013), Conceptual Change Text (CCT) ditulis untuk mengidentifikasi miskonsepsi, menjelaskan alasan terjadinya miskonsepsi dan kemudian menunjukkan konsep yang benar secara ilmiah. Hal tersebut diperjelas oleh Çetingul dan Geban (2011) bahwa Conceptual Change Text (CCT) didesain untuk mengatasi miskonsepsi yang dialami siswa pada materi tertentu dan mengatasi kelemahan dalam menjelaskan atau menyelesaikan masalah agar tidak terjadi miskonsepsi lagi.

4 Berdasarkan penjelasan Posner (1982), dalam Conceptual Change Text (CCT) harus ada empat kondisi yaitu dissatisfaction, intelligible, plausible dan fruitful. Kondisi-kondisi tersebut harus mampu membuat siswa mudah memahami konsep yang sebenarnya dan dapat masuk akal menurut siswa. Oleh karena itu, Conceptual Change Text (CCT) harus dapat menghilangkan miskonsepsi yang dialami siswa dan juga harus mengubah konsep yang dimiliki tersebut dengan konsep ilmiah yang mudah dipahami siswa. Beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait penggunaan Conceptual Change Text (CCT) diantaranya pada materi kesetimbangan kimia (Ozmen, 2007), asam dan basa (Cetingul dan Geban, 2011), laju reaksi (Kingir dan Geban, 2012), ikatan kimia (Pabuccu dan Geban, 2012) dan alkena (Sendur dan Toprak, 2013). Dari penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan pemahaman konsep pada siswa dengan menggunakan Conceptual Change Text (CCT). Conceptual Change Text (CCT) yang dikembangkan baru terbatas pada sejumlah materi kimia. Oleh karena belum adanya Conceptual Change Text (CCT) untuk materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit, maka peneliti merasa perlu untuk mengembangkan Conceptual Change Text (CCT) materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. Conceptual Change Text (CCT) yang dikembangkan juga menampilkan komik kartun pada bagian pertanyaan miskonsepsi. Seperti yang dikatakan Keogh dan Naylor (1999), miskonsepsi dapat dimasukkan pada teks singkat dengan menggunakan karakter kartun. Dengan menggunakan komik kartun menurut Sahin dan Cepni (2011) menyediakan beberapa ide yang ada di pikiran siswa, sehingga membuat siswa dengan mudah menjelaskan ideidenya. Selama ini beberapa penelitian yang telah dilakukan adalah penggunaan Conceptual Change Text (CCT) dalam pembelajaran, tetapi belum ada penelitian yang menggunakan Conceptual Change Text (CCT) selain pada pembelajaran. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan Conceptual Change Text (CCT) yang telah

5 dikembangkan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit tetapi tidak melalui pembelajaran di kelas bersama guru melainkan hanya dengan kegiatan membaca secara mandiri. Berdasarkan beberapa hal di atas, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian terkait Perubahan Konsepsi Siswa pada Materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit melalui Conceptual Change Text (CCT). B. Rumusan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini adalah belum adanya teks materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit yang mencakup tiga level representasi kimia yang bisa menghilangkan miskonsepsi siswa. Penelitian tentang peranan Conceptual Change Text (CCT) dikaji dari berbagai aspek seperti pengaruh gender, peranan terhadap ketiga level representasi kimia dan peranan terhadap efektivitas peningkatan pemahaman aspek visual dan verbal level submikroskopik. Pada penelitian ini kajian yang dibahas yaitu hanya pada peranan Conceptual Change Text (CCT) terhadap pemahaman konsep siswa pada ketiga level representasi kimia. Rumusan masalah secara umum dari penelitian ini adalah Bagaimana perubahan konsepsi siswa pada materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit melalui Conceptual Change Text (CCT)?. Agar penelitian ini lebih terarah maka rumusan masalah dirinci menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana validitas Conceptual Change Text (CCT) pada aspek : a. Kesesuaian isi teks dengan indikator materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit? b. Kesesuaian grafika Conceptual Change Text (CCT) materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit? c. Kesesuaian teks dengan karakteristik materi Conceptual Change Text (CCT) materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit?

6 2. Bagaimana perubahan konsepsi siswa pada materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit melalui kegiatan membaca Conceptual Change Text (CCT)? C. Tujuan Penelitian Secara umum, tujuan dari penelitian ini adalah untuk membantu meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu : 1. Memperoleh Conceptual Change Text (CCT) materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit yang sudah valid. 2. Memperoleh informasi dan gambaran mengenai perubahan konsepsi siswa pada materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit melalui Conceptual Change Text (CCT). D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian terkait penggunaan Conceptual Change Text (CCT) pada materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit ini yaitu : 1. Manfaat bagi siswa Meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi pokok Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit menggunakan Conceptual Change Text (CCT). 2. Manfaat bagi guru a. Memberikan informasi tentang efektivitas penggunaan Conceptual Change Text (CCT) pada materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. b. Dapat digunakan sebagai salah satu bacaan alternatif dalam pembelajaran kimia. 3. Manfaat bagi peneliti selanjutnya Memberikan informasi dan gambaran mengenai penerapan Conceptual Change Text (CCT) terhadap pemahaman konsep siswa pada materi pokok Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit serta sebagai bahan

7 pertimbangan untuk penelitian selanjutnya dalam hal pengembangan dan penerapan sumber belajar pada materi lain. E. Struktur Organisasi Skripsi Skripsi ini ditulis dalam lima bab yang saling berkaitan. Kelima bab tersebut yaitu Pendahuluan (BAB I), Kajian Pustaka (BAB II), Metodologi Penelitian (BAB III), Temuan dan Pembahasan (BAB IV) serta Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi (BAB V). Kemudian, juga terdapat Daftar Pustaka dan Lampiran-Lampiran. Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang dilakukannya penelitian ini. Berdasarkan latar belakang tersebut dibuat rumusan masalah utama yang kemudian dirinci menjadi dua pertanyaan penelitian. Bab I juga memuat tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi yang berisi urutan penulisan skripsi dari Bab I sampai Bab V, Daftar Pustaka dan Lampiran-lampiran. Bab II berisi kajian pustaka yang merupakan kajian teoritis dari berbagai literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. Kajian pustaka ini dijadikan acuan untuk menjawab rumusan masalah yang telah dibuat. Cara yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah dirancang pada Bab III yang memuat metode penelitian. Bab III terdiri dari metode penelitian, subjek dan lokasi penelitian, definisi operasional dan alur penelitian yang menunjukkan kerangka kerja penelitian. Pada Bab III juga berisi tahapan penelitian yang memaparkan alur penelitian secara rinci. Bab III juga berisi penjelasan mengenai instrumen yang digunakan dalam penelitian ini. Instrumen tersebut digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang telah dibuat. Selanjutnya terdapat bagian analisis data yang diperoleh dari instrumen penelitian yang telah dibuat. Bab IV berisi temuan dan pembahasan. Temuan-temuan yang diperoleh dari hasil penelitian dibahas pada bab ini. Pembahasan dilakukan dengan mengacu pada landasan teori dan hasil validasi. Bab V berisi simpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah, implikasi dan rekomendasi untuk pihak terkait dalam penelitian lebih lanjut.