PEMODELAN DERET WAKTU MENGGUNAKAN TEKNIK EXPONENSIAL SMOOTHING

dokumen-dokumen yang mirip
PERAMALAN DEBIT ALIRAN SUNGAI MENGGUNAKAN METODE NAÏVE

ANALISIS DERET WAKTU

Analisis Deret Waktu

Hasil Peramalan dengan Menggunakan Software Minitab

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

SKRIPSI APLIKASI METODE GOLDEN SECTION UNTUK OPTIMASI PARAMETER PADA METODE EXPONENTIAL SMOOTHING. Disusun oleh: DANI AL MAHKYA

1. Pendahuluan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Jelok terletak di Kabupaten Semarang 45 km dari Kota Semarang, tepatnya di Desa Delik Kecamatan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENERAPAN ALGORITMA FORECASTING UNTUK PREDIKSI PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN SRAGEN

PENGGUNAAN METODE SMOOTHING EKSPONENSIAL DALAM MERAMAL PERGERAKAN INFLASI KOTA PALU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Vanissa Hapsari,2013

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB IV METODE PERAMALAN

Membuat keputusan yang baik

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERAMALAN PENJUALAN MAKANAN RINGAN DENGAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi

(FORECASTING ANALYSIS):

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Program Studi Teknik Otomasi, Jurusan Teknik Kelistrikan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

APLIKASI TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK FORECASTING JUMLAH PENDUDUK MISKIN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksi apa. situasi dan kondisi di masa yang akan datang.

JURNAL MATEMATIKA MANTIK Edisi: Oktober Vol. 02 No. 01 ISSN: E-ISSN:

Peramalan Deret Waktu Menggunakan S-Curve dan Quadratic Trend Model

III. MATEMATIKA DAN STATISTIKA APLIKASI (S.1) EFEK PERUBAHAN POLA CUACA PADA DEBIT AIR MASUK DI WADUK SAGULING

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

MODUL MINITAB UNTUK PERAMALAN DENGAN METODE ARIMA DAN DOUBLE EXPONENTIAL

Harwein et al., Peramalan Data Times Series Kebutuhan Tepung Terigu Sebagai Bahan Baku Pembuatan Roti...

PERAMALAN PRODUKSI SARUNG TENUN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMULUSAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. pada waktu yang akan datang berdasarkan data empiris. Data empiris(terhitung)

BAB I PENDAHULUAN. Peramalan merupakan suatu kegiatan memprediksi nilai dari suatu

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

PERENCANAAN PRODUKSI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan tersebut dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dari UD. Wingko Babat Pak Moel sebagai berikut: a. Data permintaan wingko pada tahun 2016.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik Regional Bruto

MATHunesa Jurnal Ilmiah Matematika Volume 3 No.6 Tahun 2017 ISSN

TIME SERIES. Deret berkala dan Peramalan

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN PRODUK KECAP PADA PERUSAHAAN KECAP MANALAGI DENPASAR BALI.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Analisis Hubungan Deret Waktu untuk Peramalan

Aplikasi Sistem Informasi Forecasting pada PD. Maha Jaya. Teknik Informatika 1 Teknik Industri 2 Universitas Kristen Petra Surabaya

PREDIKSI HARGA DAGING SAPI DI PEKANBARU DENGAN METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL WINTER

BAB I PENDAHULUAN. konstan, namun ada beberapa periode yang memperlihatkan keadaan yang ekstrim.

PENERAPAN METODE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK PERAMALAN PENGGUNAAN WAKTU TELEPON DI PT TELKOMSEL Divre 3 SURABAYA

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL HOLT-WINTER DAN METODE DEKOMPOSISI KLASIK

SISTEM PERAMALAN PERSEDIAAN UNIT MOBIL MITSUBISHI PADA PT. SARDANA INDAH BERLIAN MOTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE EXPONENTIAL SMOOTHING

EFEKTIVITAS METODE BOX-JENKINS DAN EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MERAMALKAN RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DISHUB KLATEN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Prediksi Persediaan Ikan Teri Menggunakan Exponential Smoothing Berbasis Ordered Weighted Aggregation

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kondisi ekonomi dan bisnis selalu berubah setiap waktu, maka para

APLIKASI METODE GOLDEN SECTION UNTUK OPTIMASI PARAMETER PADA METODE EXPONENTIAL SMOOTHING ABSTRACT

BAB 2 LANDASAN TEORI

Siti Fatimah

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman Online di:

VI PERAMALAN PENJUALAN AYAM BROILER DAN PERAMALAN HARGA AYAM BROILER

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN DAN KAITANNYA DALAM PERAMALAN LABA PADA PD. RAMATEX. Nama : Desty Trisnayannis NPM :

BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM. 3.1 Alasan digunakan Metode Exponential Smoothing. Banyak metode peramalan yang dapat digunakan dalam memprediksi tingkat

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. LANDASAN TEORI A. TEKNIK HEURISTIK

Pendahuluan. Metode Peramalan:

Perbandingan Analisis Trend dan Holt Double Eksponensial Smoothing dalam Meramalkan Angka Kematian Bayi di Jawa Timur

ANALISIS FORECASTING DALAM SPSS : APLIKASI KOMPUTER STATISTIK

PERAMALAN DATA TIME SERIES DENGAN METODE PENGHALUSAN EKSPONENSIAL HOLT - WINTER

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Dian Kristanti 1) 1 Prodi Pendidikan Matematika, STKIP Bina Bangsa Meulaboh.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE EXPONENTIAL SMOOTHING GANDA UNTUK MEMPREDIKSI NILAI PENJUALAN BARANG BARANG ELEKTRONIK PADA TOKO MITRA ELEKTRONIK

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

BAB III LANDASAN TEORI

PERAMALAN (FORECASTING) #2

Estimasi, Pemilihan Model dan Peramalan Hubungan Deret Waktu

Perbandingan Hasil Peramalan dengan Metode Double Exponential Smoothing Holt dan Metode Jaringan Syaraf Tiruan

BAB 2 LANDASAN TEORI

S (t)=ax(t)+(1-a)s t-1 (2) S (t)=asn(t)+(1-a)s t-1 (3) F(t+m)=S(t)+mb(t) (4)

Evelina Padang, Gim Tarigan, Ujian Sinulingga

METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL WINTER UNTUK PERAMALAN ABSTRACT

Enter the Problem (Masukkan Permasalahan)

BAB III PERAMALAN. Praktikum Sistem Produksi ATA 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar global dewasa ini tanpa disadari telah membuat kompetisi di dalam dunia

Peramalan Jumlah Penumpang Pada Siluet Tour And Travel Kota Malang Menggunakan Metode Triple Exponential Smoothing

PERAMALAN OPT PERKEBUNAN DENGAN MENGGUNAKAN SPSS Oleh : Arif Ashari, S.Si (Statistisi Ahli Pertama - BBPPTP Surabaya)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

PENERAPAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING PADA PERAMALAN PRODUKSI TANAMAN PANGAN

Transkripsi:

PEMODELAN DERET WAKTU MENGGUNAKAN TEKNIK EXPONENSIAL SMOOTHING UNTUK PERAMALAN DEBIT ALIRAN SUNGAI (Studi Kasus Sungai Cabenge SWS WalanaE - CenranaE) Melly Lukman[1] ), Eko Susanto *) ABSTRACT Exponential Smoothing Method is one of the time series modelling method which is using to predict the floods. These method is very important in hydrologic engineering especially to know the trend and to predic the discharge of a river in the future. In this study the authors have been using 4 ( four ) Exponential Smoothing Methods which are; Single Exponential Smoothing, Double Exponential Smoothing, Triple Exponential Smoothing (Winters), and ARIMA to predict the discharge of Cabenge river in WalanaE- CendranaE River basin.. The result of this study shows that from the 4 Exponential Smoothing methods ofwhich have been applied, the Triple Exponential Smoothing (Winters) more suitable to predict the discharge in the study area. Keywords : Modelling, Time Series, Discharge prediction

PENDAHULUAN Latar Belakang Prediksi terhadap kritisnya ketersediaan air di masa mendatang banyak didasarkan atas kecenderungan meningkatnya populasi penduduk dan jumlah industri atau dengan kata lain meningkatnya faktor kebutuhan air, yang diproyeksikan beberapa periode ke depan. Hasil-hasil studi tentang keseimbangan ketersediaan dan kebutuhan air akan lebih akurat jika faktor ketersediaan air juga diramalkan untuk beberapa periode ke depan, bukan mengasumsikan bahwa ketersediaan air adalah tetap. Meskipun pada kenyataannya jumlah air di bumi adalah tetap dan hanya terdistribusi/berubah menurut ruang dan waktu. Mengingat kondisi lingkungan yang cenderung menurun dengan semakin banyaknya jumlah DAS yang kritis, maka dapat diduga bahwa akan ada perubahan kondisi aliran sungai dari waktu ke waktu. Kondisi seperti ini akan berdampak pada keteraturan ketersediaan debit aliran sungai untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Aspek seperti ini merupakan aspek yang penting untuk diakomodasi dalam suatu studi keseimbangan air guna mengetahui bagaimana kecenderungan dan peramalan kondisi debit aliran sungai untuk masa mendatang. Untuk melakukan peramalan (forecasting) debit aliran sungai dapat digunakan pendekatan pemodelan deret waktu guna meramal nilai karakteristik tertentu pada periode ke depan. Hal ini dikarenakan bahwa pemodelan deret waktu merupakan dasar dari peramalan yang rasional, efektif, dan efisien. Teknik Exponential Smoothing adalah salah satu teknik pemodelan deret waktu yang dapat digunakan untuk peramalan. Tujuan Studi Memberikan gambaran penerapan Teknik Exponential Smoothing untuk analisis data hidrologi dalam bentuk deret waktu, khususnya dalam melakukan proses peramalan terhadap suatu nilai karaktersitik tertentu dari komponen-komponen dalam daur hidrologi antara lain seperti hujan dan debit aliran sungai. TINJAUAN PUSTAKA Data deret waktu (time series) adalah data kuantitif berdasarkan rentang waktu tertentu yang teratur. Komponen time series terdiri atas faktor trend, siklus, musiman, dan gerakan tak beraturan. Tujuan dari analisis time series adalah mengidentifikasi dan mengisolasi faktor-faktor di atas untuk memprediksi pola tertentu di masa mendatang.

Gambar 1. Bagan Time Series (Santoso, 2000)

Teknik Moving Average (MA) dan Exponential Smoothing (ES) merupakan teknik analisis data deret waktu dengan metode pemulusan. MA berada dalam kelompok metode perataan yang sederhana dan mudah dikerjakan. ES menggunakan bobot yang berbeda untuk data masa lalu dimana pembobotan akan menurun secara eksponensial terhadap nilai pengamatan yang lebih awal, pada metode ini diperlukan adanya penentuan parameter tertentu. Termasuk di dalam Teknik MA diantaranya adalah Single Moving Average (SMA) dan Double Moving Average (DMA). Untuk SMA digunakan, jika data tidak ada trend, tidak ada komponen musiman, dan untuk peramalan jangka pendek. Metode ini mempunyai kelemahan tidak dapat menanggulangi adanya trend atau musiman, dan setiap data terakhir harus disimpan untuk meramalkan nilai periode berikutnya. Kelemahan dari SMA yang tidak dapat mengatasi masalah trend, dibuat variasinya dengan memperhitungkan trend yaitu DMA. Pada metode yang kedua ini dilakukan penghitungan rata-rata bergerak dari rata-rata bergerak dengan tujuan menghilangkan galat sistematis pada data trend. Kedua metode ini tidak dibahas lebih lanjut. ES adalah suatu teknik yang memberikan peramalan yang dapat dihitung secara eksplisit. Teknik ES yang sering digunakan untuk peramalan suatu nilai karakteristik tertentu terdiri dari Single Exponential Smoothing (SES), Double Exponential Smoothing (DES), Triple Exponential Smoothing (TES), dan ARIMA (Autoregresive Difference Moving Average). SES menghasilkan peramalan jangka pendek dan baik digunakan bila tidak ada trend atau komponen musiman. Untuk memperoleh deret waktu termuluskan secara eksponensial perlu ditentukan suatu konstanta pemulusan eksponensial yaitu ( yang besarnya antara 0 dan 1. Deret waktu termuluskan secara eksponensial, E t dinyatakan dalam persamaan: (1) dimana: X t = nilai deret waktu (t = 2, 3,, n) E t-1 = nilai termuluskan secara eksponensial pada waktu sebelum t ( = konstanta pemulusan untuk level Untuk t = 1, E t sama dengan data nomor urut pertama. Jika ada n periode data pengamatan, maka untuk peramalan periode waktu yang akan datang digunakan persamaan: (2) dimana: F t = nilai peramalan pada waktu yang akan datang t X n = nilai deret waktu pada t = n t = periode waktu yang akan datang (t = n+1, n+2, ) Ruas kanan dari persamaan (2) tidak tergantung dari t sehingga nilai F t akan memberikan hasil yang sama untuk semua peramalan periode waktu yang akan datang. Hal ini menunjukkan kelemahan dari Teknik SES. Karena peramalan seperti ini adalah konstan untuk semua nilai yang akan datang, maka perubahan apapun pada trend dan/atau musiman tidak diperhitungkan (Kuntoro, 2005). DES menggunakan 2 konstanta pemulusan yaitu ( dan (, yang mengakomodasi adanya komponen trend di dalam deret waktu. Persamaan yang digunakan oleh Holt untuk menghitung komponen termuluskan secara eksponensial dan komponen trend: (3)

(4) Jika ada n periode data pengamatan, maka nilai peramalan untuk k periode setelah n digunakan persamaan: (5) dimana: T t = komponen trend ( = konstanta pemulusan untuk trend yang nilainya antara 0 dan 1 t = periode waktu yang akan datang (t = n+k) Jika pada SES dan DES dapat digunakan untuk peramalan dengan syarat tidak ada komponen musiman, maka TES dapat mengatasi masalah musiman. TES menggunakan 3 konstanta pemulusan yaitu (, (, dan (. Persamaan yang digunakan oleh Winters untuk menghitung komponen termuluskan secara eksponensial dengan komponen trend dan musiman: (6) (sama dengan persamaan untuk DES) (7) Jika ada n periode data pengamatan, maka nilai peramalan untuk k periode setelah n digunakan persamaan: (8) dimana: S t = komponen musiman ( = konstanta pemulusan untuk trend yang nilainya antara 0 dan 1 P = jumlah periode waktu dalam siklus Dalam menentukan nilai ( ataupun konstanta lainnya yaitu ( dan ( yang optimal, perlu diperhitungkan kesalahan peramalan yang terjadi. Nilai-nilai konstanta ini ditentukan secara trial and error. Untuk nilai (, semakin kecil nilainya maka semakin kecil pula kesalahan peramalan yang terjadi. Apabila analisis dilakukan dengan bantuan perangkat lunak, interpretasi hasil analisis yang perlu diperhatikan adalah: diagram plot, hasil peramalan, dan akurasi peramalan (MAPE, MAD, MSD). Semakin kecil nilai-nilai kesalahan peramalan seperti MAPE, MAD, dan MSD, maka hasil peramalan akan semakin akurat. Cara lain yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat akurasi pemodelan deret waktu dengan menggunakan Teknik ES adalah kriteria Nash dan Sutcliffe (1970) dalam Riise et al. (1995) yang dinyatakan dengan rumus:

(9) dimana: Qp i = debit pengamatan ke-i (m 3 /detik), Qmi = debit model/peramalan ke-i (m 3 /detik), = debit pengamatan rata-rata (m 3 /detik). METODE ANALISIS Lokasi Studi Lokasi studi pada SWS WalanaE - CenranaE dengan pos duga air yang digunakan dalam studi ini adalah pos duga air Cabenge Kabupaten Soppeng Propinsi Sulawesi Selatan. Luas SWS WalanaE - CenranaE adalah 7.380 km 2 dan berada antara 3 o 20 12LS 5 o 45 16 LS dan 119 o 40 30 BT 120 o 55 32 BT. Lokasi studi disajikan pada gambar 2. Tahapan Analisis 1. Mempersiapkan data debit rata setiap bulan (Q) dalam m 3 /detik sejak tahun 1992 sampai 2001 (120 bulan panjang data). Data tahun 1992(2001 digunakan untuk pemodelan, sedangkan data tahun 2002 digunakan untuk uji keandalan model. 2. Peramalan Debit Aliran Sungai Model Single Exponential Smoothing i. Pilih konstanta pemulusan ( yang besarnya berkisar 0(1, nilai ( yang lebih kecil akan memberikan bobot lebih kecil untuk nilai saat ini dari deret dan menghasilkan deret lebih termuluskan. ii. Hitung deret termuluskan secara eksponensial, E t : E 1 = Q 1 E 2 = (.Q 2 + (1(()(Q 1 E 3 = (.Q 3 + (1(()(Q 2 E n = (.Q n + (1(()(Q n-1 (10) iii. Hitung peramalan untuk periode yang akan datang: Ft = (.Qn + (1(()(Qn, dengan t = n+1, n+2, (11) 3. Peramalan Debit Aliran Sungai Metode Double Exponential Smoothing i. Pilih konstanta pemulusan ( dan ( yang masing-masing besarnya berkisar 0(1. ii. Hitung deret termuluskan secara eksponensial, E t dan komponen trend, T t untuk t = 2, 3,, n: (12) (13) iii. Hitung peramalan untuk periode yang akan datang: (14) 4. Peramalan Debit Aliran Sungai Metode Triple Exponential Smoothing (Winters) i. Pilih konstanta pemulusan (, (, dan ( yang besarnya berkisar 0(1. ii. Tentukan P, jumlah periode waktu dalam 1 siklus. Dalam studi ini diasumsikan 1 siklus debit aliran sungai adalah satu tahun atau 12 bulan yang mewakili 6 bulan musim kemarau dan 6 bulan musim penghujan, dengan demikian diambil harga P = 12. iii. Hitung deret termuluskan secara eksponensial (E t ), komponen trend (T t ), dan komponen musiman/siklus (S t ), untuk t = 2, 3,,n:

Gambar 2. Lokasi Studi (Sumber gambar: Master Plan WalCen 2002)

(15) (16) (17) iv. Hitung peramalan untuk periode yang akan datang: (18) v. (, (, dan ( dioptimalkan nilainya dengan cara trial and error. 5. Peramalan Debit Aliran Sungai Metode ARIMA i. Pilih konstanta pemulusan ARIMA (p, d, q) yang besarnya berkisar 0-2 ii. Tentukan P, jumlah periode waktu dalam 1 siklus. Dalam studi ini diasumsikan 1 siklus debit aliran sungai adalah satu tahun atau 12 bulan yang mewakili 6 bulan musim kemarau dan 6 bulan musim penghujan, dengan demikian diambil harga P = 12. iii. Pilih konstanta seasonal (P, D, Q) yang besarnya berkisar 0-2 iv. Prosedur selanjutnya sama dengan Metode TES (sub point 5iii - iv) v. Nilai (p, d, q) (P, D, Q) dioptimalkan dengan berbagai kombinasi. 6. Perbandingkan hasil peramalan ketiga Model ES yaitu SES, DES, TES, dan ARIMA di atas. Masingmasing hasil peramalan di atas menghasilkan nilai MAPE, MAD, dan MSD. Selain itu, debit hasil peramalan juga diperbandingkan terhadap debit terukur berdasarkan nilai KN untuk mengetahui tingkat akurasi model dalam melakukan peramalan. Model yang terbaik dipilih sebagai model untuk meramal debit aliran sungai untuk periode yang akan datang di lokasi studi. Tahapan analisis di atas diselesaikan dengan bantuan Paket Program MINITAB for Windows versi 11.0. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Peramalan Debit Aliran Sungai Cabenge pada SWS WalanaE - CenranaE dengan menggunakan Software MINITAB for Windows versi 11.0, baik untuk SES, DES, ataupun TES, dapat ditunjukkan pada Gambar 3 sampai Gambar. 7. Perbandingan nilai akurasi model ditunjukkan pada Tabel 1, dan perbandingan hasil peramalan ditunjukkan pada Tabel 2. Hasil pemodelan deret waktu untuk SES pada Gambar 3 dan DES pada Gambar 4. Penentuan konstanta pemulusan yang optimal dilakukan secara otomatis melalui fasilitas yang ada pada program komputer. Hasil pemodelan untuk TES dalam gambar 5 menggunakan konstanta pemulusan mula-mula (default) yang ada pada fasilitas program komputer, sedangkan pada Gambar 6 telah dilakukan optimasi dengan mengacu pada kriteria MAPE, MAD, dan MSD yang lebih rendah. Pada Gambar 7 disajikan hasil pemodelan dengan teknik ARIMA. Peramalan dengan menggunakan SES menghasilkan nilai debit rata-rata yang sama untuk setiap bulan (Januari Desember 2002) yaitu 85.32 m 3 /detik. Hal ini menunjukkan kelemahan dari SES yang

tidak memperhitungkan adanya komponen trend dan komponen musiman. Dengan demikian hasil peramalan yang diperoleh adalah konstan untuk semua nilai pada periode yang akan datang, sehingga penggunaan metode ini lebih disarankan untuk kondisi data yang tidak dipengaruhi komponen trend dan musiman relatif tidak bermakna. Peramalan dengan menggunakan DES menunjukkan nilai kesalahan MAPE yang lebih kecil, namun nilai MAD dan MSD yang lebih besar. Namun demikian perbedaan nilai kesalahan tersebut relatif sedikit. Peramalan menggunakan TES menghasilkan nilai MAPE yang lebih besar tetapi nilai MAD dan MSD yang lebih kecil daripada menggunakan SES dan DES. Namun demikian hasil peramalan dengan menggunakan TES merupakan hasil yang belum optimal karena nilai-nilai konstanta pemulusan masih menggunakan nilai default yang disediakan oleh fasilitas program komputer, sedangkan konstanta pemulusan pada SES dan DES telah dioptimasi secara otomatis oleh program komputer. Peramalan dengan teknik ARIMA yang dilakukan dengan berbagai kombinasi (p, d, q) (P, D, Q) kombinasi terbaik adalah ARIMA (011) Seasonal (010). Perbandingan debit peramalan ARIMA (011) Seasonal (010) terhadap debit terukur menghasilkan Nilai KN = 0,59 = 59 %. Hasil optimasi konstanta pemulusan pada TES, memberikan nilai peramalan yang lebih akurat dibanding SES dan DES. Nilai kesalahan TES dengan konstanta pemulusan teroptimasi baik MAPE, MAD, dan MSD lebih kecil dibandingkan SES dan DES. Perbandingan debit peramalan dengan TES terhadap nilai debit terukur (tahun 2002), menunjukkan nilai KN = 0,93 = 93%. Untuk debit peramalan dengan SES maupun DES menghasilkan nilai KN yang sangat kecil. Dari perbandingan 4 Teknik ES pada kasus ini, maka dipilih Teknik TES opt untuk digunakan dalam peramalan debit aliran sungai Cabenge pada SWS WalanaE - CenranaE. Akurasi hasil peramalan TES yang salah satunya dapat ditunjukkan oleh nilai KN = 93%.

Tabel 1. Perbandingan Nilai Akurasi Model Kesalahan Teknik Exponential Smoothing SES DES WMM WMMopt MAPE 142,55 91,12 73,73 21,49 MAD 54,36 61,51 55,69 29.09 MSD 4.769,79 7340,61 7977,30 1632.47 Keterangan: SES = Single Exponential Smoothing, DES = Double Exponential Smoothing, WMM = Winters Multiplicative Model /Triple Exponential Smoothing, WMMopt = WMM dengan konstanta pemulusan yang telah dioptimasi Gambar 3. Hasil Peramalan Teknik Gambar 4. Hasil Peramalan Teknik Single Exponential Smoothing Double Exponential Smoothing Gambar 5. Hasil Peramalan Teknik Triple Exponential Smoothing dari Winters dengan nilai konstanta pemulusan default konstanta pemulusan. Gambar 6. Hasil Peramalan Teknik Triple Exponential Smoothing dari Winters setelah dilakukan optimasi

Gambar 7. Hasil Peramalan Teknik ARIMA (011) Seasonal (010) Tabel 2. Perbandingan Debit Peramalan dengan Debit Terukur Sungai Cabenge SWS WalCen Sumber: Hasil Analisis Gambar 8. Perbandingan Debit Aliran Sungai Cabenge Terukur dengan Berbagai Model Time Series

SIMPULAN Dari 4 Teknik ES yang diujicobakan dalam studi ini, TES memberikan nilai peramalan yang lebih akurat dibanding SES, DES, dan ARIMA. TES memiliki nilai kesalahan baik MAPE, MAD, dan MSD lebih kecil dibandingkan SES dan DES, dan perbandingan debit peramalan dengan nilai debit terukur menunjukkan nilai KN sebesar 93%. Untuk meramalkan debit aliran sungai Cabenge pada SWS WalanaE - CenranaE dapat dilakukan dengan menggunakan Teknik Triple Exponential Smoothing (Winters). SARAN Perbandingan debit aliran sungai hasil peramalan dan data terukur pada Sungai Cabenge pada SWS WalanaE - CenranaE menunjukkan nilai akurasi dari Teknik Triple Exponential Smoothing (Winters) berdasarkan nilai KN sebesar 93%, dimana untuk keperluan studi lebih lanjut nilai dalam hal ini peramalan debit dalam jangka panjang perlu diupayakan untuk ditingkatkan lagi melalui optimasi konstanta pemulusan. DAFTAR PUSTAKA 1. Ilyas, M.A., dan R. Effendy. (1993). Pemanfaatan Sumber Daya Air Sungai di Pulau Jawa Hampir Mendekati Kritis. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pengairan. No. 28 Th. 8 Kw. II 1993. ISSN 0215-1111. pp. 51-57. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengairan. Bandung. 2. Kodoatie, R.J. dan R. Sjarief (2005). Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Andi. Yogyakarta. 3. Kuntoro. (2005). Konsep Dasar Deret Waktu. Materi Pelatihan Pemodelan Time Series, Angkatan I. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Airlangga. Surabaya. 4. Notobroto, H.B. (2005). Metode Rata-rata Bergerak (Moving Average) dan Pemulusan Eksponensial (Exponential Smoothing). Materi Pelatihan Pemodelan Time Series, Angkatan I. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Airlangga. Surabaya. 5. Riise, L.M., B.Y. Liu, and M.A. Nearing. (1995). Using Curve Numbers to Determine Baseline Values of Green-Ampt EffectiveHydraulic Conductivities. Water Resources Bulletin, Journal of the American Water Resources Association. Vol. 31 No. 1. February 1995. ISSN 0043-1370. pp. 147-158. American Water Resources Association. Herndon, Virginia. 6. Santoso, S. (2000). Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. 7. Sugiarto, E. (1995). Kajian Ketersediaan dan Kebutuhan Air Untuk Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu. Tesis Magister Sains. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

[1] ) Fakultas Teknik Sipil UKI Paulus Makassar ------------------------------------------- TEKNIK KEAIRAN ------------------------------------------- Time Series Menghitung Irend Moving Average Exponential Smooting Model Autoregrasi Irend Exponential Irend Quadratic Irend Linier Tidak Ya Q Peramalan

Q Peramalan Pos Duga Air