Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut terdegradasi

dokumen-dokumen yang mirip
Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut

Kata kunci: hutan rawa gambut, degradasi, rehabilitasi, kondisi hidrologi, gelam

TEKNIK REHABILITASI (REVEGETASI) LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI Sumbangsih Pengalaman dan Pembelajaran Restorasi Gambut dari Sumatera Selatan dan Jambi

ASPEK Agroforestry JENIS: BAMBANG LANANG GELAM

SINTESIS RPI 5 : PENGELOLAAN HUTAN RAWA GAMBUT

PENELITIAN BUDIDAYA JENIS GELAM

Kata kunci: rehabilitasi, mangrove, silvofhisery

PENDAHULUAN. Hutan rawa gambut adalah salah satu komunitas hutan tropika yang terdapat di

Demplot sumber benih unggulan lokal

III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BUDIDAYA JELUTUNG RAWA (Dyera lowii Hook.F)

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SIDANG

Teknologi penanaman jenis mangrove dan tumbuhan pantai pada tapak khusus

ASPEK GROWTH AND YIELD

CAPAIAN OUTPUT DAN OUTCOME

Program Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Koordinator

PEMBANGUNAN KEBUN PANGKAS RAMIN (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz) DI KHDTK TUMBANG NUSA, KALTENG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. . Gambar 4 Kondisi tegakan akasia : (a) umur 12 bulan, dan (b) umur 6 bulan

RPI 5 Pengelolaan Hutan Rawa Gambut

KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA POHON PENGGANTI SONOR

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH

RESPONS PERTUMBUHAN ANAKAN JELUTUNG MERAH

II. METODOLOGI. A. Metode survei

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan hutan alam produksi, produktivitas hutan menjadi satu

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

USAHA KEBUN KAYU DENGAN JENIS POHON CEPAT TUMBUH

PEMANENAN KAYU DI HUTAN RAWA GAMBUT DI SUMATERA SELATAN (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

ASPEK lingkungan JENIS: TEMBESU KAYU BAWANG GELAM

PENDAHULUAN EVALUASI PERTUMBUHAN SENGON DAN JABON DALAM REHABILITASI LAHAN TERDEGRADASI DI TLOGOWUNGU PATI. Tujuan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

POTRET GAMBUT KALIMANTAN

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

Jumlah informasi dan paket iptek pendukung produktivitas hutan dan pola agroforestry berbaris kayu pertukangan

PERKEMBANGAN PENGELOLAAN HUTAN RAWA GAMBUT DI INDONESIA : KONDISI TERKINI DAN UPAYA REHABILITASI FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Lokasi Kajian Metode Penelitian Lanjutan Metode Penelitian


Paket KUANTITATIF PERTUMBUHAN

tanah tipe silty clay, kemampuan kapiler tanah lebih lebih kecil, yaitu kurang dari 60 cm. Kemampuan tanah menyimpan ketersed~aan air 12.

Paket INFORMASI DAMPAK HUTAN TANAMAN TERHADAP LINGKUNGAN

PENELITIAN BUDIDAYA JENIS SUNGKAI ASPEK : SILVIKULTUR MANIPULASI LINGKUNGAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG HABIS PENANAMAN BUATAN (THPB)

Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur

KOMPOSISI DAN STRUKTUR VEGETASI HUTAN LOA BEKAS KEBAKARAN 1997/1998 SERTA PERTUMBUHAN ANAKAN MERANTI

Agroforestri. di Daerah Rentan Kebakaran

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon

RPI 1. KONSERVASI DAN REHABILITASI KAWASAN HUTAN DAN LAHAN

Ekologi Padang Alang-alang

9/21/2012 PENDAHULUAN STATE OF THE ART GAMBUT DI INDONESIA EKOSISTEM HUTAN GAMBUT KEANEKARAGAMAN HAYATI TINGGI SUMBER PLASMA NUTFAH TINGGI

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

Final Report Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang Kabupaten Muba Sumatera Selatan

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL EVALUASI SISTEM SILVIKULTUR DI HUTAN RAWA GAMBUT BERDASARKAN KAJIAN LAPANGAN DAN WAWANCARA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Bulan September 2013 sampai dengan

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan waktu penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Metode pemupukan lanjutan

PEDOMAN PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK BUDIDAYA KELAPA SAWIT

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

SINTESA HASIL PENELITIAN BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI SERAT TANAMAN HUTAN

SINTESA HASIL PENELITIAN PENGELOLAAN HUTAN ALAM PRODUKSI LESTARI KOORDINATOR: DARWO

APLIKASI TEKNIK IRIGASI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT (STUDI KASUS KEBUN SURYA ADI PT BINA SAWIT MAKMUR)

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TERM OF REFERENCE REHABILITASI HUTAN LINDUNG GAMBUT (HLG) LONDERANG DESA RAWASARI, KECAMATAN BERBAK, KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PROYEK MCA-I RIMBA

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

Keberadaan lahan gambut selalu dikaitkan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kondisi lahan gambut yang unik dan khas menjadikan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Strategi rehabilitasi hutan terdegradasi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH DI DATARAN MEDIUM KABUPATEN REJANG LEBONG BENGKULU PENDAHULUAN

RAPAT KOORDINASI TEKNIS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PENILAIAN DAN KUNCI PENGELOLAAN LAHAN BASAH:

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENYEMPURNAAN SISTEM SILVIKULTUR MENJADIKAN HUTAN LEBIH BAIK

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

Setitik Harapan dari Ajamu

BAB I PENDAHULUAN. di antara dua sungai besar. Ekosistem tersebut mempunyai peran yang besar dan

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN

PENGARUH PENGGUNAAN JARAK TANAM TERHADAP HASIL TANAMAN KACANG PANJANG ( VIGNA SINENSIS ) OLEH NINDA AYU RACHMAWATI

ANALISIS VEGETASI DI BAWAH TEGAKAN Dyera lowii Hook.f. DI AREAL REHABILITASI LAHAN GAMBUT DESA LUNUK RAMBA, KALIMANTAN TENGAH

Teknis Penanaman Baru dan Replanting. PT. Bumitama Gunajaya Agro, Februari 2017 Suroso Rahutomo

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Pengadaan bibit untuk kegiatan rehabilitasi lahan terdegradasi dalam areal kerja PHBM di Provinsi Jambi

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

Transkripsi:

Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut terdegradasi Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Ujicoba Teknik Rehabilitasi Hutan Alam Rawa Gambut Bersulfat Masam Dengan Jenis Melaleuca leucadendron Ujicoba Teknik Rehabilitasi Hutan Alam Rawa Gambut Terdegradasi Melalui Pengaturan Kondisi Hidrologi Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Page 110

Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Laporan Hasil Penelitian Pengelolaan Hutan Rawa Gambut Koordinator RPI : Dr. Herman Daryono / Ir. Atok Subiakto, M.Sc Judul Kegiatan : Ujicoba Teknik Rehabilitasi Hutan Alam Rawa Gambut Bersulfat Masam Dengan Jenis Melaleuca leucadendron Pelaksana Kegiatan : Ir. Bastoni Tubagus Angga Anugerah Syahbana, SP Sairun ABSTRAK Ujicoba teknik rehabilitasi hutan alam rawa gambut bersulfat masam dengan jenis gelam (Melaleuca leucadendron) merupakan salah satu aspek dari penelitian pengelolaan hutan rawa gambut. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh paket teknologi rehabilitasi hutan alam rawa gambut bersulfat masam dengan jenis gelam (Melaleuca leucadendron). Metodologi yang digunakan meliputi percobaan lapangan dan uji statistik. Kegiatan penelitian yang dilakukan terdiri dari: 1) pengamatan karakteristik permudaan alam gelam, dan 2) pengamatan pertumbuhan permudaan alam dan buatan gelam. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah diperolehnya 1) Data dan informasi karakteristik permudaan alam gelam, 2) Data dan informasi pertumbuhan hutan gelam dari permudaan alam dan permudaan buatan. Kata kunci: hutan rawa gambut, rehabilitasi, gelam A. Latar Belakang Salah satu tipologi lahan rawa gambut yang banyak dijumpai di wilayah Sumatera Selatan adalah lahan sulfat masam. Tipe hutan yang terdapat pada lahan tersebut adalah hutan gelam ( Melaleuca leucadendron). Saat ini hutan gelam mengalami degradasi yang berat yang disebabkan oleh eksploitasi yang berlebihan, kebakaran dan konversi lahan, terutama untuk perkebunan kelapa sawit. Untuk memulihkan dan tetap mempertahankan hutan gelam sebagai ciri khas dari lahan rawa gambut bersulfat masam maka upaya rehabilitasi perlu dilakukan. Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Page 111

B. Tujuan dan Sasaran Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh paket teknologi rehabilitasi hutan alam rawa gambut bersulfat masam dengan jenis gelam ( M. leucadendron). Sasaran penelitian ini adalah diperolehnya 1) Data dan informasi karakteristik permudaan alam gelam, 2) Data dan informasi pertumbuhan hutan gelam dari permudaan alam dan permudaan buatan C. Metode Penelitian 1. Pengamatan karakteristik permudaan alam gelam Karakteristik pemudaan alam gelam diamati dengan memanfaatkan plot pengamatan yang telah dibuat dari kegiatan pada tahun 2011. Karakteristik permudaan alam gelam yang diamati dan diukur adalah: jumlah, kerapatan dan pertumbuhan anakan alam gelam. 2. Pengamatan pertumbuhan permudaan alam dan buatan gelam, Pertumbuhan permudaan alam dan buatan gelam diamati dengan memanfaatkan plot pengamatan yang telah dibuat dari kegiatan pada tahun 2011. Plot percobaan permudaan alam dan buatan gelam dibuat di 2 lokasi, yaitu di daerah Kedaton seluas 1 hektar, dan di daerah Indralaya seluas 1 hektar. Rancangan percobaan yang digunakan untuk penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok Petak Terbagi. Untuk daerah Kedaton, petak utama adalah perlakuan pembebasan (alam i sebagai kontrol, pembebasan manual 2 kali per tahun, dan pembebasan kimia 2 kali per tahun). Anak petak adalah perlakuan periode pemupukan (kontrol, pemupukan 1 kali per tahun, 2 kali per tahun dan 3 kali per tahun). Untuk daerah Indralaya, Petak utama adalah perlakuan periode pemupukan (kontrol, pemupukan 1 kali per tahun, 2 kali per tahun dan 3 kali per tahun). Anak petak adalah perlakuan sumber asal bibit (Sungsang, Sungai Lilin, Sekayu). Dosis pupuk NPK yang digunakan 10 gram per pohon per aplikasi pemupukan. Variabel permudaan alam yang diukur adalah tinggi dan diameter tanaman sebanyak 2 kali per tahun. D. Hasil yang Telah Dicapai Hasil yang telah dicapai pada tahun 2010 2012 adalah: 1. Gelam tersebar pada seluruh tipologi lahan rawa yang terdapat di Sumatera Selatan. 2. Penampilan pertumbuhan bibit gelam yang berasal dari perkecambahan benih lebih baik dibandingkan dengan penampilan pertumbuhan bibit gelam yang berasal dari cabutan anakan alam. Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Page 112

3. Perlakuan pemupukan berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan tinggi dan diameter bibit gelam yang berasal dari benih dan dari cabutan anakan alam. 4. Permudaan buatan gelam memiliki daya hidup yang lebih tinggi pada lahan rawa gambut bersulfat masam dengan genangan air sedang. 5. Permudaan alam gelam tumbuh sangat rapat pada lahan yang telah mengalami kebakaran. Kerapatan permudaan (anakan) alam menurun dengan bertambahnya jarak dari tegakan pohon induk. Empat bulan setelah kebakaran, pada jarak 0 meter (di bawah tegakan pohon induk) kerapatan anakan alam mencapai 2.625 batang/m2 dan pada jarak 40 m dari pohon induk kerapatan menurun drastis menjadi 8 batang/m2. Kerapatan anakan alam menurun ratarata sebesar 52% pada bulan keduabelas (tahun pertama) setelah kebakaran. 6. Kecambah permudaan alam gelam dapat bertahan hidup di bawah genangan air yang jernih yang memungkinkan cahaya masuk sehingga fotosintesis dapat tetap berjalan. Hasil yang diperoleh pada tahun 2013 adalah: 1. Permudaan (anakan) alam gelam yang tersisa setelah 2 tahun rata-rata sebesar 41% dari kerapatan awal atau tingkat kematian anakan alam mencapai 59% akibat persaingan ruang tumbuh antar anakan alam yang sangat rapat. 2. Pertumbuhan permudaan alam paling tinggi diperoleh pada perlakuan pembebasan secara kimia (herbisida) dengan riap tinggi 62,08 cm/tahun, r iap diameter 0,97 cm/tahun dan daya hidup 89,05%, diikuti oleh kontrol (alami) dan perlakuan pembebasan manual. Respon pertumbuhan permudaan alam gelam terhadap perlakuan pemupukan menunjukkan pola yang beragam. 3. Daya hidup permudaan buatan paling tinggi diperoleh pada lahan dengan genangan sedang (25 50 cm) sebesar 72,21% diikuti oleh genangan dangkal (0 25 cm) dan genangan dalam (> 50 cm). Pemupukan sebanyak 1 kali per tahun dengan dosis 10 gram/batang menghasilkan pertumbuhan paling tinggi (pertambahan tinggi 62,56 cm/10 bulan dan diameter 0,78 cm/10 bulan) diikuti oleh perlakuan pemupukan 2 kali dan 3 kali per tahun. Sumber benih asal Sungsang memiliki pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan benih asal Sungai Lilin dan Sekayu. E. Kesimpulan dan Rekomendasi 1. Rehabilitasi hutan alam rawa gambut bersulfat masam dapat memanfaatkan permudaan alam gelam yang sangat melimpah. Permudaan alam tersebut dapat digunakan sebagai sumber bibit untuk penanaman di tempat lain dan sisanya dapat dipelihara untuk membentuk tegakan baru setelah kebakaran. 2. Permudaan alam gelam dapat ditingkatkan riapnya dengan perlakuan pembebasan secara kimia, namun demikian perlakuan tersebut masih perlu diuji kelayakan ekonominya dan dampaknya terhadap lingkungan. Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Page 113

3. Permudaan buatan gelam dapat digunakan untuk rehabilitasi lahan rawa gambut bersulfat masam yang tidak memiliki permudaan alam. Keberhasilannya tetap harus mempertimbangkan kondisi dan karakteristik site dan perkuan tertentu seperti pemupukan untuk memacu pertumbuhan awal. 4. Penelitian ini masih perlu dilanjutkan untuk memperoleh kesimpulan dan rekomendasi yang lebih baik dan untuk mengetahui pengaruh waktu dan berbagai kombinasi perlakuan silvikultur terhadap respon pertumbuhan permudaan alam dan buatan gelam. Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Page 114

Anakan Alam Gelam setelah kebakaran Pembebasan Kimia (Semprot Herbisida) Pembebasan Manual (Tebas Total) Permudaan Alam Gelam di daerah Kedaton Kab. OKI Tanpa Pembebasan (Kondisi Alami)

Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Laporan Hasil Penelitian Pengelolaan Hutan Rawa Gambut Koordinator RPI : Dr. Herman Daryono Judul Kegiatan : Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Sub Judul Kegiatan : Ujicoba Teknik Rehabilitasi Hutan Alam Rawa Gambut Terdegradasi Melalui Pengaturan Kondisi Hidrologi Pelaksana Kegiatan : Ir. Bastoni Adi Kunarso, S. Hut, M.Sc Sairun ABSTRAK Hutan rawa gambut yang telah dikonversi dan didrainase telah mengalami perubahan karakteristik site. Perubahan tersebut diduga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetasi di atasnya. Pada kondisi lahan tersebut teknik rehabilitasi yang dilakukan akan membutuhkan penyesuaian dibandingkan dengan kondisi normal sebelum didrainase. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh paket teknologi rehabilitasi hutan alam rawa gambut terdegradasi melalui pengaturan kondisi hidrologi. Metodologi yang digunakan meliputi percobaan lapangan, uji statistik, dan pengumpulan data. Kegiatan penelitian yang dilakukan terdiri dari 1) pengamatan karakteristik site/lahan dan hutan rawa gambut terdrainase, 2) pengamatan pertumbuhan jenis-jenis pohon lokal hutan rawa gambut pada berbagai kondisi hidrologi. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah 1) Data dan informasi karakteristik lahan dan hutan rawa gambut terdrainase, 2) Data dan informasi pertumbuhan jenis-jenis pohon lokal hutan rawa gambut pada berbagai kondisi hidrologi. Kata kunci: hutan rawa gambut, rehabilitasi, kondisi hidrologi A. Latar Belakang Konversi hutan alam rawa gambut untuk hutan tanaman industri dan perkebunan kelapa sawit diikuti oleh pembutan kanal atau saluran drainase untuk mengurangi genangan air. Kegiatan tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan kondisi hidrologi lahan gambut menjadi lebih kering. Perubahan tersebut akan berdampak terhadap perubahan karakteristik site dan pertumbuhan vegetasi, terutama jenis-jenis pohon lokal yang tumbuh secara alami pada kondisi lahan yang tergenang. Rehabilitasi lahan rawa gambut yang telah didrainase dapat dilakukan melalui pengaturan kondisi hidrologi. Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Page 116

B. Tujuan dan Sasaran Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh paket teknologi rehabilitasi hutan alam rawa gambut terdegradasi melalui pengaturan kondisi hidrologi. Sedangkan sasaran penelitian adalah: 1) Data dan informasi karakteristik lahan dan hutan rawa gambut terdrainase, 2) Data dan informasi pertumbuhan jenis-jenis pohon lokal hutan rawa gambut pada berbagai kondisi hidrologi. C. Metode Penelitian 1. Pengamatan karakteristik lahan dan hutan rawa gambut terdrainase Kegiatan ini dilaksanakan melalui kegiatan survei pada bentang lahan gambut sepanjang 29 km di daerah Kayuagung Sepucuk dan Kebun Konservasi Plasma Nutfah Ramin dan Tanaman Kehutanan di Kabupaten OKI. Kedua lokasi adalah hutan dan lahan rawa gambut yang telah didrainase dan dikelilingi oleh areal perkebunan kelapa sawit. Karakteristik lahan dan hutan rawa gambut yang diukur adalah: a) kondisi hidrologi (curah hujan, tinggi, fluktuasi dan durasi genangan air dan air tanah), b) karakteristik tanah (kedalaman dan subsidensi gambut, sifat-sifat kimia dan fisik gambut), c) jenis-jenis vegetasi. 2. Pengamatan pertumbuhan jenis-jenis pohon lokal pada berbagai kondisi hidrologi Kegiatan ini dilaksanakan di Kebun Konservasi Plasma Nutfah Ramin dan Tanaman Kehutanan pada areal seluas 20 hektar di daerah Kedaton, Kabupaten OKI. Kebun percobaan yang dikelilingi oleh kanal perkebunan kelapa sawit dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: areal dengan parit yang dibendung/ditabat dan areal yang tidak dibendung. Pada setiap areal dibuat embung atau sumur kecil untuk memantau permukaan air tanah. Embung dibuat pada setiap jarak 100 meter membentuk rangkaian grid. Areal telah ditanami dengan beberapa jenis pohon lokal (jelutung, ramin, punak, meranti rawa, gemor). Variabel yang diukur adalah tinggi dan diameter tanaman, tinggi dan fluktuasi permukaan air tanah. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan 2 kali per tahun, pengukuran permukaan air tanah dilakukan setiap bulan. D. Hasil yang Telah Dicapai (2012-2013) 1. Kedalaman dan Subsidensi Gambut Kedalaman gambut awal diukur pada tahun 2007 sebelum lahan dibuka untuk perkebunan kelapa sawit. Pengukuran kedua dilakukan pada tahun 2012 setelah lahan didrainase dan dibuka untuk perkebunan kelapa sawit. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa pada tahun 2007 kedalaman gambut rata-rata Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Page 117

487,3 cm dan tahun 2012 menjadi 412,6 cm atau telah mengalami penurunan kedalaman gambut (subsidensi) rata -rata 74,73 cm selama 5 tahun atau 14,9 cm/tahun. 2. Kedalaman dan Penurunan Permukaan Air Tanah Kedalaman air tanah awal diukur pada tahun 2007 sebelum lahan dibuka untuk perkebunan kelapa sawit. Pengukuran kedua dilakukan pada tahun 2012 setelah lahan didrainase dan dibuka untuk perkebunan kelapa sawit. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa pada tahun 2007 kedalaman air tanah rata-rata 33,7 cm dan tahun 2012 menjadi 63,2 cm atau telah mengalami penurunan kedalaman air tanah rata-rata 28,8 cm selama 5 tahun. 3. Curah hujan, permukaan air tanah dan subsidensi gambut Pada periode Mei Desember 2012 jumlah curah hujan yang jatuh pada Kebun Konservasi Plasma Nutfah (plot percobaan) sebesar 1.169 mm dan jumlah hari hujan 88 hari dengan estimasi volume air 11.690 m3/ha. Curah hujan terendah terjadi pada bulan September sebesar 20 mm dan jumlah hari hujan 2. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember sebesar 389 mm dan jumlah hari hujan 22. Kedalaman air tanah terendah 117 cm terjadi pada bulan September dan tertinggi 13 cm pada bulan Desember. Pada periode Januari Oktober 2013 jumlah curah hujan 2.122 mm. Tahun 2013 tergolong tahun dengan banyak bulan basah. Sebelum aktivitas pembukaan kanal untuk mendrainase air, lahan gambut pada lokasi ini masih tergenang setinggi 25 cm pada bulan Mei 2010 dan 2 tahun setelah pembuatan kanal permukaan air tanah menurun sedalam 70 cm menjadi 45 cm di bawah permukaan gambut di bulan yang sama. Kedalaman gambut awal tahun 2007 adalah 600 cm dan menurun menjadi 550 cm pada tahun 2012 atau gambut telah mengalami subsidensi sedalam 50 cm (rata -rata 10 cm/tahun). Permukaan air tanah di tahun 2013 terendah 41,4 cm (Mei) dan tertinggi 20,46 cm (April). 4. Pertumbuhan tanaman rehabilitasi Pertumbuhan tanaman rehabilitasi jenis jelutung ( Dyera lowii), ramin (Gonystylus bancanus), punak ( Tetramerista glabra), meranti ( Shorea belangeran) dan gemor (Alseodaphne sp.) dipengaruhi oleh kedalaman air tanah. Semakin dalam penurunan air tanah, daya hidup tanaman rehabilitasi menurun. Pola yang sama terjadi pada riap tinggi dan riap diameter tanaman rehabilitasi. Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Page 118

E. Kesimpulan dan Rekomendasi 1. Dalam periode 5 tahun (2007 2012) telah terjadi penurunan (subsidensi) gambut 74,73 cm dan penurunan permukaan air tanah 28,8 cm akibat pembukaan saluran drainase untuk perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut antara daerah Kayuagung Sepucuk Kabupaten OKI Sumatera Selatan. 2. Curah hujan yang jatuh pada plot penelitian dalam periode 8 bulan (Mei Desember 2012) sebesar 1.169 mm menyumbang peningkatan permukaan air tanah setinggi 232 cm, sedangkan evapotranspirasi dan limpasan air lateral telah menurunkan permukaan air tanah sebesar 198 sehingga terdapat surplus peningkatan air tanah sebesar 34 cm. 3. Pertumbuhan awal tanaman rehabilitasi jenis jelutung ( Dyera lowii), punak (Tetramerista glabra), meranti (Shorea belangeran) dan gemor (Alseodaphne sp.) dipengaruhi oleh kedalaman air tanah. 4. Penelitian ini masih perlu dilanjutkan untuk memperoleh kesimpulan dan rekomendasi yang lebih baik. Selain itu penelitian perlu dilakukan pada lokasi yang berbeda, yaitu pada lahan gambut yang dikonversi untuk hutan tanaman industri. Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Page 119

Lampiran : Sumur untuk Pengamatan Kedalaman Air Tanah Pembuatan Bendungan / Tabat Pencatatan Curah Hujan dan Permukaan Air Tanah Harian Pengukuran Tinggi dan Diameter Tanaman Rehabilitasi Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Page 120