Pengaruh Temperatur Ekstraksi dan Heating Timeterhadap Spectrum Absorbansi pada Zat Warna Alam dari Kayu Secang

dokumen-dokumen yang mirip
Titiek Pujilestari dan Irfa ina Rohana Salma Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No.7 Yogyakarta

Pewarna Alami untuk Pangan KUNING MERAH SECANG

ANALISA ENERGI DAN ONGKOS PRODUKSI PADA FORMULASI ZAT WARNA ALAM MERAH-SECANG UNTUK PEWARNAAN KAIN TESIS

ANALISIS DAN UJI KESTABILAN ZAT WARNA KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.) MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETERUV- VISIBLE DAN INFRAMERAH

BAB I PENDAHULUAN. Warna memiliki peranan dan fungsi penting dalam kehidupan yang dapat

LAPORAN TUGAS AKHIR ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT BUAH NAGA SUPER MERAH (Hylocereus costaricensis)

Gambar 6. Kerangka penelitian

EKSTRAKSI KLOROFIL DAN UJI STABILITAS WARNA RENDEMEN DARI DAUN KATUK (Sauropus androgynus)

PENGEMBANGAN STANDARISASI PEWARNA ALAMI BATIK DARI KULIT KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.) DENGAN TEKNIK SPEKTROSKOPI

PENGARUH SUHU TERHADAP MUTU FISIK DAN STABILITAS ZAT WARNA EKSTRAK KULIT KAYU SECANG (Caessalpinia sappan L) DALAM CAT KUKU

ANALISA KANDUNGAN ANTOSIANIN PADA BUNGA MAWAR MERAH MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER

METODELOGI PENELITIAN

PEMETAAN SPEKTRUM ABSORPSI ZAT WARNA ALAM PADA DAERAH UV-VIS

Jurnal Bahan Alam Terbarukan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

TUGAS AKHIR. EKSTRAKSI SERBUK KELOPAK BUNGA ROSELA ( Hibiscus sabdarifa Linn. ) untuk UJI KANDUNGAN WARNA dengan SPEKTROFOTOMETER

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA KADAR FLAVONOID DALAM EKSTRAK MAHKOTA DEWA MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Bahan Alam Terbarukan

ALAT PENGERING BERKABUT UNTUK MENGHASILKAN ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT KAYU MAHONI, JAMBAL, DAN TINGI GUNA MENGGANTIKAN SEBAGIAN WARNA SINTETIK BATIK

Mahasiswa Prodi Fisika, FMIPA Universitas Hasanuddin **)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

Pengukuran Kandungan Provitamin A dari CPO (Crude Palm Oil) Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis dan Spektroskopi Nir (Near Infrared) Tesis

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

ANALISA ANTOSIANIN PADA BUAH STROBERI MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER SINAR TAMPAK

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

EKSTRAKSI DAN PENGARUH SUHU TERHADAP STABILITAS ZAT WARNA DAUN SINGKONG (Manihot esculenta) MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU NANGKA UNTUK BAHAN PEWARNA TEKSTIL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGUJIAN STABILITAS ZAT WARNA KULIT MANGGIS (Gracinia mangostana L) DENGAN SPEKTROFOTOMETER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Logo SEMINAR TUGAS AKHIR. Henni Eka Wulandari Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si

Pengaruh Boraks, Asam dan Basa Terhadap Pergeseran Panjang Gelombang Ekstrak Air Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.)

LAPORAN TUGAS AKHIR NURUL MUBIN

LAPORAN TUGAS AKHIR PENGAMBILAN ZAT WARNA ALAMI dari DAUN JATI (Tectona grandis) UNTUK MAKANAN RINGAN

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian,

ABSTRACT ABSTRAK. J. Sains dan Teknologi Pangan Vol. 1, No. 2, P , Th. 2016

EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DARI BONGGOL TANAMAN PISANG (Musa paradiasciaca L.) DAN GOLONGAN SENYAWANYA

HASIL DAN PEMBAHASAN

TRANSFORMASI STRUKTUR AGLIKON ZAT MANIS STEVIA

TEKNIK EKSPLORASI ZAT PEWARNA ALAM DARI TANAMAN DI SEKITAR KITA UNTUK PENCELUPAN BAHAN TEKSTIL Noor Fitrihana,ST Jurusan PKK FT UNY

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH BAHAN FIKSASI TERHADAP INTENSITAS WARNA DAN KETAHANAN LUNTUR PEWARNAAN KULIT CRUST IKAN PARI DENGAN PEWARNA SECANG (Caesalpinia sappan L)

STUDI AWAL FABRIKASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) DENGAN EKSTRAKSI DAUN BAYAM SEBAGAI DYE SENSITIZER DENGAN VARIASI JARAK SUMBER CAHAYA PADA DSSC

2014 EKSPERIMEN WARNA ALAM MANGGA ARUMANIS, MANGGA GEDONG GINCU DAN MANGGA SIMANALAGI SEBAGAI PEWARNA KAIN SUTERA

PEMANFAATAN LIMBAH DAUN MANGGA SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA KAIN KATUN DAN SUTERA

ADSORPSI PEWARNA METHYLENE BLUE MENGGUNAKAN PASIR VULKANIK GUNUNG MERAPI SKRIPSI

PENENTUAN KADAR TOTAL FENOLIK, FLAVONOID, DAN KAROTENOID EKSTRAK METANOL KLIKA ANAK DARA. (Croton oblongus Burm.f.).

TUGAS AKHIR PENGUJIAN STABILITAS ZAT WARNA KULIT MANGGIS DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER OPTIMA SP-300

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN

TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

PEMANFAATAN ZAT WARNA ALAM DARI EKSTRAK KULIT AKAR MENGKUDU (Morinda citrifolia Linn) PADA KAIN KATUN

EKSTRAKSI PIGMEN ANTOSIANIN DARI KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus)

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

PENGARUH TEMPERATUR DAN RASIO F:S TERHADAP AKTIVITAS ZAT WARNA DALAM EKSTRAKSI ZAT WARNA UMBI BIT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis

BAB III METODELOGI PENELITIAN

EKSTRAKSI TANIN DARI KULIT KAYU SOGA TINGI UNTUK PEWARNA BATIK

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath,

Bab II. Tinjauan Pustaka

4 Hasil dan Pembahasan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar sumber energi yang dieksploitasi di Indonesia berasal dari energi fosil berupa

SPEKTROFOTOMETRI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

PENGUJIAN ZAT WARNA DARI KULIT BUAH NAGA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER OPTIMA SP-300

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tempat penelitian sebagai berikut :

PENENTUAN KONDISI OPTIMUM PEMBUATAN GEL CINCAU HIJAU DAN PENGARUH PENAMBAHAN ADSORBEN TERHADAP WARNA GEL CINCAU HIJAU SKRIPSI

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

TOKSISITAS SENYAWA FLAVONOID DARI EKSTRAK ETANOL DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora Linn.) SEBAGAI SKRINING AWAL ANTIKANKER SKRIPSI

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang

STUDI POTENSI EKSTRAK DAUN ADAM HAWA (Rhoeo discolor) SEBAGAI INDIKATOR TITRASI ASAM-BASA

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Riau dan di Laboratorium Patologi, Entimologi

IDENTIFIKASI DAN UJI AKTIVITAS SENYAWA TRITERPEN DARI DAUN TREMBESI (Samanea saman (Jacq.) Merr) TERHADAP Escherichia coli.

PENGOMPLEKS BATHOFENANTROLIN PADA PENENTUAN KADAR BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan

I. PENDAHULUAN. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Gravitasi Vol. 15 No. 1 ISSN:

I. PENDAHULUAN. satunya adalah buah kersen atau biasa disebut talok. Menurut Verdayanti (2009),

PENENTUAN KADAR BESI DALAM SAMPEL AIR SUMUR SECARA SPEKTROFOTOMETRI

LAPORAN TUGAS AKHIR. PENGAMBILAN ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT KAYU POHON MANGGA (Mangifera indica L.)

KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS SENG-MORIN DAN POTENSINYA SEBAGAI PENGHAMBAT AKTIVITAS ENZIM LIPASE SKRIPSI

PENGARUH KEASAMAN TERHADAP STABILITAS PIGMEN CENGKODOK (Melastoma malabathricum), KAYU SECANG (Caesalpinia sappan Linn.) SERTA CAMPURAN KEDUANYA

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Spektrofotometri UV-Vis

Grafik Serapan Standar McFarland Scale pada Panjang Gelombang 500nm

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica

Transkripsi:

Pengaruh Temperatur Ekstraksi dan Heating Timeterhadap Spectrum Absorbansi pada Zat Warna Alam dari Kayu Secang Subur Mulyanto Teknik Mesin Politeknik Negeri Balikpapan Jl. Soekarno-Hatta Km.8 - Balikpapan subur.mulyanto@poltekba.ac.id, Abstract The purpose of this study to analyze the extraction process with variations of the temperature and heating time on the extraction of natural dyes from caesal pinia sappan. Extraction processof the sappan wood used capacity of 150 liters on the variation of temperature and time of extraction at 70⁰C; 80⁰C; 90⁰C; 100⁰C and water-soluble. FTIR spetrofotometer test was conducted to identify the composition of functional groups brazilein compound, while the Uv-Vis spectrophotometer is used to view the absorbance spectrum, so it can then do an analysis of the influence of time and temperature on the extraction of red natural dye absorbance specrum. Results infrared spectrophotometer shows some absorption area in order to identify functional groups of compounds brazilein, namely the absorption at wavenumber 650-1000 showed a group = C - H, at wavenumber 1000-1300 showed a group C-O-C and C-OH, at wavenumber 1550-1650 showed a group C = C, and at a wavenumber 1650-1800 showed a group C = O. On Uv-Vis spectrophotometer is known that the maximum absorbance was obtained at the time of 2 hours at a temperature of 80⁰C and 90⁰C, Uv-Vis spectrophotometer at various temperatures rise significantly absorbance occurs at a temperature of 70⁰C s./d. 90⁰C at 2 hours.. Keywords :Caesalpinia Sappan Linn, Brazilein, Absorbance,UV-Vis Spektrofotometer Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisa terhadap proses ekstraksi dengan variasi temperatur ekstraksi dan heating time pada zat warna alam dari kayu secang. Proses ekstraksi kayu secang berkapasitas 150 liter dengan variasi waktu dan temperatur ekstraksi pada 70⁰C; 80⁰C; 90⁰C; 100⁰C menggunakan pelarut air. Uji spetrofotometer FTIR dilakukan untuk mengidentifikasi susunan gugus fungsi senyawa brazilein, sedangkan spektrofotometer Uv-Vis digunakan untuk melihat spektrum absorbansi, sehingga kemudian dapat dilakukan analisa tentang pengaruh waktu dan temperatur ekstraksi terhadap spektrum absorbansi ZWA merah secang. Hasil spektrofotometer infra merah menunjukkan beberapa daerah serapan sehingga dapat diidentifikasi gugus fungsi dari senyawa brazilein, yaitu serapan pada wavenumber 650-1000 menunjukkan adanya gugus = C H, pada wavenumber 1000-1300 menunjukkan adanya gugus C O C & C OH, pada wavenumber 1550-1650 menunjukkan adanya gugus C=C, dan pada wavenumber 1650-1800 menunjukkan adanya gugus C=O. Pada spektrofotometer Uv-Vis diketahui bahwa absorbansi maksimum diperoleh pada waktu 2 jam yaitu pada temperatur 80⁰C dan 90⁰C, spektrofotometer Uv-Vis pada variasi temperatur kenaikan absorbansi secara signifikan terjadi pada temperatur 70⁰C s./d. 90⁰C pada waktu 2 jam. Kata kunci :Kayusecang, Brazilein, Absorbansi, SpektrofotometerUv-Vis 1. Pendahuluan Indonesia yang kaya akan bahan alam pernah mengalami kejayaan dalam hal produksi zat warna alam (ZWA). ZWA merupakan zat warna yang berasal dari tumbuhan maupun hewan yang diekstrak dengan menggunakan air sehingga ketersediaanya dapat diperbarui.terdapat sekitar 150 jenis tanaman yang intensif menghasilkan pewarna alam.warna yang dihasilkan meliputi warna dasar (merah, biru, kuning) dan warna-warna kombinasi seperti coklat, jingga, dan nila (Heyne 1988). Para pengrajin batik di Indonesia telah banyak mengenal beberapa tanaman yang dapat mewarnai batik beberapa diantaranya adalah: daun indigo (Indigofera Tictoria L), kayu tegeran (Cudrainajavanensis), kayu secang 7

(Caesalpinia Sappan Linn), kulit pohon sogatingi(ceriopscandolleanaarn), kunyit (Curcuma), the (The), akar mengkudu (Morindacitrifelia), kulit soga jambal (Pelthophorumferruginum), dan kesumba (Bixaorelana). Dari keseluruhan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai penghasil zat warna. Adapun selain belum teruji nya ketahanan luntur dan harga yang belum kompetitif juga masih terkesan kusam jika melihat tampilan warna setelah zat warna tersebut di aplikasikan pada kain, salah satunya adalah ekstrak dari kayu secang yang menghasilkan warna merah. Selain untuk bahan minuman kesehatan, kayu secang (Caesalpinia Sappan L) juga telah banyak dijadikan sebagai bahan baku pewarna alami untuk makanan maupun tekstil. Bagian yang diambil sebagai bahan pewarna alami yaitu pada batang kayunya. Ekstrak kayu secang ini memiliki warna merah. Namun dalam kenyataannya menunjukkan bahwa kondisi ph mempengaruhi warna merah dari ekstrak kayu secang. Sehingga pada kondisi ph tertentu ekstrak kayu secang juga dapat memberikan warna selain merah, seperti warna ungu dan kuning. Tabel. 1.1. Warna pigmen secang terhadap kondisi ph ph Warna 2 5 Kuning orange 6 7 Merahmuda > 7 Merahkeunguan Warna merah secang ditimbulkan oleh senyawa kimia yang bernama brazilein yang merupakan hasil oksidasi dari senyawa yang bernama brazilin. Brazilin yang semula berwarna kuning akan menjadi warna merah dan larut dalam air jika teroksidasi (Y. Min 2006). Kedua komponen brazilin dan brazilein merupakan tetrasiklik dengan dua cincin aromatik, satu piron, dan satu cincin lima karbon (Luiz F.C. de Oliveiraa 2002). Berikut ini adalah struktur kimia dari brazilein dan brazilin. Warna kuning brazilin yang berubah menjadi brazilein kemerahan disebabkan karena adanya peningkatan delokalisasi elektron karena keberadaan gugus karbonil. Warna merah brazilien pada kayu secang baik digunakan untuk pewarna katun atau wol (Ghobadian 2007). Gambar 1.1. Struktur kimia brazilin (a) dan brazilein (b) (Wongsookin 2008) 2. Metode Penelitian Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, crusher untuk mencacah bahan sebelum diekstrak, reaktor kapasitas 150 liter dengan pengatur suhu, alat penyaring, vacuum rotary evaporator, spektrofotometer Uv-Vis rayleigh uv-1800, dan spektrofotometer infra merah FTIR shimadzhu. Adapun bahan yang digunakan adalah kayu secang dengan kadar air 13-14% dan menggunakan pelarut air. Kayu secang yang sudah dicacah dimasukkan ke dalam reaktor bersama dengan pelarut kemudian dipanaskan selama 3 jam. Proses ekstraksi ini dilakukan dengan variasi temperatur yaitu, 70⁰C, 80⁰C, 90⁰C, dan 100⁰C. Pada masing-masing variasi temperatur ekstraksi diambil sampel ekstrak 10 ml setiap 30 menit untuk pengukuran 8

absorbansi dengan spektrofotometer Uv- Vis. Setelah selesai proses ekstraksi pada masing-masing variasi temperatur juga diambil sampel yang akan diidentifikasi gugus fungsi senyawa kimianya dengan uji spektrofotometer infra merah (FTIR). 3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Uji Spektrofotometri Infra Merah Pengujian Spektrofotometer infra merah dilakukan untuk mengidentifikasi susunan gugus senyawa kimia brazilein yang terdapat pada ZWA merah secang. Pengujian ini akan membuktikan bahwa warna merah yang dihasilkan dari ZWA merah secang adalah senyawa brazilein. Hasil spektrofotometer infra merah menunjukkan beberapa daerah serapan sehingga dapat diidentifikasi gugus fungsi dari senyawa brazilein, yaitu serapan pada wave number 650-1000 menunjukkan adanya gugus = C H, pada wave number 1000-1300 menunjukkan adanya gugus C O C & C OH, pada wavenumber 1550-1650 menunnjukkan adanya gugus C=C, dan pada wavenumber 1650-1800 menunjukkan adanya gugus C=O. Berdasarkan hasil identifikasi, bahwa gugus yang ditunjukkan pada masingmasing daerah serapan merupakan gugus fungsi senyawa kimia brazilein. Gambar 3.1 menunjukkan spektrofotometer infra merah ZWA merah secang dengan variasi temperature kstraksi. 3.2. Uji Spektrofotometri UV-Vis Spektrofotometer Uv-Vis digunakan untuk mengetahui spektrum absorbansi ZWA merah secang pada panjang gelombang 400-800 nm. Dengan hasil uji tersebut dapat dianalisa spektrum absorbansi dari masing-masing variasi sampel ekstrak kayu secang yang sudah menjadi ZWA merah secang. 3.3. Menentukan heating time ekstraksi Menentukan konsentrasi maksimum berdasarkan pada absorbansi yang ditunjukkan pada hasil pengujian spektrofotometer Uv-Vis. Dari hasil uji tersebut dapat diketahui berapa waktu yang dibutuhkan untuk proses ekstraksi ZWA merah secang dengan melihat absorbansi dari setiap variasi waktu. Gambar 3.2 menunjukkan bahwa rata-rata setelah 2 jam ekstraksi, ZWA merah secang tidak mengalami peningkatan absorbansi secara signifikan. Sehingga untuk mendapatkan konsentrasi ZWA merah secang atau kepekatan warna merah maksimum dibutuhkan waktu ekstraksi selama 2 jam. Pada gambar 3.2 juga menunjukkan adanya pergeseran panjang gelombang, terlihat bahwa semakin tinggi temperatur ekstraksi maka panjang gelombang juga semakin jauh. Gambar 3.1 Spektrofotometer infra merah ZWA merahsecang 9

perubahan warna sesuai dengan panjang gelombangnya masing-masing. Tabel 3.1. Hasil Uji UV Vis ekstrak kayu secang dengan variasi waktu dan temperatur Gambar 3.2. Spektrum UV-Vis dengan variasi waktu ekstraksi pada masing-masing temperatur. Tabel 3.1 Menunjukkan absorbansi maksimal dari masing-masing variasi temperatur dengan variasi waktu ekstraksi. Dari data tersebut tampak bahwa setelah waktu ekstrak melampaui 2 jam, selisih absorbansi maksimal tidak terlalu besar sehingga pengaruh bertambah konsentrasi atau kepekatan warna relatif kecil. Terlihat juga bahwa semakin tinggi temperatur ekstraksi maka puncak absorbansi maksimal akan semakin mengalami pergeseran panjang gelombang yang semakin jauh pula, yang berarti ZWA merah secang tersebut mengalami 3.4.Absorbansi Zat Warna Secang Sebagaimana hasil analisa sebelummnya, bahwa diperoleh waktu ekstrak kayu secang dengan konsentrasi maksimum yaitu selama 2 jam, maka selanjutnya dilakukan analisa untuk mengetahui perbandingan absorbansi dari masing-masing temperatur ekstraksi kayu secang. Perbandingan konsentrasi atau kepekatan warna mengambil data dari hasil spektrofotometer UV-Vis dengan beberapa perbandingan proses ekstraksi. Perbandingan yang dimaksud adalah pada variasi temperatur ekstraksinya, yaitu pada suhu 70⁰C, 80⁰C, 90⁰C, dan 100⁰C dengan waktu ekstraksi masing-masing 2 jam. Sehingga pada Gambar 3.2 menunjukkan semakin besar suhu ekstraksi maka nilai absorbansi semakin tinggi, hal ini menandakan bahwa konsentrasi zat warna di dalam pelarut semakin tinggi atau warna yang dihasilkan semakin pekat. Sejalan dengan gambar 3.1 dan tabel 3.1, bahwa semakin besar temperatur ekstaksi semakin jauh panjang gelombang begeser atau semakin jauh. Karena berakibat pada perubahan warna, maka pergeseran panjang gelombang ini tidak dikehendaki. Dari gambar 3.1 dapat diketahui bahwa selain waktu ekstraksi, temperatur juga memiliki pengaruh terhadap absorbansi zat warna merah secang. 10

6. DaftarPustaka Gambar 3.3. Spektrum UV Vis ZWA merah secang dengan variasi temperatur. 4. Kesimpulan Berdasarkan pada hasil pengujian dan analisa yang sudah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa temperature dan waktu ekstraksi ZWA merah secang memiliki pengaruh terhadap spectrum absorbansi. Spektrum Uv-Vis pada variasi waktu menunjukkan bahwa pada temperature ekstraksi 70⁰C memiliki absorbansi yang rendah hingga 3 jam, pada temperature ekstraksi 80⁰C dan 90⁰C spectrum absorbansiya maksimum pada waktu 2 jam, dan pada temperature ekstraksi 100⁰C spectrum absorbansinya maksimum pada waktu 1 jam 30 menit, akan tetapi pada variasi ini warna mengalami kerusakan karena terjadi pergeseran panjang gelombang setelah waktu ekstrak mencapai 3 jam Sedangkan spectrum Uv-Vis pada variasi temperature menunjukkan bahwa semakin tinggi temperature ekstraksi semakin tinggi absorbansi, akan tetapi kenaikan absorbansi yang signifikan hanya terjadi pada temperature ekstraksi 70⁰C s./d. 90⁰C.. Ghobadian, G. R. C. a. B. (2007). "Spray Dryer Parameters for Fruit Juice Drying." World Journal of Agricultural Sciences 3. Heyne, K. (1988). Tumbuhanberguna Indonesia, YayasanSaranaWanaJaya :DiedarkanolehKoperasiKaryawan, DepartemenKehutanan. Luiz F.C. de Oliveiraa, H. G. M. E., Eudes S. Velozoc, M. Nesbittd (2002). "Vibrational spectroscopic study of brazilin and brazilein, the main constituents of brazilwood from Brazil." Vibrational Spectroscopy 28(2). Wongsookin, K., Saowanee, R., Malee, T., Vichitr, R., and John, B. B. (2008). "Study of an Al(III) complex with the plant dye brazilein fromcaesalpiniasappan Linn." Journal Science Technology 15. Y. Min, W., D. X., Fan, L., Zheng, M., Yu, N. Z., Hui, S., and Li, J. D (2006). "Brazilin an important immunosuppresivecomponenfromcaesa lpinia Sappan L." Journal International Immunopharm 6 5. Saran Perlu adanya penelitian dalam tentang zat warna alam untuk meneliti lebih lanjut pada analisa gugus dan pengaruhnya pada energi alternatif seperti penerapan zat warna alam dalam DSSC (Dyes Sensitized Solar Cell). 11